TINJAUAN PUSTAKA
TOLOK UKUR KEBERHASILAN
2.5. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
2.5.3. Rumah Susun Bagi Anak, Wanita, dan Lansia a Bagi Anak
Rumah susun mewah biasanya dilengkapi berbagai fasilitas rekreasi baik untuk anak-anak atau orang dewasa, namun tetap ditemukan kecenderungan terjadinya gejala kurangnya kesempatan anak untuk bergerak dan bermain di lingkungan rumah mereka. Achir (1993) menyatakan setiap anak perlu ruang gerak yang luas untuk mengembangkan fisiknya, bahkan mengembangkan potensi intelektual dan kreativitasnya. Beberapa penelitian menemukan bahwa kemampuan spasial anak dipengaruhi oleh kesempatan mengeksplorasi lingkungan fisik (biofisik) dan sosialnya (non fisik) yang biasanya kurang
tersedia di lingkungan kawasan rumah susun. Penelitian Achir (1993) menemukan bahwa prestasi belajar anak yang tinggal di rumah susun mewah bisa lebih baik dari anak yang tinggal di rumah horizontal, karena mempunyai banyak waktu yang dapat dipakai untuk belajar. Hendradi (1993), menyatakan bahwa anak-anak yang tinggal di rusun berlantai banyak meningkat agresifitasnya. Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan anak yang tinggal di rusun sederhana (kurang dari 5 lantai), orang tua anak yang tinggal di rumah susun sederhana masih ada yang mengeluhkan (25%) mempunyai masalah untuk tempat anak bermain (Deliyanto, 2000)
b. Bagi Wanita
Kehidupan di rusun menurut Achir (1993) sangat menjemukan bagi para wanita yang tidak mempunyai hobby atau pekerjaan. Biasanya mereka habiskan untuk menonton TV sebagai sahabat karib yang membantu mengisi waktu luang. Begitu pula para anak. Ketergantungan masyarakat Indonesia akan pembantu rumah tangga (yang pada umumnya wanita) membutuhkan pertimbangan ruangan dan tempat kerja pembantu karena aktivitas pembantu dapat saling mengganggu privasi antara majikan dan pembantu.
Tinggal diketinggian juga dapat mengurangi minat penghuni rumah susun untuk turun (misalnya untuk belanja). Kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya perasaan terisolasi yang semakin kuat pada diri wanita dan kemungkinan mengalami kondisi depresi mental. Seperti yang diungkapkan oleh Hendradi (1993) beberapa ibu rumah tangga yang tinggal di apartemen Inggris merasa terasing, menderita ketegangan jiwa dan penyakit syaraf. Oleh karena itu pemerintah Inggris merekomendasikan bahwa yang tinggal di rumah susun berlantai banyak adalah mereka yang masih bujangan atau keluarga tanpa anak.
c. Bagi Lanjut Usia
Rumah susun seyogyanya juga bisa dihuni oleh penghuni lanjut usia (lansia), pada kenyataannya para lansia perlu berhati-hati bila menghuni rumah susun tanpa didampingi oleh anggota keluarga atau teman. Kebutuhan privasi yang tinggi untuk tinggal di rusun tidak mendukung kepedulian terhadap kepentingan orang lain, bisa saja tetangga terdekat tidak menyadari bahwa lansia yang tinggal di sebelah sedang sakit.
Penelitan terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Penelitian terdahulu yang relevan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Waktu
Penelitian Metode penelitian Kesimpulan
1 Johan Silas dan M
Faqih
Sikap penghuni kawasan kumuh terhadap penataan rumah susun
1991 Observasi gejala sosial
dengan teknik wawancara terstruktur dengan skala
Linkert dan menguji
dependensi factor yang
berpengaruh terhadap
sikap melalui uji “Chi Square Test”
Keberhasilan rumah susun Dupak dan Sombo Surabaya belum menjamin bahwa penduduk sekitar siap menerima rumah susun, tetapi tidak apriori terhadap rumah susun. Sikap positif terhadap Rusun masih mendua. Satu sisi lebih suka tinggal di rumah biasa dibandingkan tinggal di Rusun, tetapi bila Rusun harus dibangun
di kampungnya mereka bersedia
menghuni. Sikap tokoh panutan dan pengetahuan terhadap rusun berpengaruh pada kesediaan menghuni rusun.
2 Muhammad Bandi Hubungan antara lingkungan
sosial budaya, modernisasi
dengan sikap mahasiswa
terhadap etika lingkungan
1995 Observasi gejala sosial
dengan teknik wawancara terstruktur dan menguji dependensi factor yang berpengaruh terhadap etika lingkungan melalui uji “r”
Lemahnya sikap mahasiswa terhadap lingkungan berkelanjutan terlihat dari hubungan yang negatif antara nilai sikap mahasiswa terhadap etika lingkungan. Lemahnya sikap ini disebabkan tidak tercakupnya etika lingkungan pada lingkungan sosial budaya Jawa, namun mempunyai hubungan positif tinggi terhadap modernisasi dan keluarga berencana.
3 Elly Mulia Pola pendidilan anak dalam
keluarga Rumah Susun Klender Jakarta
1996 Observasi gejala sosial
dengan teknik wawan-cara terstruktur dan pengamatan sehari-hari melalui kegiatan tinggal di keluarga rumah susun
Ditemukan bahwa lingkungan masyarakat Rusun Klender adalah heterogen, oleh karena itu pendidikan diarahkan untuk hidup bersama dalam kekeluargaan, menanamkan rasa tenggang rasa yang tinggi dan menghormati perasaan orang
No Nama Peneliti Judul Penelitian Penelitian Waktu Metode penelitian Kesimpulan
lain.
Ditemukan pula dua pola pendidikan yaitu
pola Otoriter-Dominatif dan pola
Demokrasi-integratif di llingkungan rumah susun. Kemampuan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap pendidikan anak dalam keluarga rusun, bagi golongan ekonomi lemah diarahkan pada pendidikan tradisional dan agama.
4 Deliyanto dan Wardiati Faktor-faktor yang mempenga- ruhi tingkat penghunian Rumah Susun sederhana di Perumnas Klender
1999 Observasi gejala sosial
dengan teknik wawancara terstruktur dan menguji dependensi factor yang
berpengaruh terhadap
keberhasilan penghunian melalui uji “Chi Square Test”
1. Faktor kondisi fisik rumah susun, faktor sosial ekonomi, dan faktor psikologis berpengaruh terhadap keberhasilan penghunian (kebetahan) tinggal di rumah susun Klender Jakarta.
2. Faktor fisik rumah yang berpengaruh terhadap keberhasilan penghunian adalah kelayakan teknis dan kesehatan rumah susun.
3. Faktor sosial ekonomi yang
berpengaruh terhadap keberhasilan
penghunian adalah pendidikan,
penghasilan, partisipasi masyarakat dan intensitas pertemuan.
4. Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap keberhasilan penghunian adalah motivasi, persepsi terhadap lingkungan, rasa aman, dan rasa sesak. 5 Deliyanto dan Wardiati Tindak penyesuaian diri warga
dalam menghuni rumah susun sederhana dan lingkungannya
2000 Observasi gejala sosial dan spasial dengan teknik wawancara terstruktur dan
1. persepsi warga yang dituangkan dalam gejala persepsi privasi, personal space, teritorial, rasa sesak dan kognisi map
berpengaruh terhadap tindak
No Nama Peneliti Judul Penelitian Penelitian Waktu Metode penelitian Kesimpulan
menguji dependensi factor yang berpengaruh terhadap sikap melalui uji “Chi Square Test”,
penyesuaian diri penghuni terhadap rumah susun.
2. Tindak penyesuaian diri penghuni secara langsung adalah merenovasi rumah dan mengatur interior.
3. Tindak penyesuaian diri secara mental adalah kesediaan berpartisipasi, berkerabat dengan tetangga, dan kesediaan saling membantu.
6 Harsiti Perilaku masyarakat dalam
melestarikan fungsi lingkungan permukiman Rumah Susun di Jakarta
2002 Metode survei lapangan
dengan alat bantu
kuesioner yang telah
dikalibrasi. Teknik analisis
menggunakan korelasi
sederhana dan jamak serta
regresi sederhana dan
jamak
1. Ditemukan sikap terhadap lingkungan mempunyai hubungan positif dengan perilaku melestarikan fungsi lingkungan. 2. motivasi hidup sehat mempunyai hubungan positif dengan perilaku melestarikan fungsi lingkungan.
3. Status sosial ekonomi mempunyai hubungan positif dengan perilaku melestarikan fungsi lingkungan.
4. Secara bersama-sama variabel sikap terhadap lingkungan, motivasi hidup sehat dan status sosial ekonomi mempunyai hubungan positif dengan perilaku melestarikan fungsi lingkungan.
7 Yenny L Chaterina Dampak pembangunan rumah
susun (studi kasus kota baru bandar Kemayoran)
2002 Analisis kebijakan
penghuni-an Rusun
1. Secara umum (teknis dan administrasi) keberadaan Rusun Kemayoran tidak didapati adanya pelanggaran peraturan secara langsung baik oleh developer maupun penghuni.
2. Belum konsisten dengan UU no 4 tahun 1992, bahwa rusun tidak hanya sebagai tempat tinggal tetapi juga tempat orang
tua mengasuh anak dan tempat
No Nama Peneliti Judul Penelitian Penelitian Waktu Metode penelitian Kesimpulan
bersosialisasinya antar penghuni. 3. Belum konsisten dengan UU no 16
tahun 1985, bahwa rusun sederhana
diperuntukkan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Lanjutan Tabel 2.8