• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kegiatan yang Paling Mengancam terhadap Keberlanjutan Waduk Cirata Waduk Cirata

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2 Analisis Kegiatan yang Paling Mengancam terhadap Keberlanjutan Waduk Cirata Waduk Cirata

Waduk Cirata memiliki fungsi awal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dioperasikan oleh PT Pembangkit Jawa Bali ternyata menimbukan berbagai kegiatan ikutan yang berkembang disekitarnya. Kegiatan lain yang memanfaaatkan Waduk Cirata antara lain, budidaya perikanan KJA, pertanian, perikanan tangkap, pariwisata, aktivitas domestik. Waduk Cirata juga telah menjadi lahan mata pencaharian bagi masyarakat luas baik bagi penduduk lokal maupun pendatang. Persepsi stakeholder terhadap kegiatan manakah yang paling mengancam keberlanjutan Waduk Cirata penting untuk diidentifikasi. Adapun stakeholder yang memberikan persepsi antara lain, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Umum Cirata (BPBPPUC) Kabupaten Cianjur, Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC), Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kabupaten Cianjur dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi Jawa Barat. Parameter yang digunakan untuk menganalisis kegiatan yang paling mengancam terhadap keberlanjutan Waduk Cirata antara lain, tingkat sedimentasi, limbah organik dan jumlah sampah yang dihasilkan.

6.2.1 Budidaya Perikanan KJA

Kegiatan lain yang timbul dari dibangunnya Waduk Cirata ialah berkembangnya bududaya perikanan KJA. Sejak penggenangannya pada 1 September 1997 ini, Waduk Cirata juga berfungsi sebagai lokasi pembudidayaan ikan yang menggunakan sistem KJA. Para petani yang melakukan budidaya awalnya hanya diperuntukkan bagi masyarakat sekitar yang terkena dampak dari penggenangan saja, namun sekarang sudah banyak petani yang berasal dari wilayah sekitar waduk. Akibatnya setiap tahun jumlah KJA yang ada semakin meningkat dan berdampak pada kualitas karena terjadi peningkatan sedimentasi

71

serta pencemaran pada lingkungan sekitar waduk. Berbagai persepsi pun timbul akibat adanya perikanan KJA ini. Berikut persepsi stakeholder tentang tingkat sedimentasi, limbah organik serta jumlah sampah yang ditimbulkan dari kegiatan perikanan budidaya KJA dapat dilihat pada Tabel 26. Berdasarkan Tabel 26, stakeholder memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai kegiatan perikanan budidaya KJA sebagai kegitan yang paling mengancam keberlanjutan Waduk Cirata. Dilihat dari parameter tingkat sedimentasi yang disebabkan oleh perikanan budidaya KJA, sebanyak 16,67% menyatakan tinggi, 50% menyatakan rendah dan sisanya 33,33% menyatakan rendah. Untuk limbah organik yang dihasilkan, sebanyak 50% menyatakan tinggi, 33,33% menyatakan sedang dan 16,67% menyatakan rendah. Untuk jumlah sampah yang dihasilkan dari perikanan budidaya KJA ini, sebanyak 33,33% menyatakan banyak, 16,67% menyatakan sedang dan sisanya 50% menyatakan rendah. Jika dilihat berdasarkan persepsi yang diberikan oleh masing-masing stakeholder, perikanan budidaya KJA ini sedikit banyak telah mengancam keberlanjutan Waduk Cirata walaupun bukan sebagai penyebab utamanya.

Tabel 26 Persepsi stakeholder tentang kegiatan perikanan budidaya KJA di Waduk Cirata

Kegiatan Stakeholder

Parameter

Tk. sedimentasi Limbah organik Jumlah sampah

T S R T S R B S R Budidaya Perikanan KJA DKP Prov. Jawa Barat DKP Kab. Cianjur UPTD BPBPPUC BPWC BPLHD Prov. Jawa Barat BPLHD Kab. Cianjur

Ket: T: tinggi, S: sedang, R: rendah, B: banyak 6.2.2 Pertanian

Kegiatan lain yang berkembang di kawasan Cirata adalah pertanian. Aktivitas pertanian di sekitar Waduk Cirata memanfaatkan air yang tertampung di Waduk Cirata sebagai sumber air utama irigasi pertaniannya. Limbah pertanian yang mengalir dari Sungai Citarum juga masuk ke dalam Waduk Cirata yang umumnya berasla dari penggunaan pupuk, pestisida, dan buangan sisa panen seperti jerami. Berikut adalah persepsi stakeholder yang dilihat dari kegiatan pertanian dapat dilihat pada Tabel 27

72

Tabel 27 Persepsi stakeholder terhadap kegiatan pertanian

Kegiatan Stakeholder

Parameter

Tk. sedimentasi Limbah organik Jumlah sampah

T S R T S R B S R Pertanian DKP Prov. Jawa Barat DKP Kab. Cianjur UPTD BPBPPUC BPWC BPLHD Prov. Jawa Barat BPLHD Kab. Cianjur

Ket: T: tinggi, S: sedang, R: rendah, B: banyak

Berdasarkan Tabel 27, yang dilihat dari parameter tingkat sedimentasi yang disebabkan oleh kegiatan yang berada disekitar Waduk Cirata, sebanyak 50% menyatakan tinggi dan 50%nya lagi menyatakan rendah. Untuk limbah organik yang dihasilkan, sebanyak 33,3% menyatakan tinggi, 50% menyatakan sedang dan 16,67% menyatakan rendah.

Untuk jumlah sampah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian 16,67% menyatakan banyak, 50% menyatakan sedang dan sisanya 33,3% menyatakan rendah. Jika dilihat berdasarkan persepsi yang diberikan oleh masing-masing stakeholder, kegiatan pertanian ini sedikit banyak telah mengancam keberlanjutan Waduk Cirata walaupun bukan sebagai penyebab utamanya. Kegiatan pertanian ini lebih banyak merusak bagian hulu Sungai Citarum, namun dampaknya pun terasa hingga Waduk Cirata.

6.2.3 Perikanan Tangkap

Selain perikanan budidaya KJA, adapun kegiatan perikanan tangkap yang berada di Waduk Cirata. Berdasarkan data sensus yang dilakukan oleh BPWC tahun 2011 produksi perikanan tangkap ini pada setiap tahunnya mengalami penurunan akibat stok ikan yang ada di perairan berkurang akibat penangkapan yang banyak di tahun sebelumnya. Adapun persepsi stakeholder yang dilihat dari tingkat sedimentasi, limbah organik dan jumlah sampah yang dihasilkan oleh perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 28.

73

Tabel 28 Persepsi stakeholder terhadap kegiatan perikanan tangkap

Kegiatan Stakeholder Parameter Tk. sedimentasi Limbah organik Jumlah sampah T S R T S R B S R Perikanan Tangkap DKP Prov. Jawa Barat DKP Kab. Cianjur UPTD BPBPPUC BPWC BPLHD Prov. Jawa Barat BPLHD Kab. Cianjur

Ket: T: tinggi, S: sedang, R: rendah, B: banyak

Berdasarkan Tabel 28, sebanyak 100% stakeholder menyatakan bahwa kegiatan perikanan tangkap ini berpengaruh rendah terhadap tingkat sedimentasi, limbah organik maupun jumlah sampah di Waduk Cirata. Terlihat jelas kegiatan perikanan tangkap ini bukan menjadi kegiatan yang mengancam keberlanjutan Waduk Cirata.

6.2.4 Pariwisata

Selain memiliki fungsi utama sebagai PLTA, Waduk Cirata juga memiliki potensi besar sebagai objek wisata tirta yang sangat potensial karena memiliki bentangan air waduk yang luas. Kegiatan ini tentu saja meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar waduk. Namun, pariwisata juga erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan dan sumberdaya. Oleh karena itu pengelolaanya pun harus dilakukan secara baik dan berkelanjutan. Berikut adalah persepsi stakeholder terhadap kegiatan pariwisata di Waduk Cirata dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29 Persepsi stakeholder terhadap kegiatan pariwisata Kegiatan Stakeholder

Parameter

Tk. sedimentasi Limbah organik Jumlah sampah

T S R T S R B S R Pariwisata DKP Prov. Jawa Barat DKP Kab. Cianjur UPTD BPBPPUC BPWC BPLHD Prov. Jawa Barat BPLHD Kab. Cianjur

74

Berdasarkan Tabel 29, terlihat bahwa menurut para stakeholder kegiatan pariwisata berpengaruh rendah terhadap tingkat sedimentasi Waduk Cirata karena sebanyak 100% menyatakan rendah. Sedangkan imbah organik yang dihasilkan sebanyak 33,3% menyatakan sedang dan sisanya 66,7% menyatakan rendah. Untuk jumlah sampah yang dihasilkan sebanyak 66,7% menyatakan jumlah sampah yang dihasikan dari kegiatan pariwisata adalah besar dan sisanya 33,3% menyatakan sedang. Dari persepsi yang diberikan oleh stakeholder terhadap kegitan pariwisata ini, dapat dikatakan bahwa pariwisata bukanlah kegiatan utama yang dapat mengancam keberlanjutan Waduk Cirata.

6.2.5 Aktivitas domestik masyarakat

Banyaknya masyarakat yang tinggal di sekitar Waduk Cirata turut berpengaruh terhadap jumlah limbah organik dan sampah yang dihasilkan. Berikut adalah persepsi stakeholder mengenai aktivitas domestik masyarakat dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30 Persepsi stakeholder terhadap aktivitas domestik masyarakat

Kegiatan Stakeholder

Parameter

Tk. sedimentasi Limbah organik Jumlah sampah

T S R T S R B S R Aktivitas Domestik masyarakat DKP Prov. Jawa Barat DKP Kab. Cianjur UPTD BPBPPUC BPWC BPLHD Prov. Jawa Barat BPLHD Kab. Cianjur

Ket: T: tinggi, S: sedang, R: rendah, B: banyak

Berdasarkan Tabel 30 persepsi stakeholder terhadap aktivitas domestik masyarakat sebagai kegiatan yang mengancam keberlanjutan Waduk Cirata bervariasi. Sebesar 50% menyatakan bahwa tingkat sedimentasi yang ditimbulkan oleh aktivitas dinilai tinggi, sedangkan sisanya 50% lagi dinilai sedang. Limbah organik dinilai tinggi sebesar 33,3%, sedang 33,3% dan rendah juga sebesar 33,3%. Jumlah sampah yang ditimbulkan oleh aktivitas domestik masyarakat dinilai banyak sebesar 50% dan sedang sebanyak 50% juga.

6.2.6 Urutan kegiatan yang paling mengancam keberlanjutan Waduk Cirata

Setelah diketahui persepsi para stakeholder mengenai kegiatan yang dapat mengancam keberlanjutan Waduk Cirata dilakukan skoring dari persepsi-persepsi

75

tersebut. Hasilnya didapatkan bahwa kegiatan yang paling mengancam ialah aktivitas domestik masyarakat dengan skor 42 yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan selanjutnya yang mengancam keberlanjutan waduk ialah budidaya perikanan KJA dan pertanian dengan skor yang sama yaitu 36.

Kegiatan yang mengancam lainnya adalah pariwisata dengan skor 30 dan terakhir, dengan skor 18 adalah perikanan tangkap yang dinilai paling tidak mengancam keberlanjutan Waduk Cirata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditentukan. Skor masing-masing kegiatan yang dapat mengancam keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31 Skor kegiatan yang paling mengancam keberlanjutan Waduk Cirata

No Kegiatan Skor

1 Aktivitas domestik masyarakat 42

2 Budidaya perikanan KJA 36

3 Pertanian 36

4 Pariwisata 30

5 Perikanan tangkap 18

Sumber: Hasil analisis data (2015)

6.3 Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Adanya

Dokumen terkait