• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha I (Kondisi Usaha Saat Ini)

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

7.1. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha I (Kondisi Usaha Saat Ini)

Analisis kelayakan finansial skenario I mengacu pada kondisi usaha saat ini, dimana usaha belum berproduksi dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi dan diasumsikan tidak terjadi penambahan biaya dan manfaat selama umur proyek berlangsung. Pada skenario I, jumlah produksi per bulan berada di bawah kapasitas terpasang yakni baru mencapai 1.400 liter per bulan. Karena tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt di Dafarm adalah 90 persen, maka yoghurt yang dihasilkan dalam satu bulan adalah 1.260 liter. Jumlah ini setara dengan 33.600 stik kemasan 45 ml dan 3.877 stik kemasan 80 ml. Sedangkan kapasitas produksi terpasang berdasarkan akta TDI (Tanda Daftar Industri)yang dimiliki Dafarm adalah sebesar 20.000 liter per tahun atau sekitar 1.700 liter per bulan.

58

7.1.1. Inflow

Aliran kas masuk (inflow) pada skenario usaha I berasal dari penerimaan penjualan produk dan nilai sisa dari peralatan.

7.1.1.1. Penerimaan Penjualan

Penerimaan penjualan diperoleh dari perkiraan jumlah produksi yang dikalikan dengan harga jual produknya (Tabel 14). Jumlah produksi didasarkan pada jumlah produksi rata-rata. Jumlah produk yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi tidak selalu sama, namun rata-rata jumlah produksi per bulannya mencapai 1.400 liter. Karena tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt di Dafarm adalah 90 persen, maka dalam satu bulan yoghurt yang dihasilkan adalah sebanyak 1.260 liter. Dafarm beroperasi 12 bulan dalam setahun. Sehingga diperoleh jumlah produksi sebanyak 15.120 liter per tahun. Jumlah tersebut setara dengan 449.724 stik setiap tahunnya yang terdiri dari 403.200 stik ukuran 45 ml dan 46.524 stik ukuran 80 ml. Jumlah tersebut diasumsikan tetap selama umur usaha.

Sedangkan harga jual produk terdiri dari enam kategori harga. Untuk yoghurt dengan kemasan 45 ml, terdapat tiga kategori harga, yaitu Rp 300 untuk agen pada saluran distribusi pertama, Rp 350 untuk agen pada saluran distribusi kedua, dan Rp 500 untuk pelanggan yang datang langsung ke tempat produksi pada saluran distribusi ketiga. Yoghurt dengan kemasan 80 ml juga memiliki tiga kategori harga, yaitu Rp 600 untuk agen pada saluran distribusi pertama, Rp 700 untuk agen pada saluran distribusi kedua, dan Rp 1000 untuk pelanggan yang datang langsung ke tempat produksi pada saluran distribusi ketiga. Besarnya persentase jumlah produk yang dijual pada ketiga saluran distribusi tersebut adalah 60 persen untuk saluran distribusi pertama, 35 persen untuk saluran distribusi kedua, dan 5 persen untuk saluran distribusi ketiga. Hal ini disebabkan karena enam agen yang ada di saluran distribusi pertama masing-masingnya meminta 2.500 stik setiap bulan, sedangkan empat agen yang ada di saluran distribusi kedua permintaan masing-masingnya hanya 500 stik setiap bulannya.

Tabel 14. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha I Tahun Ukuran Kemasan (ml) Jumlah (kemasan) Harga (Rp) Nilai Penjualan (Rp) Total Nilai Penjualan (Rp) 1-10 45 241.920 300 75.576.000 165.523.200 45 141.120 350 49.392.000 45 20.160 500 10.080.000 80 27.914 600 16.748.400 80 16.284 700 11.398.800 80 2.328 1000 2.328.000

Keterangan : Jumlah produksi dan nilai penjualan diasumsikan tetap selama umur usaha

Berdasarkan hasil perhitungan penerimaan penjualan, jumlah penerimaan yang berasal dari penjualan produk selama umur usaha adalah Rp 1.655.232.000. Nilai penjualan diperoleh dari jumlah produk yang terjual dikalikan dengan harga jual selama umur usaha. Jumlah produk yang terjual sama dengan jumlah produk yang diproduksi oleh Dafarm karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan sehingga seluruh yoghurt yang diproduksi terjual atau tidak ada sisa produk yang tidak laku.

7.1.1.2. Nilai Sisa (Salvage Value)

Investasi yang diperlukan dalam skenario I meliputi mesin pasteurisasi, mesin inkubator, Cream separator, kompor gas, tabung gas, panci besar, panci sedang, panci kecil, milk can, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, pengaduk kayu, mangkuk, centong, galon air mineral, kulkas, freezer, dan sepeda motor. Arus penerimaan yang berasal dari nilai sisa (salvage value) dihitung berdasarkan nilai dari investasi peralatan yang masih tersisa pada akhir umur usaha. Peralatan yang masih memiliki nilai sisa pada akhir umur usaha (pada tahun ke-10) adalah freezer, kulkas, termometer, dan kompor gas. Rincian nilai sisa investasi Dafarm dapat dilihat pada Tabel 15.

Nilai sisa yang didapatkan pada akhir masa proyek adalah sebesar Rp 17.653.333. Nilai tersebut berasal dari nilai peralatan yang dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Nilai sisa terbesar berasal dari nilai sisa freezer yaitu sebesar Rp 13.333.333. Penghitungan penyusutan dari peralatan tersebut menggunakan metode garis lurus.

60

Tabel 15. Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha I

No Uraian Nilai Beli

(Rp) Umur Pakai (tahun) Penyusutan per Tahun (Rp) Nilai Sisa (Rp) 1 Freezer 20.000.000 3 6.666.667 13.333.333 2 Kulkas 5.600.000 3 1.866.667 3.733.333 3 Termometer 20.000 3 6.667 13.333 4 Kompor gas 540.000 3 180.000 360.000 Jumlah 17.439.999 7.1.2. Outflow

Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai berbagai macam kegiatan perusahaan. Dalam skenario usaha I, pengeluaran dikelompokkan ke dalam beberapa biaya, yaitu biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional, dan pajak penghasilan.

7.1.2.1. Biaya Investasi

Biaya investasi dikeluarkan pada tahun 2007 dan 2008. Tetapi karena biaya investasi pertama terjadi diakhir tahun 2007 dan investasi terbesar terjadi pada tahun 2008, diasumsikan tahun 2008 sebagai tahun pertama perhitungan kelayakan finansial, artinya perusahaan baru mulai berproduksi setelah semua kebutuhan investasinya terpenuhi pada tahun 2008. Kebutuhan investasi Dafarm disesuaikan dengan kebutuhan produksi secara teknis yang meliputi bangunan tempat usaha, mesin dan peralatan untuk menghasilkan produk, kendaraan serta peralatan penunjang lainnya seperti alat komunikasi.

Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh Dafarm adalah sebesar Rp 132.520.000. Biaya investasi terbesar pada skenario usaha I tersebut adalah biaya pembelian mesin pasteurisasi, yaitu sebesar Rp 30.000.000. Peralatan investasi lainnya memiliki umur ekonomis yang kurang dari umur proyek, oleh karena itu memerlukan investasi ulang atau reinvestasi. Pada perhitungan biaya investasi,harga tanah tidak dimasukkan karena Dafarm berada di PP Darul Fallah yang tanahnya merupakan tanah wakaf, sehingga bisa dipakai secara gratis untuk kepentingan pesantren. Rincian biaya investasi pada skenario usaha I dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Biaya Investasi pada Skenario Usaha I

No Uraian Jumlah Harga

Satuan (Rp) Nilai (Rp)

Umur Ekonomis

1. Mesin pasteurisasi 1 unit 30.000.000 30.000.000 10 2. Mesin inkubator 1 unit 27.000.000 27.000.000 10 3. Cream separator 1 unit 6.000.000 6.000.000 10

4. Kompor gas 2 unit 270.000 540.000 3

5. Tabung gas 2 unit 300.000 600.000 5

6. Panci besar (20 L) 3 unit 250.000 750.000 1 7. Panci sedang (15L) 1 unit 180.000 180.000 1 8. Panci kecil (10 L) 1 unit 150.000 150.000 1 9. Milk can (stainless) 3 unit 700.000 2.100.000 5 10. Milk can (alminium) 2 unit 400.000 800.000 5 11. Box susu (35 L) 10 unit 370.000 3.700.000 5 12. Wadah plastik (20 L) 15 unit 50.000 750.000 1 13. Wadah plastik (5 L) 1 unit 15.000 15.000 1

14. Timbangan 1 unit 90.000 90.000 1

15. Takaran 1 unit 25.000 25.000 1

16. Saringan 1 unit 16.000 16.000 1

17. Pengaduk kayu 4 unit 5.000 20.000 1

18. Mangkuk 10 unit 4.000 40.000 1

19. Centong 4 unit 3.000 12.000 1

20. Galon air 2 unit 46.000 92.000 1

21. Kulkas 2 unit 2.800.000 5.600.000 3

22. Freezer (528 L) 1 unit 4.800.000 4.800.000 3 23. Freezer (300 L) 1 unit 3.900.000 3.900.000 3 24. Freezer (200 L) 4 unit 2.400.000 9.600.000 3 25. Freezer (120 L) 1 unit 1.700.000 1.700.000 3 26. Sepeda motor 1 1 unit 15.000.000 15.000.000 10 27. Sepeda motor 2 1 unit 9.000.000 9.000.000 10

28. Bangunan 1 unit 10.000.000 10.000.000 10

62

7.1.2.2. Biaya Reinvestasi

Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk mengganti peralatan investasi yang telah habis masa ekonomisnya sebelum proyek berakhir. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan berbeda-beda setiap tahunnya. Jumlah tersebut tergantung dari banyaknya peralatan yang perlu diperbaharui. Peralatan seperti panci, wadah plastik, saringan, pengaduk kayu, mangkuk, dan centong merupakan peralatan yang tidak tahan lama dan harus diperbaharui setiap tahun. Oleh karena itu, pada tahun kedua dari umur usaha sudah mulai dikeluarkan biaya reinvestasi untuk mengganti peralatan tersebut. Besarnya biaya reinvestasi setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Biaya Reinvestasi Dafarm pada Skenario Usaha I

Tahun ke- Peralatan yang diganti Nilai Reinvestasi (Rp)

2 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

2.160.000

3 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

2.160.000

4

Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

28.320.000

5 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

2.160.000

6 Pengaduk, panci, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air, milk can

9.360.000

7

Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

28.320.000

8 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

2.160.000

9 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

2.160.000

10

Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

Biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun ke 4, 7, dan 10 umur usaha, yaitu sebesar 28.320.000. Besarnya biaya reinvestasi pada tahun tersebut karena adanya biaya reinvestasi untuk freezer sebesar Rp 20.000.000. Investasi lain yang perlu diganti pada tahun tersebut adalah kulkas, kompor gas, oven, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, dan galon air.

7.1.2.3. Biaya Operasional

Selain biaya investasi dan reinvestasi, biaya lain yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha adalah biaya operasional. Karena sifatnya yang operasional, maka biaya ini selalu dikeluarkan setiap tahunnya selama umur proyek. Biaya operasional ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap pada Dafarm meliputi pemeliharaan, listrik, komunikasi, transportasi dan penyusutan peralatan. Komponen biaya tetap penyusutan terdapat dalam penghitungan laba/rugi perusahaan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dapat berubah-ubah tergantung dari perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Diantara biaya bahan baku tersebut adalah susu, bakteri starter, gula, nata de coco, perasa buah, air galon, plastik kemasan primer, plastik kemasan sekunder, dan gaji karyawan borongan. Rincian biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19.

Tabel 18. Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha I

No Uraian Nilai (Rp) 1 Pemeliharaan 6.626.000 2 Listrik 4.200.000 3 Komunikasi 1.200.000 4 Transportasi 3.600.000 5 Penyusutan peralatan* 20.066.667

Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan laba/rugi

Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan yaitu sebesar Rp 6.626.000. Besarnya biaya pemeliharaan dihitung 5 persen dari biaya investasi. Sedangkan

64 pada perhitungan laba/rugi perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 20.066.667. Biaya penyusutan peralatan hanya ada dalam perhitungan laba/rugi karena pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya investasi sehingga komponen outflow untuk peralatan hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya tetap dalam perhitungan laba/rugi usaha adalah sebesar Rp 35.692.667. Sedangkan total biaya tetap dalam perhitungan cashflow usaha adalah sebesar Rp 15.626.000.

Tabel 19. Biaya Variabel Dafarm Per Tahun pada Skenario Usaha I

No Uraian Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga satuan (Rp) Total biaya (Rp) 1 Susu 750 L 9000 L 4.000 36.000.000 2 Bakteri starter 18,75 L 225 L 100.000 22.500.000 3 Gula 262,50 kg 3150 kg 8.000 25.200.000 4 Nata de coco 30 kg 360 kg 2.000 720.000

5 Perasa buah 10 botol 120 botol 4.000 480.000

6 Air galon 45 galon 540 galon 3.000 1.620.000

7 Plastik kemasan primer 15 kg 180 kg 25.000 4.500.000 8 Plastik kemasan sekunder 9 kg 108 kg 36.750 3.969.000

9 Gaji pegawai 2 orang 24 orang 500.000 12.000.000 10 Gaji pegawai borongan 41.633,58 stik 499.603 stik 20 9.992.060

Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh Dafarm selama umur usaha adalah tetap. Hal ini dikarenakan jumlah produk yang dikeluarkan juga tetap sehingga kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja untuk memproduksinya juga tetap atau sama besarnya selama umur usaha. Total biaya variabel yang harus dikeluarkan adalah sebesar 116.981.060 per tahun. Pengeluaran terbesar adalah untuk membiayai pembelian bahan baku berupa susu segar yakni sebesar 36.000.000. Walaupun harga satuan susu lebih murah dari beberapa bahan baku lainnya, namun karena susu merupakan bahan baku utama dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka nilainya lebih tinggi.

7.1.2.4. Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan merupakan komponen pengeluaran (outflow) yang harus dikeluarkan atas laba yang diperoleh setiap tahunnya. Pajak ini merupakan pajak penghasilan yang diserahkan kepada pemerintah. Penghitungan pajak penghasilan didasarkan pada tarif Pasal 21 UU PPh tahun 2009 atas Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Pribadi, dimana tarif pajak yang berlaku adalah tarif pajak progresif. Pada dasarnya Dafarm tidak membayarkan pajak kepada pemerintah karena pemilik belum memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat akan pentingnya pembayaran pajak penghasilan. Namun, sebagai biaya imbangan dari laba yang dihasilkan, maka dalam perhitungan analisis kelayakan finansial perlu dihitung besarnya jumlah pajak penghasilan yang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan.

Berdasarkan perhitungan laba/rugi perusahaan Dafarm (Lampiran 2). perusahaan mulai mengeluarkan pajak pada tahun pertama usaha karena pada tahun tersebut perusahaan sudah mendapatkan keuntungan atau laba. Besarnya pajak penghasilan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan Dafarm setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha I

Tahun ke- Laba bersih sebelum pajak (Rp) Nilai pajak (Rp)

1 12.849.473 642.474 2 12.849.473 642.474 3 12.849.473 642.474 4 12.849.473 642.474 5 12.849.473 642.474 6 12.849.473 642.474 7 12.849.473 642.474 8 12.849.473 642.474 9 12.849.473 642.474 10 30.502.806 1.525.140

Nilai pajak penghasilan yang seharusnya dikeluarkan oleh Dafarm adalah sebesar 5 persen dari laba bersih sebelum pajak yang diperoleh setiap tahunnya.

66 Persentase pajak penghasilan tersebut berdasarkan tarif pajak progresif, dimana untuk laba bersih yang masih dibawah Rp 50.000.000 setiap tahunnya, besarnya tarif pajak adalah 5 persen. Besarnya pajak penghasilan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun pertama sampai tahun ke sembilan usaha adalah sama karena nilai laba bersih sebelum pajak yang diperoleh pada tahun-tahun tersebut juga sama. Sementara itu, pada tahun kesepuluh usaha, besarnya pajak penghasilan yang dikeluarkan lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya karena nilai laba bersih sebelum pajak yang diperoleh pada tahun ke sepuluh juga lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.

7.1.3. Analisis Laba Rugi Usaha

Menurut Umar (2007), proyeksi laba rugi disusun oleh data-data pendapatan dan biaya. Dalam analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan dan nilai sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun oleh biaya tetap, biaya variabel, dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya. Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai penerimaan sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian dikurangi dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak atau laba bersih sebelum pajak (EBT). Sebagai langkah akhir, dilakukan pengurangan terhadap EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang bernilai positif atau memperoleh keuntungan. Dengan demikian didapatkan nilai penerimaan setelah pajak atau laba/rugi bersih usaha. Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan dari barang-barang investasi per tahunnya. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan

Yoghurt Dafarm

No Uraian Jumlah Umur

Ekonomis

Nilai Total (Rp)

Penyusutan /Tahun

1. Mesin pasteurisasi 1 unit 10 30.000.000 3.000.000 2. Mesin inkubator 1 unit 10 27.000.000 2.700.000

3. Cream separator 1 unit 10 6.000.000 600.000

4. Kompor gas 2 unit 3 540.000 180.000

5. Tabung gas 2 unit 5 600.000 120.000

6. Panci besar (20 L) 3 unit 1 750.000 750.000

7. Panci sedang (15L) 1 unit 1 180.000 180.000

8. Panci kecil (10 L) 1 unit 1 150.000 150.000

9. Milk can (stainless) 3 unit 5 2.100.000 420.000

10. Milk can (alminium) 2 unit 5 800.000 160.000

11. Box susu (35 L) 10 unit 5 3.700.000 740.000

12. Wadah plastik (20 L) 15 unit 1 750.000 750.000

13. Wadah plastik (5 L) 1 unit 1 15.000 15.000

14. Timbangan 1 unit 1 90.000 90.000

15. Takaran 1 unit 1 25.000 25.000

16. Saringan 1 unit 1 16.000 16.000

17. Pengaduk kayu 4 unit 1 20.000 20.000

18. Mangkuk 10 unit 1 40.000 40.000

19. Centong 4 unit 1 12.000 12.000

20. Galon air 2 unit 1 92.000 92.000

21. Kulkas 1 unit 3 2.800.000 933.333,33

22. Frizeer (528 L) 1 unit 3 4.800.000 1.600.000

23. Frizeer (300 L) 1 unit 3 3.900.000 1.300.000

24. Frizeer (200 L) 4 unit 3 9.600.000 3.200.000

25. Frizeer (120 L) 1 unit 3 1.700.000 566.666,67

26. Sepeda motor 1 1 unit 10 15.000.000 1.500.000

27. Sepeda motor 2 1 unit 10 9.000.000 900.000

28. Termometer I unit 3 20.000 6.667

68 Berdasarkan hasil perhitungan terhadap laba/rugi usaha, diperoleh hasil bahwa pada skenario usaha I Dafarm memperoleh laba mulai dari tahun pertama usaha hingga akhir umur usaha. Laba bersih terbesar diperoleh pada akhir tahun usaha yaitu sebesar Rp 30.502.806. Jumlah keseluruhan laba bersih yang diperoleh selama umur usaha pada skenario usaha I adalah Rp 138.840.660.

7.1.4. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial untuk skenario usaha I dihitung berdasarkan nilai manfaat bersih (net benefit) yang didiskontokan dengan tingkat dicount factor sebesar 6,5%. Tingkat discount factor ini didasarkan pada tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Indonesia pada bulan November 2009. Hal ini dilakukan karena seluruh modal usaha yang digunakan berasal dari modal pemiliki sendiri dan dari dana hibah. Selain itu, pemilik usaha juga tidak memiliki tabungan di bank komersial karena pemilik menabung di salah satu bank syari’ah, sehingga sebagai nilai social opportunity cost of capital dari modal yang dimiliki tersebut digunakan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebagai tingkat diskon faktornya. Nilai net benefit yang diperoleh tersebut dijadikan dasar perhitungan kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (Tabel 22).

Tabel 22. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha I

NPV (Rp) Net B/C IRR (%)

Payback Periode

(Tahun)

55.324.877 1,56 19 5,92

Berdasarkan hasil dari perhitungan kriteria investasi tersebut, didapatkan nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 55.324.877. Nilai tersebut merupakan selisih dari manfaat bersih yang telah didiskontokan dengan biaya yang telah didiskontokan selama umur usaha. Dengan demikian, usaha ini layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai NPV yang positif atau lebih besar dari nol.

Nilai Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 1,56 yang berarti nilai Net B/C>1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan Rp 1,56 selama umur usaha. Nilai

Net B/C yang lebih besar dari 1 tersebut menunjukkan bahwa penggunaan investasi pada usaha pembuatan yoghurt Dafarm adalah layak.

Investasi pada usaha pembuatan yoghurt Dafarm juga dapat dikatakan layak berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi lainnya yaitu Internal Rate of Return (IRR). Nilai IRR yang diperoleh adalah 19 persen yang berarti bahwa keuntungan internal yang diperoleh dari kegiatan investasi tersebut 19 persen per tahun. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor yaitu 6,5 persen. Sedangkan nilai yang dihasilkan oleh kriteria Payback Periode adalah 5,92 tahun. Nilai tersebut berarti bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 5,92 tahun atau 5 tahun 11 bulan 12 hari. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek daripada lama atau umur usaha sehingga dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan.

Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode menunjukkan bahwa secara finansial penggunaan investasi untuk usaha pembuatan yoghurt Dafarm adalah layak karena lebih menguntungkan daripada menyimpan uang dalam bentuk deposito atau tabungan di bank.

7.1.5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan dari usaha pembuatan yoghurt dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada. Perubahan biasanya terjadi pada faktor-faktor produksi seperti kenaikan biaya bahan baku dan penurunan penjualan. Berdasarkan pengalaman yang pernah dialami oleh perusahaan, usaha ini pernah mengalami penurunan penjualan sebesar 36, 57 persen. Nilai tersebut berasal dari jumlah penjualan terkecil dalam satu bulan dibandingkan dengan nilai rata-rata penjualan perbulannya. Rata-rata penjualan yoghurt Dafarm adalah sebesar 1.400 liter per bulan. Pada bulan Januari 2009, jumlah penjualan hanya mencapai 888 liter, yang berarti terjadi penurunan sebesar 36,57 persen dari penjualan rata-rata. Penurunan ini terjadi karena pada bulan tersebut terjadi pergantian kepemimpinan di dalam perusahaan Dafarm sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi. Penurunan produksi sebesar 36,57 persen ini merupakan produksi bulanan, tetapi dalam perhitungan kelayakan ini diasumsikan penurunan tersebut berlaku setiap bulan dengan angka yang sama.

70 Biaya bahan baku terbesar adalah biaya untuk pembelian susu segar. Kenaikan harga susu segar pernah dialami perusahaan yang meningkat dari Rp 4.000 per liter menjadi Rp 4.500 per liter. Dengan demikian terjadi peningkatan harga susu segar sebesar 12,5%. Adanya penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku tersebut memerlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan secara finansial. Hasil analisis sensitivitas dengan dua tingkat kepekaan tersebut pada skenario usaha I dapat dilihat pada hasil perhitungan kriteria investasi yang diperoleh (Tabel 23).

Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha I

Kriteria Investasi Penurunan Penjualan

36,57%

Kenaikan Harga Susu 12,5%

NPV (Rp) -41.079.432 20.872.408

Net B/C 0,67 1,20

IRR (%) -3,19 11

Payback Periode (tahun) - 8,31

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan penjualan sebesar 36,57 persen tersebut akan menghasilkan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp -41.079.432. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen akan menjadikan usaha ini tidak layak dijalankan. Adanya kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen juga menurunkan nilai Net Present Value (NPV) menjadi Rp 20.872.408. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen tetap menjadikan usaha ini layak dijalankan. Penurunan nilai manfaat bersih kini atau NPV yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 62,28 persen. Nilai Net B/C, IRR dan Payback Periode yang dihasilkan oleh kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5% secara berturut-turut adalah 1,20, 11 persen dan 8,31 tahun. Hal ini berarti terjadi penurunan terhadap Net B/C sebesar 23,07 persen, IRR sebesar 42,10 persen, dan Payback Periode sebesar 28,76 persen.

7.1.6. Analisis Switching Value

Analisis switching value atau analisis nilai pengganti merupakan suatu variasi dari analisis sensitivitas. Berdasarkan analisis sensitivitas pada skenario

usaha I, adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen membuat usaha tidak layak lagi untuk dijalankan. Sedangkan adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen masih membuat usaha masih layak secara finansial. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis nilai pengganti untuk mengetahui sampai sejauh mana penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku yang bisa ditolerir agar usaha tetap layak secara finansial. Analisis switching value ini juga bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat penurunan penjualan dan tingkat kenaikan harga bahan baku yang masih diterima agar usaha mencapai titik impasnya. Hasil dari analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I

Perubahan Persentase (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Payback Periode (tahun) Penurunan penjualan 29,477765 0,00 1 6,5 10 Kenaikan harga susu 20,072390 0,00 1 6,5 10

Hasil dari analisis switching value tersebut menunjukkan bahwa batas tingkat penurunan penjualan yang masih bisa diterima agar usaha masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 29,477765 persen. Pada tingkat tersebut jumlah penjualan per tahun adalah sebesar 317.155 stik. Penurunan jumlah penjualan

Dokumen terkait