• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

7.2. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha II

7.2.1.2. Nilai Sisa

Pada skenario usaha II, nilai sisa berasal dari sisa nilai investasi pada akhir tahun yang dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Penghitungan penyusutan berdasarkan metode garis lurus. Besarnya nilai sisa pada skenario usaha II (Tabel 26) lebih besar dari skenario usaha I karena jumlah investasi yang dikeluarkan juga lebih besar.

Tabel 26. Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha II

No Uraian Nilai Beli

(Rp) Umur Pakai (thn) Penyusutan Per Tahun (Rp) Nilai Sisa (Rp) 1 Freezer 28.700.000 3 9.566.667 19.133.333 2 Kulkas 5.600.000 3 1.866.667 3.733.333 3 Termometer 20000 3 6.667 13.333 4 Kompor gas 810.000 3 180.000 540.000 Jumlah 23.419.999 7.2.2. Outflow

Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Pada skenario usaha II, pengeluaran tersebut digunakan untuk membiayai investasi, reinvestasi, operasional perusahaan, dan pajak penghasilan atas laba yang didapatkan.

74

7.2.2.1. Biaya Investasi

Pengembangan usaha pembuatan yoghurt Dafarm melalui skenario usaha II ini membutuhkan sejumlah investasi yang lebih besar dari skenario usaha II. Kebutuhan invesatsi tersebut disesuaikan dengan peningkatan kapasitas produksi yang akan dilakukan. Seluruh biaya investasi pada skenario usaha ini dikeluarkan pada tahun pertama umur usaha.

Besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk pengembangan usaha ini adalah Rp 145.118.000. Biaya investasi terbesar yang dikeluarkan oleh Dafarm adalah biaya pembelian mesin pasteurisasi sebesar Rp 30.000.000. Selain itu, investasi juga diperlukan untuk pembelian peralatan produksi yang lebih banyak dari sebelumnya karena peralatan yang ada sudah tidak memadai untuk memproduksi produk dalam jumlah yang lebih besar lagi. Rincian biaya investasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Biaya Investasi pada Skenario Usaha II

No Uraian Jumlah Harga

Satuan (Rp) Nilai (Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

1. Mesin pasteurisasi 1 unit 30.000.000 30.000.000 10 2. Mesin inkubator 1 unit 27.000.000 27.000.000 10 3. Cream Separator 1 unit 6.000.000 6.000.000 10

4. Kompor gas 3 unit 270.000 810.000 3

5. Tabung gas 3 unit 300.000 900.000 5

6. Panci besar (20 L) 5 unit 250.000 1.250.000 1 7. Panci sedang (15L) 2 unit 180.000 360.000 1 8. Panci kecil (10 L) 2 unit 150.000 300.000 1 9. Milk can (stainless) 3 unit 700.000 2.100.000 5 10. Milk can (alminium) 2 unit 400.000 800.000 5 11. Box susu (35 L) 15 unit 370.000 5.550.000 5 12. Wadah plastik (20 L) 25 unit 50.000 1.250.000 1 13. Wadah plastik (5 L) 2 unit 15.000 30.000 1

14. Timbangan 1 unit 90.000 90.000 1

15. Takaran 2 unit 25.000 50.000 1

16. Saringan 2 unit 16.000 32.000 1

17. Pengaduk kayu 6 unit 5.000 30.000 1

18. Mangkuk 15 unit 4.000 60.000 1

19. Centong 6 unit 3.000 18.000 1

20. Galon air 3 unit 46.000 138.000 1

21. Kulkas 2 unit 2.800.000 5.600.000 3

22. Frizeer (528 L) 2 unit 4.800.000 9.600.000 3 23. Frizeer (300 L) 2 unit 3.900.000 7.800.000 3 24. Frizeer (200 L) 4 unit 2.400.000 9.600.000 3 25. Frizeer (120 L) 1 unit 1.700.000 1.700.000 3 26. Sepeda motor 1 1 unit 15.000.000 15.000.000 10 27. Sepeda motor 2 1 unit 9.000.000 9.000.000 10

28. Bangunan 1 unit 10.000.000 10.000.000 10

76

7.2.2.2. Biaya Reinvestasi

Sebagian besar investasi memiliki umur ekonomis yang lebih pendek dari umur usaha. Oleh karena itu perlu dilakukan investasi ulang atau reinvestasi untuk mengganti investasi yang telah habis masa pakainya atau yang mengalami kerusakan. Biaya reinvestasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Biaya Reinvestasi pada Skenario Usaha II

Tahun ke- Peralatan yang diganti Nilai Reinvestasi (Rp)

2 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

3.638.000

3 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

3.638.000

4

Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

38.768.000

5 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

3.638.000

6 Pengaduk, panci, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air, milk can

12.988.000

7

Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

38.768.000

8 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

3.638.000

9 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

3.638.000

10

Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air

38.768.000

Dafarm mulai mengeluarkan biaya reinvestasi sejak tahun kedua usaha. Biaya terbesar dikeluarkan pada tahun ke 4, 7 dan 10 dari usaha tersebut yaitu sebesar Rp 38.768.000. Pada tahun tersebut jumlah peralatan investasi yang harus diperbaharui lebih banyak dari pada tahun-tahun yang lainnya. Biaya reinvestasi tersebut mencakup biaya untuk mengganti freezer, kulkas, kompor gas,

termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong dan galon air. Sedangkan biaya reinvestasi terkecil dikeluarkan pada tahun ke 2, 3, 5, 8 dan 9. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut hanya peralatan investasi yang memiliki masa pakai satu tahun saja yang diganti seperti pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong dan galon air.

7.2.2.3. Biaya Operasional

Seperti halnya pada skenario usaha I, biaya operasional yang dikeluarkan pada skenario usaha II juga terdiri dari dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel Dafarm pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 29 dan 30.

Adanya peningkatan kapasitas produksi menyebabkan pengeluaran untuk biaya tetap pada skenario usaha II lebih besar daripada skenario usaha I. Pemeliharaan merupakan komponen biaya tetap yang paling besar dalam skenario usaha II.

Tabel 29. Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha II

No Uraian Nilai (Rp) 1 Pemeliharaan 7.255.900 2 Listrik 4.872.000 3 Komunikasi 1.392.000 4 Transportasi 4.176.000 5 Penyusutan peralatan* 25.888.001

Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan laba/rugi

Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan yaitu sebesar Rp 7.255.900. Sedangkan pada perhitungan laba/rugi perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 25.888.001. Biaya penyusutan peralatan hanya ada dalam perhitungan laba/rugi karena pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya investasi sehingga komponen outflow untuk peralatan hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya tetap dalam perhitungan

78 laba/rugi usaha adalah sebesar Rp 43.583.901. Sedangkan total biaya tetap dalam perhitungan cashflow usaha adalah sebesar Rp 17.695.900.

Tabel 30. Biaya Variabel Dafarm per Tahun pada Skenario Usaha II

No Uraian Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga satuan (Rp) Total biaya (Rp) 1 Susu 870 L 10.440 L 4.000 41.760.000 2 Bakteri starter 21,75 L 261 L 100.000 26.100.000 3 Gula 304,5 kg 3654 kg 8.000 29.232.000 4 Nata de coco 34,8 kg 417,6 kg 2.000 835.200

5 Perasa buah 12 botol 144 botol 4.000 576000

6 Air galon 52 galon 624 galon 3.000 1.872.000

7 Plastik kemasan primer 17,4 kg 208,8 kg 25.000 5.220.000 8 Plastik kemasan sekunder 10,44 kg 125,28 kg 36.750 4.604.040

9 Gaji pegawai 2 orang 24 orang 500.000 12.000.000 10 Gaji pegawai borongan 49.582 stik 594.984 stik 20 11.899.680 7.2.2.4. Pajak Penghasilan

Komponen pengeluaran lainnya pada skenario usaha II adalah pajak penghasilan. Pajak tersebut dikeluarkan setiap tahun selama umur usaha dengan jumlah yang tergantung dari besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap tahun usahanya.perhitungan pajak penghasilan tersebut didasarkan pada aturan di dalam Pasal 21 Undang-Undang PPh tahun 2009 atas Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Pribadi. Dalam pasal tersebut tarif pajak yang berlaku adalah tarif pajak progresif. Tabel 31 menunjukkan besarnya pajak yang dikeluarkan oleh Dafarm setiap tahunnya pada skenario usaha II.

Pengeluaran pajak penghasilan terbesar terjadi pada tahun kesepuluh usaha. Hal ini disebabkan karena pada saat itu jumlah laba yang diperoleh lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Faktor penyebab lebih besarnya laba yang diperoleh pada tahun kesepuluh ini adalah adanya tambahan penerimaan yang bersumber dari nilai sisa investasi.

Tabel 31. Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha II

Tahun ke- Laba bersih sebelum pajak (Rp) Nilai pajak (Rp)

1 15.791.979 789.599 2 15.791.979 789.599 3 15.791.979 789.599 4 15.791.979 789.599 5 15.791.979 789.599 6 15.791.979 789.599 7 15.791.979 789.599 8 15.791.979 789.599 9 15.791.979 789.599 10 39.211.978 1.960.599

7.2.3. Analisis Laba Rugi Usaha

Dari perhitungan laba rugi usaha pembuatan yoghurt menggunakan skenario usaha II (Lampiran 8) terlihat bahwa selama umur usahanya, Dafarm selalu memperoleh keuntungan. Cara perhitungan laba rugi usaha pada skenario usaha II ini tidak berbeda dengan perhitungan pada skenario usaha I. Laba bersih terbesar yang bisa diperoleh Dafarm terjadi pada tahun ke 10 usaha yaitu sebesar Rp 39.211.978. Sedangkan total keuntungan selama sepuluh tahun usaha tersebut adalah sebesar Rp 172.272.800.

Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan dari barang-barang investasi per tahunnya. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 32.

80

Tabel 32. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan

Yogurt Dafarm Skenario Usaha II

No Uraian Jumlah Umur Ekonomis (Th) Nilai Total (Rp) Penyusuta n/Tahun 1. Mesin pasteurisasi 1 unit 10 30.000.000 3.000.000

2. Mesin inkubator 1 unit 10 27.000.000 2.700.000

3. Screen saparator 1 unit 10 6.000.000 600.000

4. Kompor gas 3 unit 3 810.000 270.000

5. Tabung gas 3 unit 5 900.000 180.000

6. Panci besar (20 L) 5 unit 1 1.250.000 1.250.000

7. Panci sedang (15L) 2 unit 1 360.000 360.000

8. Panci kecil (10 L) 2 unit 1 300.000 300.000

9. Milk can (stainless) 3 unit 5 2.100.000 420.000

10. Milk can (alminium) 2 unit 5 800.000 160.000

11. Box susu (35 L) 15 unit 5 5.550.000 1.110.000

12. Wadah plastik (20 L) 25 unit 1 1.250.000 1.250.000

13. Wadah plastik (5 L) 2 unit 1 30.000 30.000

14. Timbangan 1 unit 1 90.000 90.000

15. Takaran 2 unit 1 50.000 50.000

16. Saringan 2 unit 1 32.000 32.000

17. Pengaduk kayu 6 unit 1 30.000 30.000

18. Mangkuk 15 unit 1 60.000 60.000

19. Centong 6 unit 1 18.000 18.000

20. Galon air 3 unit 1 138.000 138.000

21. Kulkas 2 unit 3 5.600.000 1.866.667

22. Frizeer (528 L) 2 unit 3 9.600.000 3.200.000

23. Frizeer (300 L) 2 unit 3 7.800.000 2.600.000

24. Frizeer (200 L) 4 unit 3 9.600.000 3.200.000

25. Frizeer (120 L) 1 unit 3 1.700.000 566.667

26. Sepeda motor 1 1 unit 10 15.000.000 1.500.000

27. Sepeda motor 2 1 unit 10 9.000.000 900.000

28. Termometer 1 unit 3 20.000 6.667

7.2.4. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial pada skenario usaha II dilakukan dengan mendiskontokan nilai net benefit yang diperoleh dengan tingkat discount factor sebesar 6,5 persen. Penentuan discount factor sebesar 6,5 persen didasarkan pada tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Indonesia per November 2009. Penggunaan suku bunga Bank Indonesia tersebut adalah karena perusahaan dalam meningkatkan kapasitas produksinya tidak meminjam pada bank, tetapi memakai modal sendiri. Hasil analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Dafarm pada Skenario Usaha II

NPV (Rp) Net B/C IRR (%)

Payback Periode

(Tahun)

83.147.143 1,80 24 5,11

Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi di atas, usaha pembuatan yoghurt Dafarm dengan menggunakan skenario usaha II mampu menghasilkan nilai Net Present Value (NPV) yang lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 83.147.143. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha pembuatan yoghurt ini layak untuk dijalankan secara finansial. Nilai Net B/C yang diperoleh dari analisis ini adalah sebesar 1,80. Nilai ini memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria investasi dimana usaha dikatakan layak apabila nilai Net B/C-nya lebih besar dari 1. Nilai Net B/C sebesar 1,80 berarti bahwa setiap investasi sebesar Rp 1 akan menghasilkan Rp 1,80.

Ukuran investasi lainnya adalah IRR. Niali IRR yang diperoleh adalah sebesar 24 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan investasi pada usaha pembuatan yoghurt ini dapat memberikan keuntungan internal sebesar 24 persen per tahun. Karena nilai tersebut lebih besar daripada tingkat discount factor yang digunakan yaitu sebesar 6,5 persen, maka usaha pembuatan yoghurt ini dapat dikatakan layak secara finansial untuk dijalankan.

Jangka waktu pengembalian investasi dari usaha pembuata yoghurt ini bisa dilihat dari nilai payback periode. Hasil yang diperoleh untuk nilai payback periode tersebut adalah 5,11 tahun atau selama 5 tahun 1 bulan 9 hari. Jangka

82 waktu payback periode yang lebih pendek dari umur usaha tersebut menandakan usaha pembuatan yoghurt tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis finansial di atas, nilai NPV, IRR, Net B/C, dan payback periode yang diperoleh pada skenario usaha II telah memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara finansial, skenario usaha II tersebut layak untuk dijalankan.

7.2.5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui tingkat kepekaan usaha secara finansial dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan perubahan yang terjadi. Perubahan yang pernah dialami oleh Dafarn adalah berupa penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen. Berdasarkan kedua tingkat perubahan tersebut, analisis sensitivitas pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha II

Kriteria Investasi Penurunan Penjualan

36,57%

Kenaikan Harga Susu 12,5%

NPV (Rp) -11.471.777 29.565.802

Net B/C 0,90 1,27

IRR (%) 4 13

Payback Periode (tahun) - 6,46

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan penjualan sebesar 36,57 persen tersebut akan menghasilkan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp -11.471.777. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen akan menjadikan usaha ini tidak layak lagi untuk dijalankan.

Adanya kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen juga menurunkan nilai Net Present Value (NPV) menjadi Rp 29.565.802. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen tetap menjadikan usaha ini layak dijalankan. Penurunan nilai manfaat bersih kini atau NPV yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 64,44 persen. Nilai Net B/C, IRR dan Payback Periode yang dihasilkan oleh kenaikan

harga bahan baku sebesar 12,5% secara berturut-turut adalah 1,27, 13 persen dan 6,46 tahun. Hal ini berarti terjadi penurunan terhadap Net B/C sebesar 29,44 persen, IRR sebesar 45,83 persen, dan Payback Periode sebesar 20,89 persen.

7.2.6. Analisis Switching Value

Analisis switching value atau analisis nilai pengganti merupakan suatu variasi dari analisis sensitivitas. Berdasarkan analisis sensitivitas pada skenario usaha II, adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen membuat usaha masih layak secara finansial. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis nilai pengganti untuk mengetahui sampai sejauh mana penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku yang bisa ditolerir agar usaha tetap layak secara finansial. Analisis switching value ini juga bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat penurunan penjualan dan tingkat kenaikan harga bahan baku yang masih diterima agar usaha mencapai titik impasnya. Hasil dari analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha II

Perubahan Persentase (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Payback Periode (tahun) Penurunan penjualan 34,889207 0,00 1 6,5 10 Kenaikan harga susu 26,006326 0,00 1 6,5 10

Hasil dari analisis switching value tersebut menunjukkan bahwa batas tingkat penurunan penjualan yang masih bisa diterima agar usaha masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 34,889207 persen. Pada tingkat tersebut jumlah penjualan per tahun adalah sebesar 348.590 stik. Penurunan jumlah penjualan yang melebihi 34,889207 persen akan menyebabkan usaha tidak layak lagi untuk dijalankan.

Analisis switching value terhadap kenaikan harga jual menunjukkan bahwa tingkat minimum diterimanya usaha tersebut adalah terjadinya kenaikan harga bahan baku sebesar 26,006326 persen. Pada tingkat tersebut, harga susu segar mencapai Rp 5.040 per liter. Dengan demikian, peningkatan harga susu

84 segar yang lebih besar dari 26,006326 persen atau lebih besar dari Rp 5.040 per liter, akan menyebabkan usaha pembuatan yoghurt tidak layak lagi untuk dijalankan.

Dokumen terkait