• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5.1 Analisis Kendala, Kebutuhan dan Kelembagaan

hal ini di Kota Tarakan, perlu dikaji aspek kendala, kebutuhan dan lembaga yang berperan dalam penyediaan air bersih. Kajian ini menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling) dengan menggunakan kuisioner dan diskusi pakar.

a. Kendala dalam Penyediaan Air Bersih di Pulau Kecil

Berdasarkan hasil pendapat pakar, ditemukan 12 sub elemen kendala, yaitu (1) kebijakan yang kurang memperhatikan pulau kecil, (2) terbatasnya sarana dan prasarana dasar, (3) kualitas air baku yang buruk akibat pencemaran, (4) rendahnya kesadaran hidup bersih, (5) tingginya investasi sarana penyediaan air bersih, (6) tata ruang yang buruk, (7) mudah terjadi konflik sosial, (8) kurangnya sumberdaya manusia yang memadai, (9) terbatasnya sumberdaya air tawar, (10) kurangnya kemampuan/kapasitas institusi, (11) tata kelola kelembagaan lemah, (12) teknologi penyediaan air kurang memadai.

Hubungan kontekstual antar sub elemen kendala adalah sub elemen kendala yang satu memberikan kontribusi atau menyebabkan sub elemen kendala yang lain. Berdasarkan hasil analisis seperti pada Gambar 15 menunjukkan bahwa sub elemen kendala kebijakan yang kurang memperhatikan Pulau kecil (K1), kualitas air baku yang buruk akibat pencemaran (K3), tingginya investasi sarana penyediaan air bersih (K5), tata ruang yang buruk (K6), kurangnya sumberdaya manusia yang memadai (K8), terbatasnya sumberdaya air tawar (K9), terletak pada independent sector. Hal ini menunjukkan bahwa ke enam sub elemen

kendala tersebut memberikan kontribusi yang tinggi terhadap sub elemen kendala yang lain, setiap perubahan dalam sub elemen ini akan mempengaruhi sub elemen kendala yang lain, sehingga perlu kajian yang lebih hati-hati dan mendalam. Sub elemen terbatasnya sarana dan prasarana dasar (K2) dan mudah terjadi konflik sosial (K7), terletak pada linkage sector, hal ini berarti bahwa terjadinya kedua sub elemen kendala tersebut sangat dipengaruhi dan sekaligus mempengaruhi terjadinya sub elemen kendala yang lain. Sub elemen kurangnya kemampuan/kapasitas institusi (K10), tata kelola kelembagaan lemah (K11), berada pada dependent sector, hal ini berarti bahwa terjadinya kedua kendala ini sangat dipengaruhi oleh sub elemen kendala lainnya. Sedangkan sub elemen kendala rendahnya kesadaran hidup bersih (K4) dan teknologi penyediaan air kurang memadai (K12), menempati autonomous sector, hal ini berarti bahwa sub elemen kendala ini umumnya tidak berkaitan atau memiliki hubungan yang sedikit dengan sub elemen kendala lainnya.

Gambar 15 Matriks driver power – dependence untuk elemen kendala dalam penyediaan air bersih berkelanjutan di Kota Tarakan

Dari analisis ini didapatkan hirarki sub elemen kendala seperti yang disajikan pada Gambar 16. Sub elemen kendala kunci (driver power) pada penyediaan air bersih berkelanjutan di pulau kecil di Kota Tarakan adalah kualitas air baku yang buruk akibat pencemaran (K3), kurangnya sumberdaya

manusia yang memadai (K8) dan terbatasnya sumberdaya air tawar (K9). Ketiga sub elemen kendala ini menjadi dasar bagi sub elemen lainnya. Untuk itu kendala kualitas air baku yang buruk, kurangnya sumberdaya manusia yang memadai dan terbatasnya sumberdaya air tawar menjadi elemen kendala yang perlu terlebih dahulu diselesaikan. Sub elemen kendala selanjutnya adalah kebijakan yang kurang memperhatikan Pulau kecil (K1). Akibat kurang perhatian dari pemerintah, maka sarana dan prasarana dasar (K2) menjadi terbatas, begitu juga dengan tata ruang yang belum tertata (K6). Tahapan selanjutnya yang harus dipecahkan dalam penyediaan air bersih adalah menciptakan sarana penyediaan air bersih dengan investasi yang murah (K5). Berikutnya adalah memperbaiki tata kelola kelembagaan pengelolaan air bersih (K11), menyelesaikan atau meredam konflik-konflik sosial (K7) dan merubah budaya masyarakat untuk selalu hidup bersih (K4). Kendala ini menarik, karena mudahnya terjadi perselisihan antar suku di Kota Tarakan, dan beberapa suku tertentu memiliki kebiasaan yang berbeda dalam memanfaatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Contohnya, ada sebagian suku di Kota Tarakan yang terbiasa menggunakan air yang sedikit payau, begitu pula ada sebagian suku yang terbiasa menggunakan air yang sedikit asam (gambut). Tahapan terakhir yang harus diselesaikan adalah meningkatkan kemampuan kapasitas institusi (K10), hal ini terlihat dari rendahnya cakupan pelayanan air bersih di Kota Tarakan, untuk itu diperlukan teknologi penyediaan air yang cocok di Pulau kecil, khususnya di Kota Tarakan (K12).

Gambar 16 Struktur hirarki sub elemen kendala penyediaan air bersih berkelanjutan di Kota Tarakan

b. Kebutuhan dalam Penyediaan Air Bersih di Pulau Kecil

Berdasarkan hasil pendapat pakar, ditemukan 7 sub elemen kendala, yaitu (1) ketersediaan air baku, (2) teknologi penyediaan air bersih, (3) investasi, (4) peran serta masyarakat, (5) dukungan kebijakan, (6) sumberdaya manusia, (7) lembaga pengelolaan air bersih.

Hubungan kontekstual antar sub elemen kebutuhan adalah sub elemen kebutuhan yang satu lebih penting dari sub elemen kebutuhan yang lain. Berdasarkan hasil analisis seperti pada Gambar 17 menunjukkan bahwa sub elemen kebutuhan ketersediaan air baku (B1) dan teknologi pengolahan air bersih (B2), terletak pada independent sector. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sub elemen kebutuhan tersebut memberikan kontribusi yang tinggi terhadap sub elemen kebutuhan yang lain, setiap perubahan dalam sub elemen ini akan mempengaruhi sub elemen kebutuhan yang lain, sehingga perlu kajian yang lebih hati-hati dan mendalam. Sub elemen peran serta masyarakat (B4), sumberdaya manusia (B6) dan investasi (B3), terletak pada lingkage sector, hal ini berarti bahwa terjadinya kedua sub elemen kebutuhan tersebut sangat dipengaruhi dan sekaligus mempengaruhi terjadinya sub elemen kebutuhan yang lain. Sub elemen dukungan kebijakan (B5), dan lembaga pengelolaan air bersih (B7), berada pada dependent sector, hal ini berarti bahwa terjadinya kedua kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh sub elemen kebutuhan lainnya.

Gambar 17 Matriks driver power – dependence untuk elemen kebutuhan dalam penyediaan air bersih berkelanjutan di Kota Tarakan

Dari analisis ini didapatkan hirarki sub elemen kebutuhan seperti yang disajikan pada Gambar 18. Sub elemen kebutuhan kunci (driver power) pada penyediaan air bersih berkelanjutan di Pulau kecil di Kota Tarakan adalah ketersediaan air baku (B1). Sub elemen kebutuhan ini menjadi dasar bagi sub elemen lainnya. Untuk itu ketersediaan air baku yang dapat dimanfaatkan atau diolah menjadi air bersih menjadi elemen kebutuhan yang perlu dan penting terlebih dahulu diperhitungkan. Sub elemen kebutuhan selanjutnya adalah teknologi pengolahan air bersih (B2). Sub elemen ini perlu disediakan sebagai alat untuk mengolah air baku yang tersedia. Kemudian diperlukan juga peran serta masyarakat (B4) dan ketersediaan sumber daya manusia (B6) yang handal. Semua elemen kebutuhan diatas membutuhkan investasi yang layak dan proporsional (B3). Untuk itu, dukungan pemerintah daerah maupun pusat sangat diperlukan dalam bentuk dukungan kebijakan (B5), dan level terakhir dalam kebutuhan penyediaan air bersih di Pulau kecil ini diperlukan suatu lembaga dalam pengelolaan air bersih (B7).

Gambar 18 Struktur hirarki sub elemen kebutuhan penyediaan air bersih berkelanjutan di Kota Tarakan

c. Lembaga yang terlibat dalam Penyediaan Air Bersih di Pulau Kecil

Berdasarkan hasil pendapat pakar, ditemukan 7 sub elemen lembaga, yaitu (1) pemerintah pusat, (2) pemerintah daerah, (3) PDAM, (4) masyarakat, (5) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), (6) Swasta, (7) perguruan tinggi.

Hubungan kontekstual antar sub elemen lembaga adalah sub elemen lembaga yang satu lebih berpengaruh dari sub elemen lembaga yang lain.

Berdasarkan hasil analisis seperti pada Gambar 19 menunjukkan bahwa sub elemen lembaga pemerintah pusat (L1), pemerintah daerah (L2) dan PDAM (L3), terletak pada independent sector. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sub elemen lembaga tersebut memberikan kontribusi yang tinggi terhadap sub elemen lembaga yang lain, setiap perubahan dalam sub elemen ini akan mempengaruhi sub elemen lembaga yang lain, sehingga perlu kajian yang lebih hati-hati dan mendalam. Sub elemen masyarakat (L4) dan swasta (L6), terletak pada lingkage sector, hal ini berarti bahwa terjadinya kedua sub elemen lembaga tersebut sangat dipengaruhi dan sekaligus mempengaruhi terjadinya sub elemen lembaga yang lain. Sub elemen lembaga swadaya masyarakat (L5) dan perguruan tinggi (L7), berada pada dependent sector, hal ini berarti bahwa keberadaan kedua lembaga ini sangat dipengaruhi oleh sub elemen lembaga lainnya.

Gambar 19 Matriks driver power – dependence untuk elemen lembaga dalam penyediaan air bersih berkelanjutan di Kota Tarakan

Dari analisis ini didapatkan hirarki sub elemen lembaga seperti yang disajikan pada Gambar 20. Sub elemen lembaga kunci (driver power) pada penyediaan air bersih berkelanjutan di pulau kecil di Kota Tarakan adalah perusahaan daerah air minum/PDAM (L3). Sub elemen lembaga ini menjadi dasar bagi sub elemen lainnya. Untuk itu keberadaan perusahaan daerah air minum masih menjadi lembaga yang paling berpengaruh dalam penyediaan air

bersih. Sub elemen lembaga selanjutnya adalah pemerintah daerah (L2) dan selanjutnya pemerintah pusat (L3). Peranan kedua lembaga pemerintah ini juga tidak kalah penting. Lembaga selanjutnya yang berpengaruh adalah masyarakat (L4) dan swasta (L6). Kedua lembaga ini berada pada level yang sama, yang dapat diartikan bahwa penyediaan air bersih oleh masyarakat dan swasta memiliki peranan yang sama di Pulau kecil. Level selanjutnya adalah lembaga perguruan tinggi (L7). Lembaga ini berperan sebagai pengembangan teknologi pengolahan air bersih, sedangkan level selanjutnya adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai elemen lembaga terakhir yang berpengaruh dalam penyediaan air bersih. Keberadaan LSM dapat berperan sebagai pengawas sosial dalam sector penyediaan air bersih.

Gambar 20 Struktur Hirarki Sub Elemen Lembaga Penyediaan Air Bersih Berkelanjutan di Kota Tarakan

Dokumen terkait