• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis Model Penyediaan Air Bersih Pulau Kecil

7 MODEL PENYEDIAAN AIR BERSIH PULAU KECIL

7.2 Metode Analisis Model Penyediaan Air Bersih Pulau Kecil

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam menyusun model penyediaan air bersih berkelanjutan di Kota Tarakan berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dari responden dan pakar terpilih. Data primer

yang diperlukan berupa faktor-faktor penting dalam penyediaan air bersih di Kota Tarakan. Hal ini didapat melalui wawancara dengan responden dan para pakar terpilih. Data primer yang diperlukan berupa data yang berkaitan dengan kendala, kebutuhan dan lembaga yang terlibat dalam penyediaan air bersih Kota Tarakan. Sedangkan data sekunder yang diperlukan adalah jumlah penduduk, jumlah unit hotel dan industri, luas wilayah, curah hujan dan kapasitas layanan PDAM.

7.2.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penyusunan model penyediaan air bersih secara berkelanjutan di Kota Tarakan dilakukan melalui diskusi, wawancara dan kuisioner dan survey lapangan. Selain itu juga dilakukan studi kepustakaan dan dokumen dari instansi-instansi terkait penyediaan air bersih Kota Tarakan.

7.2.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penyediaan air bersih secara berkelanjutan di Kota Tarakan adalah sistem dinamik dengan bantuan software Powersim Constructor v2.5. Tahapan-tahapan dalam sistem dinamik meliputi analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, simulasi model dan validasi model. Dalam analisis sistem dinamik ini akan dikaji dua sub model, yaitu sub model kebutuhan air bersih dan sub model penyediaan air bersih.

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam penyediaan air bersih. Berdasarkan kajian, stakeholder yang terlibat dalam penyediaan air bersih dan masing-masing kebutuhannya dapat dilihat dalam Tabel 14.

Tabel 14 Analisis kebutuhan aktor dalam pegelolaan air bersih Kota Tarakan.

No Aktor/Stakeholder Kebutuhan

1 Masyarakat pengguna air 1. Terpenuhinya kebutuhan air bersih 2. Tarif air yang terjangkau

3. Kualitas air bersih yang baik 2 Dinas dan instansi

pemerintah

1. Tidak terjadi kelangkaan air pada musim kemarau

2. Dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat

4. Pendapatan daerah meningkat

5. Kebijakan dalam penyediaan air bersih 3 PDAM Tarakan 1. Biaya operasional yang murah

2. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat air

3. Dapat mencapai keuntungan yang layak bagi perusahaan

4. Terjaminnya air baku secara kuantitas dan kualitas

4 Lembaga swadaya masyarakat

1. Terjaminnya kesetaraan dalam pemenuhan air bersih masyarakat 2. Tidak terjadi konflik kepentingan dalam

pemanfaatan air bersih 3. Good governance

5 Perguruan tinggi 1. Kemitraan dengan perguruan tinggi dalam penyediaan air bersih

2. Hasil kajian yang aplikatif

b. Formulasi Masalah

Menurut Eriyatno (2003), formulasi masalah disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki (limited of resources) dan atau adanya konflik atau perbedaan kepentingan (conflict of interest) diantara pemangku kepentingan.

Berdasarkan analisis kebutuhan dan kondisi air bersih Kota Tarakan saat ini, permasalahannya diformulasikan sebagai berikut :

1. Jumlah pertambahan penduduk yang terus meningkat dengan jangka waktu yang pendek dan penyebarannya yang tidak merata.

2. Masih terdapat daerah permukiman kumuh dengan kondisi dibawah standar dengan jumlah yang sangat besar.

3. Prasarana dan sarana air bersih yang belum seimbang dengan pertumbuhan penduduk, dan tingginya kebocoran PDAM.

4. Pencemaran sumber air baku akibat buangan dari domestic/non-domestik, dan intrusi air laut. Sehingga air tanah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan langsung sebagai air bersih.

5. Pemanfaatan air bersih yang tidak memperhatikan kaidah konservasi lingkungan, dimana masih terjadi perubahan fungsi lahan yang cukup signifikan.

6. Belum terbentuk mekanisme kerjasama pemerintah daerah secara terpadu dalam penyediaan air bersih. Sehingga penyediaan yang terjadi masih bersifat parsial dan saling lempar tanggung jawab.

c. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu rangkaian hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus dipecahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Tujuan identifikasi sistem adalah untuk memberikan gambaran tentang hubungan antara faktor- faktor yang saling mempengaruhi dalam kaitannya dengan pembentukan suatu sistem. Hubungan antar faktor digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat (causal loop), kemudian dilanjutkan dengan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (black box). Dalam menyusun kotak gelap, jenis informasi dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu peubah input, peubah output dan parameter-parameter yang mebatasi struktur sistem. Gambaran diagram kotak gelap dapat dilihat pada Gambar 33.

Gambar 33 Diagram kotak gelap (black box) sistem penyediaan air bersih di Kota Tarakan

d. Validasi Model

Terdapat dua pengujian dalam validasi model yaitu uji validasi struktur dan uji validasi kinerja. Uji validasi struktur lebih menekankan pada keyakinan pada pemeriksaan kebenaran logika pemikiran, sedangkan uji validasi kinerja

lebih menekankan pemeriksaan yang taat data empiris. Model yang baik adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut yaitu logis-empiris (logico-empirical).

Uji validasi struktur bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata. Uji ini dibedakan atas dua jenis yaitu validasi konstruksi dan kestabilan struktur. Validasi konstruksi adalah keyakinan terhadap konstruksi model diterima secara akademis, sedangkan kestabilan struktur adalah keberlakuan atau kekuatan (robustness) struktur dalam dimensi waktu (Muhammadi et al., 2001).

Uji validasi kinerja bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai (compatible) dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah dengan yang taat fakta, yaitu dengan melihat apakah perilaku output model sesuai dengan perilaku data empiris. Penyimpangan terhadap output model dengan data empiris dapat diketahui dengan uji statistik yaitu menguji penyimpangan rata-rata absolutnya (AME : Absolute Means Error) dan penyimpangan variasi absolutnya (AVE : Absolute Variation Error). Batas penyimpangan yang dapat diterima berkisar antara 5 – 10% (Muhammadi et al., 2001). Adapun rumus untuk menghitung nilai AME dan AVE seperti di bawah ini :

Rumus AME (Absolute Means Error) = (Si – Ai) / Ai x 100% …….………(1) Si = Si / N dan Ai = Ai / N

dimana : S = Nilai simulasi A = Nilai aktual

N = Interval waktu pengamatan

Rumus AVE (Absolute Variation Error) = (Ss – Sa) / Sa x 100% ………..(2) Ss = ((Si - Si)2) / N dan Sa = ((Ai - Ai)2) / N

dimana : Sa = Deviasi nilai aktual Ss = Deviasi nilai simulasi N = Interval waktu pengamatan

e. Uji Kestabilan Model

Uji kestabilan model pada dasarnya merupakan bagian dari uji validasi struktur. Uji ini dilakukan untuk melihat kestabilan atau kekuatan (robustness) model dalam dimensi waktu. Model dikatakan stabil apabila struktur model agregat dan disagregat memiliki kemiripan. Caranya adalah dengan menguji struktur model agregat yang diwakili oleh sub-sub model yang ada.

f. Uji Sensitivitas Model

Uji sensitivitas merupakan respon model terhadap suatu stimulus. Respon ini ditunjukkan dengan perubahan perilaku dan/atau kinerja model. Stimulus diberikan dengan memberikan perlakuan tertentu pada unsur atau struktur model.

Dokumen terkait