• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 MODEL PENYEDIAAN AIR BERSIH PULAU KECIL

7.3 Model Penyediaan Air Bersih Pulau Tarakan

7.3.2 Sub Model Ketersediaan Air Bersih

Sub model ketersediaan ini mendeskripsikan ketersediaan air bersih yang berasal dari sumber alam yaitu air tanah/sumur dan pelayanan PDAM. Ketersediaan air bersih dari alam dipengaruhi oleh besarnya koefisien run off masing-masing tutupan lahan, curah hujan, luas lahan dan luas catchment area. Sedangkan ketersediaan air dari sektor pelayanan PDAM dihitung berdasarkan kapasitas instalasi pengolahan air (IPA) PDAM. Keterkaitan antar variable ketersediaan air dapat dilihat pada Gambar 36.

Ketersediaan air tanah dapat ditingkatkan dengan menaikan imbuh air tanah dengan melakukan upaya-upaya reboisasi pada lahan hutan, pembuatan terasering pada lahan lading/tegakan, pembuatan sumur resapan pada lahan permukiman dan pembuatan sistem intensifikasi pada lahan tambak. Upaya konservasi ini dilakukan untuk menurunkan koefisien run off masing-masing land use sehingga imbuhan air tanah menjadi meningkat. Jadi, semakin tinggi upaya konservasi maka koefisien run off akan semakin kecil dan imbuhan air tanah akan meningkat. Nilai koefisien run off pada masing-masing land use dapat dilihat pada Tabel 18. Imbuhan air tanah yang dipakai sebagai air bersih diasumsikan sebanyak 40%, dan sisanya berupa cadangan air tanah. Namun upaya konservasi ini juga harus memperhitungkan biaya konservasi pada masing-masing land use. Dalam hal ini biaya konservasi pada masing-masing land use berupa data asumsi berupa nilai masukan (input).

Koefisien run off pada masing-masing lahan dikumulatifkan sehingga menjadi koefisien run off kumulatif menggunakan persamaan (4). Persamaan- persamaan lain yang digunakan dalam perhitungan ketersediaan air bersih pada sub model ketersediaan air bersih ini adalah :

……… (4)

………..…...………….………… (5)

………..……… (6)

……… (7) dimana :

C = koefisien run off kumulatif Ci = koefisien run off lahan i

Ai = luas lahan i (ha)

RO = Run Off (m3/thn)

I = curah hujan tahunan (mm/thn)

A = luas daerah tangkapan (ha)

G = imbuhan air tanah (m3/thn) P = volume hujan (m3/thn) E = evaporasi (m3/thn)

IKA = indeks ketersediaan air bersih

Ketersediaan air dari pelayanan PDAM dapat ditingkatkan dengan cara melakukan uprating instalasi pengolahan air (IPA) PDAM eksisting atau membuat instalasi pengolahan air bersih mikro (IPAB Mikro) pada masing-masing wilayah yang kekurangan pelayanan air bersih. Pada sub model ini dibandingkan antara penambahan ketersediaan air dengan cara uprating IPA dan pembuatan IPAB Mikro. Rincian biaya uprating dan IPAB Mikro dapat dilihat pada Lampiran 6 s/d 7. Berdasarkan biaya uprating dan biaya pemasangan IPAB Mikro tersebut

didapat biaya dan jumlah unit IPAB Mikro yang dibutuhkan oleh Kota Tarakan untuk menambah kekurangan air pada tiap tahun. Biaya ini akan bervariasi pada masing-masing kecamatan, tergantung jumlah kekurangan air yang akan disediakan. Dengan diketahuinya biaya penambahan air bersih tersebut, maka dapat dijadikan usulan kebijakan sebagai alternatif dalam pemilihan sistem penyediaan air bersih di Kota Tarakan. Pelayanan air bersih perpipaan ini sesuai

MDG’s tahun 2015 harus dapat melayani 80% kebutuhan air bersih masyarakat.

Sehingga pelayanan air bersih oleh PDAM (perpipaan) ditargetkan terlayani 80%, dan sisanya terlayani oleh air tanah/sumur.

Tabel 18 Nilai koefisien run off masing-masing land use

Tataguna lahan C Tataguna lahan C

Perkantoran Daerah pusat kota Daerah sekitar kota Perumahan

Rumah tunggal

Rumah susun, terpisah Rumah susun,

bersambung Pinggiran kota Daerah Industri Kurang padat industri Padat Industri Taman, kuburan 0,7-0,95 0,5-0,7 0,3-0,5 0,4-0,6 0,6-0,75 0,25-0,4 0,5-0,8 0,6-0,9 0,1-0,25 Tanah Lapang Berpasir, datar, 2% Berpasir, agak rata, 2-7% Berpasir, miring, 7% Tanah berat, datar, 2% Tanah berat, agak rata, 2-7% Tanah berat, miring, 7% Tanah Pertanian, 0-30% Tanah kosong

Rata Kasar

Ladang Garapan

Tanah berat, tanpa vegetasi

0,05-0,10 0,10-0,15 0,15-0,20 0,13-0,17 0,18-0,22 0,25-0,35 0,30-0,60 0,20-0,50 0,30-0,60 Sumber : U.S Forest Service, 1980 dalam Asdak, C (2007)

Sub model ketersediaan air bersih ini juga menghitung neraca air bersih dan indeks ketersediaan air bersih (IKA). Neraca air bersih yaitu selisih dari air yang tersedia dengan kebutuhan total air bersih pada setiap tahun. Sedangkan IKA adalah perbandingan ketersediaan air bersih dengan kebutuhan air bersih

pada setiap tahun. Diharapkan IKA memiliki nilai ≥ 1 pada setiap tahunnya.

Dengan demikian, ketersediaan air bersih Kota Tarakan lebih besar dari kebutuhannya, sehingga tidak terjadi krisis air. Diagram alir sub model ketersediaan air bersih dapat dilihat pada Gambar 37 dan persamaan model dinamis ketersediaan air bersih selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Beberapa data awal dan asumsi yang dipergunakan dalam sub model ketersediaan air bersih ini adalah :

1. Luas daerah tangkapan air Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan Timur, Tarakan Tengah dan Tarakan Utara masing-masing adalah 2.789 ha, 5.801 ha, 5.554 ha, 10.936 ha. Dengan total wilayah sebesar 25.080 ha.

2. Luas lahan permukiman di Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan Timur, Tarakan Tengah dan Tarakan Utara masing-masing adalah 414 ha, 328 ha, 397 ha, dan 237 ha (Citra Satelit Landsat TM 05 tahun 2008).

3. Luas lahan hutan di Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan Timur, Tarakan Tengah dan Tarakan Utara masing-masing adalah 448 ha, 2516 ha, 3652 ha, dan 7861 ha (Citra Satelit Landsat TM 05 tahun 2008).

4. Luas lahan tegakan/lading di Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan Timur, Tarakan Tengah dan Tarakan Utara masing-masing adalah 1396 ha, 2688 ha, 1505 ha dan 2557 ha (Citra Satelit Landsat TM 05 tahun 2008).

5. Luas lahan tambak di Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan Timur, Tarakan Tengah dan Tarakan Utara masing-masing adalah 531 ha, 269 ha, 0 ha dan 281 ha.

6. Koefisien run off eksisting sebagai batas atas pada lahan permukiman, tegalan, hutan dan tambak masing-masing adalah 0,75, 0,35, 0,4 dan 0,7. Sedangkan pada batas bawah adalah 0,3, 0,2, 0,2 dan 0,2.

7. Curah hujan rata-rata tahunan Kota Tarakan adalah 3705,65 mm/thn. 8. Evaporasi rata-rata tahunan Kota Tarakan adalah 1700 mm/thn.

9. Biaya sumur resapan sebesar Rp500.000,00/ha, reboisasi sebesar Rp1.500.000,00/ha, terasering Rp1.000.000,00/ha dan intensifikasi tambak Rp5.000.000,00/ha.

10. Biaya uprating IPA PDAM sebesar Rp.1.159,5/m3, biaya pemasangan IPAB Mikro Rp643,00/m3.

11. Asumsi pemakaian air tanah dari imbuhan air tanah adalah 40%, dan sebanyak 30% air tanah tidak bisa dimanfaatkan karena pencemaran dan intrusi air laut.

12. Ketersediaan air bersih terdiri atas ketersediaan air bersih dari imbuhan air tanah (alami) dan pelayanan perpipaan PDAM.

7.4 Simulasi Model Penyediaan Air Bersih Kecamatan Tarakan Barat

Dokumen terkait