• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. ANALISIS POTENSI, KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

3.2. Analisis Kerentanan dan Dampak

Kerentanan adalah kecenderungan suatu sistem untuk mengalami dampak negatif yang meliputi sensitivitas terhadap dampak negatif dan kurangnya kapasitas adaptif untuk mengatasi dampak negatif, sedangkan dampak adalah kerugian atau manfaat akibat adanya Perubahan Iklim dalam bentuk yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi.33

31 Hasil FGD I di Kantor Kecamatan Pacet 28 Januri – 1 Februari 2019

32 Idem

33 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019

Desa Claket terpapar empat bencana hidrometeorologi yang meliputi banjir bandang, longsor, kebakaran hutan dan angin kencang. Analisis kerentanan, dampak dan risiko pada kajian ini meliputi sektor pariwisata dan sumber daya air.

Keterpaparan

Keterpaparan adalah keberadaan manusia, mata pencaharian, spesies/ekosistem, fungsi lingkungan hidup, jasa dan sumber daya, infrastruktur, atau aset ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah atau lokasi yang dapat mengalami dampak negatif34. Keterpaparan berkontribusi dalam pembentukan kerentanan suatu sistem terhadap perubahan iklim.

Keterpaparan Sektor Pariwisata

Secara partisipatif, masyarakat menilai bahwa Desa Claket terpapar oleh empat stresor yang meliputi longsor, banjir bandang, kebakaran hutan dan puting beliung, baik untuk sektor pariwisata maupun sektor sumber daya air. Khusus sektor pariwisata, keterpaparan dinilai dari beberapa aspek seperti rasio jumlah bangunan dan jumlah penduduk yang tinggal/berada di lokasi rawan serta rasio lokasi wisata yang berada di Desa.

Hasil analisis menunjukkan ada penilaian yang berbeda pada salah satu komponen penyusun keterpaparan (exposure), yaitu rasio lokasi wisata yang berada di lokasi rawan, sedangkan rasio penduduk di lokasi rawan dan rasio lokasi wisata dinilai rendah. Masyarakat menilai bahwa bangunan di Desa Claket paling banyak berada di lokasi rawan terhadap stresor longsor, kebakaran hutan dan puting beliung, sedangkan paling sedikit berada di lokasi rawan banjir bandang. Namun, hasil penilaian kumulatif menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat keterpaparan antarstresor dan seluruh stresor dinilai memberikan keterpaparan sedang.

Tabel 5. Keterpaparan sektor pariwisata35

Stresor Nilai Keterpaparan

Longsor 1,7 SEDANG

Banjir Bandang 1,3 SEDANG

Kebakaran Hutan 1,7 SEDANG

Puting Beliung 1,7 SEDANG

Keterpaparan Sektor Sumber Daya Air

Sedikit berbeda dengan sektor pariwisata, penilaian keterpaparan sektor sumber daya air meliputi rasio mata air yang berada di lokasi rawan terhadap stresor. Hasil penilaian masyarakat menunjukkan bahwa sektor sumber daya air Desa Pacet terpapar dengan tingkat rendah oleh seluruh stresor yang meliputi longsor, banjir bandang, kebakaran hutan dan puting beliung. Namun jika ditinjau lebih dalam, terdapat perbedaan penilaian pada aspek rasio lokasi mata air yang berada di lokasi rawan. Masyarakat menilai bahwa rasio mata air yang berada di lokasi rawan kebakaran hutan dan puting beliung lebih tinggi dari pada yang berada di lokasi rawan longsor dan banjir bandang.

34 Ibid

35 Hasil FGD 2 3-6 Maret 2019

Tabel 6. Keterpaparan sektor sumber daya air36

Stresor Nilai Keterpaparan

Longsor 1,0 RENDAH

Banjir Bandang 1,0 RENDAH

Kebakaran Hutan 1,3 RENDAH

Puting Beliung 1,3 RENDAH

Sensitivitas

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019, sensitivitas adalah tingkat suatu sistem akan terpengaruh atau responsif terhadap rangsangan iklim, tetapi dapat diubah melalui perubahan sosial ekonomi. Sensitivitas dibentuk oleh beberapa aspek yang meliputi aspek sosial, ekonomi, infrastruktur dan lingkungan. Sensitivitas juga merupakan komponen pembentuk kerentanan37.

Sensitivitas Sektor Pariwisata

Hasil penilaian partisipatif masyarakat menunjukkan bahwa sektor pariwisata dinilai cukup sensitive (sedang) terhadap seluruh stresor yang meliputi longsor, banjir bandang, kebakaran hutan dan puting beliung. Namun, jika ditinjau lebih dalam, terdapat perbedaan sensitivitas pada aspek ekonomi, sedangkan aspek sosial, infrastruktur dan lingkungan dinilai seragam. Selain itu, aspek infrastruktur berkontribusi paling tinggi terhadap sensitivitas sektor pariwisata Desa Claket terhadap seluruh stresor.

Masyarakat menilai bahwa desain dan konstruksi bangunan wisata dan bangunan/rumah di Desa Claket belum mempertimbangkan risiko bencana. Selain itu, tata ruang juga dinilai menyebabkan sektor pariwisata semakin sensitif terhadap banjir bencana. Di sisi lain, aspek ekonomi pada dasarnya juga menyebabkan sektor pariwisata menjadi sensitif terhadap bencana, namun kontribusinya kecil karena beberapa pertimbangan salah satunya rasio penduduk miskin di Desa Claket yang dinilai rendah dan pengaruh bencana terhadap pendapatan penduduk dari sektor pariwisata yang dinilai sedang.

Tabel 7. Sensitivitas sektor pariwisata38

Stressor Sosial Ekonomi Infrastruktur Lingkungan Sensitivitas

Longsor 2,0 1,5 2,7 2,0 SEDANG

Banjir Bandang 2,0 1,3 2,7 2,0 SEDANG

Kebakaran Hutan 2,0 1,5 2,7 2,0 SEDANG

Puting Beliung 2,0 2,2 2,7 2,0 SEDANG

Sensitivitas Sektor Sumber Daya Air

Hasil penilaian sensitivitas terhadap sektor sumber daya air tidak memilki perbedaan dengan sektor pariwisata. Penilaian masyarakat menunjukkan bahwa sektor sumber daya air cukup sensitif (sedang)

36 Hasil FGD 3-6 Maret 2019

37 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019

38 Hasil FGD 3-6 Maret 2019

terhadap seluruh stresor. Nilai pada masing-masing aspek pada setiap stresor relatif sama, kecuali pada aspek ekonomi. Masyarakat menilai bahwa keterkaitan mata pencaharian penduduk desa paling tinggi terhadap puting beliung dan paling rendah terhadap kebakaran hutan dan banjir bandang. Namun, aspek ekonomi berkontribusi paling kecil terhadap sensitivitas sektor sumber daya air terhadap bencana, sedangkan yang paling besar adalah aspek infrastruktur yang meliputi konstruksi, desain dan kualitas material bangunan.

Ditinjau dari aspek sosial, jumlah penduduk yang menggunakan air dari sumber mata air ikut berkontribusi pada sensitivitas sektor sumber daya air terhadap bencana. Semakin banyak masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam tertentu yang terpapar oleh kerusakan alam, maka sensitivitas menjadi tinggi. Konsepsi tersebut menjelaskan bahwa jumlah pengguna mata air yang banyak akan menyababkan semakin banyak pula penduduk yang akan terdampak kesulitan air jika mata air mengalami degradasi/kerusakan akibat bencana dan perubahan iklim.

Tabel 8. Sensitivitas sektor sumber daya air39

Stressor Sosial Ekonomi Infrastruktur Lingkungan Sensitivitas

Longsor 2,2 1,8 2,4 1,5 SEDANG

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019 mendefinisikan kapasitas adaptif sebagai potensi atau kemampuan suatu sistem untuk menyesuaikan diri dengan Perubahan Iklim, termasuk variabilitas iklim dan iklim ekstrem, sehingga potensi kerusakannya dapat dikurangi atau dicegah.

Kapasitas adaptif dibentuk oleh beberapa aspek yang meliputi kelembagaan dan kebijakan, anggaran, kesiapsiagaan dan peran serta masyarakat. Kapasitas adaptif merupakan komponen pembentuk kerentanan, namun berhubungan terbalik. Artinya, semakin tinggi kapasitas adaptif maka kerentanan terhadap Perubahan Iklim menurun.40

Kapasitas adaptif Sektor Pariwisata

Berdasarkan hasil penilaian kapasitas adaptif dalam menghadapi perubahan iklim, diketahui bahwa sektor pariwisata cenderung memiliki kapasitas adaptif yang cukup (sedang) dalam menghadapi seluruh stresor bencana. Aspek anggaran dan keuangan merupakan aspek kapasitas adaptif yang dinilai paling rendah. Penilaian tersebut muncul karena Desa Claket belum memiliki anggaran terkait dengan API-PRB yang meliputi anggaran pelatihan API-API-PRB untuk pengelola lokasi wisata dan anggaran untuk perawatan sistem peringatan dini (EWS) di lokasi rawan bencana.

Desa Claket juga belum memiliki aturan dan kebijakan terkait API-PRB di sektor pariwisata dan belum memiliki aturan khusus untuk pemeliharaan lokasi rawan bencana. Namun, aspek yang berkontribusi

39 Hasil FGD 3-6 Maret 2019

40 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019

paling besar terhadap kapasitas adaptif sektor pariwisata Desa Claket adalah aspek peran serta masyarakat. Masyarakat menilai bahwa kegotongroyongan dan keswadayaan masyarakat di Desa Claket ketika terjadi bencana dikategorikan baik dan mendukung adaptasi terhadap bencana dan perubahan iklim.

Tabel 9. Kapasitas adaptif sektor pariwisata41 Stressor Kelembagaan

dan Kebijakan Anggaran Kesiapsiagaan

Peran Serta

Kapasitas adaptif Sektor Sumber Daya Air

Kapasitas adaptif sektor sumber daya air terhadap seluruh stresor dinilai sama, yaitu pada tingkat cukup (sedang) untuk menghadapi bencana dan perubahan iklim. Aspek anggaran berkontribusi paling kecil terhadap kapasitas adaptif. Desa Claket belum memiliki alokasi anggaran terkait pelatihan API-PRB bagi pelaku yang bertanggung jawab pada sektor sumber daya air seperti HIPAM.

Desa Pacet juga belum memiliki aturan terkait API-PRB di sektor sumber daya air dan belum memiliki SOP kebencanaan di lokasi sumber daya air. Namun, peran serta masyarakat merupakan aspek yang memberikan kontribusi paling besar terhadap kapasitas adaptif sektor sumber daya air dan membawa kapasitas adaptif pada tingkat sedang. Masyarakat menilai bahwa kegotongroyongan dan keswadayaan masyarakat dalam menghadapi stresor dikategorikan tinggi.

Tabel 10. Kapasitas adaptif sektor sumber daya air42 Stressor Kelembagaan

dan Kebijakan Anggaran Kesiapsiagaan Peran Serta Masyarakat

Kapasitas

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019 mendefinisikan dampak perubahan iklim sebagai kerugian atau manfaat akibat adanya Perubahan Iklim dalam bentuk yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi. Dampak dinilai dari pertemuan antara keterpaparan dan sensitivitas. Penilaian dampak dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat dengan menggunakan matriks dampak (Tabel 13)43.

41 Hasil FGD 3-6 Maret 2019

42 Hasil FGD 3-6 Maret 2019

43 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019

Dampak Terhadap Sektor Pariwisata

Hasil penilaian dampak pada sektor pariwisata menunjukkan bahwa banjir bandang memberikan dampak yang kecil (rendah), sedangkan stresor lain (longsor, puting beliung dan kebakaran hutan) memberikan dampak yang dikategorikan sedang. Hal tersebut disebabkan karena keterpaparan sektor pariwisata terhadap banjir bandang yang dinilai rendah bertemu dengan sensitivitas yang dinilai sedang.

Tabel 11. Matriks penilaian dampak

Dampak Keterpaparan Rendah Sedang Tinggi Sensitivitas

Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Rendah Rendah Sedang

Dampak tersebut dapat dikonfirmasi dari sejarah kebencanaan Desa Claket yang menunjukkan bahwa kejadian banjir bandang tidak memberikan dampak signifikan terhadap masyarakat Desa Claket, seperti tertutupnya jalan satu akses jalan dan rusaknya gorong-gorong, berbeda dengan stresor lain seperti longsor yang berdampak pada tertutupnya dua jalan desa termasuk satu jalan poros yang mengganggu akses menuju lokasi wisata. Kondisi tersebut menyebabkan penurunanan jumlah wisatawan yang akhirnya menurunkan pendapatan dari sektor pariwisata.

Tabel 12. Dampak bencana terhadap sektor pariwisata44

Stresor Keterpaparan Sensitivitas Dampak

Longsor SEDANG SEDANG SEDANG

Banjir Bandang RENDAH SEDANG RENDAH

Kebakaran Hutan SEDANG SEDANG SEDANG

Puting Beliung SEDANG SEDANG SEDANG

Dampak Terhadap Sektor Sumber Daya Air

Hasil penilaian dampak yang dilakukan secara partisipatif mengindikasikan bahwa seluruh stresor memberikan dampak yang dikategorikan rendah terhadap sektor sumber daya air. Penilaian tersebut muncul dari hasil pertemuan keterpaparan yang dinilai rendah dan sensitivitas yang dinilai sedang.

Seluruh stresor dinilai belum memberikan dampak yang signifikan terhadap sumber daya air di Desa Claket. Hal tersebut dapat dikonfirmasi dari sejarah kebencanaan Desa Claket yang menunjukkan bahwa hampir seluruh stresor bencana tidak berdampak pada terganggunya sumber daya air di Desa Claket, kecuali stresor kebakaran hutan yang menyebabkan penurunan pada debit air. Namun, penurunan tersebut masih dinilai belum menyentuh taraf yang mengkhawatirkan.

Tabel 13. Dampak bencana terhadap sektor sumber daya air45

Stresor Keterpaparan Sensitivitas Dampak

Longsor RENDAH SEDANG RENDAH

Banjir Bandang RENDAH SEDANG RENDAH

44 Hasil FGD 3-6 Maret 2019

45 Hasil FGD 3-6 Maret 2019

Kebakaran Hutan RENDAH SEDANG RENDAH

Puting Beliung RENDAH SEDANG RENDAH

Penilaian Kerentanan

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019, kerentanan adalah kecenderungan suatu sistem untuk mengalami dampak negatif yang meliputi sensitivitas terhadap dampak negatif dan kurangnya kapasitas adaptif untuk mengatasi dampak negatif. Kerentanan dibentuk oleh pertemuan dua komponen, yaitu dampak dan kapasitas adaptif. Hubungan kedua komponen tersebut adalah berbanding terbalik. Semakin tinggi dampak, maka kerentanan akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi kapasitas adaptif maka kerentanan akan semakin rendah. Konsepsi tersebut menunjukkan bahwa untuk mengurangi kerentanana terhadap bencana dibutuhkan peningkatan kapasitas adaptif dan/atau penurunan sensitivitas. Penilaian kerentanan menggunakan matriks penilaian kerentanan (Tabel 16).46

Kerentanan Sektor Pariwisata

Hasil penilaian kerentanan sektor pariwisata menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Desa Pacet dikategorikan cukup rentan (sedang) terhadap longsor, kebakaran hutan dan puting beliung. Di sisi lain, sektor pariwisata dianggap tidak rentan (rendah) terhadap banjir bandang. Penilaian tersebut muncul akibat pertemuan dampak banjir bandang yang dinilai rendah bertemu dengan kapasitas adaptif sektor pariwisata yang dinilai cukup (sedang) untuk menghadapi banjir bandang. Penilaian ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata Desa Claket perlu untuk melakukan upaya-upaya yang dapat menurunkan tingkat kerentanan terhadap beberapa stresor seperti longsor, kebakaran hutan dan puting beliung.

Tabel 14. Matriks penilaian kerentanan

Kerentanan Dampak

Rendah Sedang Tinggi

Kapasi tas Adapti f

Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sedang

Tabel 15. Kerentanan sektor pariwisata47

Stresor Dampak Kapasitas Adaptif Kerentanan

Longsor SEDANG SEDANG SEDANG

Banjir Bandang RENDAH SEDANG RENDAH

Kebakaran Hutan SEDANG SEDANG SEDANG

Puting Beliung SEDANG SEDANG SEDANG

Kerentanan Sektor Sumber Daya Air

Penilaian kerentanan mengindikasikan bahwa sektor sumber daya air Desa Claket sangat tidak rentan terhadap seluruh stresor atau memiliki kerentanan yang dikategorikan rendah. Hal tersebut disebabkan

46 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019

47 Hasil FGD 3-6 Maret 2019

oleh pertemuan dampak yang dikategorikan rendah dengan kapasitas adaptif dalam menghadap limbah yang dinilai sedang. Penilaian ini menunjukkan bahwa sektor sumber daya air di Desa Claket cenderung tidak menerima dampak negatif dari bencana dan perubahan iklim danatau kapasitas adaptif sektor sumber daya air sudah memadai.

Tabel 16. Kerentanan sektor sumber daya air48

Stresor Dampak Kapasitas Adaptif Kerentanan

Longsor RENDAH SEDANG RENDAH

Banjir Bandang RENDAH SEDANG RENDAH

Kebakaran Hutan RENDAH SEDANG RENDAH

Puting Beliung RENDAH SEDANG RENDAH

Dokumen terkait