• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. LATAR BELAKANG

Terjadinya perubahan iklim di Indonesia maupun dunia telah memasuki level mengkhawatirkan, serta berpotensi mengakibatkan berbagai dampak negatif yang mengancam keberlangsungan hidup manusia.

Meningkatnya angka kejadian bencana hidrometeorologi yang mencakup banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, serta kekeringan yang salah satu faktornya disebabkan hujan yang tidak normal, atau keadaan cuaca yang ekstrim merupakan salah satu indikasi terjadinya perubahan iklim.

Perubahan iklim dapat memperburuk kejadian bencana terkait cuaca dan iklim dari sisi jumlah kejadian maupun besaran dampaknya. Namun demikian, pengaruh tersebut dirasakan berbeda oleh masing-masing wilayah atau komunitas. Hasil proyeksi iklim untuk Kabupaten Mojokerto menunjukan bahwa ada peningkatan potensi kekeringan di kawasan utara dan peningkatan curah hujan rata-rata di kawasan selatan.

Menurut data dari Indeks Risiko Bencana tahun 2016, hampir satu juta warga Kabupaten Mojokerto tinggal di kawasan rawan banjir di bagian tengah dan utara Kabupaten Mojokerto. Sementara itu lebih dari 60 ribu warga tinggal di daerah rawan banjir bandang di wilayah selatan yang berdataran tinggi.

Pada musim kemarau, wilayah di kawasan utara mengalami kekeringan. Ini menunjukan bahwa ancaman terkait cuaca dan iklim mendominasi kejadian bencana di Kabupaten Mojokerto.

Untuk mengetahui bagaimana kejadian tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat, perlu dilakukan Kajian Kerentanan Risiko dan Dampak Perubahan Iklim Partisipatif di tingkat komunitas. Kajian ini menjadi penting untuk dibuat di masing-masing komunitas karena dampak perubahan iklim sangat spesifik bagi masing-masing komunitas, sehingga respon penyesuaian yang diperlukan juga akan berbeda.

Pada kenyataannya, sebuah komunitas mungkin akan mengalami lebih dari satu ancaman bencana.

Misalnya, sejumlah desa di Kecamatan Pacet mengalami longsor, banjir dan banjir bandang dimusim penghujan.

1.2. TUJUAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PARTISIPATIF

Kajian Kerentanan, Risiko dan Dampak Perubahan iklim yang dilakukan secara partisipatif di Desa Claket ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis ancaman dan kerentanan sebagai variabel pembentuk risiko. Kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim tingkat komunitas ini tidak diprioritaskan untuk menakar tingkatan risikonya, tapi lebih untuk memahami faktor-faktor pembentuk risiko, baik dari sisi ancaman maupun kerentanan.

Faktor-faktor tersebut selanjutnya dianalisis melalui proses dialog untuk dicari jalan keluarnya secara partisipatif yang selanjutnya menjadi rencana aksi komunitas. Pendekatan partisipatif dipilih sebagai bagian membangun kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, di mana proses menumbuhkan kesadaran kritis, transfer pengetahuan maupun ketrampilan diharapkan terjadi melalui proses dialog.

Proses partisipatif juga menjadi bagian konsolidasi antar masyarakat lintas generasi maupun gender dalam menemukan berbagai solusi yang didapat dari berbagai gagasan dari masyarakat itu sendiri. Hal

yang lebih penting dari kajian partisipatif adalah mengelola sumberdaya setempat sebagai modal dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dan teridentifikasi melalui proses kajian.

1.3. RUANG LINGKUP KAJIAN

Secara substansi kajian ini difokuskan pada penilaian ancaman dan kerentanan iklim di sektor pariwisata dan sumber daya air. Kajian ini meliputi penilaian ancaman dan kerentanan iklim sebagai variable pembentuk risiko iklim. Kajian ini dilaksanakan di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Desa Claket merupakan bagian wilayah program USAID APIK tahun 2015-2020 yang terletak pada wilayah selatan Kabupaten Mojokerto, yang berada di tepi lereng Wunung Welirang berbatasan langsung dengan Desa Sajen, Desa Cepokolimo, Desa Wiyu dan Desa Gumen. Pemilihan Desa Claket didasarkan atas hasil kajian risiko bencana Kabupaten Mojokerto yang disusun oleh BPBD Kabupaten Mojokerto pada tahun 2018. Hasilnya diharapkan dapat menjadi model atau wilayah percontohan dalam mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana terutama pada isu pariwisata dan sumber daya air.

1.4. PENDEKATAN DAN PROSES

Kajian kerentanan, risiko dan dampak Perubahan Iklim ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan partisipatif. Perangkat yang digunakan dalam kajian ini dikembangkan dari metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang disesuaikan dengan kebutuhan kajian dan kondisi wilayah setempat. Secara metodologis, kajian ini tidak berbeda dengan kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim pada umumnya, yaitu menggunakan variabel ancaman bencana (hazard) dan kerentanan (vulnerability) dimana komponen kerentanan terdiri dari tiga variable, yaitu variable keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif sebagai rumusan dalam menentukan risiko iklim. Rumusan yang digunakan adalah R=H*V dengan prinsip rumusan tersebut bukan rumus matematis melainkan rumusan yang memperlihatkan pola hubungan antara kedua variabel dalam membentuk risiko.

Analisis terkait iklim ditempatkan sebagai komponen penting kajian pada setiap tahapan, dari mulai identifikasi dan analisis data sekunder, pengumpulan data dasar, hingga identifikasi risiko. Pada tahap akhir, kajian ini diperkuat dengan hasil analisis ancaman dan kerentanan yang menggunakan data proyeksi iklim, sehingga perkiraan terburuk akibat perubahan iklim dapat diketahui berdasarkan hasil kajian pemodelan. Proses kajian ini secara sadar mengakomodir pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat yang diperkuat dengan informasi ilmiah. Harapannya, melalui proses ini dapat terbentuk dan berkembang pemahaman masyarakat mengenai risiko bencana.

Karakteristik khusus dari kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim partisipatif adalah tidak hanya bertujuan untuk menakar kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim namun juga bertujuan sebagai proses pemberdayaan komunitas dengan membangun kesadaran kritis atas sumber daya dan risiko bencanan dan iklim yang dihadapi, terjadinya transfer pengetahuan dan keterampilan antar generasi dan gender, serta menjadi media dalam membangun kesepahaman bersama, komitmen maupun kesepakatan-kesepakatan dalam mengurangi risiko. Kajian ini dilaksanakan menggunakan teknik sosialisasi, wawancara, observasi lapang, lokakarya, diskusi kelompok dan pemetaan. Dari sisi proses, kajian ini dilaksanakan melalui tahapan berikut:

1.5. . PERSIAPAN KAJIAN

Tahap persiapan ini merupakan tahap perencanaan untuk melakukan kajian pada suatu wilayah komunitas. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi studi pustaka dan melakukan wawancara dengan pihak yang dinilai mengetahui kondisi awal lokasi kajian. Pada tahap ini mulai dibahas perencanaan kegiatan, strategi maupun pembagian peran masing-masing fasilitator kajian dan perwakilan masyarakat yang terlibat.

Pembuatan Profil Kawasan dan Kebencanaan

Tahapan ini merupakan tahap penyusunan data dasar. Pada kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim, pembuatan profil kawasan dan kebencanaan merupakan proses mengidentifikasi atau mengenali ancaman bencana serta menyusun profil ancaman bencana. Selain ancaman, juga digali berbagai sumber daya sebagai aset-aset penghidupan masyarakat. Proses kajian mencoba melihat seberapa besar ancaman-ancaman bencana yang ada dan mempengaruhi atau berdampak terhadap aset dan sistem penghidupan masyarakat terutama pada sektor yang dikaji yaitu pariwisata dan sumber daya air serta respon dan sikap masyarakat dalam menghadapi ancaman-ancaman tersebut. Selain itu, kajian juga meliputi indentifikasi kearifan dan pengetahuan lokal yang masih berjalan dan manfaatnya menghadapi ancaman yang ada.1

Pada penyusunan profil kawasan juga digali berbagai informasi yang terkait dengan iklim wilayah. Terutama saat menggali stresor yang menimpa sektor Pariwisata dan Sumber Daya Air di wilayah kajian. Untuk membantu menggali data dan informasi dalam membuat profil komunitas dan kawasan serta jenis-jenis stresor yang ada, pada dasarnya semua alat-alat RRA atau PRA dapat digunakan. Namun dalam proses ini, alat-alat yang digunakan adalah:

1. Sejarah desa dan kebencanaan 2. Peta sumber daya dan kebencanaan, 3. Transek atau peta observasi, dan 4. Wawancara semi terstruktur.

Menggali Perubahan Wilayah dan Stresor Iklim

Tahapan ini ditujukan untuk menggali perubahan-perubahan yang terjadi di wilayah, baik terkait dengan sumber daya yang ada, iklim maupun ancaman bencana. Informasi yang dihasilkan dari tahap satu akan menjadi dasar dalam mendalami informasi dalam menggali perubahan-perubahan tersebut. Alat yang digunakan, selain alat-alat yang telah dihasilkan dalam proses tahap pertama, adalah:

1. Perubahan dan kecenderungan;

2. Kalender musim;

1 Ibid; hal 23.

Analisis Spasial

Paralel dengan kajian risiko partisipatif yang dilakukan oleh komunitas, USAID APIK juga melakukan kajian spasial pada setiap jenis ancaman yang ada. Melalui data-data yang diperoleh baik saat FGD dan survey yang dilakukan bersama dengan komunitas maupun hasil kajian tingkat kabupaten yang telah dilakukan oleh pihak lain. Data yang ada kemudian diolah menjadi informasi spasial.

Menilai Risiko: Ancaman dan Kerentanan Iklim

Kajian Kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim komunitas ini menggunakan pendekatan kualitatif. Rumusan yang digunakan dalam menentukan risiko adalah R = H*V. Untuk menentukan tingkat risiko, mula-mula dilakukan penilaian variabel-variabel kerentanan yang terdiri dari penilaian keterpaparan, penilaian sensitivitas dan penilaian kapasitas adaptif yang dilakukan atas kesepakatan bersama dengan perwakilan komunitas yang mengetahui kondisi desa. Paralel dengan penilaian kerentanan, penilaian ancaman dilakukan secara spasial dengan menggunakan data hasil survey, dokumen-dokumen resmi desa dan data-data hasil kajian risiko bencana Kabupaten Mojokerto yang telah disusun oleh BPBD.

Proses penggalian informasi, analisis serta penilaian dilakukan secara bertahap. Langkah pertama adalah mengidentifikasi jenis-jenis stresor yang ada di Desa Claket. Proses ini dilakukan dengan cara mendalami berbagai data dan informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Selanjutnya menentukan dan menyepakati indikator serta menentukan tingkatan kerentanan iklim. Tingkatan ancaman bencana sebagai hasil kajian ancaman kemudian dipertemukan dengan tingkat kerentanan hasil kajian dengan masyarakat yang selanjutanya akan menjadi dasar analisis tingkat risiko iklim.

Menilai Dampak Perubahan Iklim

Pada proses ini, komunitas mendapatkan informasi terkait dengan perubahan iklim. Baik kaitannya dengan kondisi wilayah, mata pencaharian maupun gambaran-gambaran yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim yang dapat mempengaruhi ancaman dan kerentanan masyarakat.

Informasi terkait iklim menjadi salah satu masukan bagi komunitas dalam menentukan tingkat kerentanan serta pertimbangan dalam menentukan strategi adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana melalui rencana aksi ketangguhan komunitas pada sektor pariwisata dan sumber daya air. Informasi proyeksi iklim memperkaya analisis iklim dalam konteks lokal seperti melalui kalender musim dan analisis perubahan serta kecenderungan, dimana data historis maupun data proyeksi dimanfaatkan untuk memperkuat pemahaman kerentanan iklim di masyarakat.

Menyusun Rencana Aksi Ketangguhan Komunitas

Penyusunan rencana aksi ketangguhan komunitas adalah tahap terakhir dari rangkaian tahapan kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim ini. Persoalan-persoalan yang telah terpetakan melalui kajian kerentanan risiko dan dapak perubahan iklim di Desa Claket tersebut selanjutnya ditindak lanjuti dengan menyusun rencana aksi ketangguhan komunitas berupa program maupun kegiatan.

BAB 2. PROFIL WILAYAH DAN

Dokumen terkait