• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PARTISIPATIF DESA CLAKET KECAMATAN PACET KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PARTISIPATIF DESA CLAKET KECAMATAN PACET KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

PARTISIPATIF

DESA CLAKET – KECAMATAN PACET KABUPATEN MOJOKERTO

USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK)

(2)

LAPORAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PARTISIPATIF

DESA CLAKET – KECAMATAN

PACET KABUPATEN MOJOKERTO

USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK)

Program Title : USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan Sponsoring USAID Office : USAID/Indonesia Office of Environment

Contract Number : AID-497-C-16-00003

Contractor : DAI

Date of Publication : MEI 2019

Foto Cover:

© Choirul Mubarok

Kajian lapangan partisipatif – survey mata air oleh masyarakat Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Laporan ini dibuat dengan dukungan dari Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi laporan sepenuhnya tanggung jawab dan pandangan penulis dan tidak mencerminkan pandangan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat ataupun Pemerintah Amerika Serikat.

(3)

KONTRIBUTOR

Kelompok Kerja Ketangguhan Desa Claket:

Muhlis Siswanto Lukman A. M. Abbas Moch Idris Timbul S. Dayad Ali Mahmud Utomo Ali Akbar Filayani

(4)

PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga dokumen Kajian Kerentanan, Risiko dan Dampak Perubahan Iklim Desa Claket, Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dokumen Kajian Kerentanan, Risiko dan Dampak Perubahan Iklim ini disusun secara partisipatif oleh perwakilan masyarakat Desa Claket, difasilitasi oleh beberapa orang fasilitator dan diprakarsai oleh program USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan metodologi yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.7 Tahun 2018 Tentang Pedoman Kajian Kerentanan Risiko dan Dampak Perubahan Iklim

Proses pengkajian Kerentanan, Risiko dan Dampak Perubahan Iklim partisipatif ini tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan sebuah dokumen semata, namun yang lebih penting dari itu adalah membangun kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki oleh Desa Claket, terutapa pada sektor sumberdaya air dan pariwisata, serta potensi risiko bencana yang ada. Selain itu, dokumen ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam melakukan aksi adaptasi di Desa Claket baik secara mandiri maupun melalui peningkatan jejaring dengan Para Pihak.

Akhir kata, semoga dokumen ini dapat menjadi pedoman dan masukan bagi Para Pihak dalam melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim di Desa Claket dan Kecamatan Pacet khususnya maupun di Kabupaten Mojokerto secara umum.

Claket, Mei 2019

Penyusun

(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dokumen ini dibuat untuk menilai ancaman, dampak, kerentanan dan risiko akibat iklim yang dialami oleh Desa Claket untuk sektor pariwisata dan sumber daya. Penilaian tersebut dibuat secara partisipatif dengan mempertimbangkan data-data sains terkait perubahan iklim. Hasil penilaian tersebut ditindaklanjuti dengan menyusun strategi dan rencana aksi untuk sektor yang dianggap terdampak.

Hasil analisis menunjukan bahwa sektor pariwisata memiliki ancaman longsor SEDANG, ancaman banjir bandang yang RENDAH dan ancaman kebakaran hutan yang SEDANG, ancaman angina putting beliun yang SEDANG. Sedangkan sektor sumber daya air memilik ancaman longsor yang TINGGI, ancaman kebakaran hutan yang RENDAH dan ancaman banjir yang RENDAH dan ancaman angin puting beliung yang RENDAH.

Penilaian Kerentanan dibuat dengan mempertimbangkan keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif dari sektor pariwisata dan sektor sumber daya air. Kerentanan pada sektor pariwisata adalah RENDAH terhadap banjir bandang, dan SEDANG terhadap longsor, kebakaran hutan dan putting beliung.

Sementara itu, kerentanan pada sektor sumber daya air adalah RENDAH terhadap semua stressor iklim baik longsor, banjir bandang, kebakaran hutan dan puting beliung.

Penilaian tingkat risiko diperoleh dari matriks antara tingkat ancaman dan tingkat kerentanan. Tingkat risiko untuk sektor pariwisata adalah SEDANG untuk longsor dan RENDAH untuk banjir bandang.

Pada sektor sumber daya air, tingkat risiko adalah SEDANG terhadap longsor dan RENDAH terhadap banjir bandang dan kebakaran hutan.

Strategi adaptasi perubahan iklim pada sektor pariwisata dalam bentuk Peningkatan kapasitas POKDARWIS, Pembuatan area camping ground yang berkualitas, pembuatan sistem informasi wisata terpadu, pembuatan edu-tourism, peningkatan kapasitas pelayanan home stay, pelatihan tanggap bencana pada lokasi wisata, pembuatan desa bambu sebagai destinasi wisata baru. Sedangkan pada sektor sumber daya air adalah peningkatan kapasitas SDM pengelola sumber mata air, reboisasi pada daerah tangkapan air, pembentukan relawan peduli lingkungan, peningkatan resapan air, pembentukan system informasi mata air.

(6)

DAFTAR ISI

PENGANTAR ... IV DAFTAR ISI ... VI DAFTAR GAMBAR ... VIII DAFTAR TABEL... IX DAFTAR ISTILAH... X RINGKASAN EKSEKUTIF ... V

BAB 1. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Kajian Kerentanan, Risiko dan Dampak Partisipatif ... 1

1.3. Ruang Lingkup Kajian ... 2

1.4. Pendekatan dan Proses ... 2

1.5. . Persiapan Kajian ... 3

Pembuatan Profil Kawasan dan Kebencanaan ...3

Menggali Perubahan Wilayah dan Stresor Iklim ...3

Analisis Spasial ...4

Menilai Risiko: Ancaman dan Kerentanan Iklim ...4

Menilai Dampak Perubahan Iklim ...4

Menyusun Rencana Aksi Ketangguhan Komunitas ...4

BAB 2. PROFIL WILAYAH DAN KEBENCANAAN ...5

2.1. Gambaran Umum Desa Claket ... 5

2.2. Sejarah Desa dan Kebencanaan ... 6

Sejarah Nama Desa ...6

Sejarah Kepemimpinan ...6

Sejarah Kebencanaan ...6

2.3. Kondisi Wilayah ... 7

Kondisi Geografis ...7

Iklim dan Musim ...8

2.4. Kondisi Sosial Ekonomi ... 9

Pendidikan ...9

Kelembagaan... 10

Perekonomian ... 10

2.5. Analisis Potensi Wilayah ... 11

Potensi Sektor Pariwisata ... 11

Potensi Sektor Sumber Daya Air ... 12

BAB 3. ANALISIS POTENSI, KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM ... 14

3.1. Analisis Ancaman ... 14

(7)

Ancaman Sektor Pariwisata ... 14

Ancaman Sektor Sumber Daya Air ... 21

3.2. Analisis Kerentanan dan Dampak ... 26

Keterpaparan ... 27

Sensitivitas ... 28

Kapasitas Adaptif ... 29

Penilaian Dampak ... 30

Penilaian Kerentanan ... 32

3.3. Analisis Proyeksi Iklim... 33

Analisis Proyeksi Perubahan Curah Hujan Musiman Tahun 2032-2040 ... 33

Analisis Proyeksi Perubahan Fraksi Hujan Lebat Tahun 2032-2040 ... 37

Analisis Proyeksi Perubahan Hari Tanpa Hujan Tahun 2032-2040 ... 39

Analisis Proyeksi Perubahan Consecutive Dry Days Tahun 2032-2040 ... 41

Analisis Proyeksi Perubahan Consecutive Wet Days Tahun 2032-2040 ... 44

Analisis Proyeksi Perubahan Rata-Rata Suhu Udara Tahun 2032-2040 ... 47

3.4. Penilaian Risiko ... 47

Risiko Iklim Sektor Pariwisata ... 48

Risiko Iklim Sektor Sumber Daya Air... 48

BAB 4. RENCANA AKSI KETANGGUHAN KOMUNITAS ... 50

4.1. Kriteria Ketangguhan ... 50

4.2. Rencana Aksi Menurut Sektor dan Prioritas ... 50

Sektor Pariwisata ... 50

Sektor Sumber Daya Air ... 51

4.3. Rincian Rencana Aksi ... 52

BAB 5. PENUTUP ... 56

5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Rencana Tindak Lanjut ... 56

5.3. Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 59

Tabel Informasi Lokasi/Potensi Wisata ... 59

Claket Adventure Park ... 59

Wisata Edukasi ... 59

PPKA Indreng Genitri ... 60

Komplek Gedung Pusat Pelatihan ... 61

Play Ground Desa Claket ... 62

Pendakian Puthuk Siwur ... 64

Air Terjun Surodadu ... 65

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta wilayah administrasi Desa Claket ... 5

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Desa Claket ... 8

Gambar 3. Peta Sebaran Lokasi Wisata dan Fasilitas Penunjang Wisata Desa Claket ...12

Gambar 4. Peta Sebaran Lokasi Sumber Mata Air Desa Claket ...13

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Desa Claket ...16

Gambar 6. Peta Ancaman Bencana Longsor Sektor Pariwisata Desa Claket ...17

Gambar 7. Titik Lokasi Longsor Pada Akses Jalan ...18

Gambar 8. Peta Ancaman Kebakaran Sektor Pariwisata Desa Claket ...20

Gambar 9. Peta Ancaman Bencana Angin Puting Beliung Wilayah Kecamatan Pacet ...21

Gambar 10. Peta Kemiringan Lereng Sektor Sumberdaya Air Desa Claket...22

Gambar 11. Peta Ancaman Bencana Longsor Sektor Sumberdaya Air Desa Claket...23

Gambar 12. Kejadian Longsor di Sekitar Sumber Mata Air ...24

Gambar 13. Proyeksi Perubahan Curah Hujan Musiman Kabupaten Mojokerto Periode DJF ...34

Gambar 14. Proyeksi Perubahan Curah Hujan Musiman Kabupaten Mojokerto Periode MAM ...35

Gambar 15. Proyeksi Perubahan Curah Hujan Musiman Kabupaten Mojokerto Periode JJA ...36

Gambar 16. Proyeksi Perubahan Curah Hujan Musiman Kabupaten Mojokerto Periode SON ...36

Gambar 17. Proyeksi Perubahan Fraksi Hujan Lebat Kabupaten Mojokerto Periode DJF ...37

Gambar 18. Proyeksi Perubahan Fraksi Hujan Lebat Kabupaten Mojokerto Periode MAM ...38

Gambar 19. Proyeksi Perubahan Fraksi Hujan Lebat Kabupaten Mojokerto Periode JJA...38

Gambar 20. Proyeksi Perubahan Fraksi Hujan Lebat Kabupaten Mojokerto Periode SON ...39

Gambar 21. Proyeksi Perubahan Hari Tanpa Hujan Kabupaten Mojokerto Periode DJF ...40

Gambar 22. Proyeksi Perubahan Hari Tanpa Hujan Kabupaten Mojokerto Periode MAM ...40

Gambar 23. Proyeksi Perubahan Hari Tanpa Hujan Kabupaten Mojokerto Periode JJA ...41

Gambar 24. Proyeksi Perubahan Hari Tanpa Hujan Kabupaten Mojokerto Periode SON ...41

Gambar 25. Proyeksi Consecutive Dry Days Kabupaten Mojokerto Periode DJF ...42

Gambar 26. Proyeksi Consecutive Dry Days Kabupaten Mojokerto Periode MAM ...43

Gambar 27. Proyeksi Consecutive Dry Days Kabupaten Mojokerto Periode JJA ...43

Gambar 28. Proyeksi Consecutive Dry Days Kabupaten Mojokerto Periode SON ...44

Gambar 29. Proyeksi Consecutive Wet Days di Kabupaten Mojokerto pada Periode DJF ...45

Gambar 30. Proyeksi Consecutive Wet Days di Kabupaten Mojokerto pada Periode MAM ...45

Gambar 31. Proyeksi Consecutive Wet Days di Kabupaten Mojokerto pada Periode JJA ...46

Gambar 32. Proyeksi Consecutive Wet Days di Kabupaten Mojokerto pada Periode SON ...46

Gambar 33. Proyeksi Rata-rata Suhu di Kabupaten Mojokerto pada Periode 2032-2040 ...47

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sejarah Kebencanaan Desa Claket ... 6

Tabel 2. Penggunaan Lahan Desa Claket ... 7

Tabel 3. Kalender Musim Desa Claket ... 9

Tabel 4. Ancaman Bencana Pada Objek Wisata Di Desa Claket ...14

Tabel 5. Keterpaparan sektor pariwisata ...27

Tabel 6. Keterpaparan sektor sumber daya air ...28

Tabel 7. Sensitivitas sektor pariwisata ...28

Tabel 8. Sensitivitas sektor sumber daya air ...29

Tabel 9. Kapasitas adaptif sektor pariwisata ...30

Tabel 10. Kapasitas adaptif sektor sumber daya air ...30

Tabel 11. Matriks penilaian dampak...31

Tabel 12. Dampak bencana terhadap sektor pariwisata ...31

Tabel 13. Dampak bencana terhadap sektor sumber daya air ...31

Tabel 14. Matriks penilaian kerentanan ...32

Tabel 15. Kerentanan sektor pariwisata ...32

Tabel 16. Kerentanan sektor sumber daya air ...33

Tabel 17. Tingkat risiko iklim pada sektor pariwisata ...48

Tabel 18. Tingkat Risiko Iklim Sektor Sumber Daya Air ...48

(10)

DAFTAR ISTILAH

API : Adaptasi Perubahan Iklim

APIK : Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPD : Badan Permusyawaratan Desa

CCA : Climate Change Adaptation CDD : Consecutive Dry Days CWD : Consecutive Wet Days DAS : Daerah Aliran Sungai DJF : Desember, Januari, Februari DLH : Dinas Lingkungan Hidup

DPMD : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa DPU : Dinas Pekerjaan Umum

DRR : Disaster Risk Reduction

GIS : Geographic Information System

IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change JJA : Juni, Juli, Agustus

KLHK : Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KPMD : Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa KRB : Kajian Risiko Bencana

KSB : Kelompok Siaga Bencana

LPMD : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MAM : Maret, April, Mei

OPD : Organisasi Perangkat Daerah PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga POKDARWIS : Kelompok Sadar Wisata

POKJA : Kelompok Kerja POSKESDES : Pos Kesehatan Desa

PRA : Participatory Rural Appraisal PRB : Pengurangan Risiko Bencana PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

RAKK : Rencana Aksi Ketangguhan Komunitas RPJMDes : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

SDA : Sumber Daya Alam SLI : Sekolah Lapang Iklim

SON : September, Oktober, November TAHURA : Taman Hutan Raya

USAID : United States Agency for International Development

(11)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Terjadinya perubahan iklim di Indonesia maupun dunia telah memasuki level mengkhawatirkan, serta berpotensi mengakibatkan berbagai dampak negatif yang mengancam keberlangsungan hidup manusia.

Meningkatnya angka kejadian bencana hidrometeorologi yang mencakup banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, serta kekeringan yang salah satu faktornya disebabkan hujan yang tidak normal, atau keadaan cuaca yang ekstrim merupakan salah satu indikasi terjadinya perubahan iklim.

Perubahan iklim dapat memperburuk kejadian bencana terkait cuaca dan iklim dari sisi jumlah kejadian maupun besaran dampaknya. Namun demikian, pengaruh tersebut dirasakan berbeda oleh masing- masing wilayah atau komunitas. Hasil proyeksi iklim untuk Kabupaten Mojokerto menunjukan bahwa ada peningkatan potensi kekeringan di kawasan utara dan peningkatan curah hujan rata-rata di kawasan selatan.

Menurut data dari Indeks Risiko Bencana tahun 2016, hampir satu juta warga Kabupaten Mojokerto tinggal di kawasan rawan banjir di bagian tengah dan utara Kabupaten Mojokerto. Sementara itu lebih dari 60 ribu warga tinggal di daerah rawan banjir bandang di wilayah selatan yang berdataran tinggi.

Pada musim kemarau, wilayah di kawasan utara mengalami kekeringan. Ini menunjukan bahwa ancaman terkait cuaca dan iklim mendominasi kejadian bencana di Kabupaten Mojokerto.

Untuk mengetahui bagaimana kejadian tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat, perlu dilakukan Kajian Kerentanan Risiko dan Dampak Perubahan Iklim Partisipatif di tingkat komunitas. Kajian ini menjadi penting untuk dibuat di masing-masing komunitas karena dampak perubahan iklim sangat spesifik bagi masing-masing komunitas, sehingga respon penyesuaian yang diperlukan juga akan berbeda.

Pada kenyataannya, sebuah komunitas mungkin akan mengalami lebih dari satu ancaman bencana.

Misalnya, sejumlah desa di Kecamatan Pacet mengalami longsor, banjir dan banjir bandang dimusim penghujan.

1.2. TUJUAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PARTISIPATIF

Kajian Kerentanan, Risiko dan Dampak Perubahan iklim yang dilakukan secara partisipatif di Desa Claket ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis ancaman dan kerentanan sebagai variabel pembentuk risiko. Kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim tingkat komunitas ini tidak diprioritaskan untuk menakar tingkatan risikonya, tapi lebih untuk memahami faktor-faktor pembentuk risiko, baik dari sisi ancaman maupun kerentanan.

Faktor-faktor tersebut selanjutnya dianalisis melalui proses dialog untuk dicari jalan keluarnya secara partisipatif yang selanjutnya menjadi rencana aksi komunitas. Pendekatan partisipatif dipilih sebagai bagian membangun kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, di mana proses menumbuhkan kesadaran kritis, transfer pengetahuan maupun ketrampilan diharapkan terjadi melalui proses dialog.

Proses partisipatif juga menjadi bagian konsolidasi antar masyarakat lintas generasi maupun gender dalam menemukan berbagai solusi yang didapat dari berbagai gagasan dari masyarakat itu sendiri. Hal

(12)

yang lebih penting dari kajian partisipatif adalah mengelola sumberdaya setempat sebagai modal dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dan teridentifikasi melalui proses kajian.

1.3. RUANG LINGKUP KAJIAN

Secara substansi kajian ini difokuskan pada penilaian ancaman dan kerentanan iklim di sektor pariwisata dan sumber daya air. Kajian ini meliputi penilaian ancaman dan kerentanan iklim sebagai variable pembentuk risiko iklim. Kajian ini dilaksanakan di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Desa Claket merupakan bagian wilayah program USAID APIK tahun 2015-2020 yang terletak pada wilayah selatan Kabupaten Mojokerto, yang berada di tepi lereng Wunung Welirang berbatasan langsung dengan Desa Sajen, Desa Cepokolimo, Desa Wiyu dan Desa Gumen. Pemilihan Desa Claket didasarkan atas hasil kajian risiko bencana Kabupaten Mojokerto yang disusun oleh BPBD Kabupaten Mojokerto pada tahun 2018. Hasilnya diharapkan dapat menjadi model atau wilayah percontohan dalam mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana terutama pada isu pariwisata dan sumber daya air.

1.4. PENDEKATAN DAN PROSES

Kajian kerentanan, risiko dan dampak Perubahan Iklim ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan partisipatif. Perangkat yang digunakan dalam kajian ini dikembangkan dari metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang disesuaikan dengan kebutuhan kajian dan kondisi wilayah setempat. Secara metodologis, kajian ini tidak berbeda dengan kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim pada umumnya, yaitu menggunakan variabel ancaman bencana (hazard) dan kerentanan (vulnerability) dimana komponen kerentanan terdiri dari tiga variable, yaitu variable keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif sebagai rumusan dalam menentukan risiko iklim. Rumusan yang digunakan adalah R=H*V dengan prinsip rumusan tersebut bukan rumus matematis melainkan rumusan yang memperlihatkan pola hubungan antara kedua variabel dalam membentuk risiko.

Analisis terkait iklim ditempatkan sebagai komponen penting kajian pada setiap tahapan, dari mulai identifikasi dan analisis data sekunder, pengumpulan data dasar, hingga identifikasi risiko. Pada tahap akhir, kajian ini diperkuat dengan hasil analisis ancaman dan kerentanan yang menggunakan data proyeksi iklim, sehingga perkiraan terburuk akibat perubahan iklim dapat diketahui berdasarkan hasil kajian pemodelan. Proses kajian ini secara sadar mengakomodir pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat yang diperkuat dengan informasi ilmiah. Harapannya, melalui proses ini dapat terbentuk dan berkembang pemahaman masyarakat mengenai risiko bencana.

Karakteristik khusus dari kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim partisipatif adalah tidak hanya bertujuan untuk menakar kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim namun juga bertujuan sebagai proses pemberdayaan komunitas dengan membangun kesadaran kritis atas sumber daya dan risiko bencanan dan iklim yang dihadapi, terjadinya transfer pengetahuan dan keterampilan antar generasi dan gender, serta menjadi media dalam membangun kesepahaman bersama, komitmen maupun kesepakatan-kesepakatan dalam mengurangi risiko. Kajian ini dilaksanakan menggunakan teknik sosialisasi, wawancara, observasi lapang, lokakarya, diskusi kelompok dan pemetaan. Dari sisi proses, kajian ini dilaksanakan melalui tahapan berikut:

(13)

1.5. . PERSIAPAN KAJIAN

Tahap persiapan ini merupakan tahap perencanaan untuk melakukan kajian pada suatu wilayah komunitas. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi studi pustaka dan melakukan wawancara dengan pihak yang dinilai mengetahui kondisi awal lokasi kajian. Pada tahap ini mulai dibahas perencanaan kegiatan, strategi maupun pembagian peran masing-masing fasilitator kajian dan perwakilan masyarakat yang terlibat.

Pembuatan Profil Kawasan dan Kebencanaan

Tahapan ini merupakan tahap penyusunan data dasar. Pada kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim, pembuatan profil kawasan dan kebencanaan merupakan proses mengidentifikasi atau mengenali ancaman bencana serta menyusun profil ancaman bencana. Selain ancaman, juga digali berbagai sumber daya sebagai aset-aset penghidupan masyarakat. Proses kajian mencoba melihat seberapa besar ancaman-ancaman bencana yang ada dan mempengaruhi atau berdampak terhadap aset dan sistem penghidupan masyarakat terutama pada sektor yang dikaji yaitu pariwisata dan sumber daya air serta respon dan sikap masyarakat dalam menghadapi ancaman-ancaman tersebut. Selain itu, kajian juga meliputi indentifikasi kearifan dan pengetahuan lokal yang masih berjalan dan manfaatnya menghadapi ancaman yang ada.1

Pada penyusunan profil kawasan juga digali berbagai informasi yang terkait dengan iklim wilayah. Terutama saat menggali stresor yang menimpa sektor Pariwisata dan Sumber Daya Air di wilayah kajian. Untuk membantu menggali data dan informasi dalam membuat profil komunitas dan kawasan serta jenis-jenis stresor yang ada, pada dasarnya semua alat-alat RRA atau PRA dapat digunakan. Namun dalam proses ini, alat-alat yang digunakan adalah:

1. Sejarah desa dan kebencanaan 2. Peta sumber daya dan kebencanaan, 3. Transek atau peta observasi, dan 4. Wawancara semi terstruktur.

Menggali Perubahan Wilayah dan Stresor Iklim

Tahapan ini ditujukan untuk menggali perubahan-perubahan yang terjadi di wilayah, baik terkait dengan sumber daya yang ada, iklim maupun ancaman bencana. Informasi yang dihasilkan dari tahap satu akan menjadi dasar dalam mendalami informasi dalam menggali perubahan-perubahan tersebut. Alat yang digunakan, selain alat-alat yang telah dihasilkan dalam proses tahap pertama, adalah:

1. Perubahan dan kecenderungan;

2. Kalender musim;

1 Ibid; hal 23.

(14)

Analisis Spasial

Paralel dengan kajian risiko partisipatif yang dilakukan oleh komunitas, USAID APIK juga melakukan kajian spasial pada setiap jenis ancaman yang ada. Melalui data-data yang diperoleh baik saat FGD dan survey yang dilakukan bersama dengan komunitas maupun hasil kajian tingkat kabupaten yang telah dilakukan oleh pihak lain. Data yang ada kemudian diolah menjadi informasi spasial.

Menilai Risiko: Ancaman dan Kerentanan Iklim

Kajian Kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim komunitas ini menggunakan pendekatan kualitatif. Rumusan yang digunakan dalam menentukan risiko adalah R = H*V. Untuk menentukan tingkat risiko, mula-mula dilakukan penilaian variabel-variabel kerentanan yang terdiri dari penilaian keterpaparan, penilaian sensitivitas dan penilaian kapasitas adaptif yang dilakukan atas kesepakatan bersama dengan perwakilan komunitas yang mengetahui kondisi desa. Paralel dengan penilaian kerentanan, penilaian ancaman dilakukan secara spasial dengan menggunakan data hasil survey, dokumen-dokumen resmi desa dan data-data hasil kajian risiko bencana Kabupaten Mojokerto yang telah disusun oleh BPBD.

Proses penggalian informasi, analisis serta penilaian dilakukan secara bertahap. Langkah pertama adalah mengidentifikasi jenis-jenis stresor yang ada di Desa Claket. Proses ini dilakukan dengan cara mendalami berbagai data dan informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Selanjutnya menentukan dan menyepakati indikator serta menentukan tingkatan kerentanan iklim. Tingkatan ancaman bencana sebagai hasil kajian ancaman kemudian dipertemukan dengan tingkat kerentanan hasil kajian dengan masyarakat yang selanjutanya akan menjadi dasar analisis tingkat risiko iklim.

Menilai Dampak Perubahan Iklim

Pada proses ini, komunitas mendapatkan informasi terkait dengan perubahan iklim. Baik kaitannya dengan kondisi wilayah, mata pencaharian maupun gambaran-gambaran yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim yang dapat mempengaruhi ancaman dan kerentanan masyarakat.

Informasi terkait iklim menjadi salah satu masukan bagi komunitas dalam menentukan tingkat kerentanan serta pertimbangan dalam menentukan strategi adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana melalui rencana aksi ketangguhan komunitas pada sektor pariwisata dan sumber daya air. Informasi proyeksi iklim memperkaya analisis iklim dalam konteks lokal seperti melalui kalender musim dan analisis perubahan serta kecenderungan, dimana data historis maupun data proyeksi dimanfaatkan untuk memperkuat pemahaman kerentanan iklim di masyarakat.

Menyusun Rencana Aksi Ketangguhan Komunitas

Penyusunan rencana aksi ketangguhan komunitas adalah tahap terakhir dari rangkaian tahapan kajian kerentanan, risiko dan dampak perubahan iklim ini. Persoalan-persoalan yang telah terpetakan melalui kajian kerentanan risiko dan dapak perubahan iklim di Desa Claket tersebut selanjutnya ditindak lanjuti dengan menyusun rencana aksi ketangguhan komunitas berupa program maupun kegiatan.

(15)

BAB 2. PROFIL WILAYAH DAN KEBENCANAAN

2.1. GAMBARAN UMUM DESA CLAKET

Desa Claket merupakan masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Desa Claket hanya memiliki 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Claket, Dusun Mligi dan Dusun Sembung yang terbagi menjadi 8 RW dan 25 RT. Peta wilayah administrasi Desa Claket dapat dilihat pada Gambar 3. Berikut adalah batas-batas wilayah Desa Claket:

Gambar 1. Peta wilayah administrasi Desa Claket2 a. Sebelah Utara : Desa Kembang Belor

b. Sebelah Timur : Desa Cembor c. Sebelah Selatan : Hutan

d. Sebelah Barat : Desa Cepokolimo

Jumlah penduduk Desa Claket sebanyak 3.546 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.794 jiwa dan perempuan 1.752 jiwa yang mayoritas bermata pencaharian peternak dan buruh tani. Pusat

2 Peta administrasi wilayah Kabupaten Mojokerto BIG

(16)

pemerintahan Desa Claket berjarak 6 km dari pusat Kecamatan Pacet, sedangkan dari pusat pemerintah kabupaten berjarak 35 km3.

2.2. SEJARAH DESA DAN KEBENCANAAN

Sejarah Nama Desa

Desa Claket pada saat pemerintahan desa dijabat oleh Kepala Desa Rukmi, Desa Claket belum begitu maju dan penduduknya sedikit. Pembangunan yang ada di Desa Claket belum berkembang dengan baik pada jaman sebelum gestapu. Semakin lama penduduk Desa Claket semakin berkembang sampai saat ini jumlah penduduk kurang lebih 3.223 jiwa.

Sebelum dinamakan dengan sebutan Desa Claket,Desa ini dulu merupakan hutan yang masih lebat.

Kemudian datanglah seseorang yang mulai melakukan "babat alas/desa". Hal ini diperkuat dengan ditemukannya makam kuno yang berada di wilayah Desa Claket yang tidak berada pada lokasi pemakaman yang semestinya. Didalam Desa Claket ketika itu terdiri dari beberapa nama misalnya Teh, Bon Dadah, dan lainnya. Hingga pada akhirnya Desa Claket secara resmi dibagi menjadi 3 Dusun antara lain Dusun Claket, Dusun Mligi, dan Dusun Sembung.

Sejarah Kepemimpinan

Sejarah kepemimpinan Desa Claket dimulai dari tahun 1928 – 2020, Kepala Desa yang menjabat pada rentang waktu tersebut antara lain

a. Rukmi Tahun 1928-1951

b. Niti Reso Tahun 1952-1981 c. Siswanto Tahun 1982-1998 d. M.Warman, S.Ip Tahun 1999-2013 e. Umbar Mulyadi Tahun 2014-2020

Sejarah Kebencanaan

Berdasarkan sejarah kebencanaan Desa Claket (Tabel 3), bencana yang pernah melanda Desa Claket meliputi banjir bandang, Puting Beliung, longsor, kebakaran hutan dan letusan gunung. Dari beberapa bencana tersebut, Puting Beliung dilaporkan terjadi setiap tahun di Desa Claket sekitar bulan Februari dan Agustus, menyebabkan kerusakan pada rumah warga. Namun, bencana lain seperti longsor dan banjir ikut memberikan dampak merugikan bagi masyarakat desa seperti menutup akses jalan sedangkan bencana vulkanis seperi erupsi Gunung Welirang sudah tidak terjadi dalam jangka waktu yang lama.

Tabel 1. Sejarah Kebencanaan Desa Claket4

Tahun Bencana Lokasi/Kejadian

3 Dokumen Data Monografi Desa Claket Semester 2 tahun 2017

4 Hasil FGD I di Kantor Kecamatan Pacet 28 Januri – 1 Februari 2019

(17)

1955 Letusan Gunung

Welirang Erupsi dan gempa. Tidak berdampak ke masyarakat 1962 Puting Beliung Puting Beliung menyebabkan 5 rumah rusak 2001 Longsor Di jalan raya Claket-Pacet. Akses jalan tertutup

2014 Banjir Akses jalan tertutup dan gorong-gorong rusak di Jl. Raya Claket- Trawas. Ladang warga ada yang tergerus

2016 Longsor

- Di jalan penghubung Dusun Mligi-Sembung. Akses jalan tertutup material

- Di jalan poros Claket-Mligi (3x). Menutup akses jalan 2018 Kebakaran Di area Gunung Pundak yang mengakibatkan debit air menurun Setiap

Tahun Puting Beliung

Terjadi di bulan Februari saat musim hujan dan di bulan Agustus saat musim kemarau yang mengakibatkan kerusakan pada rumah-rumah warga dan pohon tumbang

2.3. KONDISI WILAYAH

Kondisi Geografis

Desa Claket berada di lereng Gunung Welirang dan terletak pada ketinggian 950 mdpl. Luas wilayah desa 225,753 ha. Sebesar 92% luas wilayah Desa Claket masuk ke dalam wilayah administrasi Dusun Claket yang menjadikan Dusun Claket sebagai dusun terbersar di Desa Claket5. Hasil pemetaan transek menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Desa Claket meliputi persawahan, permukiman, pariwisata dan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan dengan topografi wilayah desa yang dikategorikan miring.

Tabel 2. Penggunaan Lahan Desa Claket6

No Penggunaan Luas (ha)

1 Tanah Sawah 90,000 ha

2 Perumahan/Pekarangan 38,825 ha

v3 Tanah Tegal/Lahan kering 57,740 ha

4

Tanah Kas Desa;

- Lahan basah - Lahan kering/hutan

9,925 ha

5 Jalan dan fasilitas umum 7,89 ha

Pemanfaatan wilayah di Desa Claket didominasi oleh lahan sawah dengan luas 90 ha, perumahan dan pekarangan 38,825 ha, lahan tegalan 57,74 ha, tanah kas desa 9,925 ha, dan luas jalan serta fasilitas umum 7,89 ha (Tabel 2). Sebaran penggunaan lahan di Desa Claket dapat dilihat pada Gambar 2.

5 Dokumen Data Monografi Desa Claket Semester 2 tahun 2017

6 Dokumen Data Monografi Desa Claket Semester 2 tahun 2017

(18)

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Desa Claket7 Iklim dan Musim

WMO (2002) mendefinisikan iklim sebagai rata-rata kondisi cuaca sepanjang periode waktu tertentu.

Periode yang digunakan untuk mengetahui kondisi iklim adalah 30 tahun. Presipitasi dan temperatur merupakan variabel iklim yang umum digunakan, meskipun angin dan kelembaban juga termasuk ke dalam variabel iklim8.

Desa Claket memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Secara umum, curah hujan di wilayah Kecamatan Pacet sebesar 2.885 mm per tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak 143 hari (BPS, 2018). Suhu udara rata-rata di Desa Claket berkisar 24oC. Kondisi iklim dan musim mempengaruhi aktivitas penghidupan masyarakat Desa Claket (Tabel 3).

7 Hasil analisis citra Google Earth

8 Aldrian, E. 2013. Kamus Istilah Perubahan Iklim. Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta

(19)

Tabel 3. Kalender Musim Desa Claket9

Uraian Bulan Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Hujan Hujan lebat disertai Puting Beliung

pada bulan 2

Kemarau Udara panas disertai angin pada bulan

8

Pancaroba Tidak menentu

Puting Beliung - Pemadaman listik

- Premukiman rusak - Pohon tumbang Tanam

Hortikultura Tomat, wortel, kol, sawi dan teh

Panen Hortikultura Tanam Jagung Panen Jagung Tanam/Panen

Jagung Serang dan Mendok lokal

Wisata

Penginapan Banyak kegiatan dari sekolah, instansi,

dan keluarga

Home Industry Anek keripik, stik, opak, tinting jagung,

dll

Wisata Alam Pendakian punthuk siwur, air terjun,

spot selfie, pacet hill, camp ground, dan edukasi

Berdasarkan pengetahuan lokal, musim hujan mulai pada bulan November dan berakhir di bulan April.

Bbulan Mei dan Oktober merupakan musim pancaroba. Pada bulan Juni mulai memasuki musim kemarau hingga September. Masyarakat mulai menanam tanaman hortikultura di akhir musim hujan dan panen pada akhir musim kemarau. Di sisi lain, komoditas jagung ditanam di pertengahan musim kemarau dan panen di pertengahan musim hujan.

Kalendar musim hujan juga menunjukkan kecenderungan wisatawan dan industri. Wisata penginapan cenderung ramai mulai bulan Juni hingga Desember. Wisata alam cenderung ramai sepanjang tahun kecuali pada bulan April-Mei dan September-Oktober. Selain itu, industri rumah tangga (home industry) melakukan aktivitas produksi aneka makanan seperti keripiki dan opak pada bulan Juni hingga Juli.

2.4. KONDISI SOSIAL EKONOMI

Pendidikan

Distribusi tingkat pendidikan masyarakat Desa Claket terpusat pada SLTA, SLTP dan SD dengan jumlah yang tidak terlalu berbeda. Di sisi lain, sebagian kecil penduduk desa mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi, namun ada pula yang tidak menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar dan yang tidak/belum sekolah. Kondisi pendidikan penduduk Desa Claket dapat dilihat pada Tabel 4.

9 Hasil FGD I di Kantor Kecamatan Pacet 28 Januri – 1 Februari 2019

(20)

Tabel 4. Tingkat pendidikan penduduk Desa Claket10 No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1 Perguruan Tinggi 72

2 Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) 1.047 3 Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) 1.071

4 Sekolah Dasar (SD) 1.027

5 Tidak tamat Sekolah Dasar (SD) 164

6 Tidak/Belum Sekolah 149

Kelembagaan

Desa Claket memiliki beberapa lembaga desa, baik yang berpusat di desa maupun yang berada di bawah lembaga kecamatan. Rincian lembaga desa dapat dilihat pada Tabel 5:

Tabel 5. Lembaga Desa di Desa Claket11

No Lembaga Pengurus dan Anggota (orang)

Jumlah

L P

1 BPD 7 - 7

2 LPMD 9 1 10

3 PKK - 150 150

4 KPMD 1 1 2

Lembaga tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing sebagai berikut : a. BPD yang tugasnya sebagai mitra kerja Pemerintah Desa.

b. LPM yang mempunyai tugas membantu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa.

c. PKK sudah ada kegiatan yang sudah dilaksanakan selain 10 program pokok PKK, PKK juga membantu menambah pendapatan keluarga melalui UP2K,P4K, simpan pinjam kelompok perempuan PKK.

d. KPMD merupakan kader desa yang berfungsi sebagai pengerak pembangunan desa.

e. Lembaga Keagamaan sudah ada dengan kegiatan yasinan, tahlil dan arisan yang dilaksanakan setiap malam jum’at.

Perekonomian

Mayoritas penduduk Desa Claket bekerja sebagai petani dan pedagang. Umumnya petani melakukan dua kegiatan pertanian dalam satu tahun. Pada musim hujan bertani padi sawah, sedangkan pada musim kemarau bertani sayur dan bawang. Selain itu, penduduk Desa Claket juga bekerja sebagai pegawai

10 Dokumen Data Monografi Desa Claket Semester 2 tahun 2017

11 Ibid

(21)

negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta dan tukang. Rincian mata pencaharian penduduk di Desa Claket dapat dilihat pada Tabel 6:

Tabel 6. Mata Pencaharian di Desa Claket tahun 201512

No Pekerjaan Jumlah

(Orang) No Pekerjaan Jumlah

(Orang)

1 Petani 325 5 Wiraswasta 91

2 Pedagang 143 6 Tukang 12

3 Pegawai Negeri Sipil 13 7 Lain-lain 109

4 Pegawai Swasta 107

2.5. ANALISIS POTENSI WILAYAH

Potensi wilayah didefinisikan oleh Suparmoko sebagai kemampuan fisik, sosial, ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan13.

Potensi secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya dan wilayah dalam hal ini bermakna lingkungan daerah (propinsi, kabupaten, kecamatan). Untuk keperluan ini bisa dipilih wilayah tertentu, misalnya meliputi potensi wilayah desa. Jadi, potensi desa mengandung arti kemampuan yang dimiliki desa yang memungkinkan untuk dikembangkan, kemampuan yang dimiliki suatu lingkungan tertentu misalnya desa yang mungkin untuk dikembangkan tetap selamanya menjadi “potensi” bila tidak diolah, atau didayagunakan menjadi suatu “realita” berwujud kemanfaatan kepada masyarakat. Karena itu potensi wilayah memerlukan upaya-upaya tertentu untuk membuatnya bermanfaat kepada masyarakat14.

Potensi Sektor Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu bentuk dari pengembangan yang dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pengembangan pariwisata akan mendorong masyarakat dan pemerintah setempat untuk memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya secara maksimal agar daerahnya mendapatkan perhatian dari masyarakat luar desa, sehingga kedepannya diharapkan dapat meningkatkan laju perekonomian di desa.

Desa Claket memiliki lima potensi pariwisata. Potensi wisata tersebut mayoritas adalah potensi site attraction (keindahan alam). Site attraction yang dimaksud adalah kondisi alam yang dimiliki suatu tempat yang menjadi daya tarik untuk kegiatan wisata. Adanya modal potensi alam ini merupakan salah satu faktor pendorong seseorang/sekelompok orang melakukan perjalanan wisata. Keindahan alam yang

12Ibid

13 Nailatul Husna, Irwan Noor, Mochammad Rozikin, Analisis Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal untuk Menguatkan Daya Saing Daerah di Kabupaten Gresik, Universitas Brawijaya, Malang, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No. 1.

14 Ibid.,

(22)

ditawarkan beragam mulai dari sawah dan hutan yang masih alami. Peta potensi wisata beserta fasilitas penunjang wisata yang ada di Desa Claket dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Sebaran Lokasi Wisata dan Fasilitas Penunjang Wisata Desa Claket15 Dilihat dari peta di atas, lima wisata yang ada di Desa Claket antara lain wisata air terjun surodadu, wisata claket adventure park, camping ground PPKA Indreng Genitri, dan pendakian puthuk siwur.

Selain lima lokasi wisata tersebut, Desa Claket juga memiliki dua potensi lain sebagai destinasi tujuan wisata baru yaitu Greenhouse bunga dan gedung pusat pelatihan yang nantinya akan dikembangkan sebagai sarana wisata edukasi bagi pengunjung atau wisatawan.

Potensi Sektor Sumber Daya Air

Secara umum, masyarakat di Desa Claket memperoleh air bersih dari sumber mata air. Keberasdaan sumber mata air sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sumber mata air yang terdapat di Desa Claket mempunyai potensi yang berbeda dan penyebaran tidak sama. Kapasitas sumber mata air sangat tergantung dari kondisi hidrologi, iklim, daerah tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi. Pemanfaatan sumber mata air eksisting pada umumnya untuk penyediaan air bersih dan juga digunakan untuk air irigasi. Peta sebaran sumber daya air pada Gambar 6.

15 Hasil Survey Lokasi Wisata pada FGD 2 13-15 Februari 2019

(23)

Gambar 4. Peta Sebaran Lokasi Sumber Mata Air Desa Claket16

Saat ini ada 8 sumber mata air yang dikelola oleh masyarakat melalui HIPPAM dan HIPPA untuk kebutuhan air bersih dan irigasi pertanian. Dari beberapa sumber tersebut setelah dilakukan survey perhitungan debit, debit tertinggi berada pada sumber mata air Genitri sebesar 20,22 liter/detik dan untuk debit air terendah berada pada sumber mata air Bonpoh dengan debit mata air sebesar 2,99 liter/detik. Untuk lebih jelasnya dibawah ini merupakan peta sebaran lokasi sumber mata air dan tabel hasil survey sumber mata air.

16 Hasil Survey Sumber Mata Air pada FGD 3 26-28 Februari 2019

(24)

BAB 3. ANALISIS POTENSI,

KERENTANAN, RISIKO DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

3.1. ANALISIS ANCAMAN

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana yang di maksud ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan bencana. Di sisi lain, terminologi Pengurangan Risiko Bencana yang dikeluarkan oleh Asian Disaster Reduction and Response Network (ADRRN) mendefinisikan ancaman bahaya sebagai suatu fenomena, substans, aktivitas manusia atau kondisi berbahaya yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa, cedera atau dampak- dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.17

Ancaman Sektor Pariwisata

Dilihat dari letak geografisnya Desa Claket berada pada ketinggian 950 mdpl – 1300 mdpl dengan rata- rata kemiringan wilayah berbentuk landai hingga curam, secara alamiah Desa Claket memiliki ancaman bencana yang sedang terhadap longsor pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau dengan masih banyaknya tutupan lahan hutan mengakhibatkan Desa Claket memiliki tingkat ancaman sedang terhadap kebakaran hutan. Perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir mengakibatkan Desa Claket semakin berisiko terhadap kedua ancaman bencana tersebut. Secara historis, baik longsor maupun kebakaran hutan terjadi setiap tahun.

Diluar kedua ancaman tersebut, Desa Claket juga berisiko terhadap beberapa ancaman bencana lain.

Hasil analisis yang dilakukan secara partisipatif bersama masyarakat, bencana yang terjadi di Desa Claket meliputi: longsor, kebakaran hutan, banjir, dan angin puting beliung.

Tabel 4. Ancaman Bencana Pada Objek Wisata Di Desa Claket18

Nama Objek Wisata

Ancaman Bencana Pada Objek Wisata Jenis

Ancaman Bencana

Tingkat Ancaman

Bencana

Frekwensi

Kejadian Durasi

Kejadian Jarak Ancaman

Rambu- rambu bencana

17 ADRRN. 2009. Terminologi Pengurangan Risiko Bencana, Indonesia Edition, Asian Disaster Risk Reduction and Response Network (ADRRN) - UNISDR

18 Hasil FGD 2 13-15 Februari 2019

(25)

Claket

Adventure Park Longsor Longsor Kecil 1 kali/tahun 2 hari 1 km Tidak Ada Wisata Edukasi Longsor Longsor Kecil 1 kali/tahun 1 hari 2 km Tidak Ada

PPKA Indreng

Genitri Longsor dan Banjir

Longsor Kecil dan Banjir 2

meter 2 kali/tahun 1 hari 0 km Tidak Ada Gedung Pusat

Pelatihan Longsor dan Banjir

Longsor Kecil dan Banjir 3

meter 1 kali/tahun 1-3 hari 1 km Tidak Ada Play Ground

Desa Claket Banjir Banjir 3

meter 1 kali/tahun 2 hari 2 km Tidak Ada

Puthuk Siwur

Longsor dan Kebakaran

Hutan Longsor Kecil 1 kali/tahun 2 hari 2 km Tidak Ada Air Terjun

Surodadu Longsor dan Banjir

Longsor Kecil dan Banjir 3

meter 1 kali/tahun 1 hari 2 km Tidak Ada Ancaman Longsor

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia, yang dimaksud dengan Tanah Longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng19. Ancaman longsor di Desa Claket merupakan salah satu ancaman yang paling diwaspadai oleh masyarakatnya karena terjadi hampir di setiap musim hujan. Kemiringan lereng landai hingga terjal menyebabkan beberapa titik lokasi di Desa Claket rawan terhadap longsor. Longsor yang terjadi di Desa Claket mayoritas berada pada kemiringan lereng miring hingga terjal yaitu pada akses jalan, hutan, serta kebun masyarakat. Pada wilayah permukiman tidak pernah terjadi longsor karena topografinya yang datar. Peta kemiringan lereng Desa Claket dapat dilihat pada Gambar 5.

19 Peraturan Kepala BNPB No. 07 Tahun 2012

(26)

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Desa Claket20

Secara historis ancaman tanah longsor cukup tinggi menimpa Desa Claket karena terjadi setiap tahun.

Setiap tahun terdapat satu hingga lima titik longsor, mulai dari longsor kecil hingga longsor sedang.

Longsoran tersebut terjadi di beberapa akses jalan. Di wilayah administrasi desa belum pernah terjadi longsoran yang menimpa rumah penduduk.

Kondisi kemiringan lereng di Desa Claket secara umum memiliki kemiringan antara 0 – 25 %. Lokasi permukiman berada pada kemiringan lereng 0 – 8 % dan pada kemiringan diatas 8 %, meyoritas merupakan akses jalan, kebun, dan hutan yang dikelola oleh masyarakat.

Hasil pemodelan ancaman longsor menunjukkan bahwa Desa Claket merupakan wilayah dengan tingkat ancaman sedang. Faktor pengontrol yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng. Faktor curah hujan, jenis tanah, kondisi geologi di Desa Claket memiliki karakteristik yang sama dalam satu desa.

Sedangkan kondisi penggunaan lahan di Desa Claket mayoritas berupa permukiman, sawah, tegalan, dan kebun. Peta ancaman bencana longsor Desa Claket dapat dilihat pada Gambar 6.

20 Hasil pemodelan USAID APIK 2018

(27)

Gambar 6. Peta Ancaman Bencana Longsor Sektor Pariwisata Desa Claket21 Dilihat dari peta ancaman bencana longsor pada sektor pariwisata di Desa Claket mayoritas memiliki tingkat ancaman sedang. Lokasi wisata yang terpapar ancaman bencana longsor antara lain Claket Adventure Park, Wisata Edukasi, PPKA Indreng Genitri, Gedung Pusat Pelatihan, pendakian Puthuk Siwur, dan air Air Terjun Surodadu. Tingkat ancaman pada lokasi wisata termasuk dalam kategori sedang karena mayoritas lokasi wisata berada pada kemiringan lereng miring hingga terjal. Selain pada lokasi wisata, bencana longsor juga mengancam akses menuju lokasi wisata. Sebagian besar akses menuju lokasi wisata berada pada kemiringan miring hingga terjal sehingga potensi terjadinya longsor semakin tinggi.

Tanah Longsor yang terjadi di beberapa titik akses jalan di Desa Claket terjadi akibat pada kemiringan lereng lebih dari 25%. Solum tanah memiliki ketebalan yang tipis. Akibatnya, apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi, rawan terjadi longsor. Selain itu, wilayah permukiman di Desa Claket berada pada

21 Hasil pemodelan USAID APIK 2018

(28)

kemiringan 0-15 % sehingga tingkat kerawanan terhadap tanah longsor tergolong rendah. Namun kejadian tanah longsor di Desa Claket sangat mempengaruhi sektor pariwisata. Longsor yang terjadi di beberapa titik akses jalan menyebabkan akses menuju lokasi wisata sangat terganggu.

Gambar 7. Titik Lokasi Longsor Pada Akses Jalan22

Pada tahun 2016 terjadi tanah longsor di jalan penghubung Dusun Mligi-Sembung menyebabkan akses jalan tertutup material. Pada tahun yang sama terjadi longsor juga di jalan poros Claket-Mligi sebanyak 3 kali. Kejadian tanah longsor tersebut menutup akses jalan sehingga berdampak terhadap akses menuju lokasi wisata menjadi terganggu. Dari hasil penilaian karakteristik ancaman maka dapat disimpulkan bahwa ancaman bencana tanah longsor di Desa Claket memiliki tingkat ancaman SEDANG.

Ancaman Banjir Bandang

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia, yang dimaksud dengan Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat, sedangkan dalam SK-SNI M-18-1989-F (1989) dijelaskan bahwa Banjir adalah aliran yang relatif tinggi dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.23

Probabilitas terjadinya bencana banjir di Desa Claket tergolong rendah karena bencana banjir dalam kurun waktu 10 tahun terakhir hanya terjadi 1 kali pada tahun 2014. Pada tahun tersebut bencana banjir terjadi di Jl Claket-Trawas. Probabilitas terjadinya bencana banjir cukup rendah karena wilayah hutan di Desa Claket masih terjaga, selain itu dalam beberapa tahun terkakhir di beberapa titik daerah tangkapan air di Desa Claket telah dibangun sumur resapan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap tingkat resapan air semakin baik sehingga air hujan dapat terserap dengan baik dan tidak menjadi limpasan yang

22 Foto diambil oleh Choirul Mubarok

23 Peraturan Kepala BNPB No. 07 Tahun 2012

(29)

dapat menyebabkan terjadinya banjir. Dari hasil penilaian karakteristik ancaman tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ancaman bencana banjir di Desa Claket memiliki tingkat ancaman RENDAH.

Ancaman Kebakaran Hutan

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia, yang dimaksud dengan Kebakaran adalah situasi di mana bangunan pada suatu tempat seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban jiwa dan/atau kerugian harta benda, sedangkan kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomi dan atau lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.24 Intensitas kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Desa Claket terjadi ketika musim kemarau/kering.

Pada musim kemarau/kering intensitas curah hujan menurun sehingga menyebabkan wilayah hutan rentan terbakar. Ancaman kebakaran hutan mengancam wisata Pendakian Puthuk Siwur. Pendakian Puthuk Siwur terletak di wilayah hutan Desa Claket bagian selatan, karena letaknya berada di hutan maka lokasi wisata tersebut terancam terkena dampak dari kebakaran hutan. Gambar dibawah ini merupakan peta ancaman kebakaran hutan di Desa Claket.

Kebakaran hutan di wilayah hutan di Desa Claket terakhir terjadi pada tahun 2018. Kejadian tersebut terjadi pada bulan agustus saat wilayah Desa Claket mengalami musim kemarau. Penyebab kebakaran hutan kemungkinan karena intensitas hujan yang menurun sehingga udara menjadi panas dan banyak pohon mulai kering sehingga menjadi mudah terbakar. Berdasarkan hasil penilaian karakteristik ancaman maka dapat disimpulkan bahwa ancaman kebakaran hutan dan lahan di Desa Claket memiliki tingkat ancaman SEDANG.

24 Ibid

(30)

Gambar 8. Peta Ancaman Kebakaran Sektor Pariwisata Desa Claket25 Ancaman Angin Puting Beliung

Menurut Peraturan Kepala BNPB No. 07 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia, yang dimaksud dengan Angin Puting Beliung adalah Puting Beliung yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit)26. Desa Claket sering mengalami kejadian bencana angin puting beliung. Namun demikian ancaman tersebut tidak menjadi sebuah bahaya yang signifikan.

25 Hasil pemodelan BPBD Kab Mojokerto 2018

26 Peraturan Kepala BNPB No. 07 Tahun 2012

(31)

Gambar 9. Peta Ancaman Bencana Angin Puting Beliung Wilayah Kecamatan Pacet27 Peristiwa angin puting beliung atau Puting Beliung di Desa Claket terjadi setiap tahun. Secara historis kejadian tersebut mayoritas terjadi di bulan Februari saat musim hujan dan di bulan Agustus saat musim kemarau. Dilihat dari segi probabilitas kejadian bencana angin puting beliung atau Puting Beliung di Desa Claket tergolong sedang. Berdasarkan hasil penilaian karakteristik ancaman, maka dapat disimpulkan bahwa ancaman Angin Puting Beliung di Desa Claket berada pada tingkat SEDANG.

Ancaman Sektor Sumber Daya Air Ancaman Longsor

Secara historis ancaman tanah longsor cukup tinggi menimpa Desa Claket karena terjadi setiap tahun.

Setiap tahun terdapat satu hingga lima titik longsor, mulai dari longsor kecil hingga longsor sedang.

Longsoran tersebut terjadi di beberapa akses jalan. Di wilayah administrasi desa belum pernah terjadi longsoran yang menimpa rumah penduduk. Kondisi kemiringan lereng di Desa Claket secara umum memiliki kemiringan antara 15-45%. Lokasi permukiman berada pada kemiringan lereng 15-25% dan pada kemiringan diatas 25%, merupakan kebun yang dikelola oleh masyarakat. Wilayah landai dengan kemiringan 0-15%.

27 Hasil pemodelan BPBD Kab Mojokerto 2018

(32)

Gambar 10. Peta Kemiringan Lereng Sektor Sumberdaya Air Desa Claket28

Hasil pemodelan ancaman longsor menunjukkan bahwa Desa Claket merupakan wilayah dengan tingkat ancaman sedang. Faktor pengontrol yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng. faktor Curah hujan, jenis tanah, kondisi geologi di Desa Claket memiliki karakteristik yang sama dalam satu desa.

Sedangkan kondisi penggunaan lahan di Desa Claket mayoritas berupa permukiman, sawah, tegalan, dan kebun. Gambar dibawah ini merupakan peta ancaman bencana pada sektor sumberdaya air di Desa Claket.

Sumber mata air di Desa Claket mayoritas berada pada kemiringan lereng miring hingga terjal sehingga probabilitas terkena bencana longsor termasuk sedang. Ketika bencana longsor terjadi sumber mata air dapat tertutup tanah longsoran sehingga dapat mengurangi intensitas debit. Jaringan pipa air di Desa Claket mulai dari sumber mata air sampai ke wilayah permukiman berada pada kemiringan lereng miring hingga terjal sehingga tingkat ancaman terkena longsor juga tinggi, apabila pipa jaringan terkena longsor tentu akan mengganggu distribusi air bersih bagi masyarakat Desa Claket.

28 Hasil pemodelan USAID APIK 2018

(33)

Gambar 11. Peta Ancaman Bencana Longsor Sektor Sumberdaya Air Desa Claket29 Tanah Longsor yang terjadi di beberapa titik di Desa Claket terjadi akibat pada kemiringan lereng lebih dari 25%. Solum tanah memiliki ketebalan yang tipis. Akibatnya, apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi, rawan terjadi longsor. Dampak tanah longsor pada wilayah permukiman di Desa Claket tidak signifikan karena pada wilayah permukiman belum pernah terjadi tanah longsor. Wilayah permukiman di Desa Claket berada pada kemiringan 0-15 % sehingga tingkat kerawanan terhadap tanah longsor tergolong rendah. Namun kejadian tanah longsor di Desa Claket mempengaruhi sektor sumberdaya air.

Longsor pada sumber mata air dapat menyebabkan mata air tertutup longsor karena sumber mata air mayoritas berada di bawah tebing dengan kemiringan miring hingga terjal. Karena tertutup longsor, debit air dapat berkurang sehingga mengganggu pasokan air bagi masyarakat. Selain itu, longsor dapat merusak jaringan pipa air. Jaringan pipa distribusi air mayoritas berada di kemiringinan lereng miring hingga terjal sehingga tingkat ancaman longsornya tinggi. Longsor pada jaringan pipa dapat mengganggu ditribusi air bagi masyarakat.

29 Hasil pemodelan USAID APIK 2018

(34)

Gambar 12. Kejadian Longsor di Sekitar Sumber Mata Air30

Berdasarkan hasil penilaian karakteristik ancaman maka dapat disimpulkan bahwa ancaman bencana longsor pada sektor sumberdaya air di Desa Claket memiliki tingkat ancaman TINGGI.

Ancaman Kebakaran Hutan

Intensitas kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Desa Claket semakin terasa ketika musim kemarau/kering. Pada musim kemarau/kering intensitas curah hujan menurun sehingga menyebabkan wilayah hutan rentan terbakar. Peta ancaman kebakaran hutan di Desa Claket dapat dilihat pada Gambar.

Kebakaran hutan di wilayah hutan di Desa Claket terakhir terjadi pada tahun 2018. Kejadian tersebut terjadi pada bulan Agustus saat wilayah Desa Claket mengalami musim kemarau. Penyebab kebakaran hutan kemungkinan karena intensitas hujan yang menurun sehingga udara menjadi panas dan banyak pohon mulai kering sehingga menjadi mudah terbakar.

Kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi di lokasi sumber mata air karena sumber mata air berada pada wilayah hutan. Di beberapa titik lokasi sumber mata air di Desa Claket belum pernah terjadi kebakaran hutan. Kebakaran hutan pernah terjadi akan tetapi letak kebakaran jauh sumber mata air. Dilihat dari kejadian yang pernah terjadi, maka probabilitas kebakaran hutan terhadap sektor sumberdaya air dapat dikategorikan rendah.

Dari segi dampak, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah hutan Desa Claket meyebabkan debit air di beberapa sumber mata air mengalami penurunan. Namun penurunan tersebut tidak sampai berdampak signifikan terhadap pemenuhan air untuk kebutuhan. Namun apabila kejadian kebakaran

30 Foto diambil oleh Choirul Mubarok

(35)

hutan terjadi pada setiap tahun, bisa jadi debit air akan menurun drastis hingga mengganggu pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat Desa Claket. Berdasarkan hasil penilaian karakteristik ancaman, maka dapat disimpulkan bahwa ancaman kebakaran hutan dan lahan di Desa Claket memiliki tingkat ancaman RENDAH.

Ancaman Banjir

Probabilitas terjadinya bencana banjir di Desa Claket tergolong rendah karena bencana banjir dalam kurun waktu 10 tahun terakhir hanya terjadi 1 kali pada tahun 2014. Pada tahun tersebut bencana banjir terjadi di Jl Claket-Trawas. Probabilitas terjadinya bencana banjir cukup rendah karena wilayah hutan di Desa Claket masih terjaga, selain itu dalam beberapa tahun terkakhir di beberapa titik daerah tangkapan air di Desa Claket telah dibangun sumur resapan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap tingkat resapan air semakin baik sehingga air hujan dapat terserap dengan baik dan tidak menjadi limpasan yang dapat menyebabkan terjadinya banjir.

Pada sektor sumberdaya air, tingkat ancaman terjadinya bencana banjir di sekitar sumber mata air cukup rendah. Secara historis tidak ada catatan yang menyatakan sumber mata air di Desa Claket pernah terkena dampak bencana banjir.

Pada kejadian banjir tahun 2014 menyebabkan akses jalan tertutup dan gorong-gorong rusak di Jl. Raya Claket-Trawas dan beberapa ladang warga ada yang tergerus. Namun bencana tersebut juga tidak berdampak pada sumber mata air dan jaringan pipa air di Desa Claket. Oleh sebab itu dampak bencana banjir terhadap sektor sumberdaya air di Desa Claket dapat dikategorikan rendah.

Dari hasil penilaian karakteristik ancaman, maka dapat disimpulkan bahwa ancaman bencana banjir sektor sumberdaya air di Desa Claket memiliki tingkat ancaman RENDAH.

Ancaman Angin Puting Beliung

Desa Claket sering mengalami kejadian bencana angin puting beliung. Namun demikian ancaman tersebut tidak menjadi sebuah bahaya yang signifikan. Peta ancaman angin puting beliung atau angin kencang di wilayah Kecamatan Pacet dapa dilihat pada gambar dibawah ini.

Peristiwa angin puting beliung atau angin kencang di Desa Claket terjadi setiap tahun. Secara historis kejadian tersebut mayoritas terjadi di bulan Februari saat musim hujan dan di bulan Agustus saat musim kemarau. Dilihat dari segi probabilitas kejadian bencana angin puting beliung atau angin kencang di Desa Claket tergolong sedang.

Meskipun tergolong sedang, secara historis bencana tersebut tidak pernah terjadi di wilayah sekitar sumberdaya air. Mayoritas kejadian angin puting beliung terjadi di wilayah permukiman penduduk sedangkan lokasi sumberdaya air mayoritas terletak di wilayah hutan sehingga tidak pernah terjadi bencana tersebut. Dilihat dari segi probabilitasnya, bencana angin puting beliung atau angin kencang pada sektor sumberdaya air di Desa Claket tergolong rendah.

Adapun kerugiannya angin puting beliung atau angin kencang pada wilayah permukiman dan lahan pertanian meliputi rusaknya sebagian rumah penduduk, rusaknya tanaman padi dan holtikultura, serta banyaknya pepohonan tumbang yang menghalangi jalan desa maupun jalan pertanian. Secara materiil peristiwa tersebut tidak berdampak pada kerugian yang signifikan. Demikian juga dari unsur manusianya, tidak ada kerugian yang mengancam nyawa dan kesehatan warga, sehingga dapak dari peristiwa tersebut dapat dianggap rendah.

(36)

Radius dampak bencana bencana angin puting beliung atau angin kencang di Desa Claket hanya berada pada wilayah permukiman dan tidak pernah sampai meluas ke wilayah hutan. Pada sektor sumberdaya air, dampak yang ditimbulkan bencana tersebut tergolong rendah karena apabila ada bencana tersebut terjadi di wilayah permukiman maka tidak sampai berdampak pada lokasi sumber mata air atau fasilitas mata air.

Dari hasil penilaian karakteristik ancaman, maka dapat disimpulkan bahwa ancaman angin puting beliung atau angin kencang sektor sumberdaya air di Desa Claket berada pada tingkat RENDAH.

Analisis Perubahan dan Kecenderungan

Perubahan dan kecenderungan menjadi salah satu aspek penting dalam penilaian dan perencanaan komunitas dengan pendekatan partisipatif. International Institute of Rural Reconstruction atau IIRR (1998) mengemukakan bahwa melalui analisis perubahan dan kecenderungan yang diperoleh melalui alat berupa tabel, peneliti, masyarakat maupun pihak yang terlibat dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek-aspek kehidupan suatu komunitas masyarakat meliputi lingkungan, demogafis maupun aktivitas sosial-ekonomi.

Hasil analisis bersama masyarakat menunjukkan beberapa perubahan sumber daya yang ada di Desa Claket. Masyarakat menilai bahwa hujan mengalami peningkatan dibanding periode tahun 1990. Hal ini berlawanan dengan debit air yang dinilai mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Selain itu, masyarakat juga menilai adanya perubahan pada eksistensi beberapa hewan liar di Desa Claket.

Masyarakat menilai bahwa jumlah babi hutan dan burung mengalami penurunan dibanding tahun 1990, sedangkan jumlah kera mengalami peningkatan. Di sisi lain, jumlah rusa mengalami fluktuasi. Pada periode 2000 hingga 2010, masyarakat menilai bahwa jumlah rusa sempat mengalami penurunan, namun mengalami peningkatan kembali pada periode tahun 2010-2018.31

Selain sumber daya, masyarakat juga menilai perubahan-perubahan yang terjadi pada produksi beberapa komoditas pertanian dan peternakan yang ada di Desa Claket. Produksi tanaman hortikultura dinilai mengalami peningkatan dibanding periode tahun 1990-2000, sedangkan produki cengkeh mengalami penurunan dan produksi padi dinilai stabil. Di bidang peternakan, masyarakat menilai bahwa terdapat peningkatan produksi beberapa hewan ternak, seperti sapi, kambing, kelinci dan ayam potong. Selain itu, masyarakat juga menilai bahwa jumlah pohon di Desa Claket mengalami peningkatan dibanding tahun 1990-2000. Seluruh perubahan-perubahan yang terjadi diikuti dengan peningkatan pendapatan masyarakat Desa Claket.32

3.2. ANALISIS KERENTANAN DAN DAMPAK

Kerentanan adalah kecenderungan suatu sistem untuk mengalami dampak negatif yang meliputi sensitivitas terhadap dampak negatif dan kurangnya kapasitas adaptif untuk mengatasi dampak negatif, sedangkan dampak adalah kerugian atau manfaat akibat adanya Perubahan Iklim dalam bentuk yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi.33

31 Hasil FGD I di Kantor Kecamatan Pacet 28 Januri – 1 Februari 2019

32 Idem

33 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P7 tahun 2019

(37)

Desa Claket terpapar empat bencana hidrometeorologi yang meliputi banjir bandang, longsor, kebakaran hutan dan angin kencang. Analisis kerentanan, dampak dan risiko pada kajian ini meliputi sektor pariwisata dan sumber daya air.

Keterpaparan

Keterpaparan adalah keberadaan manusia, mata pencaharian, spesies/ekosistem, fungsi lingkungan hidup, jasa dan sumber daya, infrastruktur, atau aset ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah atau lokasi yang dapat mengalami dampak negatif34. Keterpaparan berkontribusi dalam pembentukan kerentanan suatu sistem terhadap perubahan iklim.

Keterpaparan Sektor Pariwisata

Secara partisipatif, masyarakat menilai bahwa Desa Claket terpapar oleh empat stresor yang meliputi longsor, banjir bandang, kebakaran hutan dan puting beliung, baik untuk sektor pariwisata maupun sektor sumber daya air. Khusus sektor pariwisata, keterpaparan dinilai dari beberapa aspek seperti rasio jumlah bangunan dan jumlah penduduk yang tinggal/berada di lokasi rawan serta rasio lokasi wisata yang berada di Desa.

Hasil analisis menunjukkan ada penilaian yang berbeda pada salah satu komponen penyusun keterpaparan (exposure), yaitu rasio lokasi wisata yang berada di lokasi rawan, sedangkan rasio penduduk di lokasi rawan dan rasio lokasi wisata dinilai rendah. Masyarakat menilai bahwa bangunan di Desa Claket paling banyak berada di lokasi rawan terhadap stresor longsor, kebakaran hutan dan puting beliung, sedangkan paling sedikit berada di lokasi rawan banjir bandang. Namun, hasil penilaian kumulatif menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat keterpaparan antarstresor dan seluruh stresor dinilai memberikan keterpaparan sedang.

Tabel 5. Keterpaparan sektor pariwisata35

Stresor Nilai Keterpaparan

Longsor 1,7 SEDANG

Banjir Bandang 1,3 SEDANG

Kebakaran Hutan 1,7 SEDANG

Puting Beliung 1,7 SEDANG

Keterpaparan Sektor Sumber Daya Air

Sedikit berbeda dengan sektor pariwisata, penilaian keterpaparan sektor sumber daya air meliputi rasio mata air yang berada di lokasi rawan terhadap stresor. Hasil penilaian masyarakat menunjukkan bahwa sektor sumber daya air Desa Pacet terpapar dengan tingkat rendah oleh seluruh stresor yang meliputi longsor, banjir bandang, kebakaran hutan dan puting beliung. Namun jika ditinjau lebih dalam, terdapat perbedaan penilaian pada aspek rasio lokasi mata air yang berada di lokasi rawan. Masyarakat menilai bahwa rasio mata air yang berada di lokasi rawan kebakaran hutan dan puting beliung lebih tinggi dari pada yang berada di lokasi rawan longsor dan banjir bandang.

34 Ibid

35 Hasil FGD 2 3-6 Maret 2019

Gambar

Gambar 1. Peta wilayah administrasi Desa Claket 2 a.  Sebelah Utara  : Desa Kembang Belor
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Desa Claket 7  Iklim dan Musim
Tabel 4. Tingkat pendidikan penduduk Desa Claket 10 No  Tingkat Pendidikan  Jumlah (orang)
Gambar 4. Peta Sebaran Lokasi Sumber Mata Air Desa Claket 16
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan kepramukaan menjadi salah satu tempat yang dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.. Tujuan penelitian ini adalah

Tata kelola sekolah berbasis karakter bukan sebuah peran struktural tetapi lebih dilihat sebagai sebuah proses bersama dalam organisasi sekolah tersebut, sehingga

Untuk meningkatkan estetik dari mahkota metal porselen dapat dilakukan dengan menggunakan tepi porselen, sehingga translusensi cahaya di daerah servikal lebih baik dan

Berdasarkan uji coba variasi nilai threshold kuantisasi warna pada setiap citra, hasil segmentasi citra terbaik cenderung pada nilai parameter 255 dengan

Bahwa dengan semakin meningkatnya volume tugas tiap-tiap urusan pada Dinas Pertanian dan Perikanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya dalam pengembangan kegiatan di

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 1.. HUBUNGAN NYERI

Rumusan masalah yang disusun adalah membangun sebuah aplikasi yang dapat melaporkan informasi akademik yakni berupa nilai siswa,absensi,pelanggaran siswa, data

Oleh karena itu informan kunci yang terpilih yaitu tu’a golo (pemangku adat/ kepala kampung), tu’a teno (orang yang mengurusi pembagian lahan pertanaian), kepala desa Meler,