• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesesuaian lahan dilakukan terhadap lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan yang dinyatakan layak untuk dikembangkan dan diusahakan. Metode yang digunakan adalah Evaluasi Kesesuaian Lahan FAO (Sitorus, 2004; Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Lahan yang potensial dijadikan kawasan komoditas unggulan berdasarkan kesesuaian secara spasial dan biofisik adalah lahan yang memiliki kelas Sesuai (S1, S2 dan S3) untuk komoditas unggulan diantara komoditas yang ada. Kelas tidak sesuai (N) tidak termasuk areal yang potensial dalam penelitian ini.

Kesesuaian lahan yang digunakan merupakan kesesuaian lahan aktual yang didasarkan pada karakteristik lahan eksisting. Peta tanah yang digunakan merupakan peta skala tinjau (1:250,000) dengan tingkat kedetilan data masih sangat rendah, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisis kesesuaian lahan potensial. Selain itu data penunjang untuk melakukan analisis kesesuaian lahan potensial tidak tersedia seperti nilai ekonomi dari perbaikan terhadap faktor pembatas.

Karakteristik lahan tekstur dan drainase didapatkan melalui Peta

Kemampuan Tanah skala 1:250,000 dari BPN Kabupaten Pakpak Bharat. Data karakteristik singkapan lahan dan batuan permukaan didapat melalui survei lapangan yang telah dihimpun oleh Bappeda Kab. Pakpak Bharat. Evaluasi lahan yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada kriteria fisik lahan.

Karakteristik suhu udara menurut Djaenudin et al. (2003) dapat diduga berdasarkan ketinggian tempat (elevasi) dari atas permukaan laut. Pendugaan tersebut dengan menggunakan pendekatan rumus dari Braak (1928). Berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia suhu di dataran rendah (pantai) berkisar antara 25- 27°C, dan rumus yang dapat digunakan (rumus Braak) adalah sebagai berikut:

Suhu udara (°C) = 26.3°C - (0.01 x elevasi dalam meter x 0.6°C)

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan karakteristik lahan/kualitas lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan di Kabupaten Pakpak Bharat. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, ketersediaan lahan, landuse existing dan pola ruang untuk pengembangan komoditas unggulan. Analisis lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Pakpak Bharat diperoleh melalui proses tumpang tindih (overlay) didasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk

komoditas unggulan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian Tahun 2011 dengan menggunakan Software ArcGIS. Lahan yang menjadi prioritas areal pengembangan komoditas unggulan adalah lahan yang memiliki kelas kesesuaian S1, S2 dan S3.

Berdasarkan ketersediaan data, evaluasi lahan dilakukan dengan mempertimbangkan empat jenis kualitas lahan dan tujuh karakteristik lahan sebagaimana tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualitas dan Karakteristik Lahan dalam Evaluasi Lahan No Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Satuan 1 Temperatur Temperatur rata-rata* °C 2 Ketersediaan Air Rata-rata curah hujan*

Kelembaban* Bulan Kering

mm/tahun %

Bulan 3 Media Perakaran Drainase

Tekstur* Bahan Kasar Kedalaman Tanah* Kelas Kelas % Cm 4 Gambut Ketebalan Kematangan Cm Kelas 5 Retensi Hara KTK Tanah

Kejenuhan Basa pH H2O C-Organik Cmol % Kelas Kelas 6 Hara Tersedia N Total

P2O5 K2O 5 Mg/100g Mg/100g 7 Toksisitas Salinitas dS/m 8 Sodisitas Alkalinitas %

9 Bahaya Sulfidik Kedalaman Sulfidik Cm 10 Bahaya Erosi Lereng*

Bahaya longsor/erosi* Kelas Kelas 11 Penyiapan Lahan Batuan Permukaan Singkapan Batuan Konsistensi, berat butir

% % Kelas

12 Bahaya Banjir Genangan* Kelas

Keterangan * parameter yang dikaji dalam penelitian ini

Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah

Tingkat perkembangan wilayah atau hirarki wilayah Kabupaten Pakpak Bharat diperoleh melalui analisis skalogram. Analisis skalogram adalah analisis yang digunakan untuk mengelompokkan satuan pemukiman berdasarkan tingkat kompleksitas fungsi pelayanan yang dimilikinya, serta menentukan jenis dan keragaman pelayanan dan fasilitas yang terdekat pada pusat–pusat pelayanan dengan berbagai tingkatan (Utari, 2015).

Hirarki wilayah dapat menggambarkan perkembangan wilayah berdasarkan jumlah fasilitas dan aksesibilitasnya (Sitorus et al. 2015) serta jumlah penduduk (Arifien et al. 2012). Menurut Syafi’i dan Santoso (2015), analisis skalogram

dilakukan dengan menghitung jumlah unit (jumlah infrastruktur) dan jumlah jenis infrastruktur pada setiap kecamatan. Dengan demikian akan diperoleh hasil kecamatan dengan kelengkapan infrastruktur baik serta orde perkotaan menurut kemampuan pelayanan ekonominya. Penelitian ini menggunakan data statistik kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat yang menggambarkan seluruh potensi sumberdaya fisik, sosial, dan ekonomi wilayah.

Kriteria penentuan hirarki wilayah dibagi atas tiga hirarki, yaitu:

a. Hirarki I, jika Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) ≥ (rataan IPK total + simpangan baku IPK total)

b. Hirarki II, jika rataan IPK total < IPK < (rataan IPK total + simpangan baku IPK total)

c. Hirarki III, IPK < rataan IPK

Penyusunan tabel skalogram menggunakan asumsi bahwa masing-masing fasilitas mempunyai bobot dan kualitas yang bersifat indifferent. Tahap-tahap dalam penyusunan skalogram adalah sebagai berikut:

1. Menyusun fasilitas sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam unit-unit wilayah. Fasilitas yang tersebar merata di seluruh wilayah diletakkan dalam urutan paling kiri dan seterusnya sampai fasilitas yang terdapat paling jarang penyebarannya di dalam seluruh unit wilayah. Angka yang dituliskan adalah jumlah fasilitas yang dimiliki setiap unit wilayah.

2. Menyusun wilayah sedemikian rupa dimana unit wilayah yang mempunyai ketersediaan fasilitas paling lengkap terletak di susunan paling atas, sedangkan unit wilayah dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap terletak di susunan paling bawah.

3. Menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal baik jumlah jenis fasilitas maupun jumlah unit fasilitas di setiap unit wilayah.

4. Menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit wilayah.

5. Dari hasil penjumlahan ini posisi teratas merupakan subwilayah yang mempunyai fasilitas terlengkap. Posisi terbawah merupakan subwilayah dengan ketersediaan fasilitas umum paling tidak lengkap.

6. Jika dari hasil penjumlahan dan pengurutan ini diperoleh dua daerah dengan jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang sama, maka pertimbangan ke tiga adalah jumlah penduduk. Sub wilayah dengan jumlah penduduk lebih tinggi diletakkan pada posisi di atas.

Data yang digunakan dalam analisis skalogram adalah (1) data jumlah penduduk, (2) data fasilitas pendidikan berupa jumlah Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat, (3) data fasilitas kesehatan berupa jumlah Rumah Sakit Umum (RSU), Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas Pembantu, Klinik KB, (4) data fasilitas sosial berupa jumlah pasar, koperasi dan terminal, (5) data fasilitas ekonomi berupa bank, hotel, toko/warung, rumah makan, industri kecil dan industri rumah tangga dan (7) data aksesibilitas/jarak ke ibukota.

Arahan Rencana dan Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Pakpak Bharat

1. Arahan Rencana Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Pakpak

Dokumen terkait