• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESETARAAN GENDER DI LMDH TLOGO MULYO DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA ANALISA

HARVARD

Ada berbagai teknik yang dapat digunakan untuk menganalisa gender. Teknik analisa gender yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kerangka analisa Harvard. Kerangka analisa Harvard menggunakan tiga variabel untuk menganalisa kesetaran gender secara utuh, yaitu profil aktivitas, profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dalam PHBM. Ketiga variabel tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dianalisis secara terpisah-pisah.

Sebelum melakukan analisa gender, responden dibagi menjadi dua lapisan sosial berdasarkan jumlah pohon dan akumulasi kepemilikan sumberdaya. Sumberdaya yang digunakan untuk menentukan lapisan sosial responden yaitu kepemilikan lahan, kepemilikan ternak, kepemilikan barang berharga, keikutsertaan dalam kelembagaan, dan kondisi rumah. Lapisan sosial atas mempunyai karakteristik kepemilikan sumberdaya yang tinggi dan jumlah pohon yang sedikit. Sedangkan lapisan sosial yang lebih rendah mempunyai kepemilikan sumberdaya yang terbatas dan jumlah pohon yang lebih banyak. Berdasarkan hasil reorganisasi sampel, lapisan atas terdiri dari sepuluh responden, sedangkan lapisan bawah terdiri dari dua puluh responden.

Profil Aktivitas Rumahtangga Anggota LMDH Tlogo Mulyo

Profil aktivitas responden dianalisis dengan menggunakan curahan waktu responden yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan produktif, kegiatan reproduktif, dan sosial kemasyarakatan. Profil aktivitas akan menunjukkan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga anggota LMDH yang akan mempengaruhi akses terhadap sumberdaya dalam PHBM. Hasil analisis profil aktivitas akan menunjukkan siapa melakukan apa dalam rumahtangga anggota LMDH.

Kegiatan Produktif

Tobing et al, dalam Bahriyah (2006) mengungkapkan bahwa kegiatan produktif yaitu kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk uang atau barang yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kegiatan produktif tidak harus diupah berupa uang tetapi dapat juga tidak dapat diupah tetapi memberikan kontribusi dalam menambah pendapatan keluarga. Misalnya memberi makan ternak milik sendiri, kegiatan tersebut tidak diupah tetapi menyumbang pendapatan keluarga karena mempersiapkan ternak agar dapat dijual.

Berdasarkan hasil perbandingan curahan waktu antara laki-laki dan perempuan pada tabel 8, dapat diketahui jika laki-laki mempunyai curahan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Selain itu laki-laki pada lapisan sosial bawah mempunyai curahan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki pada lapisan sosial atas dengan perbandingan 220/171 jam per bulan. Begitu juga dengan perempuan, perempuan pada lapisan sosial bawah

mempunyai curahan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan pada lapisan sosial atas. Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan sosial yang lebih rendah, rumahtangga anggota LMDH mencurahkan waktu yang lebih besar untuk kegiatan produktif.

Kegiatan produktif yang dilakukan oleh laki-laki pada lapisan sosial atas yaitu menyadap, buruh tani, dan menjual ternak. Sedangkan kegiatan produktif yang dilakukan oleh perempuan yaitu menjual hasil pertanian. Kegiatan produktif yang dilakukan secara bersama-sama yaitu merumput, merawat ternak, dan merawat tanaman. Sedangkan pada rumahtangga lapisan sosial bawah, kegiatan menyadap dan buruh tani juga dilakukan oleh perempuan. Baik pada lapisan sosial atas maupun lapisan sosial bawah, perempuan mencurahkan waktu yang lebih banyak pada kegiatan merawat tanaman dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan data pada tabel 6, terdapat pembagian kerja yang sangat jelas dalam pemasaran. Laki-laki bertugas menjual ternak sedangkan perempuan bertugas menjual hasil pertanian. Tetapi dalam hal perawatan dilakukan bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan. Data selengkapnya mengenai curahan waktu rumahtangga anggota LMDH pada kegiatan produktif disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 6 Curahan waktu (jam per bulan) rumahtangga anggota LMDH Tlogo Mulyo pada kegiatan produktif berdasarkan lapisan sosial pada tahun 2012

Kegiatan Lapisan atas Lapisan bawah

L P L P

Menyadap 32 0 34 6

Merumput 56 51 59 52

Memberi makan ternak dan

Membersihkan kandang 23 24 26 9

Buruh tani 21 0 24 15

Merawat selong 40.45 61 56 57

Jual ternak 0.055 0 0 0

Jual hasil pertanian 0 4 0 1

Lainnya 38 3 22 9

Total (jam/bulan) 171 143 220 149

Kegiatan Reproduktif

Tobing et al, dalam Bahriyah (2006) menjelaskan bahwa kegiatan reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga seperti melahirkan dan mengasuh anak, serta pekerjaan rumah tangga. Kegiatan reproduktif memang identik dengan perempuan tetapi sebenarnya bukan menjadi kodrat perempuan karena dapat dilakukan juga oleh laki-laki. Hanya saja kesibukan laki-laki di sektor publik menyebabkan laki-laki kurang berperan dalam menyelesaikan kegiatan reproduktif.

Berdasarkan hasil perbandingan curahan waktu pada tabel 7, ternyata terdapat perbedaan yang signifikan antara curahan waktu laki-laki dan perempuan dalam kegiatan reproduktif. Tetapi pada lapisan sosial bawah, perbedaan curahan waktu antara laki-laki dan perempuan masih lebih kecil dibandingkan dengan

lapisan sosial atas. Perbandingan curahan waktu antara laki-laki dan perempuan pada lapisan sosial atas yaitu 10,5/114,4 jam per bulan, sedangkan pada lapisan sosial bawah adalah 56,8/134,6. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki pada lapisan sosial bawah masih mengerjakan beberapa pekerjaan domestik.

Baik pada lapisan sosial atas maupun bawah, perempuan mengerjakan semua pekerjaan domestik. Kegiatan reproduktif yang dikerjakan oleh laki-laki pada lapisan sosial atas yaitu mencari kayu dan merawat jagung. Mencari kayu juga dilakukan bersamaan dengan merumput. Sedangkan pekerjaan domestik yang dikerjakan oleh laki-laki pada lapisan sosial bawah yaitu mencari kayu, momong anak, dan merawat jagung.

Berdasarkan hasil tabulasi data pada tabel 7, perempuan pada lapisan sosial atas mencurahkan waktu lebih sedikit untuk kegiatan reproduktif jika dibandingkan dengan perempuan pada lapisan sosial bawah. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada laki-laki maupun perempuan, pada lapisan sosial yang lebih rendah, rumahtangga anggota LMDH mencurahkan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan reproduktif. Data mengenai curahan waktu rumahtangga anggota LMDH pada kegiatan reproduktif dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Curahan waktu (jam per bulan) rumahtangga anggota LMDH Tlogo Mulyo pada kegiatan reproduktif berdasarkan lapisan sosial pada tahun 2012

Kegiatan Lapisan atas Lapisan bawah

L P L P Memasak 0,0 48.25 0,0 52,3 Mencari kayu 6,0 15,0 26,5 16,9 Mencuci baju 0,0 2,5 0,0 11,7 Mencuci piring 0,0 7,3 0,0 16,0 Momong anak 0,0 56,7 1,5 21,7 Membersihkan rumah 0,0 12,5 0,0 6,3

Membuat nasi jagung 0,0 0,0 0,0 1,5

Merawat jagung 4,5 15,9 28,8 6,8

Mencari sayur 0,0 3,0 0,0 0,0

Lainnya 0,0 1,5 0,0 1,6

Total (jam/bulan) 10,5 114,4 56,8 134,6

Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

Kegiatan sosial kemasyarakatan berhubungan dengan kegiatan untuk meningkatkan interaksi dengan masyarakat. Kegiatan sosial kemasyarakatan meliputi sambatan (gotong royong), pengajian, pertemuan dan pelatihan, menghadiri acara hajatan, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil tabulasi data pada tabel 8, ternyata curahan waktu untuk kegiatan sosial kemasyarakatan sangat beragam. Pada lapisan sosial atas, perempuan mempunyai curahan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 37,9/28,9. Tetapi pada lapisan sosial bawah laki-laki mempunyai curahan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yaitu 53,7/28,3. Perbedaan curahan waktu antara laki-laki dan perempuan pada lapisan sosial yang atas tidak terlalu signifikan, tetapi pada lapisan sosial bawah perbedaan curahan waktu antara laki-laki dan perempuan cukup signifikan.

Kegiatan sosial kemasyarakatan yang bersifat kelembagaan cenderung hanya dilakukan oleh laki-laki saja, misalnya pertemuan LMDH, pelatihan dan penyuluhan, dan ronda malam. Pada rumahtangga anggota LMDH tidak ada arisan sehingga kegiatan sosial yang dilakukan oleh perempuan adalah pengajian, samabatan, menghadiri acara hajatan, dan membantu acara hajatan. Bahkan ada perempuan yang tidak mengikuti pengajian. Tetapi perempuan mempunyai curahan waktu yang lebih besar daripada laki-laki dalam kegiatan membantu hajatan yaitu dengan perbandingan 6,7/12,7 pada lapisan sosial atas, dan 5,8/16,75 pada lapisan sosial bawah. Perempuan juga mempunyai curahan waktu yang cukup besar dalam kegiatan sambatan.

Sambatan merupakan kegiatan gotong royong dalam hal menanam dan

memanen jagung, membuat rumah, dan kegiatan untuk kepentingan bersama (membuat jalan, membangun masjid, dan lain-lain). Sambatan dilakukan oleh warga yang tidak mempunyai uang untuk mengupah buruh. Sedangkan bagi warga yang mempunyai uang akan mengupah buruh. Sambatan dilakukan secara bergantian sehingga penduduk yang sudah dibantu mempunyai kesadaran sendiri untuk membantu ketika ada orang lain yang membutuhkan. Sambatan tidak diupah tetapi hanya mendapatkan makan dan hasil panen yang tidak diambil oleh pemilik. Misalnya dalam sambatan memanen jagung, warga yang membantu mendapatkan jagung yang berukuran kecil dan kurang bagus. Biasanya warga juga boleh mengambil kulit jagung sebagai makanan ternak.

Perempuan dalam sambatan bertugas untuk mengupas kulit jagung, matun, dan menanam jagung. Sedangkan laki-laki bertugas untuk mengikat jagung yang sudah dikupas (membuat gidengan), mengangkut hasil panen, dan macul (mengolah lahan). Curahan waktu rumahtangga anggota LMDH pada kegiatan sosial kemasyarakatan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Curahan waktu (jam per bulan) rumahtangga anggota LMDH Tlogo Mulyo pada kegiatan sosial kemasyarakatan berdasarkan lapisan sosial pada tahun 2012

Kegiatan Lapisan atas Lapisan bawah

L P L P Sambatan 12,7 21,8 34,0 22,2 Pengajian 8.99 1,6 6,3 4,9 Pertemuan LMDH 4,6 0,0 5,6 0,0 Pertemuan Gapoktan 1,0 0,0 0,2 0,2 Pelatihan dan penyuluhan 1,2 0,0 0,1 0,0 Hajatan 1,6 1,6 1,3 1,1 Ronda 1,1 0,0 0,5 0,0 Membantu hajatan 6,7 12,7 5,8 16.75 Lainnya 0,1 0,2 0,0 0,1 Total (jam/bulan) 28,9 37,9 53,7 28,3

Profil Akses dan Kontrol Rumahtangga Anggota LMDH Tlogo Mulyo terhadap Sumberdaya dalam PHBM

Anggota LMDH mempunyai akses dan kotrol yang beragam terhadap sumberdaya dalam LMDH. Akses adalah kemampuan untuk dapat memanfaatkan sumberdaya. Sedangkan kontrol adalah pelibatan dalam pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya atau pemanfaatan uang hasil penjualan sumberdaya. Sumberdaya dalam LMDH meliputi modal, pemasaran pertanian, pemasaran peternakan, ternak, petakan, rumput, getah, bibit pohon, dan LMDH.

Akses rumahtangga anggota LMDH terhadap sumberdaya modal dianalisis dengan cara menanyakan keikutsertaan suami dan istri terhadap program simpan pinjam. Sedangkan kontrol terhadap sumberdaya modal dianalisa dengan cara menanyakan keterlibatan suami dan istri dalam menentukan besarnya pinjaman dan pemanfaatan uang hasil pinjaman.

Hasil tabulasi data mengenai akses dan kontrol terhadap sumberdaya secara lengkap dapat dilihat pada tabel 9 dan tabel 10 berikut ini.

Tabel 9 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan akses terhadap sumberdaya hutan dan lapisan sosial pada tahun 2012

Sumberdaya

Akses

Lapisan atas Lapisan bawah

L P L P Modal 1 (10) 2 (20) 0 (0) 0 (0) Pemasaran Pertanian 0 (0) 7 (70) 5 (25) 16 (80) Pemasaran Peternakan 10 (100) 0 (0) 15 (75) 1 (5) Ternak 8 (80) 5 (50) 13 (65) 9 (45) Petakan 7 (70) 0 (0) 16 (80) 3 (15) Rumput 8 (80) 10 (100) 20 (100) 20 (100) Getah 8 (80) 2 (20) 19 (95) 2 (10) Bibit Pohon 8 (80) 9 (90) 20 (100) 20 (100) LMDH 10 (100) 0 (0) 20 (100) 0 (0)

Tabel 10 Jumlah dan persentase anggota LMDH Tlogo Mulyo berdasarkan kontrol terhadap sumberdaya hutan dan lapisan sosial pada tahun 2012

SD

Kontrol

Lapisan atas Lapisan bawah

L P L P Modal 1 (10) 0 (0) 0 (0) 0 (0) Pemasaran Pertanian 7 (70) 7 (70) 17 (85) 16 (80) Pemasaran Peternakan 9 (90) 0 (0) 14 (70) 0 (0) Ternak 7 (70) 0 (0) 16 (80) 0 (0) Petakan 4 (40) 0 (0) 15 (75) 0 (0) Rumput 9 (90) 0 (0) 20 (100) 1 (5) Getah 4 (40) 6 (60) 7 (35) 18 (90) Bibit Pohon 7 (70) 0 (0) 4 (20) 0 (0) LMDH 6 (60) 0 (0) 3 (15) 0 (0)

Berdasarkan hasil tabulasi data pada tabel 9, ternyata suami dan istri yang akses terhadap sumberdaya modal hanya pada rumahtangga anggota LMDH pada lapisan sosial atas. Perempuan mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 20/10. Sedangkan pada lapisan sosial bawah, rumahtangga anggota LMDH tidak ada yang mempunyai akses terhadap sumberdaya modal. Hal ini berhubungan dengan kepastian pendapatan yang diperoleh oleh rumahtangga anggota LMDH pada lapisan sosial atas. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan RM, masyarakat mengaku bahwa informasi mengenai adanya simpan pinjam hanya diberikan kepada kerabat pamong desa. Selain itu warga lapisan menengah ke bawah juga tidak berani meminjam karena takut tidak dapat mengembalikan pinjaman. Ketidakpastian pendapatan rumahtangga anggota LMDH lapisan menengah ke bawah menjadi penyebab utama anggota LMDH tidak dapat mengakses sumberdaya modal.

Sedangkan kontrol terhadap sumberdaya modal hanya dimiliki oleh laki-laki pada lapisan sosial atas. Perempuan tidak ada yang mempunyai kontrol terhadap sumberdaya modal. Jadi dapat disimpulkan bahwa kontrol laki-laki terhadap sumberdaya modal lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 10/0.

Sumberdaya kedua yang terdapat dalam LMDH yaitu pemasaran pertanian. Masyarakat menjual hasil pertanian melalui tengkulak. Jauhnya akses dari desa menuju pasar menjadi salah satu alasan bagi masyarakat untuk menggunakan jasa tengkulak. Tetapi tengkulak di Desa Tlogohendro berasal dari masyarakat Tlogohendro dan masih mempunyai hubungan darah sehingga tengkulak tidak mempermainkan harga dan kepercayaan petani terhadap tengkulak juga tinggi.

Akses terhadap pemasaran hasil pertanian diukur dengan cara menganalisis keterlibatan suami dan istri terhadap penjualan hasil pertanian baik secara langsung maupun melalui tengkulak. Sedangkan kontrol terhadap sumberdaya ditinjau dengan cara menganalisis keterlibatan suami dan istri dalam menentukan harga jual hasil pertanian dan pengambilan keputusan penggunaan sumberdaya untuk komersil atau subsisten.

Hasil tabulasi data pada tabel 9 menunjukkan bahwa perempuan mempunyai akses yang lebih tinggi terhadap pemasaran hasil pertanian (77/17). Bahkan pada rumahtangga anggota LMDH lapisan sosial bawah, laki-laki sama sekali tidak mempunyai akses terhadap pemasaran hasil pertanian. Tetapi meskipun demikian, laki-laki tetap mempunyai kontrol yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (80/77). Pada rumahtangga lapisan sosial atas, akses laki-laki dan perempuan sama besar, padahal laki-laki sama sekali tidak mempunyai akses terhadap sumberdaya. Sedangkan pada lapisan sosial bawah, laki-laki mempunyai kontrol yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki tetap mempunyai kontrol terhadap pemasaran pertanian meskipun pelaku pemasaran pertanian adalah perempuan.

Sumberdaya ketiga yang menjadi fokus analisis akses dan kontrol rumahtangga anggota LMDH terhadap sumberdaya yaitu pemasaran ternak. Pemasaran ternak mayoritas dilakukan melalui tengkulak. Sapi merupakan komoditas peternakan utama di Desa Tlogohendro. Sapi tidak selalu dijual dengan uang tetapi terkadang ditukar dengan anak sapi. Penjualan sapi dilakukan setiap dua tahun sekali. Satu sapi dapat ditukar dengan dua anak sapi. Peternakan di Tlogohendro belum terlalu menekankan efisiensi pakan sehingga keuntungan

yang diperoleh sebenarnya tidak terlalu besar. Masyarakat harus merumput satu pikul rumput gajah untuk tiga kali makan satu sapi berukuran besar. Efisiensi rumput yang rendah menyebabkan kelangkaan rumput saat musim kemarau.

Akses rumahtangga anggota LMDH terhadap pemasaran ternak diukur dengan cara menanyakan pelaku yang terlibat dalam penjualan ternak secara langsung atau melalui tengkulak. Sedangkan kontrol terhadap sumberdaya diukur dengan menanyakan pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai waktu penjualan ternak dan harga jual ternak.

Hasil tabulasi data pada tabel 9 menunjukkan bahwa akses terhadap pemasaran ternak lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan yaitu 83/33. Bahkan pada lapisan sosial atas, perempuan sama sekali tidak mempunyai akses terhadap pemasaran ternak. Hal ini berhubungan dengan tenaga yang dibutuhkan untuk membawa ternak untuk dijual. Perempuan lebih berperan dalam hal merawat tanaman dan menjual hasil pertanian. Sedangkan untuk permasalahan ternak menjadi urusan laki-laki.

Kontrol terhadap kegiatan pemasaran ternak dapat dilihat pada tabel 10. Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa kontrol dalam kegiatan pemasaran sepenuhnya berada di tangan laki-laki baik untuk rumahtangga anggota LMDH pada lapisan sosial atas maupun lapsan sosial bawah. Perempuan sama sekali tidak mempunyai kontrol terhadap kegiatan pemasaran ternak. Laki-laki yang kontrol terhadap kegiatan pemasaran ternak sebesar 77 %. Ada beberapa anggota LMDH yang tidak kontrol terhadap kegiatan pemasaran ternak karena masih memelihara ternak milik orang lain atau masih satu rumahtangga dengan orang tua sehingga kontrol berada di tangan orang tua.

Sumberdaya selanjutnya yang menjadi fokus penelitian yaitu ternak. Saat penelitian dilaksanakan, mayoritas anggota LMDH sudah mempunyai kambing atau sapi. Akses terhadap ternak ditunjukkan dengan kepemilikan ternak (sapi atau kambing), pihak yang memberi makan ternak, mencari pakan ternak (rumput gajah dan kulit kayu kaliandra), mengikuti program KUBE dan program kambing bergulir dari LMDH. Sedangkan kontrol terhadap ternak dilihat dari pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan waktu penjualan ternak, jenis pakan yang diberikan kepada ternak, jenis ternak yang dipelihara, dan pemanfaatan uang hasil penjualan ternak.

Berdasarkan hasil tabulasi data pada tabel 9, laki-laki ternyata mempunyai akses yang lebih besar terhadap ternak jika dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki mempunyai akses sebesar 70 % sedangkan perempuan mempunyai akses sebesar 46,67 %. Perempuan bertugas untuk mencari pakan ternak dan membantu memberi makan ternak jika suami tidak ada di rumah. Tetapi untuk keanggotaan program KUBE dan kambing bergulir hanya diperuntukkan untuk laki-laki sehingga perempuan tidak mempunyai akses sama sekali terhadap program tersebut.

Data kontrol terhadap ternak dapat dilihat pada tabel 10. Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa laki-laki mendominasi kontrol terhadap ternak baik pada lapisan atas maupun lapisan bawah yaitu sebesar 70/0 dan 80/0. Perempuan sama sekali tidak mempunyai kontrol terhadap ternak. Keputusan untuk menjual ternak dan menentukan harga jual ternak sepenuhnya berada di tangan laki-laki.

Akses dan kontrol rumahtangga anggota LMDH terhadap petakan sadapan juga menjadi salah satu variabel yang akan dianalisis. Akses terhadap petakan

sadapan diukur melalui kepemilikan terhadap petakan sadapan, akses dalam pemanfaatan petakan dengan menanam rumput gajah dan kaliandra untuk pakan ternak. Petakan sadapan tentunya hanya dimiliki oleh anggota LMDH. Meskipun ada juga anggota LMDH yang tidak mempunyai petakan karena tidak mempunyai waktu untuk menyadap serta sudah mempunyai pekerjaan lain sebagai sumber pendapatan. Sedangkan kontrol terhadap petakan diukur melalui keterlibatan anggota LMDH dalam hal penentuan lokasi penanaman rumput gajah dan kaliandra serta penentuan petakan yang akan disadap terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil tabulasi data pada tabel 9, laki-laki mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yaitu 76/10. Bahkan pada rumahtangga anggota LMDH lapisan atas perempuan tidak mempunyai akses sama sekali terhadap petakan. Tetapi pada lapisan sosial bawah, perempuan mempunyai akses sebesar 15 %. Hal ini berkaitan dengan adanya perempuan pada lapisan sosial bawah yang ikut memanfaatkan lahan dengan menanam rumput gajah untuk pakan ternak.

Berdasarkan hasil tabulasi data pada tabel 10, perempuan tidak mempunyai kontrol sama sekali terhadap petakan sadapan. Laki-laki mempunyai kontrol terhadap sumberdaya sebesar 63,33%. Laki-laki pada lapisan sosial atas mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap petakan sadapan dibandingkan laki-laki pada lapisan sosial bawah.

Kontrol laki-laki terhadap sumberdaya pada lapisan sosial atas sebesar 40 % sedangkan pada lapisan sosial bawah sebesar 75 %. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan lahan untuk menanam rumput gajah dan kaliandra. Pada masyarakat lapisan atas terkadang petakan tidak ditanami rumput gajah karena terlalu jauh. Rumput gajah dan kaliandra ditanam di sawah milik sendiri yang lebih terjangkau. Sedangkan pada rumahtangga lapisan bawah, petakan pasti ditanami rumput gajah karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Oleh karena itu pengambilan keputusan untuk memanfaatkan lahan jauh lebih tinggi pada rumahtangga lapisan bawah.

Sedangkan untuk rumput gajah semua perempuan mempunyai akses terhadap rumput gajah. Akses terhadap rumput gajah diukur dengan cara meninjau keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam mencari rumput gajah. Perempuan pada lapisan atas maupun lapisan bawah mempunyai akses terhadap rumput gajah sebesar 100%. Laki-laki pada lapisan sosial atas mempunyai akses sebesar 80 % dan laki-laki pada lapisan sosial bawah mempunyai akses sebesar 100%. Hal ini disebabkan adanya beberapa anggota LMDH pada lapisan atas yang tidak merumput karena bekerja sebagai pamong dan staff kecamatan sehingga merumput menjadi pekerjaan istri.

Sedangkan untuk kontrol terhadap rumput gajah diukur dengan cara melihat keterlibatan laki-laki dan perempuan untuk mengambil keputusan dalam hal penentuan peruntukan rumput untuk dipakai sendiri atau dijual serta menentukan cara pemberian pakan rumput ke ternak. Berdasarkan hasil tabulasi data pada tabel 12, kontrol laki-laki pada lapisan bawah lebih besar dibandingkan dengan lapisan atas yaitu 90/100. Laki-laki pada lapisan bawah mempunyai kontrol yang lebih besar karena pertanian dan peternakan menjadi sumber penghasilan utama. Sedangkan pada lapisan atas ada beberapa rumahtangga dengan sumber penghasilan di luar kedua sektor tersebut.

Kontrol perempuan pada lapisan bawah juga lebih besar dibandingkan dengan perempuan pada lapisan atas yaitu 5/0. Hal ini berhubungan dengan

keterlibatan perempuan pada lapisan bawah dalam mencari pakan dan menanam rumput gajah serta kaliandra sehingga perempuan juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Getah merupakan sumberdaya selanjutnya yang dianalisis untuk mengetahui akses dan kontrol rumahtangga anggota LMDH terhadap sumberdaya. Akses terhadap getah diukur dengan cara meninjau pihak yang ikut serta dalam kegiatan penyadapan getah pinus atau membantu menyadap. Sedangkan kontrol terhadap sumberdaya dianalisis dengan cara meninjau pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan uang hasil penjualan getah pinus.

Berdasarkan hasil tabulasi data mengenai akses terhadap getah pinus pada tabel 9, laki-laki mempunyai kontrol yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yaitu 90/13. Laki-laki pada rumahtangga anggota LMDH pada lapisan atas mempunyai akses yang lebih kecil terhadap getah pinus. Perbandingan akses terhadap getah antara lapisan atas dan bawah yaitu 80/95.

Laki-laki pada rumahtangga anggota LMDH pada lapisan bawah mempunyai akses yang lebih besar karena akses anggota LMDH pada lapisan bawah juga mempunyai akses yang lebih besar terhadap lahan petakan. Anggota LMDH pada lapisan bawah menjadikan penjualan getah sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari agar dapat terus bertahan hidup. Oleh karena itu tidak mengherankan jika anggota LMDH pada lapisan sosial bawah bersedia untuk menyadap sehingga akses terhadap getah pinus lebih besar.

Kontrol terhadap sumberdaya dapat dilihat pada tabel 10. Berdasarkan