• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi dan Kependudukan

Berdasarkan data Potensi Desa pada tahun 2010, Desa Tlogohendro merupakan desa yang berada di sekitar hutan dengan ketinggian 800-1300 meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata per tahun berkisar diantara 4000-6000 mm dan suhu udara berkisar antara 18-25ºC6. Desa Tlogohendro berbatasan langsung dengan beberapa desa dan hutan negara. Batas wilayah Desa Tlogohendro di sebelah utara yaitu Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gumelem, sebelah barat berbatasan dengan Desa Yosorejo, dan di sebelah timur berbatasan dengan Hutan Negara.

Dari segi orbitasi, Desa Tlogohendro berada pada jarak tujuh kilometer dari pusat pemerintahan kecamatan. Tetapi kondisi jalan berbatu yang rusak dan berliku-liku menyebabkan akses kendaraan ke pusat kecamatan sulit dan menghabiskan waktu lama. Satu-satunya kendaraan umum yang tersedia yaitu

doplak (mobil terbuka). Waktu beroperasi kendaraan ini juga sangat terbatas yaitu

berangkat pukul 04.00 WIB dan kembali ke Tlogohendro pada pukul 12.00. Selain waktu-waktu tersebut masyarakat harus menggunakan sepeda motor jika ingin turun ke pasar atau ke beberapa daerah di bawah kecamatan.

Secara administratif, Desa Tlogohendro terbagi menjadi tujuh pedukuhan, yaitu Dukuh Gondang I, Gondang II, Mangunan, Rejosari, Tlogo, Glidigan, dan Klindon sesuai dengan sketsa desa pada lampiran 2. Secara keseluruhan desa ini terbagi lagi menjadi 17 RT dan 7 RW. Selain itu Desa Tlogohendro juga mempunyai wilayah pangkuan hutan berupa hutan negara seluas 915,90 Ha yang terdiri dari Hutan Lindung Terbatas (HLT) seluas 380 Ha, hutan produksi (hutan tegalan pohon pinus) seluas 416,7 Ha, dan hutan tidak produktif sebesar 119,2 Ha. Hutan negara di Desa Tlogohendro termasuk ke dalam wilayah RPH Gumelem, BKPH Doro, dan KPH Pekalongan Timur.

Pemanfaatan lahan Desa Tlogohendro sangat beragam, yaitu untuk pertanian seluas 357 Ha dengan rincian untuk tanaman jagung seluas 250 Ha, kentang 15 Ha, Bawang daun 10 Ha, sayur mayur lainnya 10 Ha, dan hutan rakyat 72 Ha. Sedangkan untuk bidang peternakan ternak sapi sejumlah 850 ekor, kambing 745 ekor, dan ayam 2.500 ekor. Berikut ini rincian tata guna lahan di Desa Tlogohendro.

6 Data potensi desa mengenai curah hujan tersebut diragukan dengan perbandingan curah hujan di Bogor >3000 mm per tahun. Data mengenai suhu udara juga diragukan dengan perbandingan suhu udara Jakarta adalah 30ºC.

Tabel 1 Luas wilayah Desa Tlogohendro berdasarkan tata guna lahan pada tahun 2012

Keterangan Luas ( Ha ) Presentase (%)

Pemukiman 19 0,87 Tegal/Ladang 350 16,07 Perkantoran7 1.010 46,39 Lapangan 2 0,1 Hutan Lindung 370,3 16 Hutan Produksi 426,1 19,57 Total 2.177,4 100

Sumber: Data Potensi Desa, 2010

Dari segi kependudukan, Desa Tlogohendro mempunyai penduduk 2.332 jiwa, yang terdiri dari 1.173 laki-laki dan 1.159 perempuan dan tergabung ke dalam 523 keluarga. Penduduk Tlogohendro didominasi oleh penduduk dengan usia 25-45 tahun. Berikut ini adalah rincian jumlah penduduk Tlogohendro berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Tabel 2 Jumlah penduduk Tlogohendro berdasarkan usia dan jenis kelamin pada tahun 2012

Kelompok usia Jumlah (%)

Laki-laki Perempuan Total

0-5 172 (14,67) 137 (11,82) 309 (13,25) 5-10 151 (12,87) 114 (9,84) 265 (11,36) 10-15 157 (13,38) 171 (14,75) 328 (14,07) 15-25 258 (22) 280 (24,16) 538 (23,07) 25-45 277 (23,61) 293 (25,28) 570 (24,44) 45 ke atas 158 (13,47 164 (14,15) 322 (13,81) Total 1.173 (100) 1.159 (100) 2.332 (100) Sumber: Data Potensi Desa, 2010

Dari segi keagamaan, penduduk Tlogohendro beragama Islam. Fasilitas keagamaan juga sudah sangat memadai dengan tiga buah masjid dan enam buah mushola. Dari segi pendidikan, mayoritas penduduk sudah tamat SD. Sedangkan untuk fasilitas pendidikan, Desa Tlogohendro mempunyai satu buah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), tiga buah SD, dan satu buah SLTP.

Mayoritas penduduk Desa Tlogohendro menempuh pendidikan hingga sekolah dasar. Berdasarkan data potensi Desa Tlogohendro pada tahun 2012, data mengenai tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini.

7 Data mengenai pemanfaatan lahan untuk perkantoran diragukan karena di Desa Tlogohendro mayoritas adalah hutan pinus. Bangunan kantor gedung hanya untuk balai desa dan sekolah.

Tabel 3 Jumlah penduduk Desa Tlogohendro berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2012

Tingkat pendidikan Jumlah (%)

Laki-laki Perempuan Total

Buta Huruf 5 (0,60) 7 (1,28) 12 (0,87) Masih SD 180 (21,56) 201 (36,75) 381 (27,57) Tidak tamat SD 10 (1,20) 11 (2,01) 21 (1,52) Tamat SD 565 (67,66) 278 (50,82) 843 (61) SMP 51 (6,11) 41 (7,50) 92 (6,66) SMA 23 (2,75) 8 (1,46) 31 (2,24) D1 0 (0) 0 (0) 0 (0) D2 1 (0,12) 1 (0,18) 2 (0,14) D3/S1/S2/S3 0 (0) 0 (0) 0 (0) Total 835 (100) 547 (100) 1.382 (100)

Sumber: Data Potensi Desa, 2010

Mayoritas anak perempuan di Desa Tlogohendro langsung menikah setelah menyelesaikan pendidikan SMP atau SMA. Sedangkan untuk anak laki-laki lebih suka merantau daripada bertahan untuk membangun desa. Hal ini juga didorong oleh perekonomian keluarga yang sulit serta jumlah lapangan kerja di desa yang sangat sedikit. Oleh karena itu jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi jumlahnya masih sangat terbatas. Hal ini juga mempengaruhi tingkat SDM dari pemuda yang nantinya akan membangun desa. Sumberdaya manusia yang masih terbatas menyebabkan kelembagaan sulit berkembang untuk meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak terkait

Kondisi Sosial Ekonomi

Komoditas pertanian utama di desa ini yaitu selong (bawang daun), kentang (mayoritas di dukuh Mangunan), dan jagung. Beras jagung merupakan bahan makanan pokok masyarakat Tlogohendro. Oleh karena itu sebagian besar jagung dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan pangan selebihnya baru dijual. Proses penggilingan jagung menjadi beras dilakukan dengan mesin penggiling padi. Tempat penggilingan padi di Tlogohendro ada enam buah yang dimiliki secara swadaya oleh masyarakat. Dedak jagung sisa penggilingan serta daun jagung yang masih muda dimanfaatkan untuk pakan ternak. Sedangkan kotoran ternak digunakan untuk pupuk kompos.

Setiap keluarga di Desa Tlogohendro mempunyai ladang dan ternak sapi. Selain itu masyarakat juga ada yang menjadi anggota sadap pinus Perhutani. Hasil sadapan disetor ke Perhutani dua kali dalam satu bulan. Setiap satu kilogram getah pinus dibeli dengan harga Rp 2.600,00. Beberapa masyarakat bahkan ada yang merantau ke perkebunan tebu di Palembang sambil menunggu masa panen jagung. Hal ini menunjukkan bahwa pola nafkah masyarakat sudah beragam dan tidak hanya bergantung dengan satu sumber pendapatan meskipun tetap bertumpu pada sektor pertanian. Berikut ini adalah data jumlah penduduk Tlogohendro berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2012.

Tabel 4 Jumlah penduduk Desa Tlogohendro berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2012

Jenis mata pencaharian Jumlah

(%) Buruh Tani 80 (5,78) PNS 3 (0,22) Pensiunan - Pedagang 18 (1,30) Petani 1.220 (88,09)

Buruh non tani 40 (2,88)

Jasa 5 (0,36)

Swasta 19 (1,37)

Lainnya -

Total 1385 (100)

Sumber : Data Potensi Desa, 2010

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan responden rumahtangga anggota LMDH meliputi penduduk dengan mata pencaharian petani dan buruh tani. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ini melibatkan 93,88 persen penduduk Desa Tlogohendro.

Kondisi fasilitas kesehatan di Desa Tlogohendro sudah cukup memadai dengan adanya dua bidan desa. Pembagian wilayah kerja bidan desa yaitu satu bidan bertanggungjawab atas Dukuh Tlogo, Mangunan, dan Rejosari serta satu bidan lagi menangani Dukuh Gondang I, Gondang II, Klindon, dan Glidigan. Tetapi terbatasnya jumlah kader kesehatan terkadang membuat bidan desa kewalahan dalam melayani masyarakat terutama ketika posyandu.

Sifat kekeluargaan masyarakat Tlogohendro masih sangat tinggi karena mayoritas penduduk masih ada hubungan darah. Hal ini menjadi salah satu potensi desa yang sangat besar karena tingkat kepercayaan antar masyarakat tinggi sehingga modal sosial masyarakat juga kuat. Selain itu nilai-nilai kebersamaan juga masih terasa kental di berbagai aktivitas masyarakat. Ketika ada yang hajatan maka masyarakat akan saling membantu. Selain itu pembagian petak lahan sadapan pinus juga dilakukan secara berkelompok bukan perorangan. Begitu juga aktivitas penyadapan dan penyetoran hasil sadapan juga dilakukan secara berkelompok. Sistem bagi hasil dilakukan dengan membagi hasil penjualan getah pinus secara merata.

Masyarakat juga masih memiliki beberapa kearifan lokal yang mengandung potensi wisata. Salah satunya yaitu kebiasaan larung kepala kerbau di Tlogo Mangunan setiap tiga tahun sekali dan larung sesaji setiap tahun yang keduanya dilaksanakan pada bulan Suro. Acara ini dihadiri oleh berbagai masyarakat Tlogohendro dan masyarakat luar kota. Masyarakat meyakini bahwa air tlogo mampu menyuburkan lahan. Sebelum memasuki area Tlogo Mangunan, juru kunci akan menanyakan permohonan pengunjung yang nantinya akan dibaca pada ritual penyembahan dengan menggunakan dupa.

PROFIL LMDH TLOGO MULYO