• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ketentuan Kompetitif dalam Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Provinsi Banten berdasarkan

SIPIL NEGARA

B. Analisis Ketentuan Kompetitif dalam Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Provinsi Banten berdasarkan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Persyaratan kompetensi dibutuhkan agar pemangku jabatan dapat melaksanakan tugasnya sesuai yang diharapkan. Dalam Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten persyaratan kompetensi ini belum dilaksanakan secara sempurna. Padahal syarat kompetensi ini berdasarkan

83

analisis jabatan serta analisis kebutuhan yang jelas, akurat. Disamping itu desain pekerjaan yang matang dalam tahapan rekrutmen juga sangat diperlukan agar mendapatkan pelamar yang direkrut dan benar-benar sangat mendekati kepada kriteria pengetahuan serta keterampilan yang diharapkan atau yang sesuai pada uraian jabatan yang telah dibuat. Selain itu latar belakang pendidikan sangat mendukung untuk melaksanakan tugas-tugas yang akan diemban nanti. Hal ini terkait dengan proses dan materi pada saat melaksanakan ujian dalam Open Bidding itu sendiri.

Proses yang dimaksudkan fokus pada peserta ujian. Sedangkan materi diupayakan agar mempunyai bobot yang diperlukan pada Jabatan yang akan diemban.

Proses seleksi yang dilakukan juga tidak kompetitif, sebab berdasarkan praktik yang terjadi di lapangan pada saat Pelaksanaan seleksi pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten seleksi yang dilaksanakan hanya berupa tes tertulis manajerial menggunakan metode assessment yang bersifat umum tanpa adanya tes kompetensi bidang (tes untuk jabatan yang akan diemban).

Sehingga nantinya pejabat yang terpilih belum tentu sesuai dengan bidang/jabatan yang dikuasainya.

Terkait dengan Jabatan-Jabatan yang membutuhkan keahlian khusus berupa Latar belakang akademis, terdapat permasalahan seperti penempatan pegawai ke dalam jabatan yang tidak sesuai dengan kompetensi dan latar belakang pendidikan. Fakta-fakta seperti jabatan

84

pengelola keuangan yang diisi oleh pegawai dengan latar belakang pendidikan non keuangan, pejabat bidang pemerintahan yang berasal dari seorang sarjana ekonomi, atau bahkan seorang dokter gigi yang ditempatkan untuk mengelola bidang ketentraman dan ketertiban adalah beberapa contoh nyata carut marut mutasi dan promosi jabatan pada instansi pemerintahan.

Ketika ada posisi Jabatan pimpinan Tinggi Pratama yang sedang kosong dan dibutuhkan untuk mengisi suatu Jabatan. Prasyarat yang harus dipenuhi salah satunya dilihat dari latar belakang akademis dan kemampuan calon pejabat yang akan ditempatkan pada posisi kosong tersebut. Sebab yang kemudian terjadi posisi Jabatan yang terkait belumlah sesuai dengan latar belakang akademis dan kemampuan dari calon pejabat itu sendiri. Sehingga ketimpangan dalam mengurus suatu masalah dan menjalankan kewajiban dalam pekerjaan menjadi tidak terselesaikan akibat tidak sesuainya latar belakang akademis yang berbeda dengan jabatan yang dia pegang serta pejabat tersebut tidak memilik kemampuan dalam mengelola suatu instansi yang bagaimanapun perannya sungguh begitu penting untuk mencapai kesuksesan dalam menjalankan roda pemerintahan.

Integritas menjadi karakter kunci bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang mempunyai integritas akan mendapatkan kepercayaan dari pegawainya. Pimpinan yang berintegritas dipercayai karena apa yang menjadi ucapannya juga menjadi tindakannya. Seorang yang berintegritas

85

ditandai oleh satunya kata dan perbuatan bukan seorang yang kata-katanya tidak dapat dipegang. Seorang yang mempunyai integritas bukan tipe manusia dengan banyak wajah dan penampilan yang disesuaikan dengan motif dan kepentingan pribadinya. Kriteria integritas sebagai persyaratan pertama dalam memilih pimpinan, kemudian menyusul syarat kapabilitas intelektual dan manajerial. Semakin banyak tipe manusia dengan integritas yang tinggi akan menentukan maju mundurnya suatu instansi pemerintah, lembaga negara dan lebih luas lagi akan menentukan masa depan suatu negara. Gambaran integiritas dalam Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dinilai hanya dari hasil test Assesment yang telah dijalankan oleh calon pejabat, padahal integritas disamping dapat dilihat dari rekam jejak juga dapat dilihat dari kosistensi, komitmen dan kesungguhan yang bersangkutan untuk mengemban tugas. Sehingga dengan berintegritas menjauhkan tindakan-tindakan yang melanggar aturan dan kepentingan pribadi.

Dari penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa Pengisian Pelaksanaan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten masih belum sepenuhnya mengikuti ketentuan yang berlaku, seleksi yang dilakukan menunjukkan ketidakterbukaan dan tidak kompetitif. Seleksi ini terkesan masih belum sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, hasil kesimpulan yang didapat yaitu:

1. Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Provinsi Banten belum sepenuhnya mengikuti ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Pelaksanaan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama. Hal ini terlihat dari belum terpenuhinya ketentuan kompetensi dalam Pelaksanaan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama yang diamanatkan oleh Undang-Undang ASN yang kemudian diatur lebih lanjut oleh Peraturan Gubernur Banten Nomor 55 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.

2. Secara kompetitif Seleksi Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama belum sepenuhnya mengikuti ketentuan yang telah diatur dalam Permenpan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah. Unsur kompetitif dalam Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama kota Makassar belum sepenuhnya terjabarkan dalam pelaksanaan seleksi, hal ini disebabkan belum lengkapnya peraturan pelaksanaan tentang kompetensi jabatan.

87 B. Saran

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten, maka saran yang penulis berikan adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Provinsi Banten harus sesuai dan mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Nomor 5 Tahun 2014, Permenpan RB Nomor 13 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah, dan Peraturan Gubernur Banten Nomor 55 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Provinsi Banten tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang, harus berdasarkan azas keadilan dan fokus kepada keinginan untuk mendapatkan pejabat yang berkualitas. Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama ini juga harus bersifat terbuka dan mengedepankan sistem merit. Untuk itu diperlukan ketentuan teknis yang lebih rinci untuk menghindari terjadinya variasi Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.

2. Menurut penulis hal-hal yang menjadi saran dalam seleksi Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama secara kompetitif adalah sebagai berikut:

88

a. Dalam Pelaksanaan Pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama diperlukan adanya Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang berfungsi sebagai bahan obyektif dalam pembinaan karir PNS sehingga pembinaan karir PNS dapat dilakukan lebih obyektif.

Pembinaan karir yang dimaksud, antara lain meliputi kepangkatan, penempatan dalam jabatan, pengiriman untuk mengikuti latihan jabatan, dan lain-lain. Hal tersebut didasari dalam pengangkatan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Provinsi Banten penilaian yang dilakukan berdasarkan hasil test dalam Open Bidding.

Penilaian yang berdasarkan hasil dari DUK sendiri tidak sepenuhnya dilibatkan. Padahal dari DUK dapat diketahui calon pejabat tersebut sesuai dengan pengalaman serta masa jabatan yang dahulu telah diembannya. Dalam DUK secara tidak langsung akan menggambarkan tentang etika, tentang penghargaaan nilai nilai moralitas, syarat-syarat kecakapan, pengalaman, kepemimpinan.

b. Bobot-bobot materi dalam Oppen Bidding Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama seharusnya lebih dititikberatkan kepada materi yang bersifat ESQ (Emotional Spritual Quotient) dan SQ (Spritual Quotient) daripada materi yang bersifat IQ (Intelligence Quotient).

Sebab dari kedua kompetensi materi ini diharapkan calon pejabat matang dalam emosional, bijaksana dan mengerti titik pangkal persoalan masalah serta dapat memproyeksikan sekaligus alternatif solusi yang akan diambil.

89

c. Diperlukannya penerbitan Peraturan Pemerintah yang lebih rinci yang mengatur lebih lanjut tentang syarat-syarat kompetitif pengisian jabatan agar tidak terjadi variasi pelaksanaan pengisian jabatan di setiap daerah. Peraturan Pemerintah ini kemudian akan berfungsi untuk menghindari keberagaman penafsiran yang akhirnya berujung pada kesewenangan. Peraturan Pemerintah ini juga akan menghasilkan pejabat yang terpilih pada sebuah jabatan yang benar-benar memiliki kualitas dan kuantitas serta berkompeten di bidangnya.

90

Dokumen terkait