• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIMPINAN TINGGI PRATAMA A. Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum

4. Jabatan-Jabatan Aparatur Sipil Negara

Ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, menentukan bahwa: Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Prinsip yang mendasari Aparatur Sipil Negara sebagai suatu profesi, yaitu:

a. Nilai Dasar.

b. Kode Etik dan Kode Perilaku.

34

c. Komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik.

d. Kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.

e. Kualifikasi akademik.

f. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas, dan Profesionalitas jabatan.

Pegawai ASN terdiri atas PNS dan PPPK. PNS merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh pejabat Pembina kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. PPPK merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh pejawabt Pembina kepegawaian sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah. Kedudukan ASN sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara. Pegawai ASN memiliki tugas:

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

35

Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan ketentuan Pasal 13 bagian kesatu Undang-Undang ASN, Jabatan ASN terdiri dari:

a. Jabatan Administrasi.

b. Jabatan Fungsional.

c. Jabatan Pimpinan Tinggi.

Jabatan administrasi terdiri dari jabatan administrator, jabatan pengawas, dan jabatan pelaksana. Jabatan administrator bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Jabatan pengawas bertanggungjawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana. Jabatan pelaksana bertanggungjawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.

Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian terdiri dari:

a. Ahli utama.

b. Ahli madya.

c. Ahli juda.

36 d. Ahli pertama.

Jabatan fungsional keterampilan terdiri dari:

a. Penyelia.

b. Mahir.

c. Terampil dan pemula.

Jabatan pimpinan tinggi terdiri dari:

a. Jabatan pimpinan tinggi utama.

b. Jabatan pimpinan tinggi madya.

c. Jabatan pimpinan tinggi Pratama.

Jabatan pimpinan tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap pegawai ASN pada instansi pemerintahan.untuk setiap jabatan pimpinan tinggi merupakan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan. Jabatan ASN diisi oleh pegawai ASN. Selain itu, jabatan ASN dapat pula diisi oleh jabatan ASN tertentu yakni Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Negara Republik Indonesia 5. Pemerintahan dan jabatan

Pemerintahan dapat dipahami dalam dua pengertian. Pertama, dalam arti fungsi pemerintahan (kegiatan pemerintah). Kedua, dalam arti organisasi pemerintahan (kumpulan dari kesatuan-kesatuan pemerintahan). Pemerintahan dalam arti kegiatan pemerintah menunjuk pada aktifitas layanan pemerintahan, sementara organisasi

37

pemerintahan merujuk pada satuan-satuan organisasi pemerintahan, termasuk di dalamnya jabatan pemerintahan. Dalam prespektif hukum publik, Negara adalah organisasi jabatan. Bahwa dalam kenyataan sosialnya, Negara adalah organisasi yang berkenaan dengan berbagai fungsi. Fungsi dalam hal ini adalah lingkungan kerja yang terperinci dalam hubungannya secara keseluruhan. Fungsi inilah yang disebut sebagai jabatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Negara merupakan organisasi jabatan.36

B. Teori Kewenangan

Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Pemerintahan (Hukum Administrasi), karena alat perlengkapan negara dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya.

Keabsahan tindakan pemerintahan diukur berdasarkan wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Perihal kewenangan dapat dilihat dari Konstitusi Negara yang memberikan legitimasi kepada Badan Publik dan Lembaga Negara dalam menjalankan fungsinya.

Penjelasan tentang konsep wewenang, dapat juga didekati melalui telaah sumber wewenang dan konsep pembenaran tindakan kekuasaan pemerintahan. Teori sumber wewenang tersebut meliputi atribusi, delegasi, dan mandat. Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang

36Nainggolan H, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil., Gunung Agung. Jakarta, 1983, hlm. 101.

38

pengertian wewenang dalam kaitannya dengan kewenangan sebagai berikut:37

Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh Undang-Undang) atau dari kekuasaan eksekutif/administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang.

Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik.

Indroharto mengemukakan, bahwa wewenang diperoleh secara atribusi, delegasi, dan mandat, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut: Wewenang yang diperoleh secara Atribusi, yaitu pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang pemerintah yang baru. Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan TUN (Tata Usaha Negara) yang telah memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara atributif kepada Badan atau Jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu delegasi selalu didahului oleh adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak terjadi suatu pemberian wewenang baru maupun pelimpahan

37Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia , Jakarta, 1981, hlm.24.

39

wewenang dari Badan atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lain.38 Hal tersebut sejalan dengan pendapat beberapa sarjana lainnya yang mengemukakan atribusi itu sebagai penciptaan kewenangan (baru) oleh pembentuk wet (wetgever) yang diberikan kepada suatu organ negara, baik yang sudah ada maupun yang dibentuk baru untuk itu. Tanpa membedakan secara teknis mengenai istilah wewenang dan kewenangan, Indroharto berpendapat dalam arti yuridis: pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.39

Wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga komponen yaitu pengaruh, dasar hukum, dan konformitas hukum. Komponen pengaruh ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku subyek hukum, komponen dasar hukum ialah bahwa wewenang itu harus ditunjuk dasar hukumnya, dan komponen konformitas hukum mengandung adanya standar wewenang yaitu standar hukum (semua jenis wewenang) serta standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu).40 Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kewenangan adalah hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh badan dan perorangan untuk mengatur, bertindak, dan memutuskan sesuatu hal terkait pelaksanaan

38Indroharto, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 90.

39Ibid, hlm. 68.

40Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1997, hlm. 2.

40

fungsinya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fokus kajian teori kewenangan berkaitan dengan sumber kewenangan dari pemerintah dalam melakukan perbuatan hukum dalam hubungannya dengan hukum publik maupun dalam hubungannya dengan hukum privat.

Indroharto, mengemukakan 3 (tiga) macam kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan. Kewenangan itu, meliputi: 41

a) Atribusi

Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu. Atribusi juga mempunyai arti yaitu pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat Undang-Undang kepada organ pemerintah. Attribution theory (teori sifat,) merupakan posisi tanpa perlu disadari pada saat melakukan sesuatu menyebabkan orang-orang yang sedang menjalani sejumlah tes bisa memastikan apakah perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan orang lain dapat merefleksikan sifat-sifat karakteristik yang tersembunyi dalam dirinya, atau hanya berupa reaksi-reaksi yang dipaksakan terhadap situasi tertentu.42

Beberapa buku mengatakan, bahwa atribusi adalah kesimpulan atau atau inferensi yang di ambil orang tentang apa yang menjadi

41Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, hlm.

104.

42Nurul Fadhilah, Makalah Atribusi, Universitas Muhamadiyah Malang, 2013, hlm. 1.

41

penyebab suatu kejadian dan perilaku diri sendiri maupun orang lain. Atribusi penting untuk di pelajari dalam psikologi sosial karena hal ini dapat menerangkan pada kita bagaimana orang menjelaskan suatu perilaku. Dengan mempelajari atribusi, kita juga dapat melihat kebiasaan-kebiasaan yang terjadi ketika seseorang menjelaskan perilaku orang lain, yang kemudian, pada gilirannya, mempengaruhi perilaku mereka sendiri.43

Atribusi juga dapat diartikan dengan upaya kita untuk memahami penyebab dibalik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab perilaku kita sendiri. Untuk mengetahui tentang orang-orang yang ada di sekitar kita dapat melalui beberapa macam cara:44

1) Melihat apa yang tampak (fisik). Misalnya cara berpakaian, cara penampilan diri.

2) Menanyakan langsung kepada yang bersangkutan, misalnya tentang pemikiran, tentang motif.

3) Dari perilaku yang bersangkutan. Hal ini merupakan sumber yang penting.

b) Delegasi

Delegasi adalah adalah memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh pemberi wewenang kepada penerima wewenang untuk dikerjakannya atas nama pemberi wewenang. Pendelegasian wewenang adalah pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada

43Ibid, hlm. 2.

44Ibid, hlm. 3

42

orang-orang yang ditunjuk oleh pemegang wewenang demi tercapainya efisiensi dan fungsi-fungsi dalam organisasi.

Pendelegasian wewenang mempunyai pengaruh yang sangat besar didalam suatu organisasi. Tanpa adanya pendelegasian wewenang akan berakibat tersendatnya kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi.45

Setiap pemimpin yang baik perlu memahami serta menerapkan pendelegasian dengan penuh tanggung jawab apabila ia menghendaki keberhasilan dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang baik akan memahami bahwa ia hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia dapat bekerja bersama dan bekerja melalui orang lain (para bawahan). Untuk mewujudkan kerja sama ini, pemimpin dapat mewujudkannya melalui pendelegasian, dimana pendelegasian dapat dilakukannya berdasarkan patokan yang telah disinggung di depan.46

c) Mandat

Mandat merupakan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan. Pelimpahan itu bermaksud memberi wewenang kepada bawahan untuk membuat keputusan atas nama pejabat Tata Usaha Negara yang memberi mandat. Keputusan itu merupakan keputusan pejabat Tata Usaha Negara yang memberi mandat. Dengan demikian tanggung gugat dan tanggung jawab tetap pada pemberi mandat.

45Malayu, S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 68.

46Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis, Gandum Mas, Malang, 1997, hlm. 205.

43

Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. Dengan demikian tanggung jawab tetap pada pemberi mandat. Untuk mandat tidak perlu ada ketentuan perundang-undangan.47

Kewenangan membuat keputusan hanya dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu atribusi atau delegasi. Oleh karena mandat merupakan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan. Pelimpahan ini bermaksud memberi wewenang kepada bawahan untuk membuat keputusan atas nama pejabat tun yang memberi mandat. Keputusan itu merupakan keputusan pejabat Tata Usaha Negara yang memberi mandat. Dengan demikian tanggung jawab dan tanggung gugat tetap pada pemberi mandat. Untuk mandat tidak perlu ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang melandasinya karena mandat merupakan hal rutin dalam hubungan intim-hirarkis organisasi pemerintahan.48

Welfare state muncul sebagai jawaban atas ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Faham negara kesejahteraan sudah dikenal adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan. Negara milik freies ermessenz, yaitu kebebasan untuk turut serta dalam segala kegiatan

47PhilipusM. Hadjon, Tentang Wewenang, Majalah Yuridika Fakultas Hukum Unair, 1997, hlm. 4.

48Ibid, hlm. 5.

44

sosial, politik dan ekonomi dengan tujuan akhir kesejahteraan umum (bestuurzorg).49

F.C.P.L Tonner berpendapat bahwa kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif dan dengan begitu dapat diciptakannya hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara, sedangkan Freies Ermessen adalah kebijakan dari pejabat negara dari pusat sampai daerah yang intinya membolehkan pejabat publik melakukan sebuah kebijakan yang melanggar dengan undang-undang, dengan tiga syarat, yaitu demi kepentingan umum, masih dalam batas wilayah kewenangannya, dan tidak melanggar azas-azas umum pemerintahan yang layak.50

Kebebasan bertindak dan kewenangan yang dimiliki oleh setiap pejabat pemerintahan menuntut pemerintah untuk melakukan penerapan terhadap segala bentuk kebijakan, tidak terkecuali dalam hal pengangkatan jabatan pimpinan tinggi yang penerapannya masih belum mengacu kepada undang-undang yang sudah ditetapkan.

49Mahfud Marbun, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta, 1987, hlm. 42.

50Ibid, hlm. 45.

45

C. Dasar Hukum Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama 1. Landasan Konstitusional

Pengisian jabatan dalam pemerintahan berkaitan erat dengan hak setiap orang, yang merupakan hak politik sebagai bagian dari hak asasi manusia yang harus diakui dan dilindungi oleh negara. Demikian halnya Indonesia, yang mengatur hak tersebut secara mendasar dalam Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang secara jelas mengamanatkan bahwa setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan.

Hal ini mengindikasikan bahwa negara sepatutnya memberikan peluang yang setara kepada setiap warga negara untuk mengisi jabatan yang tersedia dalam pemerintahan, termasuk dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama, yang diwujudkan melalui mekanisme pengisian jabatan yang mampu mewadahi peluang tersebut secara terbuka dan kompetitif.

Dokumen terkait