• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIMPINAN TINGGI PRATAMA A. Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum

1. Pengertian Hukum

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machttaat). Jadi, jelas bahwa Negara Indonesia adalah suatu Negara Hukum yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Negara Hukum dan Negara Kesejahteraan). Dalam rangka melayani tujuan negara tersebut, hukum menyelenggarakan keadilan dan ketertiban sebagai syarat tercapainya kemakmuran dan kebahagiaan.25 Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama atau keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi.26 Terdapat pendapat lain menurut Utrecht dalam buku Ade Maman yang menyatakan bahwa hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan)

25Ade Maman Suherman, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, Ghalia Indonesia , Jakarta, 2004, hlm. 10.

26Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003, hlm. 40.

24

yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.25

a. Pengertian Penegakan Hukum

Upaya penegakan hukum memberikan arti adanya upaya untuk menjaga agar keberadaan hukum yang diakui di dalam suatu masyarakat dapat tetap ditegakkan. Upaya tersebut pada dasarnya harus menjamin agar setiap warga negara mematuhi hukum yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan. Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan hukum di sini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum jadi tidak dapat dipisahkan begitu saja antara penegakan hukum dan pembuatan hukum.26

Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan proses perwujudan ide-ide (ide keadilan, ide kepastian hukum, dan ide kemanfaatan sosial) yang bersifat abstrak menjadi kenyataan.27 Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah yang mantap sebagai rangkaian penjabaran nilai

27Ibid, hlm. 7.

28Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Raya Abadi, Bandung, 1996, hlm. 24.

29Ibid,hlm. 15.

25

tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian hidup.28

b. Fungsi Penegakan Hukum

Penegakan hukum bertujuan untuk mencapai tujuan hukum, yaitu terciptanya rasa aman, tenteram dan keadilan bagi masyarakat. Melalui penegakan hukum, diharapkan tujuan hukum dapat tercapai, sehingga hukum dapat berfungsi sebagaimana mestinya.29 Terdapat 5 (lima) faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu: 30

1) Faktor hukumnya sendiri, yaitu hukum yang akan dibahas dibatasi pada undang-undang saja.

2) Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum;

3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,yaitu mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya;

4) Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan;

30Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, Raja Persada, Jakarta, 2002, hlm. 3.

31Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan teori Hukum, Citra Aditya, Bandung, 2004, hlm. 8.

32Soerjono Seokanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm. 4-5.

26

5) Faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup.

Terdapat 3 (tiga) unsur yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum, yaitu:31

1) Kepastian hukum

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.

2) Kemanfaatan

Penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai timbul keresahan di dalam masyarakat karena pelaksanaan atau penegak hukum.

3) Keadilan

Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Sebaliknya keadilan bersifat subyektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan.

33Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1999, hlm. 145.

27 2. Konsep Negara Hukum Indonesia

Konsep Negara hukum Indonesia berbeda dengan konsep rechtstaat dan rule of law karena mempunyai latar belakang yang berbeda pula. Konsep negara hukum Indonesia adalah sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 1 ayat (3) Amandemen ketiga UUD 1945 yang berbunyi: "Negara Indonesia adalah negara hukum".

Istilah negara hukum dalam kepustakaan Indonesia hampir selalu dipadankan dengan istilah-istilah asing antara lain Rechtsstaat (Negara Hukum), atat de droit, The State According To Law (Negara yang Mengikuti Aturan Hukum), Legal State (Negara yang Sah), dan Rule Of Law (Kepastian Hukum). Notohamijdojo memadankan istilah negara hukum di dalam konstitusi Indonesia dengan konsep rechtsstaat sebagaimana dalam tulisannya "negara hukum atau rechtsstaat".32 Di samping itu, Muhammad Yamin di dalam tulisannya menyebutkan bahwa "Republik Indonesia ialah negara hukum (Rehtsstaat, Government Of Law)".33

Philipus M. Hadjon menjelaskan bahwa antara konsep Rechtsstaat dan The Rule Of Law memang terdapat perbedaan.

Konsep Rechtsstaat lahir dari perjuangan menentang absolutisme sehingga bersifat revolusioner yang bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut Civil Lawsystem atau Modern Roman Law

32O. Notohamidjojo, Op Cit.,27.

33Muhammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982. hlm. 72.

28

dengan karakteristik administratif. Sebaliknya The Rule Of Law berkembang secara evolusioner dan bertumpu pada Common Lawsystem dengan karakteristik yudisial.34

Padmo Wahjono menyatakan, Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum, yang berpangkal tolak pada perumusan sebagai yang digariskan oleh pembentuk undang-undang dasar Indonesia yaitu, Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, dengan rumusan (Rechtstaat) dengan anggapan bahwa menyimpang dari pengertian negara hukum pada umumnya (Genusbegrip), disesuaikan juga dengan keadaan di Indonesia, yang artinya digunakan dengan ukuran pandang hidup maupun pandangan bernegara bangsa Indonesia. Bahwa pola ini merupakan suatu hasil pemikiran yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia, nampak jelas kalau dihubungkan dengan teori-teori lainnya yang digunakan pembentuk Undang-Undang Dasar 1945 dalam menyusun dan menggerakkan organisasi negara. Meskipun Undang-Undang Dasar 1945 tidak memuat pernyataan secara tegas tentang negara hukum dan istilah tersebut tidak secara eksplisit muncul baik di dalam Pembukaan maupun Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, tetapi muncul di dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dan

29

yang berbunyi, Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machsstaat).35

Pembahasan terkait konsep-konsep Negara hukum di atas, jika dibandingkan antara konsep rechstaat maupun the rule of law dengan konsep Negara hukum yang dimiliki Indonesia, ketiganya memiliki kesamaan yang mendasar, yakni sama-sama mengakui dan memberikan perlindungan terhadap keberadaan Hak Asasi Manusia.

Hanya saja dalam hal konsep perlindungan Hak Asasi Manusia tersebut, ketiganya memiliki perbedaan, yakni jika rechstaat mengedepankan konsep Wetmatigheid yang kemudian direduksi ke dalam rechtmatigheid, maka the rule of law lebih mengedepankan prinsip equality before the law. Sementara itu untuk konsep Negara hukum Indonesia lebih mengedepankan keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat yang berdasar pada asas kekeluargaan.

Dokumen terkait