• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.5. Metode Analisis Data

4.5.4. Analisis Kinerja Kelembagaan Gapoktan

Analisis kemitraan antara petani anggota dengan Gapoktan diukur dengan menggunakan hasil penilaian petani responden terhadap kinerja Gapoktan. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Penilaian Gapoktan oleh petani anggota mengacu kepada kerangka analisis yang dikemukakan oleh Arifin (2005) yaitu mencakup dua aspek penting: aturan main dan organisasi. Aturan main lebih banyak berkaitan dengan faktor teknis pelaksanaan kinerja kelembagaan yang manfaatnya dapat secara langsung dirasakan oleh anggota, serta kesepakatan-kesepakatan yang disetujui bersama dalam rangka mencapai hasil dan tujuan yang menguntungkan dua belah pihak. Sedangkan organisasi lebih banyak berkaitan dengan kegiatan administratif, kerapihan data-data dan keuangan, serta birokrasi yang memudahkan anggota dalam mengakses fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh Gapoktan.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi di lapangan serta menyesuaikan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Arifin (2005), maka penilaian kinerja Gapoktan oleh petani anggota difokuskan pada dua hal, yaitu penilaian sikap responden terhadap fasilitas yang diberikan Gapoktan serta penilaian sikap responden terhadap pelayanan Gapoktan. Sedangkan penilaian Gapoktan oleh petani bukan anggota didasarkan pada penilaian secara umum yang menjadi alasan atau mendasari petani bukan anggota Gapoktan memilih untuk tidak menjalin kemitraan dengan Gapoktan atau memilih menjalankan kegiatan usahatani secara individu.

Penilaian kinerja Gapoktan oleh anggota yang mencakup penilaian terhadap fasilitas dan pelayanan didasarkan pada pengamatan di lapangan terhadap fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang diberikan Gapoktan kepada para anggotanya, dengan memilih fasilitas-fasilitas dan pelayanan penting yang memang harus diberikan oleh Gapoktan dan secara nyata manfaatnya dapat dirasakan oleh petani anggota. Pemilihan fasilitas dan pelayanan ini juga mengacu kepada sebelas gambaran hasil penelitian yang dilakukan oleh Saptana, dkk (2004) dalam menganalisis pengembangan kelembagaan kemitraan usaha hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS).

Gambaran hasil penelitian yang dilakukan oleh Saptana, dkk (2004) tersebut secara garis besar mencakup poin-poin: (1) tujuan pembentukan kelembagaan, (2) bentuk ikatan yang lebih diperkuat di dalam kelembagaan, (3) kelembagaan sebagai wadah distribusi bantuan dan pelaksanaan program pemerintah, (4) keseragaman kelembagaan untuk komoditi hortikultura, (5) fokus pembinaan terhadap petani oleh kelembagaan, (6) pendekatan pengembangan kelembagaan, (7) cara dalam mengintroduksi inovasi kepada petani oleh kelembagaan, (8) hubungan antara kelembagaan baru dan dengan kelembagaan lokal yang telah ada sebelumnya dan pengaruhnya terhadap kelembagaan lama, (9) jalur yang digunakan kelembagaan dalam melakukan pengembangan terhadap

organisasi kelembagaannya, (10) kesesuaian aspek teknologi dan penerapannya, dan (11) pengembangan kelembagaan pendukung.

Tolak ukur penilaian fasilitas dan pelayanan Gapoktan pada penelitian ini tidak semuanya menggunakan gambaran hasil penelitian Saptana, dkk (2004). Akan tetapi, mencari kesamaan antara hasil penelitian Saptana, dkk (2004) dengan kondisi aktual yang terjadi di lapangan, dengan terlebih dahulu mempelajari dan memahami hasil penelitian Saptana, dkk (2004) tersebut, kemudian dilakukan modifikasi terhadap tolak ukur yang dipakai dalam penilaian fasilitas dan pelayanan Gapoktan Rukun Tani agar tolak ukur tersebut lebih sesuai dalam menggambarkan kondisi sebenarnya, karena tidak semua gambaran hasil penelitian Saptana, dkk (2004) sesuai dengan kondisi yang terjadi di Gapoktan Rukun Tani. Setelah dilakukan pengamatan langsung ke lapangan serta mempelajari hasil penelitian Saptana, dkk (2004), dipilih 8 (delapan) parameter untuk mewakili tingkat kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas, serta 8 (delapan) pertanyaan indikator pelayanan yang mewakili tingkat kinerja Gapoktan dalam pemberian pelayanan kepada anggotan.

Adapun delapan tolak ukur fasilitas yang digunakan dalam penelitian melliputi : (1) syarat awal masuk menjadi anggota Gapoktan, (2) ada tidaknya bantuan, (3) mudah sulitnya memperoleh input produksi dari Gapoktan, (4) harga input produksi, (5) intensitas bimbingan, pelatihan, dan penyuluhan kepada anggota, (6) lancar tidaknya pembayaran hasil panen petani, (7) ada tidaknya fasilitas pengangkutan hasil panen petani secara gratis, dan (8) informasi harga sayuran di tingkat petani.

Sedangkan delapan pertanyaan indikator pelayanan yang jawabannya ingin diketahui pada penelitian ini terdiri dari: (1) tujuan pembentukan Gapoktan, (2) pelayanan pengurus Gapoktan kepada anggota, (3) penyediaan fasilitas dan sarana prasarana yang dibutuhkan petani oleh Gapoktan, (4) Gapoktan menghormati hak dan kewajiban anggota dengan baik dan adil, (5) penyelesaian masalah oleh Gapoktan yang ditimbulkan oleh anggota dengan non anggota maupun lingkungan sekitar, (6) kemudahan anggota dalam memperoleh informasi dan transparansi harga sayuran, (7) sikap Gapoktan dalam menerima dan mengatasi keluhan yang disampaikan oleh anggota, dan (8) peran Gapoktan dalam meningkatkan posisi tawar dan peningkatan pendapatan petani anggota.

4.5.4.1. Penilaian Sikap Responden Terhadap Fasilitas yang Diberikan Gapoktan

Penilaian sikap responden terhadap fasilitas yang diberikan oleh Gapoktan dianalisis dengan memberikan skor penilaian kinerja kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor dilakukan dengan menggunakan skala likert. Pengukuran penilaian dilakukan dengan menghadapkan responden pada beberapa pertanyaan, kemudian responden diminta untuk memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dalam skala tersebut. Jawaban-jawaban tersebut diberikan skor 1-3 dengan pertimbangan skor terbesar adalah tiga (3) untuk jawaban yang paling mendukung dan skor terendah adalah satu (1) untuk jawaban yang paling tidak mendukung fasilitas yang diberikan Gapoktan.

Berdasarkan hasil perolehan skor dari hasil wawancara dengan responden, selanjutnya dilakukan rentang skala atau selang untuk menentukan kinerja

Gapoktan dalam pemberian fasilitas. Selang diperoleh dari selisih skor tertinggi dengan skor minimal dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).

nilai maksimal – nilai minimal Selang =

Jumlah kategori jawaban

Berdasarkan perolehan nilai selang, selanjutnya ditentukan skor penilaian kinerja Gapoktan dengan membagi tiga skor diantara total nilai minimal sampai total nilai maksimal hingga diperoleh tiga selang penilaian kinerja. Selang terendah menunjukkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas belum baik, sementara selang tertinggi menunjukkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas sudah baik. Dari nilai tersebut kemudian dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Penilaian jawaban atau tanggapan responden terhadap kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas dibagi ke dalam tiga kategori yaitu baik, cukup baik, dan belum baik. Kategori penilaian merupakan kesimpulan dari nilai skor yang diperoleh. Nilai skor didapat dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu 8 parameter dan jumlah responden yang sudah ditentukan yaitu 20 responden yang bergabung dengan Gapoktan. Nilai skor dapat ditulis dengan rumus (1 x 8 x 20 = 160) untuk skor terendah. Sedangkan nilai skor tertinggi yaitu 720 diperoleh dari rumus (3 x 8 x 20 = 480) dimana angka 3 menunjukkan skor tertinggi, 8 merupakan jumlah parameter yang digunakan dan 20 menunjukkan jumlah responden yang diwawancarai.

Nilai skor yang diperoleh antara 160 - 480. Setelah diperoleh nilai skor, selanjutnya dilakukan penentuan selang dengan cara pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai skor minimum dan hasilnya dibagi dengan banyaknya kategori pilihan, dan selanjutnya dikurangi satu. Nilai penentuan selang ini dapat ditulis dengan rumus:

480 - 160 3

Setelah didapatkan nilai penentuan selang, dapat ditentukan masing- masing rentang skala nilai yaitu dengan memberi selang pada setiap rentang skala nilai sebesar 106. Skala rentang penilaian yang diperoleh untuk setiap kategori penilaian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Skala dan Kategori Penilaian Fasilitas Gapoktan

Kategori Penilaian Rentang Skala

Belum Baik 160-266

Cukup Baik 267-372

Baik 373-480

Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa jika total skor yang diperoleh dari hasil penilaian dan pemberian skor pada 8 (delapan) parameter tolak ukur fasilitas yang ditanyakan kepada responden berada pada rentang nilai antara 160-

- 1

266, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas belum baik. Jika total skor berada pada rentang nilai 267-372, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas cukup baik. Sementara jika total skor yang diperoleh berada pada rentang nilai 373-480, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas sudah baik.

4.5.4.2. Penilaian Sikap Responden Terhadap Pelayanan Gapoktan

Kinerja kelembagaan dapat dilihat dari kemampuannya dalam memberikan manfaat dan pelayanan kepada petani anggota secara efektif sesuai dengan yang diharapkan anggota. Kinerja kelembagaan diukur berdasarkan kriteria penilaian dari petani anggota secara langsung. Indikator-indikator pelayanan yang ditanyakan banyak mengacu kepada hasil penelitian Saptana, dkk (2004), karena memiliki beberapa persamaan dengan hasil pengamatan di lapangan. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan dianalisis secara deskriptif. Data diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam kepada petani anggota maupun pengurus Gapoktan.

Pada setiap indikator pelayanan yang ditanyakan, petani responden diminta untuk memberikan penilaiannya dengan memberikan jawaban dari tiga tingkatan kategori jawaban yaitu setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Pertanyaan indikator pelayanan dibuat sejelas mungkin dengan terlebih dahulu memberikan penjabaran atau deskripsi, dan penjelasan kepada responden untuk setiap pertanyaan berikut penjelasan dari setiap pilihan jawaban, sehingga responden dapat dengan mudah memahami maksud dari pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Setiap tingkatan jawaban dari masing-masing pertanyaan dihitung berapa jumlah responden yang menjawab setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Setelah setiap tingkatan jawaban diketahui jumlah responden yang memilih, selanjutnya dilakukan persentase terhadap jumlah responden yang memilih pada masing-masing jawaban dengan jumlah total responden yaitu 20 orang.

Setelah semua jawaban dari delapan indikator pelayanan dihitung, untuk mengetahui hasil akhir ataun kesimpulan, dilakukan perhitungan untuk mencari nilai rata-rata (dalam bentuk persentase) untuk masing-masing tingkatan jawaban. Pelayanan Gapoktan dikatakan “cukup baik” apabila lebih dari 50 persen responden menjawab “setuju” untuk indikator pelayanan yang ditanyakan. Sebaliknya, apabila kurang dari 50 persen responden menjawab “kurang setuju” atau “tidak setuju”, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan Gapoktan “belum baik” atau bahkan “tidak baik”.

4.5.4.3. Penilaian Kinerja Gapoktan oleh Petani Bukan Anggota Gapoktan

Penilaian kinerja Gapoktan oleh petani bukan anggota Gapoktan tidak memiliki tolak ukur atau parameter khusus, karena alasan petani untuk tidak bermitra dengan Gapoktan berbeda antara satu petani dengan petani yang lain. Sehingga tidak dapat disamakan antara alasan satu petani dengan petani yang lain. Akan tetapi, kesimpulan besar atas alasan atau faktor-faktor yang mendasari petani memilih tidak bermitra perlu diketahui. Oleh karena itu, wawancara secara mendalam untuk mendapatkan informasi secara lengkap mengenai alasan ini dilakukan kepada petani bukan anggota Gapoktan.

Petani dibebaskan dalam memberikan pandangan dan penilaiannya terhadap Gapoktan tanpa mendapat pengaruh, tekanan, komentar, ataupun intervensi dari peneliti. Peneliti memposisikan diri sebagai pihak yang netral dan tidak mencoba memihak kepada salah satu pihak. Dari hasil wawancara kemudian dilakukan analisis secara deskriptif untuk menjelaskan hasil penilaian petani bukan anggota Gapoktan terhadap kinerja Gapoktan yang juga merupakan faktor-faktor yang mendasari petani tidak menjalin kemitraan dengan Gapoktan. Alasan-alasan yang sama kemudian dikelompokkan untuk memberikan urutan mengenai faktor mana yang paling berpengaruh terhadap pilihan petani untuk tidak menjalin kemitraan dengan Gapoktan.