• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas. Hasil perhitungan nilai ISP karet primer berupa latek dan karet manufaktur diantaranya berupa karet alam lembaran (RSS) dan TSRN, standar karet Indonesia serta total karet Indonesia tahun 2006 - 2010 disajikan pada Tabel 6.2.

Nilai ISP dihitung menggunakan indikator nilai ekspor dan impor. Nilai ISP karet primer seperti yang tersaji pada Tabel 6.2 pada tahun 2006 adalah sebesar 0,109 yang menunjukkan bahwa komoditas karet Indonesia dalam wujud latek berada pada tahapan subtitusi impor dalam perdagangan dunia. Namun demikian, pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2010, semakin menurun daya saingnya dalam perdagangan dunia yang ditunjukkan oleh nilai ISP yang negatif hingga -0,823 pada tahun 2010. Indonesia mempunyai daya saing yang sangat kuat atau pada tahap pematangan ekspor pada produk karet manufaktur, khususnya wujud TSRN, standar karet Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP yang mencapai 0,991 pada tahun 2006. Pada periode berikutnya, nilai ISP karet manufaktur Indonesia mengalami penurunan namun masih bernilai 0,932 pada tahun 2010 yang berarti karet manufaktur Indonesia masih berada pada tahap pematangan ekspor atau dapat dikatakan memiliki daya saing tinggi atau dikatakan Indonesia sebagai negara pengekspor karet manufaktur dunia (Gambar 5.13).

68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 6.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) karet primer, karet manufaktur dan total karet Indonesia, 2006 – 2010

2006 2007 2008 2009 2010 Primer Ekspor-Impor 2.524 (192.113) (472.221) (338.502) (544.936) Ekspor+Impor 23.220 330.064 587.780 417.066 661.935 ISP 0,109 -0,582 -0,803 -0,812 -0,823 Manufaktur Ekspor-Impor 4.290.801 4.806.094 5.881.430 3.246.123 7.150.322 Ekspor+Impor 4.328.388 5.029.250 6.307.504 3.576.307 7.672.904 ISP 0,991 0,956 0,932 0,908 0,932 Total Karet Ekspor-Impor 4.293.324 4.613.982 5.409.209 2.907.621 6.605.386 Ekspor+Impor 4.351.607 5.359.314 6.895.284 3.993.373 8.334.839 ISP 0,987 0,861 0,784 0,728 0,793

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Uraian Nilai (000 US$)

Gambar 5.13. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) karet primer, manufaktur dan total karet Indonesia, 2006 – 2010

Sejalan dengan nilai ISP diatas maka bila dilihat dari kemampuan produksi karet dalam negeri terlihat cukup tinggi bahkan sebagian besar untuk diekspor/surplus, hal ini dapat dilihat dari SSR mencapai diatas

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

300%, bahkan pada tahun 2006 mencapai 725,29% meskipun pada tahun berikutnya mengalami fluktuasi dan cenderung menurun (Tabel 5.3 dan Gambar 6.14). Meskipun demikian, Indonesia tetap melakukan impor karet yang sebagian besar dalam wujud karet primer/latek, hal ini terlihat dari nilai IDR tahun 2006 -2010 yang makin meningkat berkisar antara 3,77% pada tahun 2006 menjadi sebesar 66,77% pada tahun 2010.

Tabel 5.3. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) karet Indonesia, 2006 – 2010

2006 2007 2008 2009 2010

1 Produksi 2.637.231 2.755.172 2.751.286 2.440.347 2.591.935 2 Ekspor 2.287.310 2.489.245 2.345.457 2.067.312 2.420.716 3 Impor 13.691 174.664 283.057 269.717 344.005 4 Produksi + Impor - Ekspor 363.612 440.591 688.885 642.752 515.224

IDR (%) 3,77 39,64 41,09 41,96 66,77

SSR (%) 725,29 625,34 399,38 379,67 503,07

Sumber : BPS dan Ditjen Perkebunan, dioah Pusdatin

Uraian

Tahun Ton No.

Gambar 5.14. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio

70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Indeks Keunggulan Komparatif atau RSCA (Revealed Symmetric

Comparative Advantage) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah, untuk mengukur keunggulan komparatif karet Indonesia dalam perdagangan dunia. Hasil analisis RSCA karet Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Indeks keunggulan komparatif karet Indonesia dalam perdagangan dunia, 2006-2009

2006 2007 2008 2009

Karet Dunia 14.767.795 15.902.351 19.368.535 11.312.005 Indonesia 4.320.249 4.868.746 6.056.574 3.420.610

Non Migas Dunia 11.341.430.451 12.881.778.535 14.484.741.087 9.474.520.000

Indonesia 79.589.100 92.012.300 107.894.200 97.491.700

Rasio Dunia 0,00 0,00 0,00 0,00 Indonesia 0,05 0,05 0,06 0,04

41,6876 42,8633 41,9800 29,3869

0,95 0,95 0,95 0,93

Sumber: BPS dan UNComtrade, diolah Pusdatin RSCA

RCA

Uraian Nilai Ekspor (000 US$)

Berdasaran hasil perhitungan yang tersaji pada Tabel 5.4, terlihat bahwa komoditas karet Indonesia memiliki keunggulan komperatif yang cukup besar di pasar dunia, hal ini ditunjukkan nilai RSCA tahun 2006 - 2009 mendekati nilai 1 dan relatif stabil selama periode tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa ekspor karet Indonesia terhadap total ekspor non migas lebih tinggi dibandingkan pangsa ekspor karet dunia terhadap ekspor non migas dunia. Tingginya nilai RSCA karet tersebut terutama disumbangkan dari wujud karet TSRN, standar karet Indonesia (HS 400122) dan karet alam lainnya (HS 400129) yang memiliki keunggulan komparatif cukup besar mencapai 0,95 dan 0,93 (Lampiran 5.9).

Untuk mengetahui posisi produk ekspor karet dalam suatu pasar, dapat digunakan perhitungan CMSA (Constant Market Share Analysis) atau model pangsa pasar konstan. Dengan perhitungan CMSA, dapat diketahui efek pertumbuhan dunia (World Growth Effect), efek komposisi komoditas (Commodity Composition Effect), efek distribusi pasar (Market Distribution

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71 Effect) dan efek daya saing produk (Competitiveness Effect). Guna mengkaji efek distribusi pasar dan daya saing produk karet Indonesia, dilakukan perhitungan nilai CMSA di negara-negara mitra dagang karet Indonesia yakni Amerika Serikat, China, Jepang dan Korea Selatan. Hasil perhitungan CMSA karet Indonesia tahun 2005 - 2010 di pasar dunia serta ke negara–negara tujuan ekspor terbesar karet Indonesia disajikan pada Tabel 5.5.

Nilai ekspor karet Indonesia ke dunia dari tahun 2005 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni mencapai 159,01% atau dari US$ 3,0 milyar pada tahun 2005 menjadi US$ 7,78 milyar pada tahun 2010. Peningkatan ekspor karet Indonesia pada periode tersebut didorong oleh adanya pengaruh pertumbuhan dunia atau adanya peningkatan kebutuhan karet dunia yang meningkat sebesar 88,81%. Hal ini mencerminkan bahwa Indonesia telah mengambil peranan yang cukup besar dalam pemenuhan permintaan karet dunia. Peningkatan ekspor karet Indonesia ke dunia selama periode tahun 2005 – 2010 juga dipengaruhi oleh meningkatnya pengaruh komposisi komoditas sebesar 6,79%.

Indonesia bermitra dengan 4 negara utama dalam perdagangan karet dunia yakni Amerika Serikat di urutan pertama, dan disusul ke negara China, Jepang dan Korea Selatan. Berdasarkan hasil analisis efek distribusi pasar, walaupun terjadi peningkatan ekspor karet Indonesia ke dunia namun terjadi hambatan di pasar Amerika Serikat dan China sebagai negara tujuan utama ekspor karet Indonesia. Hal ini berkaitan dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi di negara tersebut khususnya di Amerika Serikat. Permintaan karet Indonesia di negara-negara tersebut tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan karet di negara-negara lain. Hal ini mengakibatkan kinerja ekspor karet Indonesia menjadi terhambat karena ekspor karet terkonsentrasi ke negara-negara yang permintaannya relatif lambat (stagnan). Ekspor karet ke Amerika Serikat menghambat kinerja ekspor karet Indonesia ke dunia sebesar 5,18% atau US$ 247,24 juta, ke

72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

China menghambat sebesar 3,45% atau US$ 164,65 juta. Namun demikian, terjadi dorongan pasar karet Indonesia di negara tujuan berikutnya yakni Jepang dan Korea Selatan. Ekspor karet Indonesia ke Jepang mendorong kinerja ekspor karet Indonesia sebesar 0,54% atau senilai US$ 25,96 juta dan ke Korea Selatan sebesar 0,19% atau senilai US$ 0,19%. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.5, terlihat daya saing karet Indonesia di pasar dunia pada tahun 2005 -2010 secara umum cukup baik atau positif di semua negara mitra dagang. Hal ini menunjukkan bahwa karet asal Indonesia mampu bersaing dengan karet dari negara-negara pesaing lainnya.

Tabel 5.5. Hasil perhitungan Constant Market Share Analysis (CMSA) karet Indonesia ke dunia, 2005 - 2010

USA China Jepang Korea

1 World Growth Effect

US$ 4.240.998.603

% 88,81

2 Commodity Composition Effect

US$ 324.092.847

% 6,79

3 Market Distribution Effect

US$ -199.650.127 -247.243.116 -164.646.063 25.957.069 9.306.261 % -4,18 -5,18 -3,45 0,54 0,19 4 Competitiveness Effect US$ 409.744.336 457.337.325 374.740.272 184.137.140 200.787.948 % 8,58 9,59 7,85 3,86 4,20 Negara Tujuan No. Uraian

Sumber : UNcomtrade, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

Lampiran 5.1. Provinsi sentra produksi karet di Indonesia, 2006 – 2010

2006 2007 2008 2009 2010*) Rata-rata 1 Sumatera Selatan 517.799 542.538 543.698 484.000 515.965 520.800 19,76 19,76 2 Sumatera Utara 427.872 447.202 443.519 382.073 413.597 422.853 16,05 35,81 3 Riau 350.808 366.781 365.542 325.109 345.611 350.770 13,31 49,12 4 Jambi 292.653 306.026 305.828 273.173 290.439 293.624 11,14 60,26 5 Kalimantan Barat 256.751 266.643 266.144 237.848 252.604 255.998 9,71 69,98 6 Kalimantan Tengah 189.372 198.384 198.064 177.374 188.243 190.287 7,22 77,20 7 Lainnya 601.976 627.598 628.491 560.770 585.476 600.862 22,80 100,00 Indonesia 2.637.231 2.755.172 2.751.286 2.440.347 2.591.935 2.635.194 100,00

Sumber : Ditjen Perkebunan diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara

No Provinsi Produksi (Ton) Share (%) kumulatif Share

(%)

Lampiran 5.2. Perkembangan harga produsen karet getah tebal dan harga karet kering di pasar domestik, 2000 – 2009

(Rp/kg) Pertumbuhan (%) (Rp/kg) Pertumbuhan (%) 2000 1.574 5.073 2001 1.731 9,94 4.269 -15,85 2002 1.930 11,53 5.001 17,15 2003 2.275 17,89 5.867 17,32 2004 3.036 33,42 8.538 45,53 2005 3.925 29,29 9.651 13,04 2006 5.187 32,15 13.529 40,18 2007 6.588 27,01 17.047 26,00 2008 7.773 17,99 - -2009 5.824 -25,07 - -2000 - 2009 3.984 17,13 8.622 20,48

Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Keterangan : *) harga slab kadar karet kering 100%

- tidak tersedia data tahun 2008 harga pasar domestik

Tahun

Harga Produsen Karet getah

tebal Harga Pasar Domestik *)

74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 5.3. Perkembangan harga produsen karet getah tebal di provinsi sentra di Indonesia, 2000 - 2009

Sumsel Sumut Riau Jambi Kalbar Kalteng IndonesiaRata-rata 1 2000 1.355 1.427 1.887 1.848 1.327 1.281 1.574 2 2001 1.629 1.665 1.880 1.786 1.570 1.499 1.731 3 2002 1.684 1.973 2.148 1.935 1.501 1.924 1.930 4 2003 2.262 2.349 2.768 2.326 1.983 2.174 2.275 5 2004 2.928 2.689 3.575 3.558 2.304 2.325 3.036 6 2005 3.621 3.798 5.178 4.376 2.835 3.400 3.925 7 2006 5.025 5.181 6.842 8.125 3.422 5.008 5.187 8 2007 7.228 5.810 7.228 7.302 4.338 5.308 6.588 9 2008 8.222 7.276 8.834 9.182 7.742 6.717 7.773 10 2009 6.032 5.360 6.073 6.629 5.162 5.008 5.824 2000 - 2009 20,08 17,49 16,16 19,41 19,76 18,44 17,13

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

No Tahun

Tahun

Rata-rata pertumbuhan (%)

Lampiran 5.4. Perkembangan ekspor dan impor karet primer dan karet manufaktur Indonesia, 2006 – 2010

Pertumbuhan (%) 2006 2007 2008 2009 2010 2006 - 2010 1 Volume Ekspor (Ton) 2.287.310 2.489.245 2.345.457 2.067.312 2.420.716 2,07

- Primer 8.334 52.914 32.279 29.550 31.800 123,77 - Manufaktur 2.278.976 2.436.331 2.313.179 2.037.762 2.388.916 1,79 Persentase Thd total (%)

- Primer 0,36 2,13 1,38 1,43 1,31 - Manufaktur 99,64 97,87 98,62 98,57 98,69

2 Nilai Ekspor (000 US$) 4.322.466 4.986.648 6.152.246 3.450.497 7.470.112 27,83 - Primer 12.872 68.976 57.779 39.282 58.499 109,14 - Manufaktur 4.309.594 4.917.672 6.094.467 3.411.215 7.411.613 27,82 Persentase Thd total (%)

- Primer 0,30 1,38 0,94 1,14 0,78 - Manufaktur 99,70 98,62 99,06 98,86 99,22

3 Volume Impor (Ton) 13.691 174.664 283.057 269.717 344.005 315,16 - Primer 5.823 137.161 207.227 212.172 249.622 581,63 - Manufaktur 7.868 37.503 75.830 57.545 94.383 129,69 Persentase Thd total (%)

- Primer 42,53 78,53 73,21 78,66 72,56 - Manufaktur 57,47 21,47 26,79 21,34 27,44

4 Nilai Impor (000 US$) 29.141 372.666 743.037 542.876 864.726 327,64 - Primer 10.348 261.088 530.000 377.784 603.435 639,27 - Manufaktur 18.793 111.578 213.037 165.092 261.291 155,10 Persentase Thd total (%) - Primer 35,51 70,06 71,33 69,59 69,78 - Manufaktur 64,49 29,94 28,67 30,41 30,22 No. Uraian

Sumber : BPS diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

Lampiran 5.5. Negara tujuan ekspor karet Indonesia menurut kode HS (Harmony System), 2010

Volume (Ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai 1 4001.22.20.00 Total 2.165.418 6.745.314 89,45 90,30 Amerika Serikat 497.276 1.540.844 20,54 20,63 China 381.529 1.194.294 15,76 15,99 Jepang 307.596 954.199 12,71 12,77 Brasilia 106.921 338.998 4,42 4,54 Singapura 333.635 109.291 13,78 1,46 Rep. Korea 275.601 89.919 11,39 1,20 Lainnya 262.860 2.517.769 10,86 33,70 2 4001.22.10.00 Total 63.733 197.377 2,63 2,64 China 25.077 79.071 1,04 1,06 Amerika Serikat 10.113 31.080 0,42 0,42 Afrika Selatan 13.720 4.435 0,57 0,06 Lithuania 2.742 202 0,11 0,00 Kanada 2.623 8.068 0,11 0,11 Belanda 1.976 6.540 0,08 0,09 Lainnya 7.484 67.981 0,31 0,91 3 4001.21.10.00 Total 57.888 186.289 2,39 2,49 Taiwan 11.009 35.439 0,45 0,47 Amerika Serikat 9.525 30.455 0,39 0,41 India 9.375 30.194 0,39 0,40 China 6.345 19.731 0,26 0,26 Singapura 5.616 17.623 0,23 0,24 Jepang 4.555 14.744 0,19 0,20 Belanda 2.415 7.902 0,10 0,11 Lainnya 9.047 30.201 0,37 0,40 4 Lainnya 133.677 341.133 5,52 4,57 Total 2.420.716 7.470.112 100,00 100,00 Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Technically Specified Natural Rubber (TSNR) - 20

Technically Specified Natural Rubber (TSNR) - 10

Rubber Smoked Sheet (RSS) Grade I

Ekspor Share thd total (%)

No Kode HS Uraian Negara tujuan

Lampiran 5.6. Impor karet Indonesia menurut kode HS (Harmony System), 2010

Volume (Ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai 1 4002.19.00.00 Carboxylated styrene butadine rubber (SBR) lainnya 98.383 216.247 28,60 25,01 2 4002.20.00.00 Butadiene rubber 56.564 147.022 16,44 17,00 3 4002.31.00.00 Isobutene-isoprene (buthyl) rubber/IIR 12.935 49.026 3,76 5,67 4 4002.70.00.00 Etylene-propilene non conjungated diene rubber 9.772 30.740 2,84 3,55 5 4002.11.00.00 Lateks 15.325 23.075 4,45 2,67 6 Lainnya 151.027 398.617 43,90 46,10 Total 344.005 864.726 100,00 100,00

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 5.7. Negara eksportir karet terbesar dunia, 2005 – 2009

2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1 Indonesia 2.577.560 4.322.466 4.986.648 6.152.246 3.450.497 4.297.883 37,52 72,38 2 Thailand 2.947.690 4.202.570 4.372.730 5.334.490 3.112.600 3.994.016 34,86 34,86 3 Malaysia 1.433.300 2.112.440 2.002.410 2.306.080 1.182.810 1.807.408 15,78 88,16 4 Viet Nam 244.522 413.509 444.300 448.785 364.426 383.108 3,34 91,50 5 Pantai Gading 196.975 310.166 354.542 494.920 340.667 339.454 2,96 94,46 6 Liberia 95.000 100.000 115.000 85.000 70.000 93.000 0,81 95,28 7 Guatemala 50.705 67.003 96.356 139.490 93.244 89.360 0,78 96,06 8 Sri Lanka 45.550 80.942 84.099 108.052 87.775 81.284 0,71 96,76 9 India 72.255 88.758 84.664 68.688 29.666 68.806 0,60 97,37 10 Lainnya 2.911.367 4.790.773 4.542.998 6.827.405 3.925.923 4.599.693 40,15 137,52 Dunia 7.997.364 12.166.161 12.097.099 15.812.910 9.207.111 11.456.129 100,00

Sumber : FAO diolah Pusdatin

Nilai ekspor (000 US$)

No Negara Share (%)

Share Kumulatif

(%)

Lampiran 5.8. Negara importir karet terbesar dunia, 2005 – 2009

2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1 China 1.827.329 2.900.838 3.099.145 4.070.853 2.592.942 2.664.794 23,16 23,16 2 Amerika Serikat 1.433.330 1.863.420 1.960.380 2.672.270 1.259.610 1.771.885 15,40 38,55 3 Japan 1.174.060 1.814.360 1.771.110 2.355.250 2.183.890 1.722.883 14,97 53,53 4 Korea 468.934 680.935 732.809 938.569 554.284 632.188 5,49 59,02 5 Jerman 343.958 509.685 563.881 665.459 350.355 453.022 3,94 62,96 6 Perancis 337.528 483.909 511.399 604.005 243.602 417.986 3,63 66,59 7 Brasil 248.922 367.859 452.960 624.108 253.032 362.984 3,15 69,74 8 Spanyol 263.702 367.966 432.756 511.583 236.903 345.199 3,00 72,74 9 Lainnya 2.135.586 3.382.169 3.809.474 4.470.855 3.055.698 3.136.862 27,26 100,00 Dunia 8.233.349 12.371.141 13.333.914 16.912.952 10.730.316 11.507.803 100,00 Nilai impor (000 US$)

Sumber : FAO diolah Pusdatin

No Share (%)

Share Kumulatif

(%) Negara

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

Lampiran 5.9. Hasil perhitungan nilai RCA dan RSCA karet Indonesia, 2006 – 2009 2005 2006 2007 2008 Karet Dunia 12.632.390 14.767.795 15.902.351 19.368.535 Kode HS 400110 1.764.014 2.026.756 2.143.826 Kode HS 400121 2.902.504 2.671.681 2.817.364 Kode HS 400122 6.879.118 9.472.603 12.355.478 Kode HS 400129 3.222.159 1.731.312 2.051.867 Indonesia 2.582.039 4.320.249 4.868.746 6.056.574 Kode HS 400110 4.571 12.417 10.480 14.691 Kode HS 400121 430.068 609.001 560.423 365.545 Kode HS 400122 2.147.401 3.698.831 4.295.514 5.674.460 Kode HS 400129 2.329 1.877

Non Migas Dunia 9.688.385.264 11.341.430.451 12.881.778.535 14.484.741.087 Indonesia 66.428.400 79.589.100 92.012.300 107.894.200 Share Dunia 0,00130 0,00130 0,00123 0,00134 Kode HS 400110 0,00000 0,00016 0,00016 0,00015 Kode HS 400121 0,00000 0,00026 0,00021 0,00019 Kode HS 400122 0,00000 0,00061 0,00074 0,00085 Kode HS 400129 0,00000 0,00028 0,00013 0,00014 Indonesia 0,03887 0,05428 0,05291 0,05613 Kode HS 400110 0,00007 0,00016 0,00011 0,00014 Kode HS 400121 0,00647 0,00765 0,00609 0,00339 Kode HS 400122 0,03233 0,04647 0,04668 0,05259 Kode HS 400129 0,00000 0,00000 0,00003 0,00002 RCA Karet 29,81 41,69 42,86 41,98 Kode HS 400110 #DIV/0! 1,00 0,72 0,92 Kode HS 400121 #DIV/0! 29,90 29,37 17,42 Kode HS 400122 #DIV/0! 76,62 63,49 61,66 Kode HS 400129 #DIV/0! 0,00 0,19 0,12 RSCA Karet 0,94 0,95 0,95 0,95 Kode HS 400110 #DIV/0! 0,00 -0,16 -0,04 Kode HS 400121 #DIV/0! 0,94 0,93 0,89 Kode HS 400122 #DIV/0! 0,97 0,97 0,97 Kode HS 400129 #DIV/0! -1,00 -0,68 -0,78

Nilai Ekspor (000 US$) Uraian

78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

VI. KINERJA P ERDAGANGAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya (wikipedia.org).

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan dari sektor perkebunan dan sumber penghasil devisa bagi Indonesia. Pada tahun 2010, devisa yang dihasilkan dari ekspor kelapa sawit sebesar US$ 15,41 milyar dari total volume ekspor sebesar 20,4 juta ton.

Areal kelapa sawit Indonesia tahun 2010 mencapai 8,04 juta hektar, yang terdiri dari areal perkebunan rakyat (PR) sebesar 38,3% atau 3,08 juta hektar, perkebunan besar swasta (PBS) sebesar 53,8% atau 4,32 juta hektar dan perkebunan besar negara (PBN) hanya sebesar 7,9% atau 637,5 ribu hektar. Produksi kelapa sawit Indonesia tahun 2010 adalah sebesar 19,76 juta ton minyak sawit dan 3,95 juta ton inti sawit. Produksi kelapa sawit tersebut sebagian besar atau 86% ditujukan untuk ekspor atau sebesar 20,4 juta ton dalam wujud minyak sawit, inti sawit dan lain-lain.

Volume ekspor kelapa sawit Indonesia yang cukup besar tersebut menjadikan Indonesia negara eksportir kelapa sawit terbesar kedua dunia setelah Malaysia.

Dokumen terkait