• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja perdagangan karet internasional dapat didekati diantaranya dengan melihat besarnya ekspor dan impor karet. Berdasarkan keragaan data pada Tabel 5.1, besarnya ekspor karet Indonesia secara nominal jauh lebih besar dari impornya. Ekspor karet Indonesia pada periode tahun 2006 – 2010 mengalami peningkatan dari sisi volume sebesar 2,07% dan dari sisi nilai meningkat cukup signifikan mencapai 27,83%. Hal ini didorong oleh

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

meningkatnya nilai ekspor yang terjadi pada tahun 2008 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006, devisa yang diperoleh Indonesia dari ekspor karet mencapai US$ 4,32 milyar yang meningkat menjadi US$ 7,47 milyar pada tahun 2010, walaupun terlihat ada penurunan di tahun 2009. Sementara, walaupun dalam nominal yang relatif kecil namun setiap tahun Indonesia melakukan impor karet dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada periode tahun 2006 – 2010 yakni mencapai 315,16% dari sisi volume dan 327,64% dari sisi nilai impor. Pada tahun 2006, impor karet Indonesia mencapai US$ 29,14 juta dan meningkat menjadi US$ 864,73 juta pada tahun 2010.

Tabel 5.1. Perkembangan ekspor, impor, dan neraca perdagangan karet Indonesia, 2006 - 2010 Pertumbuhan (%) 2006 2007 2008 2009 2010 2006 - 2010 1 Ekspor - Volume (Ton) 2.287.310 2.489.245 2.345.457 2.067.312 2.420.716 2,07 - Nilai (000 US$) 4.322.466 4.986.648 6.152.246 3.450.497 7.470.112 27,83 2 Impor - Volume (Ton) 13.691 174.664 283.057 269.717 344.005 315,16 - Nilai (000 US$) 29.141 372.666 743.037 542.876 864.726 327,64 3 Neraca Perdagangan - Volume (Ton) 2.273.619 2.314.581 2.062.401 1.797.595 2.076.711 -1,60 - Nilai (000 US$) 4.293.324 4.613.982 5.409.209 2.907.621 6.605.386 26,41 Sumber : BPS diolah Pusdatin

Tahun No. Uraian

Neraca perdagangan suatu komoditas adalah angka ekspor dikurangi impor. Perkembangan neraca perdagangan karet tahun 2006 – 2010 terlihat selalu mengalami surplus yang berarti volume dan nilai ekspor karet lebih besar dibandingkan dengan volume dan nilai impornya. Selama periode tersebut, neraca perdagangan dari sisi volume mengalami penurunan sebesar 1,6% per tahun, sedangkan dari sisi neraca nilai perdagangan mengalami peningkatan sebesar 26,41% per tahun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan harga ekspor karet Indonesia selama periode tersebut. Peningkatan harga ekspor karet Indonesia tersebut cukup signifikan terjadi pada tahun 2008, dimana volume ekspor mengalami

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

penurunan namun nilai ekspornya meningkat tajam. Surplus neraca perdagangan pada tahun 2006 sebesar US$ 4,29 milyar dan mengalami peningkatan hingga menjadi US$ 6,61 milyar pada tahun 2010. Surplus neraca perdagangan karet yang terjadi pada tahun 2010 merupakan surplus tertinggi selama lima tahun terakhir. Perkembangan nilai ekspor, impor, dan neraca perdagangan karet Indonesia disajikan pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Perkembangan nilai ekspor, impor, dan neraca perdagangan karet Indonesia, 2006 – 2010

Apabila dilihat dari wujud karet yang diekspor pada tahun 2010, sebagian besar atau sekitar 99% adalah dalam bentuk karet manufaktur yang dominan dalam wujud standar karet Indonesia (TSRN) dan karet alam lembaran (RSS). Total ekspor karet manufaktur pada tahun 2010 mencapai US$ 7,41 milyar atau sebesar 99,22% dari total ekspor karet Indonesia (Gambar 5.5).

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 5.5. Persentase ekspor dan impor karet primer dan manufaktur Indonesia, 2010

Sementara, apabila ditinjau karet yang diimpor oleh Indonesia tahun 2010 dominan dalam wujud karet primer dan sisanya berupa karet manufaktur. Pada tahun 2010, impor karet primer mencapai US$ 603,44 juta atau sekitar 69,78% dari total karet yang diimpor Indonesia dan US$ 261,29 berupa karet manufaktur. Impor karet primer utamanya adalah dalam wujud lateks. Perkembangan ekspor dan impor karet Indonesia dalam wujud primer dan manufaktur tahun 2006 – 2010 secara rinci disajikan pada Lampiran 6.4.

Bila ditinjau lebih jauh berdasarkan kode HS (Harmony Sistem) ekspor karet tahun 2010, sebagian besar dalam wujud technically specified natural rubber (TSNR 20) atau dengan kode HS 4001222000 yakni mencapai 90,30% dari total nilai ekspor karet atau senilai US$ 6,75 milyar dan 2,64% berupa TSNR 10 (HS 4001221000) atau senilai US$ 197,38 juta, serta 2,49% berupa RSS Grade 1 (HS 4001211000) atau senilai US$ 186,29 juta. Ekspor karet Indonesia tahun 2010 menurut kode HS secara rinci disajikan pada Lampiran 5.5.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

Gambar 5.6. Persentase ekspor karet Indonesia berdasarkan kode HS, 2010

Seperti telah diuraikan sebelumnya, ekspor karet Indonesia sebagian besar dalam wujud technically specified natural rubber/TSNR 20 (HS 4001222000). Pada tahun 2010, terdapat 6 (enam) negara utama tujuan ekspor TSNR 20 Indonesia dengan total nilai ekspor mencapai 68,75% dari total ekspor TSRN 20, seperti tersaji pada Gambar 6.7. Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor TSNR 20 dengan total nilai ekspor mencapai US$ 1,54 milyar atau 22,84% dari total TSNR 20 yang diekspor Indonesia pada tahun 2010. Pada urutan kedua adalah China yang mencapai US$ 1,19 milyar (17,71%), disusul kemudian ke Jepang sebesar US$ 954,20 juta (14,15%). Negara berikutnya sebagai negara tujuan ekspor TSNR 20 Indonesia adalah Brasilia, Singapura dan Rep. Korea masing-masing sebesar US$ 339 juta (5,03%), US$ 333,63 juta (4,95%) dan US$ 275,60 juta (4,09%) (Gambar 5.7).

62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 6.7. Negara tujuan ekspor TSRN 20, standar karet Indonesia lainnya (HS 4001222000), 2010

Pada urutan kedua wujud karet yang dominan diekspor Indonesia adalah TSNR 10 (HS 4001221000). Negara tujuan ekspor TSNR 10 pada tahun 2010 adalah China yang mencapai 40,06% dari total ekspor TSNR 10 Indonesia atau setara dengan US$ 79,07 juta, disusul kemudian ekspor ke Amerika Serikat sebesar US$ 31,08 juta (15,75%), dan Afrika Selatan sebesar US$ 13,72 juta (6,95%). Ekspor TSNR 10 ke negara berikutnya hanya berkontribusi masing-masing kurang dari 5% yakni Lithuania, Kanada dan Belanda masing-masing sebesar 4,19%, 4,09% dan 3,31%. Negara tujuan ekspor TSRN 10 Indonesia tahun 2010 tersaji pada Gambar 5.8.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

Gambar 5.8. Negara tujuan ekspor TSRN 10, standar karet Indonesia lainnya (HS 4001221000), 2010

Gambar 5.9. Negara tujuan ekspor karet wujud RSS Grade 1 (HS 4001211000), 2010

Pada urutan ketiga wujud karet yang dominan diekspor Indonesia adalah RSS Grade 1 (HS 4001211000). Negara tujuan ekspor RSS Grade 1 pada tahun 2010 adalah Taiwan yang mencapai 19,02% dari total ekspor

64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

RSS Grade 1 Indonesia atau setara dengan US$ 35,44 juta, disusul kemudian ekspor ke Amerika Serikat sebesar US$ 30,45 juta (16,35%), India sebesar US$ 30,19 juta (16,21%), dan China sebesar US$ 19,73 juta, (10,59%). Ekspor RSS Grade 1 ke negara berikutnya hanya berkontribusi masing-masing kurang dari 10% yakni Singapura, Jepang dan Belanda masing-masing sebesar 9,46%, 7,91% dan 4,24%. Negara tujuan ekspor RSS Grade 1 Indonesia tahun 2010 tersaji pada Gambar 6.9.

Walaupun dalam nominal yang jauh lebih kecil dari angka ekspor karet, Indonesia melakukan impor karet yang didominasi oleh wujud

carboxylated styrene butadine rubber (SBR) lainnya (HS 4002190000),

butadiene rubber (HS 4002200000), serta isobutene-isoprene (buthyl) rubber/IIR (HS 4002310000). Impor karet jenis wujud carboxylated styrene butadine rubber (SBR) lainnya (HS 4002190000), menempati urutan pertama yang diimpor oleh Indonesia yakni mencapai US$ 216,25 juta pada tahun 2010 (Gambar 5.10).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

Bila dilihat perdagangan karet di dunia, maka tiga negara yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council/ITRC yakni Indonesia, Thailand dan Malaysia merupakan negara eksportir karet terbesar di dunia. Berdasarkan data nilai ekspor karet dunia yang bersumber dari FAO, pada tahun 2005–2009 nilai ekspor ke-tiga negara eksportir karet tersebut secara kumulatif memberikan kontribusi sekitar 88,16% terhadap total nilai ekspor karet di dunia. Indonesia dan Thailand merupakan negara eksportir karet terbesar pertama dan kedua di dunia yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 37,52% dan 34,86% dengan nilai ekspor rata-rata selama periode tahun 2005 – 2009 masing-masing sebesar US$ 4,3 milyar dan US$ 3,99 milyar. Pada urutan berikutnya yakni Malaysia yang memberikan kontribusi sebesar 15,78% terhadap total ekspor karet dunia atau mencapai US$ 1,81 milyar (Gambar 5.11). Negara eksportir karet dunia tahun 2005 – 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 5.6.

66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Sementara, negara importir karet didonimasi oleh negara-negara industri khususnya industri otomotif yang banyak menggunakan karet sebagai bahan baku. Berdasarkan data dari FAO periode tahun 2005 - 2009, terdapat 8 (delapan) negara importir karet terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi 72,74% terhadap total nilai impor karet di dunia berturut-turut yaitu China, Amerika Serikat, Jepang, Korea, Jerman, Perancis, Brazil dan Spayol (Gambar 5.12). China sebagai negara importir karet terbesar yaitu 23,16% dari total impor dunia atau senilai US$ 2,66 milyar per tahun, disusul USA dan Jepang masing-masing sebesar 15,40% dan 14,97% atau masing-masing senilai US$ 1,77 milyar dan US$ 1,72 milyar. Sementara, Korea, Jerman, Perancis, Brazil, dan Spanyol masing-masing mengimpor karet dengan kontribusi kurang dari 6% dari total impor karet dunia. Negara importir karet dunia tahun 2005 – 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 5.7.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

Dokumen terkait