• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

5.3.1. Analisis Komponen Utama Penerimaan Pajak Daerah

Berdasarkan penelusuran mengenai potensi penerimaan pajak daerah di Kota Depok serta merujuk dari hasil penelitian sebelumnya dan berbagai literatur terkait lainnya, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan 7 variabel sosial ekonomi pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah di Kota Depok pada periode tahun 2005-2007 (Tabel 5.7.). Selain itu, variabel- variabel tersebut juga dipilih dengan pertimbangan kemampuan variabel dalam menjelaskan keragaman karakteristik.

Pada tahap selanjutnya, variabel-variabel sosial ekonomi tersebut akan diseleksi berdasarkan kelengkapan dan kemampuan variabel dalam menjelaskan keragaman karakteristik faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah di Kota Depok dengan menggunakan metode analisis komponen utama (PCA). Dengan metode analisis komponen utama, maka dihasilkan beberapa “Faktor Utama” penciri utama keragaman perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah tersebut.

Adapun ketentuan nilai akar ciri (eigenvalue) yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang memiliki nilai lebih besar dari 0,7 sesuai dengan argumen Jolliffe (1972). Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh empat komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari peubah asalnya yang bersifat saling bebas (tidak saling berkorelasi) tetapi menyimpan sebagian besar informasi yang terkandung dalam peubah asalnya. Keempat komponen utama tersebut mampu menjelaskan keragaman data sebesar 93,4 persen yang merupakan nilai kumulatif akar ciri (eigenvalue). Dengan melihat nilai tersebut,

maka dapat dikatakan bahwa hasil analisis komponen utama terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok mampu memberikan deskripsi yang cukup baik karena mampu menjelaskan keragaman data lebih besar dari 70 persen. Selengkapnya, hasil analisis ini dapat dilihat dari hasil pengolahan eigenanalysis of the correlation matrix pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Eigenanalysis of the Correlation Matrix Penerimaan Pajak Daerah Kota Depok

Component Number 1 2 3 4 Eigenvalue 3,8566 1,0515 0,8672 0,7631 Proportion 0,551 0,150 0,124 0,109 Cumulative 0,551 0,701 0,825 0,934

Sumber : Lampiran 3, diolah

Untuk mengetahui variabel mana yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok, maka dapat dilihat dari nilai loading-nya (loading score). Nilai loading yang positif menunjukkan bahwa korelasi antara variabel penjelas dengan komponen utama berbanding lurus. Sebaliknya, nilai loading yang negatif menunjukkan bahwa korelasi antara variabel penjelas dengan komponen utama berbanding terbalik. Adapun rule of thumb yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,7. Dengan demikian, variabel yang mempunyai korelasi yang signifikan adalah variabel dengan loading score ≥ 0,7. Selengkapnya, nilai loading pada PC1, PC2, PC3, dan PC4 dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Berdasarkan keempat komponen utama pada Tabel 5.9. dapat dihasilkan suatu analisis sebagai berikut :

1. Pada komponen utama 1 (PC1) tidak terdapat variabel yang memiliki korelasi yang signifikan terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok.

Hal ini terlihat dari variansi nilai loading yang rendah dan tidak ada variabel yang memiliki nilai loading ≥ 0,7. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat variabel yang dominan pada PC1 karena kontribusi tiap variabel nilainya tidak jauh berbeda.

2. Pada komponen utama 2 (PC2) terlihat bahwa tingkat inflasi (INF) berkorelasi positif terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok dengan nilai loading sebesar 0,748. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tingkat inflasi berbanding lurus terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok. Hal ini tentunya tidak relevan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa tingkat inflasi diduga berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok. Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh tarif pajak daerah yang cenderung tetap di Kota Depok dan tidak memperhitungkan faktor inflasi. Selain itu, dasar pengenaan tarif pajak daerah di Kota Depok adalah berdasarkan jumlah pembayaran yang dilakukan kepada wajib pajak (penerimaan wajib pajak), sehingga tidak memperhitungkan kenaikan biaya produksi dan keuntungan wajib pajak itu sendiri. Dengan demikian, tingkat inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok. Tingkat inflasi yang mencerminkan kenaikan harga, cenderung meningkatkan penerimaan hotel, restoran, serta tempat-tempat hiburan sehingga penerimaan pajak pun turut mengalami peningkatan. Namun tentunya, tingkat inflasi yang dimaksudkan disini adalah tingkat inflasi yang terkendali. Hal ini diduga dipengaruhi oleh keberhasilan pemerintah Kota Depok dalam

mengendalikan tingkat inflasi di Kota Depok. Tingkat inflasi juga tidak akan berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak daerah apabila peningkatan aktivitas ekonomi masih lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan inflasi.

3. Pada komponen utama 3 (PC3) terlihat bahwa jumlah rumah tangga (JRT) berkorelasi positif terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok dengan nilai loading sebesar 0,700. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jumlah rumah tangga berbanding lurus terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok. Jumlah rumah tangga sebagai proxy pajak penerangan jalan menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan jumlah rumah tangga, maka turut meningkatkan jumlah konsumsi listrik di Kota Depok. Dengan demikian maka penerimaan dari nilai jual tenaga listrik akan meningkat, sehingga penerimaan pajak penerangan jalan juga akan meningkat. Dengan meningkatnya penerimaan pajak penerangan jalan, maka penerimaan pajak secara keseluruhan di Kota Depok akan mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini mengingat bahwa pajak penerangan jalan merupakan salah satu komponen pajak daerah yang memberikan kontribusi terbesar pada penerimaan pajak daerah di Kota Depok.

4. Pada komponen utama 4 (PC4) terlihat bahwa jumlah pemasangan reklame (JRKLM) berkorelasi negatif terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok dengan nilai loading sebesar -0,907. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jumlah pemasangan reklame berbanding terbalik

terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok dimana jika terjadi peningkatan jumlah pemasangan reklame, maka penerimaan pajak daerah di Kota Depok akan menurun. Kondisi tersebut tentunya kurang relevan dimana seharusnya jika jumlah pemasangan reklame meningkat, maka penerimaan pajak daerah juga turut mengalami peningkatan. Oleh karena itu, kondisi tersebut diduga terjadi karena kurangnya pengawasan dari pihak yang terkait dalam hal pengelolaan dan pelaporan data.

Tabel 5.9. Nilai Loading Pada PC1, PC2, PC3, dan PC4 Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Kota Depok Variabel PC1 PC2 PC3 PC4 JHTLP 0,359 0,325 -0,218 0,357 JRST 0,496 0,052 0,030 0,136 JHBR 0,497 0,035 0,046 0,117 JRKLM 0,283 0,082 -0,209 -0,907 POP 0,493 0,028 0,037 0,009 INF -0,103 0,748 0,644 -0,119 JRT 0,211 -0,568 0,700 -0,064

Sumber : Lampiran 3, diolah

Variabel jumlah hotel dan penginapan, jumlah restoran, jumlah tempat hiburan dan jumlah penduduk Kota Depok tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keempat variabel tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok.

Jumlah hotel dan penginapan di Kota Depok yang cenderung konstan menyebabkan penerimaan pajak hotel tidak mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Selain itu, hal tersebut diduga disebabkan oleh jumlah pengunjung hotel yang cenderung konstan setiap bulannya. Adapun jumlah restoran dan tempat hiburan di Kota Depok selalu mengalami peningkatan setiap

bulannya selama periode tahun 2005-2007, namun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan sehingga penerimaan pajak restoran dan pajak hiburan juga tidak terlalu memberikan peningkatan yang signifikan setiap bulannya.

Selain hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, jumlah hotel dan penginapan, jumlah restoran serta jumlah tempat hiburan tidak memberikan pengaruh yang signifikan diduga disebabkan oleh perilaku para pengelola hotel dan penginapan, restoran serta tempat hiburan yang tidak memberikan laporan yang sebenarnya mengenai penerimaannya kepada instansi yang terkait. Kurangnya promosi serta sarana dan prasarana yang memadai menjadi penyebab kurang berkembangnya sektor pariwisata di Kota Depok sehingga penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan sebagai pendukung sektor pariwisata menjadi belum maksimal.

Jumlah penduduk Kota Depok tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak daerah di Kota Depok. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah penduduk tidak terlalu mempengaruhi penerimaan pajak daerah di Kota Depok. Jumlah penduduk yang besar tidak selalu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak daerah jika potensinya sebagai wajib pajak masih belum memadai.

Dokumen terkait