• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

5.3.2. Analisis Komponen Utama Penerimaan Retribus

Berdasarkan penelusuran mengenai potensi penerimaan retribusi daerah di Kota Depok serta merujuk dari hasil penelitian sebelumnya dan berbagai literatur terkait lainnya, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan 11 variabel

sosial ekonomi pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi daerah di Kota Depok pada periode tahun 2005-2007 (Tabel 5.7.). Selain itu, variabel-variabel tersebut juga dipilih dengan pertimbangan kemampuan variabel dalam menjelaskan keragaman karakteristik.

Pada tahap selanjutnya, variabel-variabel sosial ekonomi tersebut akan diseleksi berdasarkan kelengkapan dan kemampuan variabel dalam menjelaskan keragaman karakteristik faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi daerah di Kota Depok dengan menggunakan metode analisis komponen utama (PCA). Dengan metode analisis komponen utama, maka dihasilkan beberapa “Faktor Utama” penciri utama keragaman perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi daerah tersebut.

Adapun ketentuan nilai akar ciri (eigenvalue) yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang memiliki nilai lebih besar dari 0,7 sesuai dengan argumen Jolliffe (1972). Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh enam komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari peubah asalnya yang bersifat saling bebas (tidak saling berkorelasi) tetapi menyimpan sebagian besar informasi yang terkandung dalam peubah asalnya. Keenam komponen utama tersebut mampu menjelaskan keragaman data sebesar 87,7 persen yang merupakan nilai kumulatif akar ciri (eigenvalue). Dengan melihat nilai tersebut, maka dapat dikatakan bahwa hasil analisis komponen utama terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok mampu memberikan deskripsi yang cukup baik karena mampu menjelaskan keragaman data lebih besar dari 70 persen.

Selengkapnya, hasil analisis ini dapat dilihat dari hasil pengolahan eigenanalysis of the correlation matrix pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Eigenanalysis of the Correlation Matrix Penerimaan Retribusi Daerah Kota Depok

Component Number 1 2 3 4 5 6 Eigenvalue 4,1401 1,7219 1,1022 0,9595 0,9009 0,8249 Proportion 0,376 0,157 0,100 0,087 0,082 0,075 Cumulative 0,376 0,533 0,633 0,720 0,802 0,877

Sumber : Lampiran 5, diolah

Untuk mengetahui variabel mana yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok, maka dapat dilihat dari nilai loading-nya (loading score). Nilai loading yang positif menunjukkan bahwa korelasi antara variabel penjelas dengan komponen utama berbanding lurus. Sebaliknya, nilai loading yang negatif menunjukkan bahwa korelasi antara variabel penjelas dengan komponen utama berbanding terbalik. Adapun rule of thumb yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,7. Dengan demikian, variabel yang mempunyai korelasi yang signifikan adalah variabel dengan loading score ≥ 0,7. Selengkapnya, nilai loading pada PC1, PC2, PC3, PC4, PC5, dan PC6 dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Berdasarkan keenam komponen utama pada Tabel 5.11. dapat dihasilkan suatu analisis sebagai berikut :

1. Pada komponen utama 1 (PC1), komponen utama 2 (PC2), dan komponen utama 4 (PC4) tidak terdapat variabel yang memiliki korelasi yang signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Hal ini terlihat dari variansi nilai loading yang rendah dan tidak ada variabel yang memiliki nilai loading ≥ 0,7. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

tidak terdapat variabel yang dominan pada PC1, PC2, dan PC4 karena kontribusi tiap variabel nilainya tidak jauh berbeda.

2. Pada komponen utama 3 (PC3) terlihat bahwa tingkat inflasi (INF) berkorelasi positif terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok dengan nilai loading sebesar 0,717. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tingkat inflasi berbanding lurus terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Hal ini tentunya tidak relevan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa tingkat inflasi diduga berpengaruh negatif terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Kondisi ini diduga disebabkan oleh tarif retribusi yang cenderung fleksibel jika dibandingkan dengan tarif pajak daerah. Selain itu, tingginya tingkat inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok karena masyarakat tetap bersedia untuk membayar sejumlah retribusi tertentu walaupun ada kenaikan tarif. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat kepentingan masyarakat terhadap pelayanan jasa tertentu yang dibayarkan dalam bentuk retribusi jasa umum, seperti retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan dan kebersihan serta retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat.

3. Pada komponen utama 5 (PC5) terlihat bahwa jumlah izin trayek (JITRA) berkorelasi positif terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok dengan nilai loading sebesar 0,812. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jumlah izin trayek berbanding lurus terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Kondisi ini diduga disebabkan oleh tingginya tingkat

kesadaran masyarakat Kota Depok, khususnya para pemilik angkutan umum dalam hal pembayaran retribusi izin trayek. Adapun jumlah izin trayek yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi jumlah izin trayek baru dan jumlah perpanjangan izin trayek dengan kontribusi terbesar berasal dari perpanjangan izin trayek. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan pembatasan terhadap izin trayek baru yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Depok untuk menanggulangi banyaknya jumlah angkutan umum di Kota Depok.

4. Pada komponen utama 6 (PC6) terlihat bahwa jumlah rumah tangga (JRT) berkorelasi positif terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok dengan nilai loading sebesar 0,798. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jumlah rumah tangga berbanding lurus terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Jumlah rumah tangga sebagai proxy retribusi pelayanan persampahan dan kebersihan menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan jumlah rumah tangga, maka akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap pelayanan jasa persampahan dan kebersihan. Dengan demikian maka penerimaan retribusi daerah akan meningkat mengingat retribusi pelayanan persampahan dan kebersihan merupakan salah satu komponen retribusi daerah yang memberikan kontribusi yang cukup besar pada penerimaan retribusi daerah di Kota Depok.

Tabel 5.11. Nilai Loading Pada PC1, PC2, PC3, PC4, PC5, dan PC6 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Retribusi Daerah Kota Depok

Variabel PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 POP -0,471 -0,014 0,116 -0,014 0,017 -0,102 IMB -0,166 -0,260 -0,433 -0,576 0,165 -0,453 IPR 0,332 -0,154 0,125 -0,271 0,154 0,114 JPRSH -0,477 0,020 0,121 -0,028 0,055 -0,083 JIND -0,474 -0,003 0,100 -0,062 0,055 -0,119 JITRA -0,002 -0,359 0,341 0,134 0,812 0,112 JMT -0,335 -0,211 0,199 0,325 -0,255 0,141 INF 0,117 -0,102 0,717 -0,398 -0,342 -0,210 JRT -0,236 -0,081 -0,165 -0,396 -0,074 0,798 JAS 0,043 -0,599 -0,246 0,369 -0,210 -0,146 UKB 0,072 -0,599 0,028 -0,123 -0,228 0,124 Sumber : Lampiran 5, diolah

Jumlah penduduk Kota Depok, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Pemanfaatan Ruang (IPR), jumlah perusahaan, jumlah industri, jumlah kematian, jumlah penerbitan akte catatan sipil dan Uji Kendaraan Bermotor (UKB) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan jenis retribusi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Namun berdasarkan hasil analisis komponen utama, jumlah izin mendirikan bangunan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Hal tersebut diduga disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat Kota Depok dalam pembayaran retribusi IMB serta masih banyaknya masyarakat yang belum mengurus izin mendirikan bangunan. Prosedur perizinan IMB dan IPR yang rumit menyebabkan masyarakat enggan dalam mengurus IMB dan IPR. Hal tersebut menyebabkan penerimaan retribusi IMB dan IPR di Kota Depok masih belum memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap total penerimaan retribusi daerah di Kota Depok.

Jumlah perusahaan dan jumlah industri tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Hal ini diduga disebabkan oleh prosedur yang rumit dalam hal perizinan usaha bidang industri dan wajib daftar perusahaan. Selain itu, hal tersebut juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari para pengusaha dalam pembayaran perpanjangan izin usaha dan izin industri.

Hasil analisis komponen utama juga menunjukkan bahwa jumlah kematian tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Hal ini disebabkan oleh kontribusi retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat terhadap total penerimaan retribusi daerah di Kota Depok yang masih sangat rendah dan cenderung konstan setiap tahunnya.

Jumlah penerbitan akte catatan sipil juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Hal ini disebabkan oleh penerimaan retribusi biaya cetak akte catatan sipil yang cenderung konstan. Selain itu, prosedur yang rumit dalam penerbitan akte catatan sipil juga menjadi penyebab masyarakat enggan dalam mengurus akte catatan sipil seperti akte kelahiran dan KTP sehingga penerimaan retribusi daerah dari biaya cetak akte catatan sipil menjadi belum optimal.

Variabel Uji Kendaraan Bermotor (UKB) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok karena potensi pemungutan retribusi UKB yang masih belum optimal. Selama ini, uji

kendaraan bermotor di Kota Depok masih terbatas pada kendaraan/angkutan umum saja. Pengujian terhadap kendaraan pribadi yang dapat dijadikan sumber penerimaan retribusi UKB masih belum dilaksanakan di Kota Depok. Hal tersebut mengindikasikan belum tergalinya potensi kendaraan pribadi sebagai sumber penerimaan yang potensial bagi retribusi UKB di Kota Depok.

Jumlah penduduk Kota Depok tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi daerah di Kota Depok. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat yang belum menggunakan pelayanan jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah Kota Depok.

Dokumen terkait