• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komposit Pengelolaan Perikanan .1 Analisa menggunakan sistem Flag

Analisis dengan menggunakan sistem Flag menunjukkan adanya distribusi nilai yang bervariasi untuk setiap indikator pada seluruh domain yang dianalisis. Hasil analisis secara parsial untuk setiap domain dieksrepsikan secara tabular sebagai berikut:

(1) Domain Habitat:

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

1. Kualitas perairan 1= tercemar; Tidak dilakukan sampling, identifikasi visual secara umum pada perairan ini tidak menunjukkan gejala-gejala tercemar, seperti minyak dan B3.

3 2=tercemar sedang;

3= tidak tercemar

1= Melebihi baku mutu sesuai

KepMen LH 51/2004; Hasil pengukuran di perairan KeiKecil, rata-rata nilai kekeruhan 0,8 NTU dan nilai padatan tersuspensi total 0,08 mg/l. Sementara di perairan Kei Kecil Barat, rata-rata nilai kekeruhan 1,02 NTU dan nilai padatan tersuspensi total mencapai 0,98 mg/l. Nilai-nilai tersebut masih berada di bawah nilai kisaran toleransi Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari dan untuk Biota Laut

3 2= Sama dengan baku mutu sesuai

KepMen LH 51/2004; 3= Dibawah baku mutu sesuai KepMen LH 51/2004

1= konsentrasi klorofil < µg/l; Hasil cuplikan citra MODIS menunjukkan rata-rata musim: (1) musim Peralihan Barat ke Timur 0,10 g/l; (2) musim Timur 0,80

g/l; (3) musim Peralihan Timur ke Barat 0,21 g/l; dan (4) musim Barat 0,40 g/l.

1 2= konsentrasi klorofil 2- µg/l;

3= konsentrasi klorofil µg/l 2. Status ekosistem

lamun 1=tutupan rendah, 30%; Hasil pengamatan pada lokasiOholilir sebesar 56,43%, Pulau Ngaf 62,40%, Tanjung Najun 61,71%, dan Pulau Ohoiwa 61,14%, rata-rata persen tutupan 60,42 %.

3 2=tutupan sedang, 30 - 60%;

3=tutupan tinggi, 60% 1=keanekaragaman rendah (H'

3,2 atau H' 1), jumlah spesies Distribusi nilai keanekaragamanlamun di Oholilir 1,764 (7 spesies), Pulau Ngaf 1,406 (5 spesies), Tanjung Najun 1,726 (7 spesies), dan Pulau Ohoiwa 1,669 (7 spesies). Rata-rata nilai keanekaragaman lamun berada pada kriteria 1<H'<3. 2 kanekaragaman sedang (3,20<H’<9,97 atau 1<H’<3), jumlah spesies keanekaragaman tinggi (H’>9,97 atau H’>3), jumlah spesies

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

3. Status ekosistem

mangrove 1=tutupan rendah, 50%; Total luasan mangrove diKecamatan Kei Kecil Barat 1.576,58 ha, tutupan mangrove mencapai 935,35 ha, sehingga tingkat tutupan mangrove 59,33%

2 2=tutupan sedang, 50 - 75%;

3=tutupan tinggi, 75 % 1=kerapatan rendah (<1000

pohon/ha); Pada lokasi contoh Desa Warwut,Kecamatan Kei Kecil Barat tingkat kerapatan mangrove sebanyak 777 pohon/ha 1 kerapatan sedang (1000-1500 pohon/ha); kerapatan tinggi (> 1500 pohon/ha) 4. Status ekosistem

terumbu karang 1=tutupan rendah, <25%; Di Kei Kecil dengan wilayah contohyang disurvey perairan Kecil Barat, rata-rata tutupan karang mencapai 39,13%.

2 2=tutupan sedang, 25 - 50%;

3=tutupan tinggi, 50% 1=keanekaragaman rendah (H'

3,2 atau H' 1); Tidak dilakukan Pengukuran 1 kanekaragaman sedang

(3,20<H’<9,97 atau 1<H’<3); keanekaragaman tinggi (H’>9,97 atau H’>3)

5. Habitat unik/khusus 1=tidak diketahui adanya habitat

unik/khusus; Hasil survey WWF-ID tahun 2014menemukan adanya lokasi SPAGs. Lokasi upwelling ditemukan pada busur dalam Banda yang dekat dengan perairan terluar terumbu karang di bagian Barat Kei Kecil. Habitat unik/khusus ini belum dikelola dengan baik melalui suatu sistem tata kelola yang

komprehensif.

2

2=diketahui adanya habitat unik/khusus tapi tidak dikelola dengan baik;

diketahui adanya habitat unik/khusus dan dikelola dengan baik

6. Perubahan iklim terhadap kondisi perairan dan habitat

State of knowledge level : Sudah ada kajian tahun 2014, namun belum ada strategi adaptasi dan mitigasi secara komprehensif.

2 1= belum adanya kajian tentang

dampak perubahan iklim; 2= diketahui adanya dampak perubahan iklim tapi tidak diikuti dengan strategi adaptasi dan mitigasi;

diketahui adanya dampak perubahan iklim dan diikuti dengan strategi adaptasi dan mitigasi

state of impact (key indicator

menggunakan terumbu karang): Hasil survei Kesehatan Karang yangdilakukan oleh WWF, pada beberapa spot memang ditemukan pemutihan karang namun masih terjadi secara patchy dan masih sangat sedikit atau 5%

3 1= habitat terkena dampak

perubahan iklim (e.g coral bleaching >25%);

2= habitat terkena dampak perubahan iklim (e.g coral bleaching 5-25%); 3= habitat terkena dampak perubahan iklim (e.g coral bleaching <5%)

(2) Domain Sumber Daya Ikan:

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

1. CpUE Baku menurun tajam (rerata turun

25% per tahun) Hasil analisis CPUE Bakumenunjukkan rata-rata laju penurunan CPUE Baku sebesar -1,38%. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah: -0,0006X 1,1287. Penurunan lebih lambat dari hasil analisis tahun 2012 (-3,08%)

2 menurun sedikit (rerata turun

25% per tahun) stabil atau meningkat 2. Tren ukuran ikan trend ukuran rata-rata ikan

yang ditangkap semakin kecil;

Hasil interview menunjukkan: (1) 7,50% menyatakan semakin besar; (2) 62,50% menyatakan relatif sama; (3) 27,50% menyatakan semakin kecil; dan (4) 2,50% menyatakan tidak tahu. Pernyataan ini diikuti dengan pendapat bahwa ukuran ikan yang menjadi target semakin jauh untuk ditangkap (range collaps)

2

trend ukuran relatif tetap;

trend ukuran semakin besar 3. Proporsi ikan

yuwana (juvenile) yang ditangkap

banyak sekali (> 60%) Hasil interview terhadap 55% responden yang tahu tentang adanya penangkapan ikan yuwana, 22,73% menyatakan sedikit (<30%), 72,73% menyatakan banyak (30 60%) dan 4,55% lainnya menyatakan banyak sekali (> 60%). Sebagai pembanding, pengukuran sampel untuk: (1) layang, 51,0% umur dewasa (16,21 cm); (2) tembang, 58,5% umur dewasa (11,95 cm); (3) tenggiri, 0% umur dewasa (40-45 cm); (4) teri, 46,5% umur dewasa (6 cm); serta (5) kerapu 76,7% umur dewasa (39 cm), dengan rata-rata 46,53% umur dewasa

2

banyak (30 - 60%)

sedikit (<30%)

4. Komposisi spesies

hasil tangkapan 15% dari total volume)proporsi target lebih sedikit (< Pengamatan pada seluruh alattangkap yang umum digunakan (mini purse seine, pancing tonda, pancing dasar, jaring insang hanyut dan bagan, tidak ada ikan non target yang tertangkap karena seluruh hasil tangkapan dimanfaatkan untuk konsumsi dan/atau dijual.

3

proporsi target sama dgn non-target (16-30% dari total volume) proporsi target lebih banyak (> 31 dari total volume)

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

5. "Range Collapse"

sumberdaya ikan spesies targetsemakin sulit, tergantung Hasil interview: (1) 82,50% semakinsulit; (2) 17,50% relatif tetap; (3) 0,00% semakin mudah.

1 relatif tetap, tergantung

spesies target

semakin mudah, tergantung spesies target

fishing ground menjadi sangat

jauh, tergantung spesies target Hasil interview: (1) 37,50% sangatjauh; (2) 57,50% jauh; (3) 5,00% tetap. Sebagai pembanding: (1) perikanan bagan di pesisir Timur Kei Kecil bergeser ke tengah Teluk Nerong, saat musim Timur sampai perairan Pulau Er dan Pulau Ngodan (2-4 jam); (2) perikanan mini purse seine bergeser ke Selatan Selat Nerong sampai perairan Timur Kei Besar (3-5 jam); (3) perikanan kerapu bergeser ke perairan terluar pulau-pulau 10 sampai di perairan Tam-Tayando (1,5

jam)

2

2= fishing ground jauh, tergantung spesies target

3= fishing ground relatif tetap jaraknya, tergantung spesies target

6. Spesies ETP 1= terdapat individu ETP yang

tertangkap tetapi tidak dilepas; ETP yang tertangkap meliputi ikannapoleon dan penyu: (1) hasil tangkapan Napoleon sangat sedikit dan jarang ditemukan. Sebagian besar nelayan pada perikanan kerapu mulai menerapkan "release" untuk hasil tangkapan napoleon; (2) sebagian besar upaya pelepasan penyu hijau dan sisik yang tertangkap telah dilakukan; (3) penyu belimbing masih digunakan untuk kebutuhan upacara adat (1 ekor per tahun).

2

tertangkap tetapi dilepas

tidak ada individu ETP yang tertangkap

(3) Domain Teknik Penangkapan Ikan:

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

1. Penangkapan ikan yang

bersifat destruktif 1=frekuensi pelanggaran 10kasus per tahun Konservasi DKP Maluku Tenggara:Data Bidang Pengawasan dan (1) terjadi pelanggaran kali dalam setahun; (2) pelanggaran

umumnya pada kegiatan penangkapan ikan dengan

bius/racun dan bahan peledak/bom; (3) penangkapan hampir tidak ditemukan, kecuali

satu kali temuan pada pengambilan tukik penyu; (4) lokasi-lokasi pelanggaran meliputi:

perairan P. Ngaf, Teluk Sobai (Ohoililir), P. Nai, P. Hoat, Ur Pulau, P. Warbal dan P. Nuhuta.

Info tambahan: kegiatan pemboman ikan dilakukan pada saat subuh dan menjelang malam

untuk menghindari pemantauan oleh pengawas atau masyarakat sekitar. Hal ini melemahkan proses

pengawasan.

3

frekuensi pelanggaran 5-10 kasus per tahun

frekuensi pelanggaran <5 kasus per tahun

2. Modifikasi alat

penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan

lebih dari 50% ukuran target

spesies Lm Hasil pengukuran sampel ikan: (1)layang, 51,0% Lm (16,21 cm); (2) tembang, 58,5% Lm (11,95 cm); (3) tenggiri, 0% Lm (11,95 cm); (4) teri, 46,5% Lm (6 cm); serta (5) kerapu 76,7% Lm (39 cm). Rata-rata 46,53% Lm 2 25-50% ukuran target spesies

Lm

<25% ukuran target spesies Lm

3. Kapasitas Perikanan dan Upaya Penangkapan (Fishing Capacity and Effort)

Rasio kapasitas penangkapan

1; Maluku Tenggara: (1) FC-2010Hasil perhitungan total untuk (tahun dasar) sebesar 45.248,78

ton; (2) FC-2014 sebesar 44.264,11 ton; (3) nilai sebesar

0,98 (R 1)

2 Rasio kapasitas penangkapan

1;

Rasio kapasitas penangkapan

4. Selektivitas penangkapan rendah (> 75%) Hasil perhitungan nilai selektivitas dengan pendekatan alat tangkap

sero tancap yang memiliki nilai selektivitas yang rendah, sebesar

0.04%

3 sedang (50-75%)

tinggi (kurang dari 50%) penggunaan alat tangkap yang tidak selektif)

5. Kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal

kesesuaiannya rendah (lebih dari 50% sampel tidak sesuai dengan dokumen legal);

Hasil survey: dari 24 pelaku usaha perikanan, 22 di antaranya menunjukkan adanya kesesuaian dokumen legal dengan fungsi dan ukuran kapal, atau sekitar 91,67% yang sesuai, atau 8,33% tidak

sesuai

3 kesesuaiannya sedang

(30-50% sampel tidak sesuai dengan dokumen legal);

kesesuaiannya tinggi (kurang dari 30%) sampel tidak sesuai dengan dokumen legal 6. Sertifikasi awak kapal

perikanan sesuai dengan peraturan.

Kepemilikan sertifikat <50%; Hasil survey: dari 24 pelaku usaha perikanan, hanya orang yang memiliki sertifikat awak kapal

perikanan sesuai dengan peraturan, atau sekitar 37,50% yang memiliki sertifikat kecakapan

awak kapal perikanan

1 Kepemilikan sertifikat 50-75%;

(4) Domain Sosial:

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

1. Partisipasi pemangku kepentingan

50%; Dalam tiga tahun terakhir, partisipasi pemangku kepentingan

meningkat sangat tajam. Kondisi ini didukung dengan berkembangnya perspektif. Contoh kasus: pengembangan

kawasan konservasi "Taman Wisata Perairan Pulau Kecil", mulai dari inisiasi, identifikasi, pencadangan, penetapan kawasan,

dan perencanaan zonasi. Keberlibatan pemangku kepentingan di tingkat lokal juga

semakin kuat, baik Kepada Adat Kawasan maupun Kepala Ohoi

2

50-100%;

100 %

2. Konflik perikanan lebih dari kali/tahun; Hasil identifikasi: (1) tahun 2013, satu kali konflik antara pemanfaatan jalur transportasi

dan perikanan bagan di Teluk Nerong; (2) Tahun 2014, satu kali konflik antara nelayan mini purse seine dalam penempatan rumpon

dengan perikanan bagan.

3 2- kali/tahun;

kurang dari kali/tahun 3. Pemanfaatan pengetahuan lokal dalam pengelolaan sumberdaya ikan (termasuk di dalamnya TEK, traditional ecological knowledge)

tidak ada; Dalam tiga tahun terakhir, telah digunakan TEK dalam pengelolaan

perikanan. Beberapa fakta pemanfaatan TEK dalam pengelolaan sumber daya ikan: (1)

pengetahuan dalam implementasi sistem sasi kawasan tertentu dan jenis tertentu seperti teripang, lola

dan batulaga; (2) pengetahuan lokasi potensial penangkapan ikan

(daerah tubir, kawasan met dan daerah skaru/tubur untuk tujuan

tangkap ikan demersal; (3) pengetahuan tentang lokasi-lokasi

yang tidak boleh disentuh atau dilarang secara adat yang mengandung makna ekologis; serta (4) artikulasi lokal yang diungkap untuk mendukung sistem zonasi berbasis (adat) lokal.

Keempat TEK ini cukup efektif penggunaannya.

3

ada tapi tidak efektif;

ada dan efektif digunakan

(5) Domain Ekonomi:

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

1. Kepemilikan Aset nilai aset berkurang (berkurangnya lebih dari 50%);

Hasil survey Nilai aset: (1) perahu, 22,50% berkurang, 62,50% tetap, dan 15,00% bertambah; (2) mesin, 20,00% berkurang, 65,00% tetap, dan 15,00% bertambah; (3) alat tangkap, 0,00% berkurang, 77,50% tetap, dan 22,50% bertambah; (4) Rata-rata

tertinggi, 68,33% nilai aset tetap nilai aset tetap (berkurangnya

50%);

nilai aset bertambah (meningkat 50%)

2. Pendapatan rumah

tangga perikanan (RTP) 1= kurang dari rata-rata UMR, Secara parsial, hasil survey menunjukkanrata-rata pendapatan RTP: (1) JIH 676.500; (2) pancing kerapu 3.407.000; (3) bagan 3.328.000; dan (4) mini purse

seine 6.300.800. Rata-Rata agregat 3.428,075, dan UMR (1.415.000) 2= sama dengan rata-rata UMR,

rata-rata UMR

3. Rasio Tabungan (Saving

ratio) kurang dari bunga kredit pinjaman; RTP: (1) JIH 6,15%; (2) pancing kerapuHasil perhitungan saving ratio rata-rata di 9,61%; (3) bagan 11,39%; dan (4) mini purse seine 12,97%. Rata-rata agregat 10,03% suku bunga kredit pinjaman akhir

tahun 2014 sampai awal tahun 2015 (11,52%)

sama dengan bunga kredit pinjaman;

lebih dari bunga kredit pinjaman

RERATA 2

(6) Domain Kelembagaan:

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

1. Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan baik secara formal maupun non-formal

1= lebih dari kali terjadi pelanggaran hukum dalam pengelolaan perikanan;

Pelanggaran masih terjadi dalam dua tahun terakhir: (1) Tahun 2013, kali pelanggaran; (2) Tahun 2014, kali pelanggaran

2 2- kali terjadi pelanggaran

hukum;

kurang dari kali pelanggaran hukum

Non formal Masyarakat cukup proaktif untuk melaporkan pelanggaran yang terindikasi/terjadi pada perairan sekitar, khususnya oleh Pokmaswas. Hasil identifikasi lapangan: tahun 2013 sebanyak informasi pelanggaran, dan dalam tahun 2014 sebanyak tiga informasi pelanggaran.

2 1= lebih dari informasi

pelanggaran,

2= lebih dari informasi pelanggaran,

3= tidak ada informasi pelanggaran

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

2. Kelengkapan aturan main dalam

pengelolaan perikanan

tidak ada regulasi hingga tersedianya regulasi pengelolaan perikanan yang mencakup dua domain;

Dua regulasi daerah yang ditetapkan sesudah penilaian tahun 2012 yang memanfaatkan kondisi eksisting sebelum tahun 2012, masing-masing: (1)PERDA No. 12/2012 tentang RTRW Kabupaten Maluku Tenggara; dan (2) SK Bupati No. 162/2013 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Kabupaten Maluku Tenggara. Hanya domain yang terkait dengan eksistensi regulasi daerah ini, yaitu: domain kelembagaan.

1

tersedianya regulasi yang mencakup pengaturan perikanan untuk domain;

tersedia regulasi lengkap untuk mendukung pengelolaan

perikanan dari domain

Elaborasi untuk poin 2 Mengacu pada penilaian tahun 2012, telah ada dua regulasi daerah yang ditetapkan dan bertambah

sebagaimana dijelaskan pada kriteria di atas.

3 1= ada tapi jumlahnya berkurang;

2= ada tapi jumlahnya tetap; 3= ada dan jumlahnya bertambah 1=tidak ada penegakan aturan

main; Walaupun menggunakan regulasinasional, namun penegakan aturan cukup efektif.

3 2=ada penegakan aturan main

namun tidak efektif;

3=ada penegakan aturan main dan efektif

1= tidak ada alat dan orang; Alat pengawasan: (1) pengawas di DKP Maluku Tenggara; (2)

Pokmaswas dengan 60 tenaga pengawas; (3) eksistensi Stasiun Pengawasan PSDKP Tual; dan (4) masyarakat ohoi dengan aturan ohoi. Beberapa tindakan: (1) penertiban; (2) penetiban diikuti pembinaan; (3) penangkapan dan hukuman oleh pengawas DKP Maluku Tenggara; serta (4) penangkapan pelaku dan alat bukti oleh masyarakat dan pemerintah ohoi.

3

2=ada alat dan orang tapi tidak ada tindakan;

3= ada alat dan orang serta ada tindakan

1= tidak ada teguran maupun

hukuman; Teguran dan hukuman dijalankantergantung pada tingkatan dan pelaku pelanggaran

3 2= ada teguran atau hukuman;

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

3. Mekanisme pengambilan keputusan

1=tidak ada mekanisme

pengambilan keputusan; Pengambilan keputusan bersifatkolaboratif dengan melibatkan lembaga lain: (1) untuk perijinan usaha, dilakukan DKP bersama Kesyahbadaran, BPMD dan HNSI dengan koordinasi BAPPEDA; (2) untuk operasionalisasi penangkapan, dilakukan DKP bersama Kesyahbadaran, BPMD, HNSI dan Perguruan Tinggi dengan koordinasi BAPPEDA; (3) untuk konservasi dan pemulihan ekosistem pesisir PP. kecil, dilakukan bersama KSDA, Bapedalda, Perguruan Tinggi, LIPI dan LSM dengan koordinasi BAPPEDA. Mekanisme ini dijalankan secara reguler sesuai dengan substansi yang membutuhkan keputusan secara bersama, namun masih harus didukung dengan pembuatan dan penetapan SOP-nya

3

2=ada mekanisme tapi tidak berjalan efektif;

3=ada mekanisme dan berjalan efektif

1= ada keputusan tapi tidak

dijalankan; Keputusan selalu diambil denganpendekatan regulasi yang ada, dan dijalankan sepenuhnya (sesuai dengan mekanisme).

3 2= ada keputusan tidak

sepenuhnya dijalankan; 3= ada keputusan dijalankan sepenuhnya

4. Rencana

pengelolaan perikanan 1=belum ada RPP;2=ada RPP namun belum Belum ada Rencana PengelolaanPerikanan di Tingkat Kabupaten 1 sepenuhnya dijalankan;

3=ada RPP dan telah dijalankan sepenuhnya

5. Tingkat sinergisitas kebijakan dan kelembagaan

pengelolaan perikanan

1=konflik antar lembaga

(kebijakan antar lembaga berbeda kepentingan);

Adanya koordinasi yang berjalan dengan baik, dan banyak mendapat dukungan di bawah koordinasi BAPPEDA

3 komunikasi antar lembaga

tidak efektif;

sinergi antar lembaga berjalan baik

1= terdapat kebijakan yang saling bertentangan;

Tidak ada kebijakan yang bertentangan karena adanya kebijakan pengelolaan berbasis integrasi kelembagaan dan sistem perijinan satu pintu.

3 kebijakan tidak saling

mendukung;

INDIKATOR KRITERIA DATA ISIAN SKOR

6. Kapasitas pemangku

kepentingan 1=tidak ada peningkatan; Upaya peningkatan kapasitas yangdiikuti dalam tahun 2013 dan 2014: (1) workshop/ pelatihan konservasi; (2) studi banding transplantasi karang; (3) studi banding pengelolaan kawasan konservasi; (4) workshop/ pelatihan terkait zonasi WP3K secara umum dan pengelolaan kawasan konervasi secara khusus. Hasil ini diimplementasikan dalam bentuk pengembangan berbagai program dan kegiatan pengelolaan. Namun demikian, alokasi peran belum banyak diperhatikan terkait kapasitas masing-masing.

2

ada tapi tidak difungsikan (keahlian yang didapat tidak sesuai dengan fungsi pekerjaannya)

ada dan difungsikan (keahlian yang didapat sesuai dengan fungsi pekerjaannya)

(7) Nilai Komposit/Agregat:

Domain Nilai Komposit Deskripsi

Sumber daya Ikan 65,00 Baik

Habitat ekosistem 61,11 Baik

Teknik Penangkapan Ikan 61,67 Baik

Sosial 46,67 Sedang

Ekonomi 100,00 Baik Sekali

Kelembagaan 65,27 Baik