• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Ekosistem Lamun

Status lamun juga menjadi salah satu indikator evaluasi EAFM di Kabupaten Maluku Tenggara. Evaluasi status lamun dilakukan melalui pendekatan dua parameter yaitu tingkat tutupan dan keanekaragaman. Lokasi-lokasi awal yang menjadi titik penilaian EAFM Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2012, juga dijadikan sebagai lokasi sampel evaluasi status lamun di kawasan ini. Hal ini dilakukan agar evaluasi yang dilakukan dapat menjawab kebutuhan pengelolaan.

a. Tutupan

Hasil pengamatan dan analisis menunjukkan adanya perbedaan tutupan lamun antar lokasi pengamatan. Walaupun demikian, secara agregat distribusi lamun di Kabupaten Maluku Tenggara menunjukkan pola tutupan yang hampir seragam, kecuali pada beberapa jenis

tertentu. Distribusinya secara spasial pada keempat lokasi pengamatan dinyatakan dalamTabel 9

Tabel 9. Jenis, kerapatan, frekuensi kehadiran dan persen tutupan lamun di Kecamatan Kei Kecil

No Jenis Jumlah Tegakan Kerapatan

Frekuensi

Kehadiran Persen Tutupan 2012 2014 2012 2014 2012 2014 2012 2014 Lokasi 1: Desa Ohoililir

1 Cymodocea rotundata 130 124 11,82 11,36 0,91 0,88 65 64 2 Thalassia hemprichii 113 115 10,27 10,45 0,91 0,93 65 65 3 Enhalus acoroides 72 69 6,55 6,54 0,91 0,91 75 75 4 Halodule pinifolia 43 41 3,91 3,63 0,09 0,06 55 54 5 Halophila ovalis 64 62 5,82 5,45 0,64 0,60 60 57 6 Halodule uninervis 107 105 9,72 9,54 0,64 0,60 65 65 7 Halophila minor 4 5 0,36 0,45 0,09 0,07 15 15 Rata-Rata 57,14 56,43 Lokasi 2: Pulau Ngaf

1. Cymodocea rotundata 468 462 18,72 18,4 0,88 0,80 65 63 2. Thalassia hemprichii 378 353 15,12 14 0,76 0,68 65 60 3. Halophila ovalis 83 81 3,32 3,2 0,28 0,28 60 58 4. Halodule uninervis 74 75 2,96 3 0,16 0,16 65 65 5. Thalassodendron ciliatum 297 281 11,88 11,2 0,4 0,37 70 66 Rata-Rata 65,00 62,4 Lokasi 3: Tanjung Najun

1 Halophila decipiens 43 41 4,3 4,1 0,2 0,2 45 44 2 Thalassia hemprichii 245 224 24,5 22,4 0,8 0,56 75 68 3 Enhalus acoroides 50 41 5,0 4,1 0,5 0,5 75 72 4 Halodule pinifolia 55 59 5,5 5,9 0,2 0,3 45 50 5 Halophila ovalis 77 81 7,7 8,1 0,3 0,3 55 55 6 Halodule uninervis 232 239 23,2 23,9 0,9 0,95 70 70 7 Syringodium isoetifolium 128 119 12,8 11,9 0,4 0,3 75 73 Rata-Rata 62,86 61,71 Lokasi 4: Pulau Ohoiwa

1. Cymodocea rotundata 344 340 20,24 34 0,88 0,86 75 74 2. Thalassia hemprichii 391 380 23,0 38 0,82 0,76 75 70 3. Enhalus acoroides 235 221 13,82 22,1 1 0,80 75 70 4. Halodule pinifolia 41 38 2,41 3,8 0,06 0,06 50 48 5. Halophila ovalis 103 101 6,06 10,1 0,47 0,47 65 65 6. Halodule uninervis 35 35 2,06 3,5 0,06 0,06 45 45 7. Syringodium isoetifolium 137 128 8,06 12,8 0,35 0,40 60 56 Rata-Rata 63,57 61,14 Rata-Rata seluruh lokasi 62,14 60,42

Sumber: Laporan Penilaian EAFM 2012, Data Lapangan 2014, diolah

Pertama pengambilan sampel lamun tahun 2014 yang dilakukan pada perairan pantai Desa

Ohoililir masih menemukan sebanyak tujuh jenis lamun, meliputi E. acoroides, Halodule

uninervis, H. pinifolia, H. ovalis, H. minor, C. rotundata dan T. hemprichii Jenis-jenis yang hadir

dengan jumlah tegakan terbanyak (lebih dari 100 tegakan), masing-masing: C. rotundata sebanyak 124 tegakan, T. hemprichii 115 tegakan dan H. uninervis 105 tegakan. Sesuai dengan tingginya jumlah tegakan ketiga jenis itu, cukup berpengaruh terhadap tingginya tingkat

kerapatan jenis, masing-masing: 11,36 tegakan/m2untuk C. rotundata, 10,45 tegakan/m2pada

T. hemprichii dan H. uninervis 9,54 tegakan/m2 Hasil ini juga menunjukkan bahwa H. minor

merupakan satu-satunya jenis yang tingkat kerapatan jenis yang terendah, yakni 0,45 tegakan/m2 Sesuai dengan hasil analisis itu, maka teridentifikasi juga frekuensi kehadiran jenis lamun yang tertinggi pada jenis T. hemprichii sebesar 0,93, sedangkan frekuensi kehadiran terendah pada jenis H. minor dengan nilai sebesar 0,07.

Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa

E. acoroides tetap memiliki nilai tutupan yang

sangat besar yakni 75 %, sedangkan tutupan terendah pada jenis H. minor (15%). Keberadaan jenis E. acoroides dengan persen tutupan tertinggi disebabkan morfologinya yang memungkinkannya

untuk memiliki persen tutupan yang besar. Sementara jenis H. minor memiliki persen tutupan terendah karena sifat penyebarannya yang biasanya bersifat individual atau tidak mengelompok dan distribusinya tidak merata. Secara agregat, rata-rata nilai persen tutupan lamun di perairan ini sebesar 56,43%, yang berarti bahwa nilai persen tutupan lamun pada tahun 2014 telah menurun hampir 1% dibandingkan tahun 2012.

Kedua pengambilan data lamun pada perairan pulau Ngaf dalam tahun 2014 ini, juga

menemukan sebanyak lima jenis lamun pada habitat yaitu jenis H. uninervis, H. ovalis, T.

ciliatum, C. rotundata dan T. hemprichii Jenis C. rotundata masih merupakan jenis dengan

jumlah tegakan paling tinggi yaitu 462 tegakan, sedangkan H. uninervis merupakan jenis lamun dengan jumlah tegakan terendah (75 tegakan). Sebagaimana dikemukakan pada lokasi pertama, distribusi jumlah tegakan diikuti oleh tingkat kerapatan lamun, dimana kerapatan tertinggi pada jenis C. rotundata sebanyak 18,4 tegakan/m2

sedangkan H. uninervis dengan tingkat kerapatan

terendah, sebanyak tegakan/m2 Jenis C.

rotundata memiliki frekuensi kehadiran tertinggi

sebesar 0,80, diikuti jenis T. hemprichii sebesar 0,68, sedangkan frekuensi kehadiran terendah pada jenis H. uninervis sebesar 0,16.

Persen tutupan lamun tertinggi pada lokasi pengamatan ini pada jenis T. ciliatum sebesar 66%. Tipe substrat yang terdiri dari pasir dan patahan karang merupakan tipe substrat yang disenangi oleh jenis lamun ini untuk tumbuh dan berkembang. Penyebarannya yang

berkelompok dan ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak, menyebabkan lamun jenis ini memiliki persen tutupan yang tinggi. Secara umum, nilai rata-rata persen tutupan lamun pada lokasi pengamatan ini sebesar 62,4% yang berarti berkurang sekitar 2,6% dari tahun 2012. Menurunnya tutupan lamun dalam kurun waktu evaluasi dua tahun ini belum dapat dikemukakan sebagai adanya tekanan yang terjadi pada ekosistem ini karena hal ini bisa saja terjadi akibat proses pengamatan lapangan pada titik yang sedikit berbeda.

Ketiga pengamatan potensi lamun di perairan pantai Tanjung Najun menunjukkan

distribusinya diwakili oleh tujuh jenis. Kondisi perairan yang agak terlindung menjadi penyebab jenis lamun di lokasi ini lebih banyak daripada yang ditemukan di lokasi sebelumnya (Pulau Ngaf). Padahal secara geografis, letak kedua lokasi ini cukup berdekatan. Ketujuh jenis lamun tersebut yaitu E. acoroides, H. decipiens, H. uninervis, H. pinifolia, H. ovalis, S. isoetifolium dan T.

hemprichii Jumlah tegakan terbanyak ditemukan pada jenis H. uninervis yaitu sebanyak 239

tegakan, sedangkan jumlah tegakan terendah pada jenis H. decipiens dan E. acoroides yaitu sebanyak 41 tegakan. Distribusi jumlah tegakan seperti ini turut memberikan pengaruh terhadap tingkat kerapatan lamun dimana H. uninervis memiliki kerapatan tertinggi yaitu 23,9 tegakan/m2 sedangkan terendah pada jenis H. decipiens dan E. acoroides dengan kerapatan jenis masing-masing 4,1 tegakan/m2

Frekuensi kehadiran tertinggi ternyata ditemukan pada jenis H. uninervis dengan nilai 0,95. Hal ini diduga masih dipengaruhi oleh kondisi substrat perairan ini yang terdiri dari pasir dan patahan karang yang memang merupakan preferensi dari jenis lamun ini untuk hidup, berkembang dan membentuk koloni tunggal. Di sisi lain, frekuensi

kehadiran lamun terendah ditemukan pada jenis H. decipiens Persen tutupan tertinggi pada jenis S. isoetifolium sebanyak 73%, sedangkan dua jenis lainnya H. decipiens dan H. pinifolia memiliki persen tutupan terendah. Hasil perhitungan nilai persen tutupan lamun rata-rata pada perairan ini sebesar 61,71%.

Keempat Pulau Ohoiwa merupakan salah satu pulau yang agak unik dibandingkan lokasi-lokasi

lain yang dijadikan titik pengambilan sampel lamun. Hal ini dikarenakan pada pulau ini terjadi tekanan antropogenik manusia cukup tinggi dan juga karena perairannya dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya mutiara. Sesuai hasil survey, ditemukan sebanyak tujuh jenis lamun pada lokasi ini, masing-masing: E. acoroides, H. uninervis, H. pinifolia, H. ovalis, S. isoetifolium, C. rotundata

dan T. hemprichii Dua jenis lamun yang disebutkan terakhir merupakan jenis lamun dengan jumlah tegakan tertinggi yaitu masing-masing 340 dan 380 tegakan. Sementara jenis H.

uninervis memiliki jumlah tegakan terendah yaitu 35 tegakan. Sesuai dengan distribusi jumlah

tegakan, nilai kerapatan lamun pada lokasi ini didominasi oleh jenis T. hemprichii dengan nilai kerapatan 38 tegakan/m2 sementara yang terendah oleh jenis H. uninervis yaitu sebanyak 3,5 tegakan/m2

Jenis E. acoroides merupakan jenis lamun dengan frekuensi kehadiran tertinggi ditemukan pada walaupun dilihat dari jumlah tegakan, jenis ini bukan merupakan jenis dengan jumlah tegakan yang dominan. Hal ini dikarenakan jenis ini hampir selalu ditemukan pada setiap kotak pengamatan. Jenis substrat yang agak berlumpur, memang menjadi lokasi yang ideal bagi lamun jenis ini. Sementara jenis H. pinifolia sekalipun merupakan jenis lamun pioner, merupakan jenis lamun dengan frekuensi kehadiran paling rendah. Sementara untuk persen tutupan, yang paling tinggi tetap didominasi oleh E. acoroides sedangkan yang terendah diwakili oleh jenis H. uninervis

Hasil penilaian secara agregat pada tahun 2014 memberikan gambaran variasi yang rata-rata persen penutupan lamun yang tidak terlalu berbeda jauh dari hasil penilaian pada tahun 2012. Variasi secara spasial juga tidak memberikan perbedaan yang berarti antar lokasi pengamatan, kecuali pada pesisir desa Ohoililir yang lebih rendah dibanding ketiga lokasi pengamatan lainnya. Agregasi untuk seluruh persen penutupan menunjukkan bahwa perairan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki nilai tutupan lamun rata-rata sebesar 60,42%. Hasil penilaian ini menunjukkan status lamun sesuai parameter tutupan lamun kriteria persen tutupan tinggi

karena atau 60% b. Keanekaragaman

Penilaian keanekaragaman sebagai salah satu parameter status lamun yang dimaksudkan adalah keanekaragaman spesies lamun yang didasarkan pada hasil perhitungan yang menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’). Hasil perhitungan menunjukkan distribusi nilai keanakeragaman spesies lamun di perairan ini memiliki variasi yang tidak terlalu besar. Distribusi nilai keanakeragaman spesies lamun yang didapat dalam survey tahun 2014 ini tidak menunjukkan perbedaan yang berarti dengan hasil survey tahun 2012.

Hasil tersebut terbukti dari distribusi nilai keanekeragaman spesies lamun secara spasial untuk keempat lokasi survey, masing-masing: Ohoilir sebesar 1,764, Pulau Ngaf 1,406, Tanjung Najun 1,726, dan Pulau Ohoiwa 1,669. Hasil ini menunjukkan distribusi nilai keanekeragaman spesies lamun antara 1,406 sampai dengan 1,764 (Tabel 10). Kisaran nilai ini termasuk dalam kategori

sedang karena nilai H’ berada di antara satu dan tiga

Tabel 10. Distribusi nilai keanekagaraman lamun pada empat lokasi di Kecamatan Kei Kecil

No. Jenis Jumlah Tegakan Pi ln pi pi ln pi

Lokasi 1: Desa Ohoililir

Cymodocea rotundata 124 0,238 -1,435 0,342 Thalassia hemprichii 115 0,221 -1,511 0,333 Enhalus acoroides 69 0,132 -2,022 0,268 Halodule pinifolia 41 0,079 -2,542 0,200 Halophila ovalis 62 0,119 -2,129 0,253 Halodule uninervis 105 0,202 -1,602 0,323 Halophila minor 0,010 -4,646 0,045 521 H’ 1,764

Lokasi 2: Pulau Ngaf

Cymodocea rotundata 462 0,369 -0,997 0,368 Thalassia hemprichii 353 0,282 -1,266 0,357 Halophila ovalis 81 0,065 -2,738 0,177 Halodule uninervis 75 0,060 -2,815 0,169 Thalassodendron ciliatum 281 0,224 -1,494 0,335 1252 H’ 1,406

Lokasi 3: Tanjung Najun

Halophila decipiens 41 0,051 -2,976 0,152 Thalassia hemprichii 224 0,279 -1,278 0,356 Enhalus acoroides 41 0,051 -2,976 0,152 Halodule pinifolia 59 0,073 -2,612 0,192 Halophila ovalis 81 0,101 -2,295 0,231 Halodule uninervis 239 0,297 -1,213 0,361 Syringodium isoetifolium 119 0,148 -1,910 0,283 804 H’ 1,726

Lokasi 4: Pulau Ohoiwa

Cymodocea rotundata 340 0,274 -1,296 0,355 Thalassia hemprichii 380 0,306 -1,185 0,362 Enhalus acoroides 221 0,178 -1,727 0,307 Halodule pinifolia 38 0,031 -3,488 0,107 Halophila ovalis 101 0,081 -2,510 0,204 Halodule uninervis 35 0,028 -3,570 0,101 Syringodium isoetifolium 128 0,103 -2,273 0,234 1243 H’ 1,669

Di sisi lain, hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan perpesktif lain dari masyarakat yang biasanya memiliki akses ke kawasan ini. Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa keberadaan ekosistem lamun di kawasan ini berada dalam kondisi yang baik dan relatif terjaga atau terhindar dari berbagai aktivitas destruktif. Hal ini terbukti dari pernyataan 100% responden yang diwawancarai dan berkeyakinan bahwa kondisi ekosistem lamun sangat baik.