• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepatuhan Terhadap Prinsip-Prinsip Perikanan yang Bertanggung Jawab

3.6 Domain Kelembagaan

3.6.1 Kepatuhan Terhadap Prinsip-Prinsip Perikanan yang Bertanggung Jawab

Indikator ini difokuskan pada tingkat kepatuhan (compliance seluruh pemangku kepentingan terhadap aturan main baik formal maupun tidak formal. Kepatuhan yang dimaksudkan adalah kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan. Penilaiannya dilakukan untuk mengetahui frekuensi pelanggaran terhadap peraturan dan aturan dalam pengelolaan perikanan.

a. Formal

Penilaian ini diarahkan pada frekuensi terjadinya pelanggaran hukum dalam pengelolaan perikanan. Pelanggaran hukum yang dimaksudkan adalah pelanggaran hukum formal yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil identifikasi terhadap pelanggaran hukum formal memberikan gambaran adanya dua pelanggaran utama yang selalu terjadi di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, antara lain: (1) penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak atau sering disebut dengan Bom Ikan; dan (2) pengambilan tukik penyu (Tabel 25).

Tabel 25 Jenis pelanggaran, bentuk penindakan dan kategorinya (formal), tahun 2013 dan 2014

Tahun Pelanggaran Jenis Pelanggaran Penindakan Kategori

2013 Bom Ikan Pelanggaran operasional pada cara

penangkapan Penertiban Berat

2013 Pengambilan

Tukik Penyu Hijau Pelanggaran operasional pada carapenangkapan Penertiban danPembinaan Berat

2013 Bom Ikan Pelanggaran operasional pada cara

penangkapan Penertiban Berat

2013 Bom Ikan Pelanggaran operasional pada cara

penangkapan Penertiban Berat

2014 Bom Ikan Pelanggaran operasional pada cara

penangkapan Penertiban Berat

2014 Bom Ikan Pelanggaran operasional pada cara

penangkapan Penertiban Berat

2014 Bom Ikan Pelanggaran operasional pada cara

penangkapan Penertiban Berat

Sumber: Bidang Pengawasan dan Konservasi, DKP Maluku Tenggara (2014)

Seluruh pelanggaran termasuk dalam jenis pelanggaran operasional khususnya pada cara penangkapan ikan. Seluruh pelanggaran tersebut ditindak dengan pendekatan Penertiban yang sifatnya mengarah pada pembinaan. Khusus untuk pelanggaran melalui Pengambilan Tukik Penyu penertiban dan pembinaan dilakukan dengan mengajak pelaku pelanggaran terlibat dalam proses penebaran tukik penyu sekitar 200 ekor.

Fakta yang menjadi bukti adanya pelanggaran adalah terdokumentasikannya lokasi-lokasi pelanggaran, masing-masing:

(1) Lokasi pemboman ikan pada perairan sekitar Pulau Nai Kecamatan Kei Kecil dengan posisi 5043'04" dan 132032'44"

Sumber: Bidang Pengawasan dan Konservasi, DKP Maluku Tenggara (2014)

(2) Lokasi pengambilan tukik penyu pada pantai berpasir di Pulau Hoat Kecamatan Kei Kecil dengan posisi 5043'40" dan 132033'49" E:

(3) Lokasi pemboman ikan di sekitar perairan Ur Pulau Kecamatan Kei Kecil Barat dengan posisi 5050'10" dan 132031'45" E:

Sumber: Bidang Pengawasan dan Konservasi, DKP Maluku Tenggara (2014)

(4) Lokasi pemboman ikan di perairan sekitar Pulau Warbal Kecamatan Kei Kecil Barat dengan posisi 5050'03" dan 132034'33"

(5) Lokasi pemboman ikan di perairan sekitar Pulau Nuhuta Kecamatan Kei Kecil Barat dengan posisi 5053'08" dan 132027'48"

Sumber: Bidang Pengawasan dan Konservasi, DKP Maluku Tenggara (2014)

(6) Lokasi pemboman ikan di perairan sekitar Pulau Nuhuta Kecamatan Kei Kecil Barat dengan posisi 5053'11" dan 132027'40" E:

(7) Lokasi pemboman ikan di perairan sekitar Pulau Nuhuta Kecamatan Kei Kecil Barat dengan posisi 5053'20" dan 132027'48" E:

Sumber: Bidang Pengawasan dan Konservasi, DKP Maluku Tenggara (2014)

Hasil identifikasi sesuai data pelanggaran yang dikompilasi oleh Bidang Pengawasan dan Konservasi DKP Maluku Tenggara tahun 2013 dan 2014 memberikan gambaran bahwa pelanggaran masih terjadi pelanggaran dalam dua tahun terakhir, dimana dalam tahun 2013 tercatat empat kali pelanggaran, dan pada tahun 2014 pelanggaran sebanyak tiga kali. Hasil ini termasuk dalam kriteria dua sampai dengan empat kali terjadi pelanggaran hukum dalam satu tahun.

b. Non Formal

Indikator pelanggaran non-formal merupakan pelanggaran terhadap aturan-aturan lokal atau kesepakatan-kesepakatan yang telah dibangun di kalangan masyarakat. Pelanggaran yang bersifat non formal ini dibagi menjadi dua, masing-masing: aturan adat dan persepsi masyarakat terhadap aturan formal yang ada. Namun demikian, pelanggaran non formal yang dinilai ini lebih diarahkan pada keaktifan masyarakat dalam pelaporan atau pemberian informasi tentang pelanggaran.

Mekanisme pemberian informasi atau pelaporan yang teridentifikasi terkait dengan pelanggaran yang dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, dapat dibedakan atas empat kelompok mekanisme, sesuai dengan hasil identifikasi seperti pada Tabel 26 Empat

kelompok mekanisme pemberian informasi atau pelaporan yang dimaksudkan meliputi: (1) pelaporan oleh Kelompok Masyarakat Pengawas; (2) pelaporan oleh kepala ohoi; (3) tindakan langsung masyarakat yang diikuti dengan pelaporan kepala ohoi; dan (4) tindakan langsung oleh masyarakat bersama Kelompok Masyarakat Pengawas yang diikuti dengan pelaporan Kelompok Masyarakat Pengawas.

Tabel 26 Jenis pelanggaran dan mekanisme informasinya (informal), tahun 2013 dan 2014

Tahun Pelanggaran Mekanisme informasi pelanggaran

2013 Bom Ikan di perairan sekitar Pulau

Nai Pelaporan oleh Pokmaswas Nuhuvut kepada BidangPengawasan dan Konservasi DKP Maluku Tenggara

2013 Pengambilan Tukik Penyu Hijau di

pesisir Pulau Hoat Pelaporan oleh Pokmaswas Nuhuvut kepada BidangPengawasan dan Konservasi DKP Maluku Tenggara

2013 Bom Ikan di perairan sekitar Ur

Pulau Pelaporan kepala ohoi Ur Pulau Bidang Pengawasan danKonservasi DKP Maluku Tenggara

2013 Bom Ikan di perairan sekitar Pulau

Warbal Pelaporan oleh Pokmaswas Bau Bal kepada BidangPengawasan dan Konservasi DKP Maluku Tenggara

2013 Bom Ikan di perairan sekitar

Tanimbar Kei Penanganan langsung oleh pemerintah ohoi TanimbarKei dengan melakukan penyitaan kapal dan

memberlakukan aturan ohoi tentang “Denda

Pelanggaran di wilayah petuanan Tanimbar Kei. Informasi kepada Bidang Pengawasan dan Konservasi DKP MalukuTenggara disampaikan setelah ada tindakan dan pemberian sanksi terhadap pelaku pelanggaran.

2014 Bom Ikan di perairan sekitar Pulau

Nuhuta Pelaporan oleh Pokmaswas Masbait kepada BidangPengawasan dan Konservasi DKP Maluku Tenggara

2014 Bom Ikan di perairan sekitar Pulau

Nuhuta Pelaporan oleh Pokmaswas Masbait kepada BidangPengawasan dan Konservasi DKP MalukuTenggara

2014 Bom Ikan di perairan sekitar Pulau

Nuhuta Penangkapan pelaku pelanggaran dan penyitaan barangbukti oleh masyarakat dan Pokmaswas Masbait,

informasi disampaikan kepada oleh Bidang Pengawasan dan Konservasi DKP MalukuTenggara

Sumber: Bidang Pengawasan dan Konservasi, DKP Maluku Tenggara (2014)

Hasil identifikasi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat cukup proaktif untuk melaporkan pelanggaran yang terindikasi atau yang terjadi pada perairan sekitar, khusus oleh Pokmaswas. Hasil ini menunjukkan pada tahun 2013 sebanyak lima informasi pelanggaran, dan dalam tahun 2014 sebanyak tiga informasi pelanggaran. Hasil memberikan gambaran intensitas informasi pelanggaran termasuk dalam kategori sedang sesuai dengan kriteria penilaian lebih dari tiga

informasi pelanggaran

Hasil penilaian terhadap indikator Kepatuhan Terhadap Prinsip-Prinsip Perikanan yang Bertanggung Jawab menunjukkan bahwa untuk pencapaian keberhasilan implementasi pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara,

masih harus dilakukan upaya-upaya peningkatan kepedulian dan kapasitas para pemangku kepentingan perikanan. Peningkatan kepedulian dan kapasitas yang dimaksudkan adalah dalam konteks mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dan mengakomodasinya dengan baik dalam pengembangan dan pengelolaan usaha perikanan tangkap di wilayah ini.

Fakta lapangan membuktikan bahwa pelanggaran terhadap peraturan terkait dengan pengelolaan perikanan, dan penggunaan alat tangkap terlarang masih ditemukan dalam praktek perikanan di wilayah ini. Kondisi demikian dikuatirkan dapat berdampak pada semakin meningkatnya ketidakpatuhan terhadap peraturan baik formal maupun informal yang berlangsung di masyarakat, dan berimplikasi pada ancaman bagi perikanan berkelanjutan di wilayah ini. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah aturan dan norma yang ada tidak akan berlaku efektif. Dengan demikian, efektifitas kelembagaan di wilayah ini mesti ditingkatkan agar dapat memberikan jaminan bagi pengelolaan perikanan berkelanjutan dan kelestarian sumberdaya ikan.