BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.2 Hasil Pengujian dan Analisis Data
5.3.2 Analisis Korelasi Ganda ®
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah 0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang 0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan disajikan sebagai berikut:
Tabel. 5.7 Hasil analisis korelasi ganda
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .786a .618 .262 .20228
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, NPL, BOPO, NIM b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,786. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return saham.
5.3.3.Uji Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen.
Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau
variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100%
variasi variabel dependen.
Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan disajikan sebagai berikut:
Tabel.5.8 Hasil analisis determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .786a .618 .262 .20228
a. Predictors: (Constant), CAR,BOPO,NIM,NPL,LDR b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,618 atau (61,8%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap variabel dependen Return saham sebesar 61,8%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio mampu menjelaskan sebesar 61,8%
variasi variabel dependen Return saham. Sedangkan sisanya sebesar 38,2%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
5.3.4. Uji Statistik Simultan ( Uji F )
Uji Simultan bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model secara simultan terhadap variabel dependen. Uji Simultan (Uji Statistik F) telah dilakukan untuk menguji
pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit secara simultan terhadap Return saham perbankan pada periode 2013-2017. Hasil uji statistik F (lihat Tabel 5.9) menunjukkan bahwa kombinasi dari kelima variabel independen (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio) signifikan secara statistik dalam memprediksi Return saham, p-value = 0,000 < α 0,05. Dari Tabel 5.9 diketahui bahwa secara keseluruhan model regresi cocok dengan data dalam memprediksi Return saham, F hitung = 8.402 (df1 = 5, df2 = 99) > F tabel = 2,31. Dari hasil Uji Statistik F, dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan Deposit Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return saham.
Tabel 5.9 Hasil Uji-F Hipotesis Pertama ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.719 5 .344 8.402 .000b
Residual 4.051 99 .041
Total 5.770 104
a. Dependent Variable: Return Saham
b. Predictors: (Constant), LDR, CAR, NPL, BOPO, NIM Sumber : Output SPSS
5.3.5. Uji Statistik Parsial (Uji t)
Uji Parsial bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi dalam variabel dependen.
Uji Parsial (Uji Statistik t) telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio secara parsial
terhadap Return saham perbankan pada periode 2013-2017. Hasil uji statistik t ditampilkan pada Tabel 5.9 berikut ini:
Tabel 5.10 Hasil Uji Statistik Parsial Coefficientsa
Model t
Siginifikan Keterangan Capital Adequacy Ratio 3.693 0.000 Signifikan (p <0,05) Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional
-1.936 0.056 Tidak Signifikan (p
>0,05)
Net Interest Margin 3.598 0.001 Signifikan (p <0,05) Non Performing Loan 2.574 0.012 Signifikan (p <0,05) Loan to Deposit Ratio 1.622 0.025 Signifikan (p <0,05)
Sumber : Output SPSS
Hasil uji Statistik parsial (t) dalam Tabel 5.9 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (X1) terhadap Return saham (Y)
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X1 Capital Adequacy Ratio (CAR ) = 3.693 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X1 (3.693) > t-tabel (1.66) dan p-value (0.000) >0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara variable Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return saham . Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka Return saham yang diperoleh bank akan semakin besar karena semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin baik kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya resiko kerugikan usahanya sehingga kinerja bank juga meningkat
2). Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X2) terhadap Return saham (Y)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X2 (BOPO) = -1.936 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.056. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X2 (-1.936 ) > t-tabel (1.66) dan p-value (0.056) > 0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti ada hubungan negatif dan tidak signifikan antara variable Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Return saham. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin besar Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional maka Return saham yang diperoleh bank akan semakin kecil karena semakin besar Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional maka semakin rendah kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya resiko kerugikan usahanya sehingga kinerja bank juga menurun. Nilai Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional yang lebih tinggi akan memberikan Return saham yang lebih rendah.
3). Pengaruh Net Interest Margin (X3) terhadap Return saham(Y)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung Net Interest Margin(X3) = 3.598 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.001. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X3 (3.598 ) >
t-tabel (1.66) dan p-value (0.001) <0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara variable Net Interest Margin (NIM) dan Return saham. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin besar Net Interest Margin (NIM) maka Return saham yang diperoleh bank akan semakin besar karena semakin besar Net Interest Margin maka dengan demikian Net Interest Margin berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On Assets bank. Hasil pengujian mengindikasikan jika NIM meningkat, maka Return saham juga meningkat.
4). Pengaruh Non Performing Loan (X4) terhadap Return saham (Y)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung Non Performing Loan(X4) = 2.574 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.012. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X4 (2.574)
> t-tabel (1.66) dan p-value (0.012) <0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara variable Non Performing Loan (NPL) dan Return saham. Hal ini berarti Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan positif terhadap Return saham bank. Hasil penelitian ini mengindikasikan jika Non Performing Loan tinggi, maka Return saham akan tinggi
5). Pengaruh Loan to Deposit Ratio (X5) Terhadap Return On Assets (Y) Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung Loan to Deposit Ratio (X5) = 1.922 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.025. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66) dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X5 (1.922) <
t-tabel (1.66) dan p-value (0.025) > 0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara variable Loan to Deposit Ratio dan Return On Assets. Dengan demikian maka diperoleh adanya pengaruh yang signifikan dari variabel Loan to Deposit Ratio terhadap Return saham. Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif, signifikan artinya semakin tinggi Loan to Deposit Ratio maka laba perusahaan mempunyai kemungkinan untuk naik.
5.4. Pengujian Hipotesis Kedua (Moderated Regression Analysis)
Menurut Ghozali (2013), variabel moderating adalah variabel independen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel Performance Keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets diduga merupakan variabel moderating yang diprediksi memiliki pengaruh moderasi terhadap hubungan Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Returns saham. Pengujian variabel moderating dengan persamaan regresi dapat dilakukan dengan tiga cara yakni (1) uji interaksi, (2) uji selisih mutlak dan (3) uji residual. Seperti yang dinyatakan dalam Bab IV, penelitian ini akan mengimplementasikan uji residual dalam menguji pengaruh moderasi dari
Z = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e ...(1)
│e│ = a+ bY………(2) Persamaan regresi pertama dibuat untuk mendapatkan nilai residual dari hasil regresi variabel independen (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return Saham. Kemudian nilai residual yang diperoleh melalui persamaan regresi pertama tersebut akan dibuat ke dalam nilai absolutnya sehingga diperoleh nilai absolut residual (| e |). Langkah selanjutnya adalah meregresikan Return On Assets terhadap nilai absolut residual menggunakan persamaan regresi kedua. Jika berdasarkan hasil uji residual diperoleh nilai koefisien parameter ln Return On Assets bertanda negatif dan tingkat probabilitas signifikansinya < 0,05, maka variabel Return On Assets dapat dinyatakan sebagai variabel moderating. Hasil analisis regresi dengan menggunakan persamaan regresi pertama disajikan pada Tabel 5.10 berikut ini:
Tabel 5.11 Hasil Uji Statistik Regresi Capital adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non
Performing Loan, Loan to Deposit Ratio Terhadap Return On Assets
Coefficients
a Dependent Variable: Return On Assets
Sumber : Output SPSS
Dari hasil analisis regresi pada tabel diatas, maka persamaan regresi pertama dapat diformulasikan sebagai berikut:
Return On Assets = 3,091 + 4,721 Capital Adequacy Ratio + 0,636 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional + 15,881 Net Interest Margin + 4,555 Non Performing Loan + 27,710 Loan to Deposit Ratio.
Hasil analisis regresi dengan menggunakan persamaan regresi kedua disajikan pada Tabel 5.11 berikut ini:
Tabel 5.12 Hasil Uji Residual Return On Assets Terhadap Nilai Absolut Residual
Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta B
Std.
Error
1 (Constant) ,161 ,015 -10,537 ,000
Return On
Assets -,669 ,045 ,818 14,770 ,000
a Dependent Variable: Moderate
Dari hasil analisis regresi pada tabel diatas, maka persamaan regresi kedua dapat diformulasikan sebagai berikut:
| e | = 0,161 -0,669 Return Saham
Berdasarkan hasil uji residual pada Tabel 5.11, mengindikasikan bahwa variabel Return On Assets berdampak signifikan dan nilai koefisien parameternya negatif dalam memoderasi pengaruh Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return saham (b = -0,669; p = 0,000 < 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Return on Assets adalah variabel moderating yang dapat memperkuat pengaruh Capital Adequacy Ratio, Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return saham.
5.5. Pembahasan Pengujian Hipotesis Pertama
1. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017
Return saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Secara umum return saham adalah pengembalian hasil atau laba yang diperoleh dari kepemilikan saham yang dimilikinya atas investasi yang dilakukan berupa dividen dan capital gain (loss) serta besarnya dinyatakan dalam suatu tingkat persentase tahunan.
Dari hasil analisa memperlihatkan bahwa nilai F-hitung = 8.402 dengan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai F-tabel = 2.31 terbukti bahwa F-hitung (8.402 ) > F-tabel (2.31) dan p-value (0.000) < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan, ke-4 variabel bebas (Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio) kecuali BOPO berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Return saham) , Dari hasil analisa juga memperlihatkan bahwa nilai r-square = 0.618, hal ini berarti besarnya pengaruh serentak (simultan) dari ke-5 variabel bebas terhadap variabel terikat Y (Return saham) adalah sebesar 0.618 x 100%
= 61,8 %. Dengan kata lain, sebesar 61,8 % Return Saham dapat dijelaskan oleh ke-5 variabel bebas ((Capital Adequacy Ratio, Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung Capital Adequacy Ratio (CAR)= 3.693 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X1 (3.693) > t-tabel (1.66) dan p-value (0.000)
>0.05. Hasil analisis ini tidak memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value < 0.05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Return Saham)
Capital Adecuacy Ratio adalah rasio yang memperhitungkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain).ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber–
sumber diluar bank, seperti masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain.
Dengan kata lain Capital Adequancy Rasio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Variabel Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif terhadap Return On Assets perusahaan, hal tersebut menunjukkan bahwa perbankan sudah optimal melakukan fungsi intermediasinya, karena dengan modal yang besar, perbankan dapat menghasilkan profitabilitas dari penyaluran kredit yang diharapkan.
Hasil penelitian mengenai pengaruh perubahan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return saham (ROA) menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian Werdaningtyas (2002), Suryono (2005), Markusiwati (2007), Yuliani (2007), Rinawan (2009) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin (2005) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Rahman (2013) mengenai Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja Perusahaan Pembiayaan yang Go Pubic di Bursa Efek Indonesia dimana Capital Adequacy Ratio, berpengaruh positif terhadap Return Saham.
2. Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X2) terhadap Return Saham (Y)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X2 (BOPO) = -1.936 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.056. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X2 (-1.936 ) < t-tabel (1.66) dan p-value (0.056) > 0.05. Hasil analisis ini tidak memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value
< 0.05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X2 (BOPO) tidak memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Return Saham).
BOPO merupakan perbandingan antara total biaya operasi terhadap total pendapatan operasi. Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna (Mawardi, 2005).
Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi karena digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak dan akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005). Sehingga semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang di keluarkan oleh perusahaan.
Biaya operasional merupakan biaya - biaya yang dikeluarkan perusahaan pada saat menjalankan kegiatan pokok, seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya lainnya. Pendapatan operasional adalah pendapatan utama yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya. Rasio BOPO dengan tingkat efisiensi yang mendekati 75% dikatakan memiliki kinerja dengan tingkat efisiensi yang baik. Tingkat kinerja efisiensi bank dikatakan rendah atau tidak baik apabila rasio melebihi 90% dan mendekati 100% dan rasio yang ditoleransi menurut Bank Indonesia maksimal 93,25%.
Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO sesuai dengan teori yang mendasarinya bahwa semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien
menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.
Peningkatan BOPO mempengaruhi penurunan ROA yang mempengaruhi return saham. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO didasari bahwa semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian Usman (Hindarto (2011), dimana hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan negatif BOPO terhadap ROA bank. Menurut Afanasief et al., (2004), hubungan BOPO dengan ROA adalah negatif.
Terdapat perbedaan dimana pada tahun 2005-2008 ketika BOPO mengalami peningkatan tetapi ROA juga mengalami peningkatan, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan adanya gap tersebut.
Dari hasil penelitia Ponttie (2007) menunjukkan bahwa variable Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi mempunyai pengaruh yang berarti terhadap Return saham.
3. Pengaruh Net Interest Margin (X3) terhadap Return Saham (Y) Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X3 (NIM) = 3.598 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.001. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X3 (3.598 ) > t-tabel (1.66) dan p-value (0.001) <0.05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value
< 0.05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X3 (NIM) memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Return Saham).
Net Interest Margin ini adalah ratio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam hal terutama dalam hal pengeolaan aktiva produktif sehingga bisa menghasilkan laba bersih.Pendapatan bungan bersih itu sendiri bisa dihitung dengan cara pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Ratio ini sangat dibutuhkan dalam pengelolaan bank dengan baik sehingga bank-bank yang bermasalah dan mengalami masalah bisa diminimalisir. Semakin besar ratio maka hal ini akan mempengaruhi pada peningkatan pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola oleh pihak bank dengan baik. Dengan demikian, resiko yang seringkali menimbulkan masalah dalam bank bisa dihindari. Bagaiamanapun juga, pengelolaan dan manajemen yang baik disetiap kegiatan operasional bank memang sangat dibutuhkan sehingga bank bisa berada dalam kondisi yang lebih aman. Net Interest Margin (NIM) adalah ukuran perbedaan antara pendapatan bunga yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga
yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka (misalnya, deposito), relatif terhadapjumlah mereka (bunga produktif ) aset. Hal ini mirip dengan margin kotor perusahaan non-finansial. Hal ini biasanya dinyatakan sebagai persentase dari apa lembaga keuangan memperoleh pinjaman dalam periode waktu dan aset lainnya dikurangi bunga yang dibayar atas dana pinjaman dibagi dengan jumlah rata-rata atas aktiva tetap pada pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tersebut (yang produktif rata-rata aktiva). Margin bunga bersih mirip dalam konsep untuk menyebarkan bunga bersih, namun penyebaran bunga bersih adalah selisih rata-rata nominal antara pinjaman dan suku bunga pinjaman, tanpa kompensasi untuk kenyataan bahwa aktiva produktif dan dana yang dipinjam dapat menjadi alat yang berbeda dan berbeda dalam volume.
Margin bunga bersih sehingga dapat lebih tinggi (atau kadang-kadang lebih rendah) daripada penyebaran bunga bersih. Besarnya NIM menunjukkan bahwa pendapatan bunga bersih lebih besar dari total aktiva produktif, sehingga dengan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Penelitian ini didukung oleh Mawardi (2005) dan tidak didukung oleh Suyono (dalam Ponco, 2008).
Peningkatan ataupun penurunan NIM selama periode penelitian mempengaruhi kenaikan atau Return saham secara signifikan positif.
Semakin tinggi NIM yang dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik dan return saham juga meningkat, sehingga pendapatan dari bunga bank semakin meningkat. Dengan kata lain NIM berhubungan positif dengan perubahan laba untuk bank untuk meningkatkan return saham.
Hasil penelitian Sabir (2012) menunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Konvensional ditunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Konvensional di Indonesia
4. Pengaruh Non Performing Loan (X4) terhadap Return Saham (Y) Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X4 (NPL) = 2.574 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.012. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X4 (2.574) > t-tabel (1.66) dan p-value (0.012) <0.05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value
< 0.05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X4 (NPL) memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Return Saham).
Non Performing Loan merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Indikator tersebut merupakan rasio keuangan pokok yang dapat memberikan informasi penilaian atas kondisi permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar dan likuidasi. NPL yang digunakan adalah NPL neto yaitu NPL yang telah disesuaikan. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Ini artinya NPL merupakan indiakasi adanya masalah dalam bank tersebut yang mana jika tidak segera mendapatkan solusi maka akan berdampak bahaya pada bank. NPL yang juga dikenal
Non Performing Loan merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Indikator tersebut merupakan rasio keuangan pokok yang dapat memberikan informasi penilaian atas kondisi permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar dan likuidasi. NPL yang digunakan adalah NPL neto yaitu NPL yang telah disesuaikan. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Ini artinya NPL merupakan indiakasi adanya masalah dalam bank tersebut yang mana jika tidak segera mendapatkan solusi maka akan berdampak bahaya pada bank. NPL yang juga dikenal