BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.2 Hasil Pengujian dan Analisis Data
5.2.1 Hasil Pengujian Asumsi Klasik
5.2.1.2 Hasil Uji Multikolineritas
Unstandardized Residual
N 105
Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000
Std. Deviation ,19426168
Most Extreme Differences
Absolute ,111
Positive ,111
Negative -,043
Kolmogorov-Smirnov Z 1,163
Asymp. Sig. (2-tailed) ,134
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber : Output SPSS
5.2.1.2 Hasil Uji Multikolineritas
Uji Multikolinearitasi bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengujian Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Jika VIF < 10, nilai Tolerance > 0,1, dan Tolerance ≤ 1 maka tidak terjadi multikolinearitas Ghozali (2011: 105).
Hasil pengujian multikolonieritas atas penelitian ini dapat kita lihat pada Tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
a. Dependent Variable: Return saham
Sumber : Ouput SPSS
Seperti terlihat dalam Tabel 5.3, kelima variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi memiliki nilai Tolerance yang mendekati 1 dan VIF < 10, yang berarti tidak ada hubungan multikolinearitas antar masing-masing variabel independen dalam model regresi. Dari tabel dapat disimpulkan bahwa nila Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Minimum dimana nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 (atau dibawah 10) dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 (diatas 0,1).
Berdasarkan uji multikolonearitas , output pada Coefficient terlihat bahwa : 1. Variabel Capital Adequacy Ratio memiliki nilai TOL sebesar 0.766<1dan
nilai VIF sebesar 1.306<10 sehingga variabel CAR dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.
2. Variabel BOPO memiliki nilai TOL sebesar 0.811< 1dan nilai VIF sebesar 1.232<10 sehingga variabel BOPO dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.
3. Variabel NIM memiliki nilai TOL sebesar 0.696< 1dan nilai VIF sebesar 1.436<10 sehingga variabel NIM dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.
4. Variabel NPL memiliki nilai TOL sebesar 0.943< 1dan nilai VIF sebesar 1.060<10 sehingga variabel NPL dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.
5. Variabel LDR memiliki nilai TOL sebesar 0.814< 1dan nilai VIF sebesar 1.229< 10 sehingga variabel LDR dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.
5.2.1.3 Hasil Uji Autokolerasi
Menurut Imam Ghozali (2011: 110), Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan Periode t-1 (sebelumnya). Uji Autokorelasi pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji run test.
Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardize d Residual
Test Value(a) -,03226
Cases < Test Value 55 Cases >= Test Value 55
Total Cases 110
Number of Runs 61
Z ,958
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,338 a Median
Sumber : Output SPSS
Pendeteksian melalui hasil uji Runs Test (lihat Tabel 5.6), yang menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi (p-value = 0,338 > 0,05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil regresi yang digunakan dalam penelitian ini, tidak terjadi pelanggaran asumsi autokorelasi.
5.2.1.4 Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui pengamatan grafik dan/atau uji statistik. Pendeteksian gejala heteroskedatisitas secara statistic dapat dilihat dari hasil Uji Spearman’s Rho yang disajikan dalam Tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.5
Hasil Uji Statistik Heteroskedatisitas Spearman’s Rho
Correlations
ROA Correlation
Coefficient .371** .153 .402** .227* .112 1.000 .694**
Sig. (2-tailed) .000 .120 .000 .020 .254 . .000
N 105 105 105 105 105 105 105
Unstan dardize d Residu al
Correlation
Coefficient -.101 .012 -.013 -.054 .042 .694** 1.000 Sig. (2-tailed) .307 .901 .898 .584 .668 .000 .
N 105 105 105 105 105 105 105
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber : Output SPSS
Hasil Spearman’s ho menunjukkan bahwa signifikansi kelima variabel independen (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan dan Loan to Deposit Ratio) di atas 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini, terbebas dari dari gejala heteroskedastisitas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan grafik dan uji statistik, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari gejala heteroskedastisitas.
5.3. Pengujian Hipotesis Pertama 5.3.1.Uji Regersi Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi. Uji regresi berganda telah dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai koefisien regresi dari variabel Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio dan yang diregresikan dengan Return Saham.
Return Saham = 0.005 + 0,433 Capital Adequacy Ratio – 0.016 Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional + 0,130 Net Interest Margin + 0.68 Non Performing Loan + 0,356 Loan to Deposit Ratio
Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik Regresi Berganda Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .005 .061 -.088 .930
CAR .433 .117 .355 3.693 .000
BOPO -.016 .008 -.181 -1.936 .056
NIM .130 .036 .363 3.598 .001
NPL .068 .026 .223 2.574 .012
LDR .356 .292 .114 1.622 .025
a. Dependent Variable: Return Saham
Dari penelitian ini, model empirik yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Y= 0.05 + 0.433 X1- 0.016 X2+ 0.130 X3 + 0.068 X4+0.356 X5
Dari hasil regresi tersebut menunjukkan bahwa fungsi linier dalam menjelaskan variabel independennya terhadap dependennya ada dua kemungkinan bila menggunakan uji dua arah. Tanda positif menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang terjadi antara variable independen dengan dependen, sedangkan tanda
negative menunjukkan terdapat hubungan yang negative antara variabel Independen dengan dependen.
1. Konstanta (a= 0.05), mengindikasikan bahwa apabila semua variabel independen diasumsikan konstan atau sama dengan nol maka Return On Assets adalah sebesar 5%.
2. Capital Adequacy Ratio (b= 0,433) mengindikasikan Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif terhadap Return saham dan setiap kenaikan Capital Adequacy Ratio sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan Return saham sebesar 0.433, dengan asumsi variable independen lainnya dianggap konstan.
3. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (b= -0,016), mengindikasikan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif terhadap Return saham dan setiap kenaikan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebesar 1% akan diikuti dengan penurunan Return saham sebesar -0,016%, dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan.
4. Net Interest Margin (b=0,240), mengindikasikan NIM berpengaruh positif terhadap Return saham dan setiap kenaikan NIM sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan Return saham sebesar 0,130%, dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan.
5. Non Performing Loan (b= 0.068), mengindikasikan Non Performing Loan berpengaruh positif terhadap Return saham dan setiap kenaikan Non Performing Loan sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan Return saham sebesar 0.068%, dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan.
6. Loan to Deposit Ratio (b= 0.356), mengindikasikan Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap Return saham dan setiap kenaikan Loan to Deposit Ratio sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan Return saham sebesar 0.356%, dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan.
Variabel independen yang paling besar pengaruhnya terhadap Return saham adalah Capital Adequacy Ratio, sedangkan variabel independen yang paling kecil pengaruhnya terhadap Return assets adalah Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional.
5.3.2.Analisis Korelasi Ganda (R)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah 0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang 0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan disajikan sebagai berikut:
Tabel. 5.7 Hasil analisis korelasi ganda
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .786a .618 .262 .20228
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, NPL, BOPO, NIM b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,786. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return saham.
5.3.3.Uji Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen.
Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau
variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100%
variasi variabel dependen.
Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan disajikan sebagai berikut:
Tabel.5.8 Hasil analisis determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .786a .618 .262 .20228
a. Predictors: (Constant), CAR,BOPO,NIM,NPL,LDR b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,618 atau (61,8%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap variabel dependen Return saham sebesar 61,8%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio mampu menjelaskan sebesar 61,8%
variasi variabel dependen Return saham. Sedangkan sisanya sebesar 38,2%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
5.3.4. Uji Statistik Simultan ( Uji F )
Uji Simultan bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model secara simultan terhadap variabel dependen. Uji Simultan (Uji Statistik F) telah dilakukan untuk menguji
pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit secara simultan terhadap Return saham perbankan pada periode 2013-2017. Hasil uji statistik F (lihat Tabel 5.9) menunjukkan bahwa kombinasi dari kelima variabel independen (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio) signifikan secara statistik dalam memprediksi Return saham, p-value = 0,000 < α 0,05. Dari Tabel 5.9 diketahui bahwa secara keseluruhan model regresi cocok dengan data dalam memprediksi Return saham, F hitung = 8.402 (df1 = 5, df2 = 99) > F tabel = 2,31. Dari hasil Uji Statistik F, dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan Deposit Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return saham.
Tabel 5.9 Hasil Uji-F Hipotesis Pertama ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.719 5 .344 8.402 .000b
Residual 4.051 99 .041
Total 5.770 104
a. Dependent Variable: Return Saham
b. Predictors: (Constant), LDR, CAR, NPL, BOPO, NIM Sumber : Output SPSS
5.3.5. Uji Statistik Parsial (Uji t)
Uji Parsial bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi dalam variabel dependen.
Uji Parsial (Uji Statistik t) telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio secara parsial
terhadap Return saham perbankan pada periode 2013-2017. Hasil uji statistik t ditampilkan pada Tabel 5.9 berikut ini:
Tabel 5.10 Hasil Uji Statistik Parsial Coefficientsa
Model t
Siginifikan Keterangan Capital Adequacy Ratio 3.693 0.000 Signifikan (p <0,05) Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional
-1.936 0.056 Tidak Signifikan (p
>0,05)
Net Interest Margin 3.598 0.001 Signifikan (p <0,05) Non Performing Loan 2.574 0.012 Signifikan (p <0,05) Loan to Deposit Ratio 1.622 0.025 Signifikan (p <0,05)
Sumber : Output SPSS
Hasil uji Statistik parsial (t) dalam Tabel 5.9 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (X1) terhadap Return saham (Y)
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X1 Capital Adequacy Ratio (CAR ) = 3.693 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X1 (3.693) > t-tabel (1.66) dan p-value (0.000) >0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara variable Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return saham . Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka Return saham yang diperoleh bank akan semakin besar karena semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin baik kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya resiko kerugikan usahanya sehingga kinerja bank juga meningkat
2). Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X2) terhadap Return saham (Y)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X2 (BOPO) = -1.936 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.056. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X2 (-1.936 ) > t-tabel (1.66) dan p-value (0.056) > 0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti ada hubungan negatif dan tidak signifikan antara variable Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Return saham. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin besar Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional maka Return saham yang diperoleh bank akan semakin kecil karena semakin besar Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional maka semakin rendah kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya resiko kerugikan usahanya sehingga kinerja bank juga menurun. Nilai Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional yang lebih tinggi akan memberikan Return saham yang lebih rendah.
3). Pengaruh Net Interest Margin (X3) terhadap Return saham(Y)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung Net Interest Margin(X3) = 3.598 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.001. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X3 (3.598 ) >
t-tabel (1.66) dan p-value (0.001) <0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara variable Net Interest Margin (NIM) dan Return saham. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin besar Net Interest Margin (NIM) maka Return saham yang diperoleh bank akan semakin besar karena semakin besar Net Interest Margin maka dengan demikian Net Interest Margin berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On Assets bank. Hasil pengujian mengindikasikan jika NIM meningkat, maka Return saham juga meningkat.
4). Pengaruh Non Performing Loan (X4) terhadap Return saham (Y)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung Non Performing Loan(X4) = 2.574 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.012. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X4 (2.574)
> t-tabel (1.66) dan p-value (0.012) <0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara variable Non Performing Loan (NPL) dan Return saham. Hal ini berarti Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan positif terhadap Return saham bank. Hasil penelitian ini mengindikasikan jika Non Performing Loan tinggi, maka Return saham akan tinggi
5). Pengaruh Loan to Deposit Ratio (X5) Terhadap Return On Assets (Y) Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung Loan to Deposit Ratio (X5) = 1.922 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.025. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66) dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X5 (1.922) <
t-tabel (1.66) dan p-value (0.025) > 0.05 pada sisi positif maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara variable Loan to Deposit Ratio dan Return On Assets. Dengan demikian maka diperoleh adanya pengaruh yang signifikan dari variabel Loan to Deposit Ratio terhadap Return saham. Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif, signifikan artinya semakin tinggi Loan to Deposit Ratio maka laba perusahaan mempunyai kemungkinan untuk naik.
5.4. Pengujian Hipotesis Kedua (Moderated Regression Analysis)
Menurut Ghozali (2013), variabel moderating adalah variabel independen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel Performance Keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets diduga merupakan variabel moderating yang diprediksi memiliki pengaruh moderasi terhadap hubungan Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Returns saham. Pengujian variabel moderating dengan persamaan regresi dapat dilakukan dengan tiga cara yakni (1) uji interaksi, (2) uji selisih mutlak dan (3) uji residual. Seperti yang dinyatakan dalam Bab IV, penelitian ini akan mengimplementasikan uji residual dalam menguji pengaruh moderasi dari
Z = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e ...(1)
│e│ = a+ bY………(2) Persamaan regresi pertama dibuat untuk mendapatkan nilai residual dari hasil regresi variabel independen (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return Saham. Kemudian nilai residual yang diperoleh melalui persamaan regresi pertama tersebut akan dibuat ke dalam nilai absolutnya sehingga diperoleh nilai absolut residual (| e |). Langkah selanjutnya adalah meregresikan Return On Assets terhadap nilai absolut residual menggunakan persamaan regresi kedua. Jika berdasarkan hasil uji residual diperoleh nilai koefisien parameter ln Return On Assets bertanda negatif dan tingkat probabilitas signifikansinya < 0,05, maka variabel Return On Assets dapat dinyatakan sebagai variabel moderating. Hasil analisis regresi dengan menggunakan persamaan regresi pertama disajikan pada Tabel 5.10 berikut ini:
Tabel 5.11 Hasil Uji Statistik Regresi Capital adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non
Performing Loan, Loan to Deposit Ratio Terhadap Return On Assets
Coefficients
a Dependent Variable: Return On Assets
Sumber : Output SPSS
Dari hasil analisis regresi pada tabel diatas, maka persamaan regresi pertama dapat diformulasikan sebagai berikut:
Return On Assets = 3,091 + 4,721 Capital Adequacy Ratio + 0,636 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional + 15,881 Net Interest Margin + 4,555 Non Performing Loan + 27,710 Loan to Deposit Ratio.
Hasil analisis regresi dengan menggunakan persamaan regresi kedua disajikan pada Tabel 5.11 berikut ini:
Tabel 5.12 Hasil Uji Residual Return On Assets Terhadap Nilai Absolut Residual
Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta B
Std.
Error
1 (Constant) ,161 ,015 -10,537 ,000
Return On
Assets -,669 ,045 ,818 14,770 ,000
a Dependent Variable: Moderate
Dari hasil analisis regresi pada tabel diatas, maka persamaan regresi kedua dapat diformulasikan sebagai berikut:
| e | = 0,161 -0,669 Return Saham
Berdasarkan hasil uji residual pada Tabel 5.11, mengindikasikan bahwa variabel Return On Assets berdampak signifikan dan nilai koefisien parameternya negatif dalam memoderasi pengaruh Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return saham (b = -0,669; p = 0,000 < 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Return on Assets adalah variabel moderating yang dapat memperkuat pengaruh Capital Adequacy Ratio, Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return saham.
5.5. Pembahasan Pengujian Hipotesis Pertama
1. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017
Return saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Secara umum return saham adalah pengembalian hasil atau laba yang diperoleh dari kepemilikan saham yang dimilikinya atas investasi yang dilakukan berupa dividen dan capital gain (loss) serta besarnya dinyatakan dalam suatu tingkat persentase tahunan.
Dari hasil analisa memperlihatkan bahwa nilai F-hitung = 8.402 dengan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai F-tabel = 2.31 terbukti bahwa F-hitung (8.402 ) > F-tabel (2.31) dan p-value (0.000) < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan, ke-4 variabel bebas (Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio) kecuali BOPO berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Return saham) , Dari hasil analisa juga memperlihatkan bahwa nilai r-square = 0.618, hal ini berarti besarnya pengaruh serentak (simultan) dari ke-5 variabel bebas terhadap variabel terikat Y (Return saham) adalah sebesar 0.618 x 100%
= 61,8 %. Dengan kata lain, sebesar 61,8 % Return Saham dapat dijelaskan oleh ke-5 variabel bebas ((Capital Adequacy Ratio, Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung Capital Adequacy Ratio (CAR)= 3.693 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.66 dan sig- =0.05, dapat diketahui bahwa t-hitung X1 (3.693) > t-tabel (1.66) dan p-value (0.000)
>0.05. Hasil analisis ini tidak memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value < 0.05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (Return Saham)
Capital Adecuacy Ratio adalah rasio yang memperhitungkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain).ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber–
sumber diluar bank, seperti masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain.
Dengan kata lain Capital Adequancy Rasio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Variabel Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif terhadap Return On Assets perusahaan, hal tersebut menunjukkan bahwa perbankan sudah optimal melakukan fungsi intermediasinya, karena dengan modal yang besar, perbankan dapat menghasilkan profitabilitas dari penyaluran kredit yang diharapkan.
Hasil penelitian mengenai pengaruh perubahan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return saham (ROA) menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian Werdaningtyas (2002), Suryono (2005), Markusiwati (2007), Yuliani (2007), Rinawan (2009) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin (2005) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Rahman (2013) mengenai Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja Perusahaan Pembiayaan yang Go Pubic di Bursa Efek Indonesia dimana Capital Adequacy Ratio, berpengaruh positif terhadap Return Saham.
2. Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X2) terhadap Return Saham (Y)
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X2 (BOPO) = -1.936 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.056. Jika dibandingkan dengan
Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X2 (BOPO) = -1.936 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0.056. Jika dibandingkan dengan