VARIABEL MODERATING TAHUN 2013-2017
TESIS
OLEH:
LASRINI SIREGAR 167017077
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
VARIABEL MODERATING TAHUN 2013-2017
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
Oleh :
LASRINI SIREGAR 167017077/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN
PERFORMANCE PERBANKAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING
TAHUN 2013-2017
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian- bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai kaidah, norma dan etika penulisan karya ilmiah.
Demikianlah pernyataan ini penulis perbuat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya
Medan, Januari 2019 Penulis
Lasrini Siregar
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Keulana Erwin, SE, M.Si, Ph.D, Ak,CA
2. Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA 3. Dr Rina Bukit, M.Si, Ak, CA
4. Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA
Universitas Sumatera Utara
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan To Deposit Ratio terhadap Return Saham dan menguji pengaruh Kinerja Keuangan Perbankan yang diproksikan dengan Return on Asset sebagai variabel moderating dalam memoderasi hubungan antara Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan To Deposit Ratio terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang diproksikan dengan Return on Asset. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kausal Komparatif (Causal Comparative Research). Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 sampai 2017. Sebanyak 21 bank yang terpilih menjadi sampel melalui proses pengambilan sampel dengan metode sistematik random sampling. Analisis regresi linier berganda diaplikasikan pada data panel yang berisi rasio kinerja keuangan perbankan pada periode 2013-2017. Uji residual diaplikasikan untuk menguji pengaruh moderasi dari variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Uji F, secara simultan variabel Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan To Deposit Ratio berpengaruh terhadap Return Saham. Hasil Uji t menunjukkan bahwa secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan To Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap Return Saham. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif terhadap Return on Saham. Hasil uji residual menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Perbankan yang diproksikan dengan Return on Asset mampu memoderasi hubungan antara Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin , Non Performing Loan , Loan To Deposit Ratio dengan Return Saham.
Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan To Financial Ratio, Return Saham, Return on Asset, Kinerja Keuangan Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Ratio, Operational Load toward Operational Earnings; Net Interest Margin, Non- Performing Loan, and Loan to Deposit Ratio on Stock Return, and to examine the influence of Banking Financial Performance proxied with Return on Asset as moderating variable in moderating the correlation of Capital Adequacy Ratio, Operational Load toward Operational Earnings, Net Interest Margin, Non- Performing Loan, Loan to Deposit Ratio with Banking Financial Performance proxied with Return on Asset. The research used causal comparative research method. The population was the Banks listed in BEI (Indonesia Stock Exchange) in the period of 2013-2017, and 21 of them were used as the samples, taken by using systematic random sampling technique. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis which was applied in the panel of data containing banking financial performance in the period of 2013-2017. Residual test was applied to test the influence of moderation of moderating variable. The result of F-test showed that, simultaneously, the variables of Capital Adequacy Ratio, Operational Load toward Operational Earnings, Net Interest Margin, Non- Performing Loan, and Loan to Deposit Ratio had the influence on Stock Return.
The result of t-test showed that, partially, the variables of Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Non-Performing Loan, and Loan to Deposit Ratio had positive influence on Stock Return. Operational Load toward Operational Earnings had negative influence on Stock Return. The residual test showed that Banking Financial Performance proxied with Return on Asset could moderate the correlation of Capital Adequacy Ratio and Operational Load toward Operational Earnings, Net Interest Margin, Non-Performing Loan, and Loan to Deposit Ratio with Stock return.
Keywords: Capital Adequacy Ratio, Operational Load toward Operational Earnings, Net Interest Margin, Non-Performing Loan, Loan to Financial Ratio, Stock Return, Return on Asset, Banking Financial Performance
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan Judul ”Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Performance Keuangan Sebagai Variabel Moderating Tahun 2013- 2017”.
Dalam penelitian tesis ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera tara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Erlina, SE, MSi., Ph.D., Ak., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan penelitian yang lebih baik.
4. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE., M.Si., Ak, CA selaku sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen Pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan kepada penulis.
5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,CPA selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Keulana Erwin, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Bapak Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak ,CA selaku pembanding yang telah memberikan masukan, saran, dan berbagai pertimbangan yang sangat membangun dan sangat berharga dalam penyusunan tesis ini.
8. Ibu Dr.Rina Bukit, M.Si, Ak, CA, selaku pembanding yang telah memberikan masukan, saran, dan berbagai pertimbangan yang sangat membangun dan sangat berharga dalam penyusunan tesis ini, selaku pembanding yang telah memberikan masukan, saran, dan berbagai pertimbangan yang sangat membangun dan sangat berharga dalam penyusunan tesis ini
9. Seluruh staf pengajar dan administrasi Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu pengetahuan dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti selama menyelesaikan tesis ini.
10. Teristimewa untuk orang tua peneliti kasihi dan hormati Ibu S.Gultom yang terus mendorong, mendoakan, mendukung dan semangat yang berarti kepada peneliti dalam menjalani pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
Hanya doa dan ucapan syukur yang dapat penulis ucapkan, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara, dan tema-teman sekalian. Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Januari 2019 Peneliti,
Lasrini Siregar
Nama : Lasrini Siregar
Alamat : P. Budiman 1, dusun V, Kec. Sei Rampah,
Kab. Serdang Bedagai Tempat/ Tanggal Lahir : Sei Rampah, 23 April 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2017- 2019 : Program Magister Akuntansi (S2) Universitas Sumatera Utara, Medan
Tahun 2009- 2013 : Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman (S1), Universitas Negeri Medan
Tahun 2009-2013 : Program Studi Ekonomi Akuntansi (S1), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan, Medan
Tahun 2005- 2008 : SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2002- 2005 : SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 1996-2002 : SD Negeri 102016 Sei Rampah PENGALAMAN KERJA
Tahun 2014 : HRD Fa. INDOMAS
Tahun 2015- sekarang : Ass. SME Risk Manager PT. Bank Mandiri Persero, Tbk
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... I 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 ManfaatPenelitian ... 13
1.5 Originalitas Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1 Landasan Teori ... 16
2.1.1 Teori Keagenan... 16
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory) ... 17
2.1.3 Kinerja Saham ... 18
2.1.4 Laporan Keuangan Perbankan ... 20
2.1.5 Return On Assets ... 21
2.1.6 Capital Adequacy Ratio ... 22
2.1.7 Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) ... 24
2.1.8 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional ... 25
2.1.9 Net Interest Margin ... 27
2.1.10 Non Performing Loan ... 28
2.1.11 Loan to Deposit Ratio ... 28
2.1.13 Performance Perbankan ... 30
2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 33
3.1 Kerangka Konsep ... 33
3.2 Hipotesis ... 37
BAB IV METODE PENELITIAN ... 38
4.1 Jenis Penelitian ... 38
4.2 Lokasi Penelitian ... 38
4.3 Populasi dan Sampel ... 39
4.4 Jenis dan Sumber Data ... 40
4.5 Metode Pengumpulan Data ... 40
4.6 Defenisi Operasional ... 40
4.7 Metode Analisis Data ... 44
4.7.2.2 Uji Heteroskedatisitas ... 46
4.7.2.3 Uji Multikolineritas ... 47
4.7.2.4 Uji Autokorelasi ... 48
4.7.3 Pengujian Hipotesis Pertama ... 49
4.7.3.1 Uji Regresi Berganda ... 49
4.7.3.2 Uji Koefisien Determinasi ... 50
4.7.3.3 Uji Statistik Simultan (Uji F) ... 52
4.7.3.4 Uji Statistik Parsial (Uji t) ... 52
4.7.4 Pengujian Hipotesis Kedua ... 53
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
5.1 Hasil Penelitian ... 55
5.1.1 Uji Statistik Deskripsi ... 55
5.2 Hasil Pengujian dan Analisis Data ... 60
5.2.1 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 60
5.2.1.1 Hasil Uji Normalitas ... 60
5.2.1.2 Hasil Uji Multikolineritas ... 62
5.2.1.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 64
5.2.1.4 Uji Heteroskedatisitas ... 65
5.3 Pengujian Hipotesis Pertama ... 66
5.3.1 Uji Regresi Berganda... 66
5.3.2 Analisis Korelasi Ganda ® ... 69
5.3.3 Uji Koefisien Determinasi ... 70
5.3.4 Uji Statistik Simultan (Uji F)... 71
5.3.5 Uji Statistik Parsila (uji t) ... 72
5.4 Pengujian Hipotesis Kedua (Moderated Regression Analysis) ... 76
5.5 Pembahasan Pengujian Hipotesis Pertama ... 79
5.5.1 Pengujian Hipotesis Kedua ... 88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 90
6.1 Kesimpulan ... 90
6.2 Keterbatasan Penelitian ... 91
6.3 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
LAMPIRAN ... 97
Tabel 1.1 Performance Bank Umum ... 8
Tabel 1.2 Originalitas Penelitian ... 15
Tabel4.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 39
Tabel 4.2 Defenisi dan Pengukuran Variabel ... 43
Tabel 5.1 Deskripsi Penelitian ... 56
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas ... 62
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolineritas ... 63
Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 64
Tabel 5.5 Hasil Uji Statistik Heteroskedatisitas Speramans Rho ... 65
Tabel 5.6 Hasil Uji Statistika Regresi Berganda ... 67
Tabel 5.7 Hasil Analisa Korelasi Ganda ... 70
Tabel 5.8 Hasil Analisa Determinasi ... 71
Tabel 5.9 Hasil Uji-F Hipotesis Pertama ... 72
Tabel 5.10 Hasil Uji Statistik Parsial ... 73
Tabel 5.11 Hasil Uji Statistik Regresi 5V Terhadap ROA ... 77
Tabel 5.12 Hasil Uji Residual ROA Terhadap Nilai Absolu ... 78
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Performance Bank Umum ... 8
Tabel 1.2 Originalitas Penelitian ... 15
Tabel4.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 39
Tabel 4.2 Defenisi dan Pengukuran Variabel ... 43
Tabel 5.1 Deskripsi Penelitian ... 56
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas ... 62
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolineritas ... 63
Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 64
Tabel 5.5 Hasil Uji Statistik Heteroskedatisitas Speramans Rho ... 65
Tabel 5.6 Hasil Uji Statistika Regresi Berganda ... 67
Tabel 5.7 Hasil Analisa Korelasi Ganda ... 70
Tabel 5.8 Hasil Analisa Determinasi ... 71
Tabel 5.9 Hasil Uji-F Hipotesis Pertama ... 72
Tabel 5.10 Hasil Uji Statistik Parsial ... 73
Tabel 5.11 Hasil Uji Statistik Regresi 5V Terhadap ROA ... 77
Tabel 5.12 Hasil Uji Residual ROA Terhadap Nilai Absolu ... 78
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perbankan adalah lembaga keuangan yang berperan sangat vital dalam aktivitas perekonomian didalam suatu negara. Perbankan sangat berkaitan dengan bank, yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam ekonomi dunia yang modern sekarang ini, masyarakat sangat bergantung kepada bank. Ini bisa kita lihat dengan semakin banyaknya masyarakat berbisnis, berinvestasi dan menyimpan melalui jasa perbankan. Sesuai dengan pengertian bank dalam PSAK 31 bank didefinisikan sebagai suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak- pihak yang memiliki kelebihan (surplus unit)dengan pihak-pihak yang yang memerlukan dana (defisit unit). Dana dari masyarakat yang diterima oleh bank dalam bentuk simpanan (Taswan:2013), memberikan pinjaman kepada masyarakat dan dunia usaha pada umumnya, memberi akseptasi atas berbagai bentuk surat utang yang disampaikan pada bank tersebut serta menerbitkan cek.
Performance ataupun kinerja perbankan merupakan gambaran kesuksesan yang dicapai bank dalam kegiatan operasionalnya, yang menyangkut faktor keuangan, pemasaran, penghimpunan dana maupun sumber daya manusianya.
Performance bank dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank yang terkait. Tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari faktor modal minimum (CAR), kualitas aktiva produktif (KAP), manajemen, kemampuan menghasilkan keuntungan dan kemampuan melunasi kewajiban (likuiditas). Salah satu pihak yang perlu
mengetahui kinerja dari sebuah bank adalah investor sebab semakin baik kinerja bank tersebut maka jaminan keamanan atas dana yang diinvestasikan juga semakin besar. Hal tersebut mempengaruhi iklim investasi pasar modal dibidang perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung Dengan menggunakan rasio keuangan, investor dapat mengetahui kinerja suatu bank. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muljono bahwa perbandingan dalam bentuk rasio menghasilkan angka yang lebih obyektif, karena pengukuran kinerja tersebut lebih dapat dibandingkan dengan bank-bank yang lain ataupun dengan periode sebelumnya. Kinerja perusahaan dapat dilihat melalui berbagai macam variable atau indikator. Variabel atau indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Ikatan Akuntansi Indonesia (2009).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain (Prabowo,2014). Semakin tinggi risiko, maka risk marginnya juga tinggi, hal ini akan menurunkan tingkat pendapatan sehingga mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan (Andreani & Marya, 2013). Capital Adequacy Ratio yang cukup atau memenuhi ketentuan, bank tersebut dapat beroperasi sehingga menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi Capital Adquacy Ratio semakin baik performance suatu bank.
Pendekatan yang umum digunakan dalam industri untuk mengukur efisiensi operasional adalah pendekatan akuntansi (accounting approach) dengan
menggunakan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
Rasio BOPO ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional atau bisa dikatakan bahwa manajemen bank kurang efisien dalam mengendalikan biaya yang sifatnya controlable.
Net Interest Margin merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif (Pandia:2012). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan pembiayaan terutama dalam hal pengelolaan aktiva produktif sehingga bisa menghasilkan laba bersih. NIM memiliki hubungan positif dengan perubahan laba yang berarti bahwa apabila rasio NIM meningkat maka perubahan laba yang dihasilkan juga akan meningkat (Aini, 2013). Dengan demikian, NIM mempengaruhi laba-rugi bank yang juga akan berpengaruh pada performance bank.
Rasio Non Performing Loan (NPL) adalah adalah perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang berarti jumlah kredit bermasalah semakin besar, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Untuk penilaian bank, besarnya Rasio Non Performing Loan (NPL) maksimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 5%.
Menurut penelitian Warsa Loan to Deposit Ratio dengan istilah Banking Ratio dan menyatakan bahwa rasio tersebut dipergunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kepada para penyimpan dana dengan jaminan pinjaman yang diberikan. Berdasarkan Peraturan Bank Indoneisa (PBI) Nomor.12/19/PBI/2010 , tingkat LDR yang dianggap sehat oleh Bank Indonesia adalah berkisar antara 78% s/d 100%..
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan, dalam tiga tahun terakhir tingkat profitabilitas perbankan terus menurun. salah satu penyebab menurunnya profitabilitas bank akibat margin bunga yang lemah karena tren penurunan bunga kredit. Profitabilitas bank itu cenderung turun karena margin dari penyaluran kredit yang lemah, ditambah masih tingginya rasio kredit bermasalah. Juga ada regulasi ketat dari OJK dan Bank Indonesia. Menurunnya profitabilitas perbankan, digambarkan melalui penurunan tingkat keuntungan dari aset (return on assets/ ROA) perbankan dalam 3 tahun terakhir. ROA mengukur kemampuan suatu bank menghasilkan keutungan dari aset yang dimilikinya.
Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah menghasilkan profit yang tinggi (Rekarti, 2016).
Semakin tinggi ROA berarti rasio profitabilitas bank semakin baik atau produktivitas asetnya tinggi dimana bank beraset besar atau Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV, perolehan ROA pada Desember 2015 mencapai 4%.
Tapi kemudian turun ke kisaran 2,5%-3% pada bulan Desember 2016, lalu stagnan di kisaran 3% pada September 2017 (Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 2017).
Rasio profitabilitas atau Return On Asset (ROA) bank swasta tercatat lebih rendah dari bank BUMN. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Juni 2018, ROA bank swasta 1,97% atau lebih rendah dibandingkan dengan ROA bank BUMN 2,94%. Rasio profitabilitas bank swasta yang lebih rendah dibandingkan bank BUMN ini karena kenaikan laba bersih bank swasta yang lebih rendah dibandingkan bank BUMN. Tercatat sampai Juni 2018, laba bersih bank swasta naik 1,1% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 62,7 triliun dari periode 2017 yang sebesar Rp 62,1 triliun. Untuk bank BUMN, sampai Juni 2018 laba bersihnya naik 17,26% yoy menjadi Rp 86,6 triliun naik dari periode sama tahun 2017 yang sebesar Rp 73,9 triliun.
Perbedaan rasio profitabilitas ini akibat kemampuan funding masing masing bank berbeda. Selain itu rasio ROA bank juga dipengaruhi oleh efisiensi jaringan kerja dan kemampuan mengumpulkan dana murah dari masyarakat. Untuk BCA, sampai Juni 2018 ROA tercatat 3,6% atau lebih rendah dibandingkan periode sama 2017 3,7%. Rasio profitabilitas BCA per Juni 2018 ini lebih tinggi dibanding rata rata industri perbankan 2,43% atau bahkan dibandingkan ROA bank BUMN 2,94%. (Kartika, 2018).
Alasan peneliti menggunakan ROA sebagai alat ukur karena ROA menggambarkan seberapa besar pengelolaan atau penggunaan aset sebuah perusahaan untuk menghasilkan laba, dengan melihat seberapa besar laba bersih setelah pajak yang dihasilkan maka pihak manajemen dapat memilih apakah laba tersebut akan dibagikan sebagai dividen atau tidak.
Menurut Munawir dalam Novita (2016), Return On Asset (ROA) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber
daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Asset merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Return on Asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya apabila return on asset (ROA) yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba.
Berdasarkan analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Kelebihan ROA diantaranya ROA (1) mudah
dihitung dan dipahami, (2) merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitive terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan, (3) manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan laba yang maksimal , (4) sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan assets yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba, (5) mendorong tercapainya tujuan perusahaan, (6) sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan manajemen.
Menurut Suad, Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan-perusahaan multinasional khususnya jika dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasi2. Return On Asset bank juga digunakan untuk mengetahui hubungan antara organisasi dan kinerja keuangan bank-bank retail, sehingga strategi organisasi dalam rangka menghadapi persaingan yang semakin ketat dapat diformulasikan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA diukur dari perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva ). Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat3. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan angka Return On Assets (ROA) minimal sebesar 1,5 %, agar bank tersebut dapat dikatakan dalam kondisi sehat
Dilihat dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) edisi Juni 2018, tren perkembangan performance perbankan secara umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Performance Bank Umum Periode: Desember 2013- Desember 2017
(dalam milliar rupiah)
Indikator 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Bank 120 119 118 116 115
Kantor Bank 31.847 32.739 32.949 32.730 32.285
Return On Assets 3.08 2.85 2.32 2.23 2.21
Capital
Adequacy Ratio
18.13 19.57 21.39 22.93 23.18
BOPO 74.08 76.29 81.49 80.22 78.64
NIM 4.89 4.23 5.39 5.63 5.32
Non Performing Loan
58.175 79.306 100.655 127.355 122.670 Loan to Deposit
Ratio
89.70 89.42 92.11 90.70 90.04
Return Saham Finance (JKFINA)
540,21 731,64 687,04 811,89 1,140,84
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Otoritas Jasa Keuangan, Vol 16, No.7, Juni 2018
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah bank umum dari tahun 2013 hingga tahun 2017 mengalami penurunan 4,16%. Di sisi lain adanya peningkatan 1,37% dalam jumlah kantor bank. Ini berdampak bahwa bank ingin memberikan layanan terbaik kepada nasabahnya dengan meningkatan jumlah kantor bank. Peningkatan jumlah kantor bank yang tidak sejalan dengan penurunan jumlah bank, dapat diakibatkan karena pencabutan ijin usaha bank, pembekuan kegiatan usaha bank dan adanya merger atau akuisisi. Secara umum perusahaan perbankan ingin tetap meningkatkan performance, namun rasio Return On Assets dari Desember 2013- Desember 2017 mengalami penurunan 20,45%.
Capital Adequacy Ratio mengalami peningkatan 27,85%. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional mengalami penurunan 1,96%. Net Interest Margin mengalami peningkatan 8,79%. Non Performing Loan mengalami peningkatan 110,86%. Loan to Deposit Ratio mengalami peningkatan 0,37%. Dan
Return saham yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang tidak kosisten dengan peningkatan kinerja keuangan perbankan.
Penelitian terhadap pengaruh berbagai rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perbankan yang diproksikan dengan Return On Assets telah dilakukan oleh peneliti lainnya antara lain adalah Eng (2013), Stephani et al (2017), Yudiartini (2016), Warsa (2016), Indriasari (2014), Sochib (2016), Julaeha (2013), Mulatsih (2014), Rahman (2013), Munthe (2016),Mushtag (2015), Yuksel (2017),Enzihe (2013), Raharjo (2014). Beberapa rasio keuangan yang digunakan oleh peneliti terdahulu diantaranya Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio, Giro Wajib Minimum, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), Rasio Konsentrasi dan Return on Equity (ROE).
Berdasarkan penelitian Rahman (2013), Yudiartini (2016), Mulatsih (2014), Mushtag (2015), Enzihe (2013), Raharjo (2014), menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio secara statistic berpengaruh positif terhadap Return On Assets dan Yudiartini (2016), Warsa (2016) , Munthe (2016) menunjukkan Capital Adequacy Ratio berpengaruh negative terhadap Return On Assets bertentangan dengan penelitian Eng (2013), Indriasari (2014), Warsa (2016) yang mengungkapkan bahwa Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Hasil penelitian Stephani et al (2017), Sochib (2016) menunjukkan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional secara statistic berpengaruh positif terhadap Return On Assets dan penelitian Mulatsih (2014), Munthe (2016) mengungkapan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif terhadap Return On Assets.
Penelitian Beban Operasional dan Pendapatan Operasional tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eng (2013), Rahman (2013), Mulatsih (2014), Munthe (2016), Julaeha (2015) , Stephany et al (2017) menunjukkan bahwa Net Interest Margin berpengaruh positif terhadap Return On Assets sedangkan penelitian Indriasari (2014), menunjukkan bahwa Net Interest Margin tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Penelitian yang dilakukan Eng (2013), Rahman (2013), menunjukkan bahwa Non Performing Loan berpengaruh positif terhadap Return On Assets sedangkan menurut penelitian Yudiartini (2016), Mulatsih (2014), Warsa (2014) menunjukkan bahwa Non Performing Loan secara statistik berpengaruh negatif terhadap Return On Assets. Penelitian yang dilakukan Stepany et al (2017), Munthe (2016) menunjukkan bahwa Non Performing Loan tidak signifikan terhadap Return On Assets. Hasil penelitian yang dilakukan Rahman (2013), Eng (2013),Mulatsih (2014), Stepany et al (2017), Indriasary (2014), Julaeha (2015) menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap Return On Assets.
Hasil penelitian Yudiartini (2016), Warsa (2016) menunjukkan bahwa Loan to Deposit Rasio secara statistic berpengaruh negatif terhadap Return On Assets, sedangkan menurut Munthe (2016), Sochib (2016) bahwa Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh terhadap Return On Assets.
Permasalahan penelitian ini terjadi akibat berdasarkan table diatas terdapat hasil inkonsistensi antara kinerja keuangan dan return saham. Pada saat Kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA menurun, namun return saham mengalami peningkatan. Seperti yang kita ketahui bahwa jika performance keuangan baik akan menunjukkan return yang tinggi sedangkan jika performance
keuangan buruk, maka return yang diharapkan akan rendah. Penelitian tentang ROA yang dilakukan oleh Bukit (2012) yang menunjukkan hasil ROA tidak berpengaruh terhadap ROA. Menurut Farouque, et al (2005) dalam Sudiyatno dk (2012) menunjukkan bahwa nvestasi secara statistic cenderung berpengaruh positif walaupun tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA).
Penelitian ini mengangkat variabel return saham sebagai variabel moderating untuk melihat serta menganalisis bahwa variabel return saham dapat memperkuat hubungan antara rasio Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap performance keuangan. Penelitian ini berdasarkan replikasi dari penelitian Munthe (2016), perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dalam pemilihan variabel independen dan variabel dependen serta periode penelitian. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian sebelumnya paling berpengaruh terhadap performance bank. Variabel- variabel tersebut antara lain (Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR). Maka, perlu diuji kembali konsistensi dari variabel- variabel tersebut dalam mempengaruhi kinerja bank, serta return saham sebagai variabel moderating.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia dengan Performance Perbankan Sebagai Variabel Moderating Tahun 2013- 2017”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah rasio keuangan Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap pendapatan operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah performance keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets merupakan variabel moderating yang dapat memoderasi hubungan antara rasio keuangan (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio) dengan retun saham pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio keuangan (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio) terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh performance keuangan perbankan yang diukur dengan Return On Assets sebagai variabel moderating yang dapat memoderasi hubungan antara (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio) terhadap return saham
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan, penelitian ini diharapkan untuk memperkaya hasil penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi peneliti lain bilamana akan meneliti dengan topik yang sama
2. Bagi peneliti, melalui penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan, pelatihan khususnya mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia dengan performance keuangan perbankan sebagai variabel moderatingnya.
3. Bagi Objek Peneliti, penelitian ini mampu memberi masukan informasi kepada industri perbankan dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan strategi khususnya mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap return saham dengan performance keuangan sebagai variabel moderatingnya pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini dikembangkan dari penelitian sebelumnya yaitu Dame Fitria Munthe (2016) yang berjudul “ Analisis pengaruh rasio- rasio keuangan terhadap kinerja perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan pertumbuhan dana pihak ketiga sebagai variabel moderating”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (Capital
Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional terhadap Pendapatan Nasional, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum) berpengaruh signifikan terhadap performance keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonenesia yang diproksikan dengan Return On Assets periode 2011-2015 serta Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat berperan sebagai variabel moderating yang dapat memperkuat hubungan antara (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio dan Giro Wajib Minimum) terhadap Return On Assets.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Munthe (2016) adalah:
1. Variabel independen dalam penelitian Munthe (2016) adalah (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Funding Ratio (LFR) sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah (Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio)
2. Penelitian Munthe (2016) menggunakan variabel moderating yaitu pertumbuhan dana pihak ketiga sedangkan penelitian ini menggunakan variabel moderating yaitu Return On Assets
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Munthe (2016) secara singkat dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 1.2 Originalitas Penelitian No Keterangan Penelitian Terdahulu Peneliti 1 Variabel
Independen
1. Capital Adequacy Ratio 2. Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional
3. Net Interest Margin 4. Non Performing Loan 5. Loan to Funding Ratio 6. Giro Wajib Minimum
1. Capital Adequacy Ratio
2. Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
3. Net Interest Margin 4. Non Performing
Loan
5. Loan to Deposit Ratio
2 Variabel Dependen
Return On Assets Return Saham 3 Variabel
Moderating
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Return On Assets
4 Tahun Penelitian Tahun 2011-2015 Tahun 2013-2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan prinsipal sebagai pihak pemilik keduanya terikat dalam sebuah kontrak. Teori keagenan menjelaskan berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antara pemegang saham, kreditur dan manajer yang disebabkan adanya hubungan keagenan. Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Demikian juga dengan bank, secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services (Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006).
1. Agent of Trust
Sebagai lembaga keuangan yang memiliki kegiatan trust atau kepercayaan, disini bank menghimpun dana dari masyarakat yang dilandasi dasar kepercayaan, kemudian dana tersebut disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.
Bank juga percaya bahwa percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank
percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2. Agent of Development
Sebagai Agent of Development , tugas bank disini untuk pembangunan perekonomian masyarakat. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
3. Agent of Services
Bank berfungsi memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat yang berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan. Ketiga fungsi bank di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, dan juga berkaitan dengan teori agency diatas.
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut Brigham dan Hauston isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
Signalling theori menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Penggunaan teori signalling, informasi berupa ROA atau tingkat pengembalian terhadap aset atau juga seberapa besar laba yang didapat dari aset yang digunakan, dengan demikian jika ROA tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para investor, karena dengan ROA tinggi menunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya.
2.1.3 Kinerja Saham a. Pasar Modal
Secara umum pasar modal merupakan suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat- surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi- obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Menurut Husnan (2003), pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah publik authorities maupun perusahaan swasta. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pasar modal adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengumpulkan dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat.
b. Saham
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas yang bertujuan untuk memperoleh hasil berupa keuntungan dari penjualan saham tersebut. Menurut Mishkin (2001, 4), saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrument keuangan (Mishkin:
2001,4). Saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu Saham Biasa dan Saham Preferen.
c. Return Saham
Setiap investor pasti menginginkan return yang tinggi atas investasi yang dilakukannya. Menurut Jogiyanto (2007), return saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Secara umum return saham adalah pengembalian hasil atau laba yang diperoleh dari kepemilikan saham yang dimilikinya atas investasi yang dilakukan berupa dividen dan capital gain (loss) serta besarnya dinyatakan dalam suatu tingkat persentase tahunan. Adapun return saham dibedakan menjadi dua, yaitu (1) return realisasian merupakan return yang telah terjadi, (2) return
ekspektasian merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.
Return saham dapat dirumuskan sebagai berikut:
Return Saham = Pt- Pt-1 X 100%
Pt-1
Keterangan:
Pt = Harga saham pada tahun t Pt-1 = Harga saham pada tahun t-1
2.1.4 Laporan Keuangan Perbankan
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 14/14/ PBI/2012 bahwa:
‘dalam rangka transparansi kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan, yang terdiri atas: 1) laporan tahunan, 2) laporan keuangan publikasi triwulanan, 3) laporan keuangan publikasi bulanan, 4) laporan keuangan konsolidasi.” Maka dengan perkembangan terkini standar akuntansi keuangan, perbankan dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang akurat, komprehensif dan mencerminkan performance bank secara utuh. Baik buruknya kondisi suatu bank dapat tercermin dari kinerja keuangan bank yang terlihat dari laporan keuangan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang dinyatakan dalam PSAK No. I paragraph 10 (2012). Tujuan pembuatan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar penggunan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan dijadikan sebagai sumber utama untuk penilaian performance keuangan bank. Dasar dari dinilai nya performance keuangan dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan rasio keuangan. Laporan keuangan memperlihatkan situasi keuangan perusahaan saat itu, dari informasi yang dilampirkan tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai performance perusahaan. Bank merupakan lembaga yang mengandalkan kepercayaan, yaitu kepercayaan nasabah. Oleh karena itu laporan keuangan harus disusun semaksimal mungkin agar pihak-pihak pengguna laporan keuangan tidak meragukannya.
2.1.5 Return On Assets
Return on Assets merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan.
Rasio Return On Assets dapat dirumuskan sebagai berikut:
Return On Assets= Laba Sebelum Pajak x 100%
Rata-rata Total Aset
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Semakin tinggi Return On Assets menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena besarnya Return On Assets dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan perusahaan (Rekarti, 2016). Nilai Return On Assets yang semakin
mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap asset yang ada dapat menghasilkan laba. Return On Assets adalah rasio keuntungan bersih sebelum pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Return On Assets yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negative pula atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba, banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain.
Return On Assets menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Return On Assets digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dengan nilai ROA yang tinggi, maka bank dapat memberikan kredit untuk mendapatkan pendapatan. Dana yang dihimpun dari masyarakat oleh bank berkisar antara 80% - 90% dari total dana yang dikelola, sedangkan penyaluran kembali dalam bentuk kredit oleh bank sebesar 70% - 80%.
2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain (Prabowo,2014). Semakin tinggi risiko, maka risk marginnya juga tinggi, hal ini akan menurunkan tingkat pendapatan sehingga
mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan (Andreani & Marya, 2013). Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau mennghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan dan menyediakan dana bagi ekspansi dan menerima risk loss yang disebabkan olehh operasi bank (Buchory, 2014).
Capital Adequacy Ratio adalah rasio antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Ratio Capital Adequacy Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Capital Adequacy Ratio: Modal Bank x 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 mengenai penyediaan modal minimum ditetapkan paling rendah 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk bank dengan profil resiko peringkat satu. Dari peraturan Bank Indonesia tersebut termasuk bank dengan profil resiko peringkat satu dan tidak mempunyai peluang untuk memberikan kredit. Padahal kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit.
Capital Adequacy Ratio yang cukup atau memenuhi ketentuan, bank tersebut dapat beroperasi sehingga menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi Capital Adquacy Ratio semakin baik performance suatu bank. Besarnya modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap performance bank. Dalam prakteknya perhitungan Capital Adequacy Ratio yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal minimum Bank
(KPMM) tidaklah sederhana. KPMM adalah perbandingan antara modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko. Jumlah sektor perbankan yang semakin banyak menimbulkan persaingan yang sangat ketat sehingga berdampak pada performance keuangan yang rendah karena rendahnya kemampuan bank dalam menunjukkan kemampuannya, sehingga secara financial mayoritas bank banyak yang dinilai kurang baik.
Penetapan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank.
CAR menjelaskan sampai dimana penurunan asset bank masih bisa ditutupi dengan ekuitas bank yang dimiliki. CAR di atas 8% menunjukkan usaha bank yang semakin stabil, karena adanya kepercayaan masyarakat yang besar. Hal ini disebabkan karena bank akan mampu menanggung risiko dari aset yang berisiko.
2.1.7 Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dihitung berdasarkan aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative (tidak terdapat dalam neraca). Dari peraturan Bank Indonesia, dinyatakan bahwa asset tertimbang menurut resiko (ATMR) yang digunakan dalam perhitungan modal minimum terdiri dari:
a. ATMR untuk resiko kredit b. ATMR untuk resiko operasional c. ATMR untuk resiko pasar
Setiap bank wajib memperhitungkan ATMR untuk resiko kredit dan ATMR untuk resiko operasional. ATMR untuk resiko pasar hanya wajib diperhitungkan oleh Bank yang memenuhi kriteria tertentu. Terhadap masing-masing pos dalam
asset diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung pada asset itu atau golongan nasabah atau sifat bangunan.
2.1.8 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Pendekatan yang umum digunakan dalam industri untuk mengukur efisiensi operasional adalah pendekatan akuntansi (accounting approach) dengan menggunakan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
Beban operasional adalah beban yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas operasional (seperti beban bunga, beban tenaga kerja, beban pemasaran). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya. Meningkatnya biaya operasional, terutama overhead cost mempengaruhi besarnya tingkat suku bunga kredit (lending rate). Jika suku bunga kredit suatu bank tidak dapat bersaing dengan tingkat suku bunga pasar, maka alokasi dana perkreditan bank tersebut tidak dapat diserap oleh pasar sehingga dapat dipastikan bahwa bank tersebut akan menanggung biaya yang besar sehingga pada akhirnya akan merugikan bank
Berdasarkan lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 diketahui bahwa, “ Rasio beban Operasional terhadap pendapatan operasional merupakan perbandingan antara total beban operasional terhadap pendapatan operasional. Input yang digunakan dalam rasio ini adalah beban operasional, sedangkan output yang digunakan dalam rasio ini adalah pendapatan operasional”. Berdasarkan lampiran surat edaran Bank Indonesia
tersebut maka rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
Beban Operasional terhadap pendapatan operasional
= Beban Operasional X 100%
Pendapan operasional
Semakin rendah nilai rasio ini, semakin baik bank tersebut dalam memaksimalkan laba atas beban yang terjadi. Rasio BOPO ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau disebut dengan BOPO. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional atau bisa dikatakan bahwa manajemen bank kurang efisien dalam mengendalikan biaya yang sifatnya controlable.
Bank perlu mengetahui seberapa efektif penyaluran kredit bank yang salah satunya merupakan kegiatan operasional bank, maka digunakan rasio BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional). Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna.
2.1.9 Net Interest Margin
Net Interest Margin merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif (Pandia:2012). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan pembiayaan terutama dalam hal pengelolaan aktiva produktif sehingga bisa menghasilkan laba bersih. Rasio Net Interest Margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Net Interest Margin = Pendapatan Bunga Bersih X 100%
Rata- rata Aktiva Produktif
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets). Semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank semakin besar sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan performance bank yang semakin baik. Rasio Net Interest Margin (NIM) menggunakan angka patokan untuk NIM sebesar 6%. Besar kecilnya spread (net margin) tergantung kepada besarnya volum kredit yang disalurkan bank.
NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga bersih terhadap Outstanding Credit. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. NIM memiliki hubungan positif dengan perubahan laba yang berarti bahwa apabila rasio NIM meningkat maka perubahan laba yang dihasilkan juga akan meningkat (Aini, 2013). Dengan demikian, NIM mempengaruhi laba- rugi bank yang juga akan berpengaruh pada performance bank.
2.1.10 Non Performing Loan (NPL)
Rasio Non Performing Loan (NPL) adalah adalah perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang berarti jumlah kredit bermasalah semakin besar, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Untuk penilaian bank, besarnya Rasio Non Performing Loan (NPL) maksimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 5%.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 bahwa, “ Rasio Non Performing Loan yang disebut Rasio Non Performing Loan adalah rasio antara jumlah total kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan , dan macet terhadap total kredit.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka Rasio Non Performing Loan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Non Performing Loan = Total Kredit Bermasalah X 100%
Total Kredit Disalurkan
Menurut surat edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2015 bahwa kualitas kredit ditetapkan sebagai berikut:
1. Lancar yang berarti pembayaran nasabah tepat waktu
2. Dalam perhatian khusus yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga nasabah sampai dengan 90 hari
3. Kurang Lancar yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga nasabah yang telah melampaui 90 sampai dengan 120 hari
4. Diragukan yang berarti terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga nasabah yang telah melampaui 120 sampai dengan 180 hari
5. Macet yang berarti terdpat tunggakan pokok dan atau bunga nasabah yang telah melampaui 180 hari
Dengan kata lain semakin tinggi Non Performing Loan maka performance bank menurun dan sebaliknya. Purwoko dan Sudiyanto (2013) menyatakan bahwa risiko kredit merupakan risiko yang dihadapi bank terhadap besarnya kredit yang disalurkan kepada nasabah, semakin besar jumlah kredit yang disalurkan akan semakin besar risiko kredit. Risiko kredit dalam beberapa penelitian diukur dengan variable Non Performance Loan (NPL).
2.1.11 Loan to Deposit Ratio
Menurut penelitian Warsa Loan to Deposit Ratio dengan istilah Banking Ratio dan menyatakan bahwa rasio tersebut dipergunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kepada para penyimpan dana dengan jaminan pinjaman yang diberikan. Berdasarkan Peraturan Bank Indoneisa (PBI) Nomor.12/19/PBI/2010 , tingkat LDR yang dianggap sehat oleh Bank Indonesia adalah berkisar antara 78% s/d 100%. Bank Indonesia perlu menetapkan kisaran LDR karena selain bisa mempengaruhi likuiditas bank, LDR juga merupakan indikator keberhasilan bank menjalankan fungsi sebagai financial intermediary.
Untuk menghitung Loan to Deposit Ratio yaitu dari perbandingan antara total kredit dengan dana pihak ketiga. Pengertian Total kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut maka Rasio Loan to Deposit Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Loan to Deposit Ratio = Total Kredit X 100%
Dana Pihak Ketiga
Rasio ini menggambarkan tentang sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas.
Jadi Loan to Deposit Ratio adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga (giro, tabungan dan deposito dalam rupiah dan valuta asing) dan tidak termasuk dana antar bank dan surat- surat berharga dalam Rupiah dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh Bank untuk memperoleh sumber pendanaan. Angka Loan to Deposit Ratio pada setiap bank harus diseragamkan jangan sampai ada pengecualian perhitungan Loan to Deposit Ratio diantara perbankan. Loan to Deposit Ratio adalah suatu pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Semakin tinggi LDR maka laba bank juga akan semakin meningkat asalkan bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan baik atau semakin tinggi tingkat likuiditas suatu bank (Hakim: 2013). Semakin meningkatnya laba bank, maka hal tersebut juga akan memberi pengaruh terhadap kinerja bank.
2.1.12 Performance Perbankan
Performance (Kinerja) merupakan ukuran seberapa efektif dan efisienkah seorang manajer mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan. Tindakan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan selalu diukur berdasarkan pada perbandingan berbagai standar. Kinerja juga menggambarkan tentang keadaan dari suatu perusahaan, baik buruknya keadaan perusahaan mencerminkan prestasi kerja yang telah dicapai dari perusahaan yang bersangkutan menggunakan
pertumbuhan laba, yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan (Meythi dan Riki, 2013).
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dalam melaksanakan kegiatan usahanya dan mendefinisikan bank adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit”. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati- hatian.
Performance perbankan digunakan untuk mengukur kemajuan suatu perbankan yang menunjukkan kemampuan mendayagunakan aset yang dimiliki sehingga memberikan nilai tambah bagi perusahaan perbankan berupa pendapatan. Performance perbankan dari segi kinerja keuangan menilai profitabilitas dan likuiditas dan menyediakan informasi berharga untuk para pemangku kepentingan dalam rangka mengevaluasi performance keuangan masa lalu dan posisi saat ini dari suatu perusahaan. Pengukuran performance perusahaan dilakukan dengan menggunakan suatu metode atau pendekatan hasil yang relevan.
2.2 Review penelitian terdahulu
Penelitian mengenai rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap performance keuangan perbankan di Indonesia telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang berbeda- beda. Beberapa penelitian tersebut adalah: Hasil penelitian Eng (2013) menunjukkan bahwa Net Interest Margin, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio secara bersama- sama
berpengaruh signifikan dan secara positif mendorong peningkatan Return On Assets. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif terhadap laba bank tidak didukung oleh hasil penelitian. Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets, namun pengaruhnya adalah negatif. Dugaan bahwa Non Performing Loan bisa membebani laba perbankan didukung oleh fakta pada studi ini. Hasil penelitian menunjukkan Non Performing Loan mempunyai pengaruh yang signifikan dan apabila tidak dikelola dengan hati-hati bisa mengurangi Return On Assets. Capital Adequacy Ratio (CAR) pada penelitian ini secara statistik ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets. Hasil- hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada lembar lampiran.