• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Analisis Kuantitatif

Sesuai dengan kata ‘kuantitatif’ yang mengandung makna hitungan atau angka, maka analisis kuantitatif menggunakan dasar pendekatan angka. Hasil kuisioner dari responden diolah dengan software SPSS, untuk dianalisa sesuai pendekatan statistik agar hasilnya memenuhi kaidah ilmiah.

4.5.1 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang tidak diketahui. Uji validitas yang digunakan adalah dengan melakukan korelasi bilvariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Suatu indikator pernyataan dikatakan valid apabila korelasi antara masing-masing indikator menunjukkan hasil yang signifikan sesuai tabel pada Lampiran 3. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan adalah valid sehingga dapat dilakukan langkah selanjutnya.

4.5.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Indikator untuk uji reliabilitas adalah Cronbach Alpha, apabila nilai Cronbach Alpha > 0.6 menunjukkan instrumen yang digunakan reliable (Ghozali, 2005). Hasil uji reliabilitas ini ditunjukkan pada tabel Lampiran 4. Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diketahui bahwa semua variabel dalam pertanyaan adalah reliabel, karena lebih besar dari 0,6 atau 60 %.

4.5.3 Uji Normalitas

Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian dengan hanya melihat histogram hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk jumlah sample yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat Grafik Plot Normal, yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data

52

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005). Namun uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan karena secara visual dapat kelihatan tidak normal padahal secara statistik bisa sebaliknya. Adapun uji normalitas dengan statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov (KS test), yaitu dengan melihat angka profitabilitas signifikan dimana data dapat disimpulkan berdistribusi normal jika angka signifikansinya lebih besar dari 0,05 seperti yang terlampir pada Tabel 16 dibawah :

Tabel 16. Hasil uji normalitas

Unstandardized Residual

N 106

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.89857168

Most Extreme Differences Absolute .074

Positive .074

Negative -.043

Kolmogorov-Smirnov Z .761

Asymp. Sig. (2-tailed) .608

Berdasarkan tabel 16 diatas terlihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov berada diatas cut off value yang telah disepakati, yaitu 0.05 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal.

4.5.4 Uji Multikolinearitas

Pada dasarnya model persamaan regresi berganda dengan menggunakan dua variabel bebas atau lebih, hampir selalu terdapat kolinier ganda. Multikolinier ditandai dengan nilai R (korelasi berganda) yang tinggi. Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas dalam model regresi. Apabila terjadi multikolinearitas maka variabel bebas yang berkolinier dapat dihilangkan. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi salah satunya adalah dengan melihat nilai tolerance dan lawannya, serta Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance <

53

0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Bila nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan nilai VIF < 10, berarti tidak ada multikolinearitas antar variable dalam model regresi (Ghozali, 2005). Hasil pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini digambarkan dalam Tabel 17 sebagai berikut :

Tabel 17. Hasil uji multikolinearitas

Variabel Collinearity Statistics Tolerance VIF X1 .565 1.769 X2 .593 1.687 X3 .508 1.968 X4 .416 2.407 X5 .496 2.018 X6 .460 2.174

Hasil perhitungan nilai tolerance pada Tabel 17 menunjukkan semua variabel independen mempunyai nilai lebih dari 0,10, begitu pula dengan nilai VIF, semua variable independen mempunyai nilai kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinearitas. Maka model regresi yang ada layak untuk dipakai.

4.5.5 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak ada kesamaan deviasi standar nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Prosedur uji dilakukan dengan Uji Glejser sesuai Lampiran 5. Dengan melihat Lampiran 5, berikut hasil uji heterokedastisitas untuk masing-masing variabel :

1. Nilai p untuk peran menampung aspirasi dan keluhan Pekerja adalah 0,196. 2. Nilai p untuk peran perwakilan Pekerja adalah 0,276.

3. Nilai p untuk peran memperjuangkan hak dan kepentingan anggota adalah 0,190.

4. Nilai p untuk peran membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial adalah 0,064.

5. Nilai p untuk peran meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota adalah 0,615.

6. Nilai p untuk peran menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen adalah 0,169.

54

Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa nilai p seluruh variabel adalah > ( = 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi tidak nyata maka terdapat hubungan yang penting secara statistik di antara peubah sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala heterokedastisitas. Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka dapat dikatakan model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sudah layak atau tepat. Sehingga dapat diambil interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.

4.5.6 Uji Hipotesis Secara Parsial dengan Uji t

Hasil uji hipotesis secara parsial dengan uji t dapat dilihat pada lampiran 6. Hasil uji hipotesis secara parsial dengan uji t dapat dilihat pada lampiran 6 berikut ini:

1. Pengaruh peran menampung aspirasi dan keluhan Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama.

Berdasarkan tabel diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,115 > 0,05, ini menandakan bahwa peran menampung aspirasi dan keluhan Pekerja (X1) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Perjanjian Kerja Bersama (Y).

2. Pengaruh peran perwakilan Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama. Berdasarkan tabel diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,553 > 0,05, ini menandakan bahwa peran perwakilan Pekerja (X2) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Perjanjian Kerja Bersama (Y).

3. Pengaruh peran memperjuangkan hak dan kepentingan anggota terhadap Perjanjian Kerja Bersama.

Berdasarkan tabel diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,001 < 0,05, ini menandakan bahwa peran memperjuangkan hak dan kepentingan anggota (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Perjanjian Kerja Bersama (Y).

4. Pengaruh peran membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial terhadap Perjanjian Kerja Bersama.

Berdasarkan tabel diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,379 > 0,05, ini menandakan bahwa peran membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial (X4) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Perjanjian Kerja Bersama (Y).

55

5. Pengaruh peran meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota terhadap Perjanjian Kerja Bersama.

Berdasarkan tabel diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,000 < 0,05, ini menandakan peran meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota (X5) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Perjanjian Kerja Bersama (Y). 6. Pengaruh peran menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen terhadap

Perjanjian Kerja Bersama.

Berdasarkan tabel diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,298 > 0,05, ini menandakan peran menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen (X6) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Perjanjian Kerja Bersama (Y).

4.5.7 Uji Hipotesis Secara Simultan dengan Uji F (Uji Model)

Uji F (kelayakan model) dimaksudkan untuk mengetahui mengetahui besarnya pengaruh variabel - variabel bebas (independent) peran Serikat Pekerja yaitu peran menampung aspirasi dan keluhan Pekerja (X1), peran perwakilan Pekerja (X2), peran memperjuangkan hak dan kepentingan anggota (X3), peran membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial (X4), peran meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota (X5) dan peran menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen (X6) secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat (dependent) yaitu Perjanjian Kerja Bersama (Y). Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada Tabel 18 berikut:

Tabel 18. Hasil perhitungan uji F

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2742.620 6 457.103 28.356 .000a

Residual 1595.880 99 16.120

56

Berdasarkan Tabel 18 diatas diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, ini menandakan bahwa peran Serikat Pekerja yaitu peran menampung aspirasi dan keluhan Pekerja (X1), peran perwakilan Pekerja (X2), peran memperjuangkan hak dan kepentingan anggota (X3), peran membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial (X4), peran meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota (X5) dan peran menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen (X6) secara simultan memiliki pengaruh terhadap Perjanjian Kerja Bersama (Y). Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini adalah baik.

4.5.8 Koefisien determinasi (Uji R2)

Hasil perhitungan nilai koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini :

Tabel 19. Hasil pengujian koefisien determinasi (Uji R2)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .795a .632 .610 4.01497 2.080

Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada Tabel 19, diperoleh nilai Koefisien Determinasi yang disesuaikan (adjusted R²) adalah 0.632 artinya 63.2 persen variasi dari variabel bebas (peran menampung aspirasi dan keluhan Pekerja, peran perwakilan Pekerja, peran memperjuangkan hak dan kepentingan anggota, peran membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, peran meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota dan peran menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen) dapat menerangkan variabel tak bebas (Perjanjian Kerja Bersama).

Dokumen terkait