• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Peran Serikat Pekerja Terhadap Perjanjian Kerja Bersama Pada PT United Tractors, Tbk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Peran Serikat Pekerja Terhadap Perjanjian Kerja Bersama Pada PT United Tractors, Tbk."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERAN SERIKAT PEKERJA TERHADAP

PERJANJIAN KERJA BERSAMA

PADA PT UNITED TRACTORS, Tbk

Oleh

WAWAN ERFIANTO

H24104010

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGARUH PERAN SERIKAT PEKERJA TERHADAP

PERJANJIAN KERJA BERSAMA

PADA PT UNITED TRACTORS, Tbk

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih jenis Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

WAWAN ERFIANTO

H24104010

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Peran Serikat Pekerja Terhadap Perjanjian Kerja Bersama Pada PT United Tractors, Tbk.

Nama : Wawan Erfianto NIM : H24104010

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Lindawati Kartika SE, M.Si NIP. 198601182009122001

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP. 19760623 200604 1 001

(4)

ii

RINGKASAN

WAWAN ERFIANTO. H24104010. Pengaruh Peran Serikat Pekerja Terhadap Perjanjian Kerja Bersama Pada PT United Tractors, Tbk. Dibawah bimbingan

LINDAWATI KARTIKA

Wujud dari kesetaraan antara Pekerja dan Pengusaha di PT United Tractors, Tbk di tandai dengan dilakukannya perundingan dan disepakatinya Perjanjian Kerja Bersama. PT United Tractors, Tbk, adalah perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Oleh karena itu perusahaan juga melakukan upaya sosialisasi dan penerapan seluruh aturan yang terkandung dalam Kode Etik Perusahaan sebagai sumber acuan dari semua nilai, prinsip, etika dan kebijakan dalam membentuk budaya Perusahaan. Perjanjian Kerja Bersama merupakan salah satu kode etik dan aturan yang harus dijalankan oleh Perusahaan. Perjanjian Kerja Bersama sebagai aturan pengelolaan sumber daya manusia di Perusahaan adalah hal yang tidak bisa dikesampingkan. Proses perundingan sampai dengan disepakatinya Perjanjian Kerja Bersama juga merupakan hal yang diamati oleh semua pihak. Tidak disepakatinya Perjanjian Kerja Bersama bisa menjadikan nama perusahaan kurang baik di mata investor, yang bisa berakibat kepada turunnya harga saham perusahaan. Lamanya proses perundingan Perjanjian Kerja Bersama, bisa menjadi hal buruk bagi organisasi apalagi jika sampai terjadi deadlock. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan melihat bagaimana persepsi Pekerja terhadap peran Serikat Pekerja, bagaimana persepsi Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama serta bagaimana pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk. Peran tersebut adalah menampung aspirasi dan keluhan Pekerja, perwakilan Pekerja, memperjuangkan hak dan kepentingan anggota, membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota dan menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen.

Penelitian dilakukan dengan metode statistik melalui analisis kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas yaitu peran Serikat Pekerja terhadap variabel terikat yaitu terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama. Metode pengumpulan data mengenai pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap tahapan terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk, dilakukan dengan dua metode. Pengumpulan data primer dalam yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan alat bantu berupa kuesioner. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari pencatatan secara langsung dan observasi Studi kepustakaan.

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purbalingga, Jawa Tengah tanggal 11 Juli 1979. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, yang lahir dari pasangan Bapak Ahmad Junaedi dan Ibu Surwati. Tanggal 3 februari 2007, penulis menikah dengan seorang Peneliti Eka Prihatinningtyas dan sudah dikarunia dua orang putra, Ehan Faiyaz Erfianto dan Ejaz Fayzan Erfianto.

Tahun 1985, penulis mengawali pendidikan sekolah dasar di SDN Kertanegara 1 kab. Purbalingga dan lulus tahun 1991, kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bobotsari dan lulus tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Purbalingga pada tahun 1994-1997. Pada tahun 1997-2000 Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi pada Program Diploma Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Universitas Diponegoro, Semarang. Pada tahun 2010 Penulis melanjutkan pendidikan pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah Pengaruh Peran Serikat Pekerja Terhadap Perjanjian Kerja Bersama Pada PT United Tractors, Tbk. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun untuk sarana sebagai perbaikan yang berkelanjutan upaya penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan dan memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Oktober 2014

(7)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, membimbing, memberikan saran dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Lindawati Kartika SE, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan berbagai masukan dan selama penyusunan skripsi ini. 2. Team Industrial Relation department PT United Tractors, Tbk yang telah

mengizinkan penelitian ini dilaksanakan.

3. Jajaran Badan Eksekutif Serikat Pekerja United Tractors, yang telah memberikan arahan dan masukan dalam pengambilan data .

4. Seluruh Anggota Serikat Pekerja Serikat Pekerja United Tractors, yang telah menjadi responden dalam penelitian.

5. Eka prihatinningtyas ST, MT yang telah memberikan doa, kasih sayang dan motivasinya.

6. Ehan Faiyaz Erfianto dan Ejaz Fayzan Erfianto, yang menjadi inspirasi dan motivasi.

(8)

vi 2.1 Hubungan Industrial ... 6

2.1.1 Sarana Hubungan Industrial ... 7

2.1.2 Pekerja ... 8

2.1.3 Serikat pekerja ... 10

2.1.4 Sifat Dan Tujuan Serikat pekerja ... 11

2.1.5 Peran Dan Fungsi Serikat pekerja ... 11

2.2 Hubungan Kerja Dan Perjanjian Kerja ... 12

2.3 Perjanjian Kerja Bersama ... 14

2.3.1 Kewenangan Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama ... 15

2.3.2 Tahapan Terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama ... 16

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17

III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian ... 18

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Sumber Data ... 20

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.5 Metode Penarikan Sampel ... 21

3.6 Pengolahan Dan Analisis Data ... 22

3.6.1 Analisis Deskriptif... 22

3.6.2 Uji Validitas Dan Realibilitas ... 22

(9)

vii

3.6.4 Uji Hipotesis ... 25

3.6.5 Koefisien Determinasi ... 26

3.6.6 Regresi Linear berganda ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visi Dan Misi Perusahaan ... 28

4.1.1 Struktur Organisasi ... 29

4.1.2 Gambaran Umum Serikat Pekerja ... 30

4.2 Gambaran Umum Perjanjian Kerja Bersama Pada PT United Tractors, Tbk. 31 4.3 Gambaran Umum Responden ... 35

4.3.1 Jabatan Responden ... 35

4.3.2 Golongan Responden ... 35

4.3.3 Masa Kerja Responden ... 36

4.3.4 Usia Responden ... 37

4.3.5 Jenis Kelamin Responden ... 37

4.3.6 Pendidikan Responden ... 38

4.4 Analisis Deskriptif ... 38

4.4.1 Peran Serikat Pekerja Menampung Aspirasi Dan Keluhan Pekerja... 39

4.4.2 Peran Serikat Pekerja Sebagai Perwakilan Pekerja ... 40

4.4.3 Peran Serikat Pekerja Memperjuangkan Hak Dan Kepentingan Anggota ... 41

4.4.4 Peran Serikat Pekerja Membantu Menyelesaikan Perselisihan Hubungan Industrial ... 42

4.4.5 Peran Serikat Pekerja Meningkatkan Disiplin Dan Semangat Kerja Anggota ... 44

4.4.6 Peran Serikat Pekerja Menyalurkan Aspirasi Dan Saran Kepada Manajemen ... 45

4.4.7 Perjanjian Kerja Bersama ... 47

4.4.8 Peran Serikat Pekerja Dan Perjanjian Kerja Bersama ... 50

4.5 Analisis Kuantitatif ... 51

4.5.1 Uji Validitas ... 51

4.5.2 Uji Reliabilitas ... 51

4.5.3 Uji Normalitas ... 51

4.5.4 Uji Multikolinearitas ... 52

4.5.5 Uji Heteroskedastisitas ... 53

4.5.6 Uji Hipotesis Secara Parsial dengan Uji t ... 54

4.5.7 Uji Hipotesis Secara Simultan dengan Uji F (Uji Model) ... 55

4.5.8 Koefisien determinasi (Uji R2) ... 56

4.6 Pengaruh Peran Serikat Pekerja Terhadap Perjanjian Kerja Bersama ... 56

4.7 Implikasi manajerial ... 60

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(10)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jabatan Responden ……….………….. 35

2. Golongan Responden ………...…... 36

3. Masa Kerja Responden ………...…... 36

4. Usia Responden ………...…...…. 37

5. Jenis Kelamin Responden ………….………...…...…. 38

6. Pendidikan Responden ………...…... 38

7. Kriteria interpretasi skor ……….………...…... 39

8. Peran Serikat Pekerja Menampung Aspirasi Dan Keluhan Pekerja………. 39

9. Peran Serikat Pekerja Sebagai Perwakilan Pekerja……….…. 41

10.Peran Serikat Pekerja memperjuangkan hak dan kepentingan anggota…… 42

11.Peran Serikat Pekerja membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial……… 43

12.Peran Serikat Pekerja meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota.. 44

13.Peran Serikat Pekerja menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen. 46 14.Perjanjian Kerja Bersama………. 48

15.Persepsi anggota terhadap peran Serikat Pekerja dan Perjanjian Kerja Bersama………...…. 50

16.Hasil uji normalitas………... 52

17.Hasil uji multikolinearitas………. 53

18.Hasil perhitungan uji F……….. 55

19.Hasil pengujian koefisien determinasi (Uji R2)……… 56

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ……… 19 2. Struktur organisasi human capital division PT United Tractors, Tbk…... 30

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Daftar pertanyaan dan kuesioner wawancara penelitian ... 66

2. Karaktereristik responden ... 75

3. Hasil uji validitas ... 77

4. Hasil uji realibilitas ... 79

5. Uji asumsi regresi ... 80

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemerintah indonesia saat ini telah mengeluarkan kebijakan pengurangan bahan bakar yang berbahan dasar fosil yaitu minyak bumi, dan mentransformasikan menggunakan bahan bakar gas ataupun batubara. Dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah saat ini mempunyai hak untuk memberikan ijin konsesi pertambangan. Dua hal diatas mengakibatkan pertumbuhan tambang batubara menjadi sangat pesat, baik dari jumlah maupun harga batubara tersebut. Dimana jumlah yang dihasilkan meningkat dari 129 metric ton menjadi 220 metric ton, sedangkan pertumbuhan harga di tahun 2011 mengalami kenaikan mencapai 55% dengan harga US$ 104,6.

Hampir seluruh pertambangan batubara di indonesia adalah sistem open pit, sehingga memerlukan alat-alat berat untuk memindahkan lapisan tanah penutup batubara maupun untuk mengambil batubara yang ada. Sehingga dengan meningkatnya bisnis batubara maka diikuti oleh bisnis alat berat. United Tractors, sebagai perusahaan alat berat dengan jumlah pelanggan 70% adalah customer yang bergerak disektor pertambangan batubara dengan kontribusi terhadap pendapatan perusahaan sekitar 80%, ikut merasakan dampak positif dari perkembangan bisnis batubara tersebut. Dimana pada semester I tahun 2011, pasar alat berat nasional naik 45% menjadi 8.500 unit, hingga akhir tahun menjadi sekitar 16 ribu-17 ribu unit, atau naik sekitar 40%-45% dibanding tahun 2011 sekitar 13 ribu unit. Bahkan diprediksikan hingga tahun 2015 pasar alat berat rata-rata akan tumbuh 40%. PT United Tractors, Tbk sebagai distributor alat berat untuk merk Komatsu, Scania, UD Truck, Bomag dan Valmet saat ini menjadi pemimpin pasar dengan menguasai lebih dari 50% market share khususnya di sektor pertambangan dan perkebunan, dengan rata-rata pertumbuhan jumlah unit terjual 20% per tahun untuk lima tahun terakhir dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan 35%.

(14)

2

mengalami peningkatan. Agar hal tersebut bisa terwujud harus ada kesetaraan posisi antara Pekerja dan Pengusaha, karena jika tidak misalnya posisi pengusaha lebih tinggi dari Pekerjanya maka Pekerja cenderung akan ditekan dan dipekerjakan dengan semena-mena tanpa mendapatkan penghargaan yang jelas. Sebaliknya jika posisi Pekerja lebih kuat dibanding Pengusaha, akan mengakibatkan proses mogok kerja yang berulang sehingga menghambat produktivitas perusahaan. Wujud dari kesetaraan antara Pekerja dan Pengusaha di PT United Tractors, Tbk di tandai dengan dilakukannya perundingan dan disepakatinya Perjanjian Kerja Bersama. Apa saja

benefit yang diterima oleh Pekerja semuanya diatur didalam Perjanjian Kerja Bersama.

Perjanjian Kerja Bersama merupakan hasil dari kesepakatan yang dilakukan oleh pihak Pengusaha dan Serikat Pekerja yang isinya mendekati keinginan mereka untuk mengatur syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Karena Perjanjian Kerja Bersama ini adalah sebagai dasar hubungan industrial yang dijalankan di PT United Tractors, Tbk maka disepakatinya Perjanjian Kerja Bersama menjadi sesuatu yang penting bagi Perusahaan maupun Pekerjanya. Tanpa kesepakatan Perjanjian Kerja Bersama, tidak mungkin hubungan industrial bisa dijalankan karena sesuai dengan peraturan yang berlaku, bahwa ketika suatu perusahaan pernah menyepakati Perjanjian Kerja Bersama, ketika masa berlakunya habis tidak bisa digantikan hanya dengan Peraturan Perusahaan, tetapi harus kembali berunding untuk menyepakati Perjanjian Kerja Sama yang baru.

(15)

3

berfungsi sebagai sumber acuan dari semua nilai, prinsip, etika dan kebijakan dalam membentuk budaya Perusahaan.

Perjanjian Kerja Bersama merupakan salah satu kode etik dan aturan yang harus dijalankan oleh Perusahaan. Dari sini kita bisa melihat betapa pentingnya posisi Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk karena ada tidaknya Perjanjian Kerja Bersama di Perusahaan akan dinilai oleh publik. Investor di bursa saham akan melihat sebuah perusahaan tidak sebatas dari pendapatan dan pertumbuhan perusahaan, namun tata kelola perusahaan yang baik juga menjadi pertimbangan bagi mereka, oleh karena itu keberadaan Perjanjian Kerja Bersama sebagai aturan pengelolaan sumber daya manusia di Perusahaan adalah hal yang tidak bisa dikesampingkan. Proses perundingan sampai dengan disepakatinya Perjanjian Kerja Bersama juga merupakan hal yang diamati oleh semua pihak. Tidak disepakatinya Perjanjian Kerja Bersama bisa menjadikan nama perusahaan kurang baik di mata investor, yang bisa berakibat kepada turunnya harga saham perusahaan.

Di PT United Tractors, Tbk, antara Pekerja dan Perusahaan sudah pernah melakukan kesepakatan Perjanjian Kerja Bersama Sebanyak delapan kali, dengan masa berlaku tiap-tiap Perjanjian Kerja Bersama adalah dua tahun. Perjanjian kerja Bersama yang saat ini berlaku dan disepakati terakhir kali adalah periode tahun 2014 sampai dengan 2016. Pada proses perundingan Perjanjian Kerja Bersama dua kali yang terakhir, dinamika yang terjadi cukup panas dibandingkan proses perundingan sebelumnya. Untuk mencapai titik temu agar terjadi kesepakatan perlu proses diskusi yang cukup panjang, bahkan untuk perundingan yang terakhir, proses perundingan yang seharusnya dalam waktu tiga bulan selesai, harus diperpanjang enam bulan sehingga proses perundingan Perjanjian Kerja Bersama dilaksanakan dalam waktu Sembilan bulan. Karena adanya perpanjangan waktu perundingan, agar tidak terjadi kekosongan landasan hukum didalam menjalankan hubungan industrial, maka Perjanjian Kerja Bersama sebelumnya untuk periode 2012 sampai dengan 2014 yang seharusnya mempunyai masa berlaku selama dua tahun, diperpanjang selama enam bulan menjadi dua tahun enam bulan.

(16)

4

kesepakatan. Namun jika tidak bisa menghasilkan kesepakatan maka akan terjadi gagalnya perundingan. Ketika terjadi gagalnya perundingan, maka hak dasar Pekerja/Serikat Pekerja yang dilindungi oleh undang-undang adalah mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib dan damai. Menurut UU No 21 tahun 2000 gagalnya perundingan yang dimaksud adalah tidak tercapainya kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang dapat disebabkan karena pengusaha tidak mau melakukan perundingan walaupun Serikat Pekerja telah meminta secara tertulis kepada pengusaha sebanyak 2 (dua) kali dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari kerja atau perundingan yang dilakukan mengalami jalan buntu yang dinyatakan oleh para pihak dalam risalah perundingan. Resiko yang timbul dari adanya mogok kerja ini akan merugikan semua pihak. Ketika mogok kerja terjadi maka perusahaan tidak bisa melaksanakan proses produksinya, sehingga pendapatan perusahaan akan menurun bahkan jika mogok kerja ini berlangsung dalam jangka waktu lama resiko terburuk adalah perusahaan akan tutup.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti berminat mengkaji tentang “PENGARUH PERAN SERIKAT PEKERJA TERHADAP PERJANJIAN KERJA BERSAMA PADA PT UNITED TRACTORS, Tbk”.

1.2 Perumusan masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas,maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi Pekerja terhadap peran Serikat Pekerja di PT United Tractors, Tbk ?

2. Bagaimana persepsi Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk ?

(17)

5 1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi Pekerja terhadap peran Serikat Pekerja di PT United Tractors, Tbk ?

2. Bagaimana persepsi Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk ?

3. Bagaimana pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk ?

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan dan organisasi Serikat Pekerja, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk, sehingga dapat dijadikan referensi dalam memutuskan kebijakan pengelolaan sumber daya manusia yang akan diimplementasikan.

2. Bagi penulis, penelitian ini memberi pengalaman nyata dalam menganalisis suatu kondisi, permasalan, dan fakta yang di lapangan serta merumuskannya dengan teori yang sudah dipelajari selama kuliah.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan industrial di perusahaan.

4. Bagi perguruan tinggi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini adalah terkait peranan Serikat Pekerja terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk, yaitu :

1. Peran Serikat Pekerja di PT United Tractors, Tbk menurut Payaman Simanjuntak (2003).

(18)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Industrial

Dalam hubungan industrial pihak pengusaha dengan pekerja merupakan pihak yang paling penting dan paling berperan di perusahaan. Hubungan industrial yang harmonis di antara kedua belah pihak bisa terwujud apabila pengusaha dan pekerja meleksanakan hak dan kewajiban masing-masing, adanya pelanggaran hak dan kewajiban akan menimbulkan sebuah perselisihan industrial. Pengertian hubungan industrial menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Insonesia Tahun 1945. Berdasarkan batasan pengertian tersebut, hubungan industrial terjadi dalam proses produksi barang dan atau jasa.

(19)

7

2.1.1 Sarana Hubungan Industrial

Menurut Payaman Simanjuntak (2003) Penerapan hubungan industrial dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam dan di luar perusahaan. Untuk menerapkan prinsip-prinsip hubungan industrial di perusahaan, diperlukan beberapa sarana dan lembaga yaitu:

1. Peraturan Perusahaan

Peraturan perusahaan memuat ketentuan mengenai kewajiban dan hak Pekerja serta kewenangan dan kewajiban pengusaha. Kewajiban pekerja antara lain melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya dan terselesaikan menurut kualitas dan dalam kurun waktu tertentu. Di lain pihak pekerja mempunyai hak untuk memperoleh upah dan jaminan sosial serta perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya. Pengusaha mempunyai wewenang mengatur sistem kerja, pembagian fungsi, pembagian kerja dan tim kerja, dan berkewajiban memnuhi hak-hak pekerja.

2. Lembaga Bipartit

Lembaga atau forum bipartit adalah forum konsultasi antara wakil pengusaha dan wakil pekerja. Fungsi utama lembaga bipartit adalah untuk menampung dan menyelesaikan keluhan dan tuntutan pekerja serta masalah-masalah hubungan industrial pada umumnya.

3. Serikat Pekerja

Partisipasi pekerja dalam hubungan industrial dapat dilakukan secara langsung dan atau melalui sistem perwakilan dalam bentuk serikat pekerja. Partisipasi pekerja dalam hubungan industrial merupakan perwujudan hak dan kebebasan pekerja berorganissasi dan mengeluarkan pendapat.

4. Perjanjian Kerja Bersama

Perjanjian kerja bersama juga memuat ketentuan mengenai kewenangan dan kewajiban pengusaha, serta kewajiban dan hak pekerja. Perjanjian kerja bersama adalah peraturan perusahaan sebagai hasil perundingan atau kesepakatan pengusaha dengan wakil pekerja.

5. Asosiasi Pengusaha

(20)

8 6. Lembaga Tripartit

Lembaga tripartit adalah forum konsultasi antara wakil-wakil serikat pekerja, asosiasi pengusaha dan pemerintah. Fungsi utama lembaga tripartit adalah membantu pemerintah merumuskan kebijakan ketenegakerjaan pada umumnya dan menyelesaikan masalah-masalah hubungan industrial.

7. Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Setiap keluhan, perbedaan pendapat atau tuntutan pekerja diharapkan dapat diselesaikan di lembaga bipartit. Bila lembaga bipartit tidak mampu menyelesaikan permasalahan, maka wakil pengusaha atau wakil pekerja dapat meminta jasa perantara dari pegawai perantara Kementrian Tenagakerja atau mediator dari lembaga tripartit yang terkait. Bila pegawai perantara atau mediator tidak bisa menyelesaikan, maka kasus dinyatakan sebagai perselisihan industrial dan dimintakan untuk diselesaikan oleh Lembaga atau Majelis Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

8. Peraturan Perundangan Ketenagakerjaan

Peraturan-perundangan ketenagakerjaan pada dasarnya mencakup ketentuan sebelum bekerja, selama bekerja dan sesudah bekerja.

9. Pendidikan Hubungan Industrial

Pendidikan hubungan industrial diperlukan terutama bagi para pimpinan serikat pekerja dan pimpinan perusahaan, supaya mereka memahami prinsip-prinsip hubungan industrial, peraturan-perundangan ketenagakerjaan, peranan dan fungsi lembaga-lembaga ketenagakerjaan, serta meningkatkan kemampuan mereka berorganisasi, berunding bersama, dan menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.

2.1.2 Pekerja

(21)

9

atau imbalan dalam bentuk apapun. Hak Pekerja didasarkan pada kewenangan pengusaha untuk mengaturnya. Kewajiban Pekerja adalah melakukan pekerjaan sesuai dengan penugasan pimpinan menurut disiplin kerja dan dalam waktu kerja yang diaturkan. Hak-hak pekerja menurut Darwan Prints (2000) adalah sebagai berikut:

1. Hak mendapat upah atau gaji

2. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan

3. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan kemampuannya

4. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta menambah keahlian dan ketrampilan lagi

5. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan norma agama

6. Hak mendirikan dan menjadi anggota Serikat Pekerja 7. Hak atas istirahat tahunan

Sebagai imbalan atas jasa kerja, pekerja berhak memperoleh upah, tunjangan-tunjangan dan jaminan sosial lainnya, beristirahat, cuti, memperjuangkan haknya secara langsung melalui serikat pekerja. Disamping itu pekerja berhak memperoleh berbagai jenis perlindungan: perlindungan tidak melebihi jam kerja tertentu termasuk jam dan hari istirahat serta cuti tahunan, perlindungan atas keselamatan dan kesehatan pekerja, perlindungan atas hak berserikat dan berunding dengan pengusaha, serta perlindungan upah dan penghasilan pada saat tidak mampu melakukan pekerjaan.

Menurut Lalu Husni (2005) mengenai kewajiban Pekerja adalah sebagai berikut:

1. Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan, melakukan pekerjan adalah tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri. Untuk itulah mengingat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang sangat pribadi sifatnya karena berkaitan dengan keahliannya, maka berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan jika pekerja meninggal dunia, maka hubungan kerja berakhir dengan sendirinya (PHK demi hukum).

(22)

10

3. Kewajiban membayar ganti rugi dan denda; jika buruh /pekerja melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar ganti rugi dan denda.

2.1.3 Serikat Pekerja

Serikat pekerja merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari oleh perusahaan. Serikat pekerja dapat digunakan oleh pekerja sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Suatu kenyataan penetapan besarnya upah dan syarat-syarat kerja yang lain diserahkan kepada perusahaan dan pekerja sebagai pribadi. Kedudukan pekerja adalah sangat lemah. Menyadari akan kelemahannya dalam menghadapi perusahaan itu, mereka merasa perlu adanya persatuan. Dengan adanya persatuan mereka akan mempunyai kekuatan dalam menghadapi perusahaan. Maka timbullah serikat pekerja.

Henry Simamora (1999) menyatakan bahwa “Serikat Pekerja adalah sebuah organisasi yang berunding bagi karyawan tentang upah-upah, jam-jam kerja, dan syarat-syarat dan kondisi-kondisi pekerjaan lainnya”. Dari pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa serikat pekerja merupakan organisasi berunding bagi para pekerja. Dengan kehadiran Serikat Pekerja para pekerja dapat melakukan negosiasi dengan pengusaha dalam hal kebijakan perusahaan, sebab ketika ada serikat pekerja maka menjadi sebuah kewajiban bagi pengusaha untuk menegosiasikan segala sesuatu dengan serikat pekerja.

Pengertian Serikat Pekerja menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja Pasal 1 Ayat 1 adalah sebagai berikut: Serikat Pekerja atau Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

(23)

11

2.1.4 Sifat dan Tujuan Serikat Pekerja

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja yang tertuang dalam Pasal 3, Serikat Pekerja/Serikat Buruh, federasi dan konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab. Bebas berarti dalam melaksanakan hak dan kewajibannya Serikat pekerja tidak di bawah pengaruh atau tekanan dari pihak lain. Terbuka berarti Serikat Pekerja dalam menerima anggota dan memperjuangkan kepentingan Serikat Pekerja tidak membedakan aliran politik, agama, suku bangsa dan jenis kelamin. Mandiri berarti bahwa serikat Pekerja dalam mendirikan, menjalankan dan mengembangkan organisasinya ditentukan oleh kekuatan sendiri, tidak dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi. Demokratis berarti dalam pembentukan organisasi, pemilihan pengurus, memperjuangkan dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip demokrasi. Bertanggungjawab berarti dalam mencapai tujuan dan melaksanakan hak dan kewajibannya Serikat Pekerja bertanggungjawab kepada anggota masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja yang tertuang dalam Pasal 4, Serikat Pekerja/Serikat Buruh, federasi, konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan serta menigkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan keluarganya.

2.1.5 Peran dan Fungsi Serikat Pekerja

Menurut undang-undang No 13 Tahun 2003, fungsi utama Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah sebagai berikut:

1. Pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaiannya.

2. Wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerjasama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya.

3. Sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.

5. Perencana, pelaksana dan penanggungjawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(24)

12

Menuru Payaman Simanjuntak (2003) Serikat Pekerja merupakan salah satu sarana dan pelaksana utama hubungan industrial. Sebagai pelaksana utama hubungan industrial, Serikat Pekerja mempumyai peranan dan fungsi berikut ini:

1. Menampung aspirasi dan keluhan pekerja, baik anggota maupun bukan anggota Serikat Pekerja yang bersangkutan

2. Menyalurkan aspirasi dan keluhan tersebut kepada manajemen atau pengusaha baik secara langsung atau melalui Lembaga Bipartit

3. Mewakili pekerja di Lembaga Bipartit

4. Mewakili pekerja di Tim Perunding untuk merumuskan Perjanjian Kerja Bersama 5. Mewakili pekerja di lembaga-lembaga kerjasama ketenagakerjaan sesuai dengan

tingkatannya seperti Lembaga Tripartit, P4D dan P4P, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dewan Latihan Kerja, dll

6. Memperjuangkan hak dan kepentingan anggota baik secara langsung kepada pengusaha maupun melalui lembaga-lembaga ketenagakerjaan

7. Membantu menyelesaikan perselisihan industrial 8. Meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota

9. Aktif mengupayakan menciptakan atau mewujudkan hubungan industrial yang aman dan harmonis

10.Menyampaikan saran kepada manajemen baik untuk penyelesaian keluh kesah pekerja maupun untuk penyempurnaan system kerja dan peningkatan produktivitas perusahaan

Dari sepuluh peran tersebut jika disimpulkan peran Serikat Pekerja adalah sebagai berikut :

1. Menampung aspirasi dan keluhan Pekerja. 2. Perwakilan Pekerja.

3. Memperjuangkan hak dan kepentingan anggota.

4. Membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. 5. Meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota.

6. Menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen.

2.2 Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja

(25)

13

dan kewajiban kedua belah pihak”. Berdasarkan pengertian perjanjian kerja tersebut, dapat ditarik beberapa unsur dari perjanjian kerja yakni:

1. Adanya unsur work atau pekerjaan

Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (obyek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin pengusaha dapat menyuruh orang lain.

2. Adanya unsur perintah

Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan.

3. Adanya unsur upah

Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja.

Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja harus memenuhi syarat syahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar:

1. Kesepakatan kedua belah pihak;

2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum; 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;

4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(26)

14

Dalam Pasal 54 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat keterangan : 1. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;

2. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh; 3. Jabatan atau jenis pekerjaan;

4. Tempat pekerjaan;

5. Besarnya upah dan cara pembayaran;

6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja atau buruh;

7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; 8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat;

9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

2.3 Perjanjian Kerja Bersama

Materi PKB diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 dalam Bab XI mengenai hubungan industrial yaitu dalam Bagian Ketiga. Kemudian dalam Pasal 133 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa mengenai persyaratan serta tata cara pembuatan, perpanjangan, perubahan, dan pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama diatur dengan keputusan menteri. Adapun keputusan menteri yang dimaksud adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP-48/MEN/IV/2004 Tentang Tata Cara Pembuatan Dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan Dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama. Perjanjian Perburuhan/Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau istilah yang dipergunakan dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 adalah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Collective Labour Aggrement (CLA).

(27)

15

Dari pengertian diatas terdapat kesamaan yaitu bahwa baik perjanjian perburuhan atau Perjanjian Kerja Bersama adalah dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara kedua belah pihak dalam melakukan hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Begitu juga bahwa hal tersebut dimaksudkan juga sebagai acuan dasar atau sebagai induk dalam membuat perjanjian kerja.

Masa berlakunya PKB paling lama 2 (dua) tahun dan hanya dapat diperpanjang satu kali untuk paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha.

2.3.1 Kewenangan Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama

Kewenangan pembuatan PKB adalah berkaitan dengan pihak yang dapat dan mempunyai wewenang untuk membuat PKB. Dari pengertian PKB tersebut diatas sudah dapat diketahui siapa saja para pihak yang dapat melakukan pembuatan PKB. Para pihak tersebut adalah Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Pengusaha/gabungan pengusaha.

1. Serikat Pekerja/Serikat Buruh

PKB hanya dapat dirundingkan dan disusun oleh Serikat pekerja yang didukung oleh sebagian besar pekerja di perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian para pihak atau subjek yang membuat PKB adalah dari pihak buruh/pekerja diwakili oleh serikat pekerja/buruh atau beberapa serikat pekerja/buruh di perusahaan itu dengan pengusaha atau perkumpulan pengusaha. Maksud dengan perwakilan tersebut supaya pekerja lebih kuat posisinya dalam melakukan perundingan dengan majikan karena pengurus serikat pekerja umumnya dipilih orang yang mampu memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.

2. Pengusaha/Gabungan Pengusaha

Adapun yang dimaksud dengan pengusaha terdapat dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 jo Pasal 1 ayat (4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP-48/MEN/IV/2004, adalah:

a. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.

(28)

16

c. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan a dan b tersebut diatas, yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.

2.3.2 Tahapan Terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama

Menurut Indah Budiarti (2012) ada tiga tahapan terbentuknya perjanjian kerja bersama, yaitu :

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini pengusaha maupun Serikat Pekerja memilih anggota dan ketua tim perundingan Perjanjian Kerja Bersama. Sebagai persiapan tim akan melakukan kajian terhadap materi yang akan diajukan sebagai isi dari Perjanjian Kerja Bersama serta menentukan strategi yang akan dipakai dalam perundingan Perjanjian Kerja Bersama.

2. Tahap Perundingan

Tahap perundingan ini diawali dengan penyusunan Tata Tertib atau peraturan perundingan. Kemudian diteruskan dengan saling menukar draft yang telah disusun masing-masing tim perunding. Pihak Serikat Pekerja menerima draft yang diusulkan Pengusaha dan pihak Pengusaha menerima draft yang diusulkan oleh Serikat Pekerja. Pada tahapan ini masing-masing pihak menegosiasikan agar apa yang menjadi usulan bisa disepakati oleh kedua belah pihak.

3. Tahap Resolusi

(29)

17

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai hubungan industrial sebagai bagian dari manajemen sumber daya manusia masih jarang dilakukan. Ada dua penelitian terdahulu yang menjadi landasan penelitian ini. Siregar, Halim, 2011 melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh hubungan industrial terhadap kesejahteraan karyawan pada PTPN IV, menyatakan bahwa Hubungan Industrial tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Kesejahteraan Karyawan. Namun apabila ditinjau secara pengaruh parsial, faktor Serikat Pekerja memiliki pengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan Karyawan. Penelitian ini secara kuantitatif mengukur pengaruh Serikat Pekerja terhadap kesejahteraan karyawan. Jika penelitian sebelumnya yang diukur adalah pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap kesejahteraan karyawan, maka pada penelitian ini yang akan dianalisa adalah pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama.

(30)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

PT United Tractors, Tbk untuk menjaga keberlangsungannya mempunyai visi, misi dan tujuan yang harus di capai organisasi. Untuk mencapai visi misi dan tujuan perusahaan diperlukan strategi-strategi yang dilakukan pada proses bisnis perusahaan termasuk didalam proses pengelolaan karyawannya. Terkait dengan pengelolaan karyawan ini, diperusahaan terjalin hubungan industrial antara pemberi kerja/manajemen dan Pekerja/Serikat Pekerja. Serikat Pekerja sebagai organisasi yang bertujuan memperjuangkan kesejahteraan Pekerja, dan untuk mewujudkannya sebagai salah satu pihak yang ada didalam hubungan industrial maka Serikat Pekerja adalah sebagai pihak yang mempunyai hak untuk berunding di dalam penyusunan perjanjian kerja bersama. Didalam hubungan industrial yang terjalin, Manajemen dan Serikat Pekerja melakukan perundingan Bipartit untuk menyusun Perjanjian Kerja Bersama yang digunakan sebagai landasan berlangsungnya hubungan kerja sekaligus sebagai dasar perusahaan didalam pengelolaan sumber daya manusia yang ada.

Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel peran Serikat Pekerja terhadap variabel Perjanjian Kerja Bersama. Variabel peran Serikat Pekerja bersumber pada teori Payaman Simanjuntak (2003). Komponen dalam peran Serikat Pekerja dijabarkan meliputi menampung aspirasi dan keluhan Pekerja, perwakilan Pekerja, memperjuangkan hak dan kepentingan anggota, membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota serta menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen. Variabel Perjanjian Kerja Bersama Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No 13 Tahun 2003. Perjanjian Kerja Bersama yaitu perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah Pihak.

(31)

19

Tbk. Hasil survey diolah untuk mengetahui apa dan bagaimana masing-masing variabel peran Serikat Pekerja mempengaruhi variabel Perjanjian Kerja Bersama. Hasil dari analisis tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui apa dan bagaimana hubungan industrial di PT United Tractors, Tbk. Kerangka pemikiran penulis sajikan dalam Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT United Tractors, Tbk

Visi, Misi dan Tujuan Organisasi

(32)

20

Berdasarkan Gambar 1, kerangka pemikiran penelitian diatas penulis akan melakukan penelitian mengenai pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk. Dari penelitian tersebut akan melihat implikasi manajerial terkait hubungan industrial yang terjadi. Pembahasan dan pengkajian hubungan industrial yang terjadi bertujuan untuk memperoleh rekomendasi dan inisiatif strategis yang bermanfaat bagi Serikat Pekerja dan Manajemen PT United Tractors, Tbk, khususnya dalam bidang hubungan industrial yang dijalankan. Dengan adanya rekomendasi tersebut, diharapkan hubungan industrial yang terjadi di perusahaan bisa berjalan harmonis, berkeadilan serta berkelanjutan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT United Tractors, Tbk, Jalan Raya Bekasi, KM 22 Jakarta dengan metode survey dilakukan langsung melalui tatap muka. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) untuk mempelajari pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama pada PT United Tractors, Tbk., karena sampel yang diambil spesifik dari perusahaannya. Penelitian dilakukan pada bulan agustus sampai dengan oktober tahun 2014.

3.3 Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Umar (2003) data primer adalah data yang harus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan, diperoleh dengan wawancara mendalam dan kuisioner dari karyawan anggota Serikat Pekerja PT United Tractors, Tbk yang dijadikan sampel. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain untuk tujuan berbeda dengan tujuan penelitian yang dirumuskan. Dalam hal ini data yang digunakan adalah buku, skripsi, jurnal, peraturan perundangan terkait hubungan industrial dan Perjanjian Kerja Bersama serta data-data lain yang berkaitan dengan topik penelitian yang diambil dari arsip perusahaan.

3.4Metode Pengumpulan Data

(33)

21

dengan objek penelitian. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari pencatatan secara langsung dan observasi Studi kepustakaan, yaitu mencari literatur, penelusuran data kepustakaan, buku, skripsi, tesis, jurnal, surat kabar, internet, arsip perusahaan dan peraturan perundangan.

3.5 Metode Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dimana anggota populasi tidak memilik peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel disebabkan karena kebetulan saja. Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel yang digunakan adalah metode kuota (quota sampling) yaitu jika penelitian akan mengkaji suatu fenomena dari beberapa sisi, maka responden yang akan dipilih adalah orang-orang yang diperkirakan dapat menjawab semua sisi itu (Umar, 2003). Karena penelitian ini mengkaji tentang beberapa peran Serikat Pekerja yang bisa dilihat dari keaktifan anggota didalam kegiatan Serikat Pekerja serta pengkajian tentang Perjanjian Kerja Bersama yang bisa dilihat dari keaktifan anggota didalam menyampaikan masukan tentang Perjanjian Kerja Bersama, sesuai dengan metode kuota maka sampel yang diambil adalah anggota Serikat Pekerja yang aktif didalam kegiatan Serikat Pekerja dan didalam menyampaikan masukan tentang Perjanjian Kerja Bersama.

Sampel ditentukan berdasarkan jumlah tertentu. Dalam menentukan ukuran minimal sampel, digunakan rumus Slovin yaitu:

=

( ) ……… (1)

Keterangan :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang bisa ditolerir (e=10%)

(34)

22

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan ukuran ordinal. Menurut Nazir (1999), skala Likert dengan ukuran ordinal hanya dapat mengetahui rangking tetapi tidak dapat digunakan untuk mengetahui apakah satu responden lebih baik atau lebih buruk daripada responden lainnya. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini berupa pernyataan dengan pemberian skor untuk setiap jawaban dengan rank dari 1 sampai dengan 5. Hasil dari penghitungan skor selanjutnya diolah menggunakan rata – rata tertimbang (weighted mean) untuk memperoleh nilai yang berasal dari sekelompok data. Hasil penghitungan rata – rata tertimbang selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat diketahui kategori skornya.

3.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bagian untuk mempelajari alat, teknik atau prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan. Data tersebut perlu disajikan supaya mudah dimengerti, menarik, komunikatif, dan informatif bagi pihak lain. Penyajian data secara umum dibagi kedalam dua aspek yaitu penyiapan data dan analisis pendahuluan. Penyiapan data meliputi proses gathering, coding, editing dan input data, sedangkan analisis pendahuluan meliputi pemilahan, pemeriksaan dan penyusunan data sehingga diperoleh gambaran, pola, dan hubungan yang lebih bermakna.

3.6.2 Uji Validitas dan Realibilitas

Analisis validitas menurut Arikunto (2002) adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bilvariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Hasil analisis korelasi bilvariate dengan melihat output Pearson Correlation (Ghozali, 2005). Teknik analis butir instrumen untuk menguji validitas empirik menggunakan rumus Pearson Correlation Product Moment yaitu :

(35)

23 Keterangan :

r = nilai koefisien pearson N = jumlah responden X = skor butir instrumen Y = total skor

Uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana data dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama atau dapat dikatakan untuk menunjukkan adanya persesuaian antara sesuatu yang diukur dengan jenis alat pengukur yang dipakai. Adapun dalam pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus alpha (Ghozali, 2005). Dengan taraf signifikan ( ) = 0,6, apabila r xy > r tabel, maka quesioner sebagai alat pengukur sudah memenuhi syarat reliabilitas. Keterandalan (reliability) instrumen atau pertanyaan ditentukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:

……… (3) Keterangan :

= nilai koefisien Alpha - Cronbach K = butir instumen yang sahih

b2 = jumlah ragam butir instumen yang sahih

t2 = ragam skor total

3.6.3 Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Bertujuan menguji apakah dalam model regresi, residu dari persamaan regresi distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Caranya adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal. Adapun cara analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan grafik normal plot, dimana :

a. Jika penyebaran data mengikuti garis normal, maka data berdistribusi normal. b. Jika penyebaran data tidak mengikuti garis normal, maka data distribusi tidak

(36)

24

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan karena secara visual dapat kelihatan tidak normal padahal secara statistik bisa sebaliknya. Adapun uji normalitas dengan statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov (KS test), yaitu dengan melihat angka profitabilitas signifikan dimana data dapat disimpulkan berdistribusi normal jika angka signifikansinya lebih besar dari 0,05.

2. Uji Multikolonieritas

Bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variable bebas saling berkorelasi, maka variabel – variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel bebas sama dengan nol. Langkah menganalisis asumsi multikolinieritas yaitu :

a. Jika nilai VIF lebih kecil dari angka 5 maka tidak terjadi problem multikolinieritas.

b. Jika nilai VIF lebih dari angka 5 maka terjadi problem multikolinieritas. (Santoso, 2001)

3. Uji Heteroskdastisitas

Bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel bebas atau adanya perbedaaan nilai ragam dengan semakin meningkatnya nilai variabel bebas. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas atau yang terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). Prosedur uji dilakukan dengan Uji Glejser. Pengujian kehomogenan ragam sisaan dilandasi pada hipotesis:

(37)

25

Prosedur pengujian kehomogenan ragam residual adalah:

a. Lakukan pendugaan parameter model regresi linier dengan metode kuadrat terkecil.

b. Hitung sisaan dari model regresi yang diperoleh dari langkah pertama.

c. Buat regresi nilai mutlak residual, terhadap peubah penjelas dengan bentuk fungsional.

d. Lakukan uji keberartian koefisien regresi. Jika koefisien regresi tidak nyata maka terdapat hubungan yang penting secara statistis di antara peubah sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) (Gujarati, 2003).

3.6.4 Uji Hipotesis

1. Uji Hipotesis Secara Parsial dengan Uji t

Adalah uji yang digunakan untuk menyatakan signifikansi pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara peran Serikat Pekerja (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama (Y), maka dilakukan pengujian dengan t-test. Dapat dilihat pada langkah-langkah di bawah ini :

a. Hipotesis yang akan diuji dengan taraf nyata ( ) = 5% (uji dua arah)

Ho : = 0 artinya tidak ada pengaruh antara peran Serikat Pekerja (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama (Y)

Ha : > 0 artinya ada pengaruh antara peran Serikat Pekerja (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama (Y)

b. Kesimpulan :

i. Apabila t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh antara peran Serikat Pekerja (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama (Y)

(38)

26

2. Uji Hipotesis Secara Simultan dengan Uji F

Adalah uji yang digunakan untuk menyatakan signifikansi pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (y) yang dilakukan dengan uji F yang diuji dengan taraf nyata ( ) = 5% (uji satu arah) dapat dilihat di bawah ini :

a. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

Ho : 1,2,3,3,4,5,6 = 0 artinya tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara peran Serikat Pekerja (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama (Y) secara simultan (bersama-sama)

Ha : 1,2,3,4,5,6 > 0 artinya ada pengaruh yang positif dan signifikan antara peran Serikat Pekerja (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama (Y) secara simultan (bersama-sama)

b. Kesimpulan

- Apabila F hitung F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya peran Serikat Pekerja (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama (Y) secara simultan (bersama-sama)

- Apabila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak atau Ha diterima artinya peran Serikat Pekerja (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) terhadap terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama (Y) secara simultan (bersama-sama)

3.6.5 Koefisien Determinasi

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan variable bebas (X) dalam menjelaskan variabel tidak bebas (Y) yang besarnya merupakan kuadrat dari koefisien korelasi dan penggunaannya dinyatakan dalam prosentase. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : (Santoso, 2001)

R = r2 x 100% Dimana :

(39)

27

3.6.6 Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas yaitu peran Serikat Pekerja terhadap variabel terikat yaitu terbentuknya Perjanjian Kerja Bersama. Bentuk regresi linier berganda adalah sebagai berikut :(Hasan, 2002).

Y = 0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Dimana :

Y = variabel terikat (Perjanjian Kerja Bersama)

X1 = variabel bebas (peran menampung aspirasi dan keluhan Pekerja) X2 = variabel bebas (peran perwakilan Pekerja)

X3 = variabel bebas (peran memperjuangkan hak dan kepentingan anggota)

X4 = variabel bebas (peran membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial)

X5 = variabel bebas (peran meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota)

X6 = variabel bebas (peran menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen)

0 = konstanta

b1,2,3,4,5,6 = koefisien regresi masing-masing variabel bebas

(40)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Visi Dan Misi Perusahaan

PT United Tractors, Tbk berdiri pada tanggal 13 Oktober 1972 dan bergerak sebagai distributor alat berat Komatsu di Indonesia. Pada tanggal 19 September 1989, United Tractors menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sebagai PT United Tractors, Tbk (UNTR) dengan kepemilikan terbesar yaitu PT. Astra International Tbk. Saat ini, PT United Tractors, Tbk mempunyai 3 (tiga) unit bisnis utama yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan dan pertambangan. Visi PT United Tractors, Tbk adalah Menjadi perusahaan kelas dunia yang berbasis pada solusi dibidang alat berat, pertambangan dan energi, untuk menciptakan manfaat bagi pemegang kepentingan. Misi PT United Tractors, Tbk adalah menjadi Perusahaan yang bertekad membantu pelanggan meraih keberhasilan dengan pemahaman yang komprehensif dan berkelanjutan, menciptakan peluang kepada seluruh bagian dariperusahaan untuk meningkatkan status sosial dan peningkatan diri melalui prestasi, menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi pemegang kepentingan dengan memelihara keseimbangan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan serta memberikan kontribusi bagi kesejahteraan bangsa.

Terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia di perusahaan ada dua misi yang terkait yaitu menciptakan peluang kepada seluruh bagian dariperusahaan untuk meningkatkan status sosial dan peningkatan diri melalui prestasi serta memberikan kontribusi bagi kesejahteraan bangsa. Dari dua misi tersebut Divisi Human Capital sebagai organisasi yang bertanggung jawab mengelola sumber daya manusia, mempunyai tugas bagaimana menjadi partner yang nyata bagi pimpinan perusahaan maupun rekan kerja melalui fungsi :

1. Partner dari fungsi operasi perusahaan. 2. Pengembangan organisasi.

3. Mengembangkan bakat Pekerja 4. Administrasi

(41)

29

4.1.1 Struktur Organisasi

Kerangka pengelolaan sumber daya manusia di PT United tractors, adalah : 1. Industrial relation management, adalah proses pengelolaan hubungan industrial

untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis.

2. Reward management, adalah proses pengelolaan kompensasi dan benefit bagi Pekerja untuk mempertahankan dan memberikan semangat kepada para talent

perusahaan.

3. Recruitment management, adalah proses penerimaan Pekerja agar jumlahnya tepat, kualifikasinya tepat dan waktunya tepat.

4. People development management, adalah proses pengembangan Pekerja untuk menciptakan kompetensi dan karakter sesuai kebutuhan perusahaan.

5. Performance management, adalah proses pengukuran dan evaluasi performance Pekerja dan organisasi untuk mengoptimalkan performance tersebut.

6. Termination management, adalah proses pengelolaan Pekerja yang akan keluar untuk memenuhi etika dan tata aturan yang ada.

7. Organization development management, adalah proses pengelolaan organisasi untuk menciptakan organisasi perusahaan produktif, efektif dan efisien

(42)

30

Gambar 2. Struktur organisasi human capital division PT United Tractors, Tbk Sumber : data internal perusahaan

Dari Gambar 2, kita bisa ketahui bahwa komunikasi antara Serikat Pekerja dan manajemen perusahaan dilakukan oleh Industrial Relation Section yang bertangung jawab kepada Industrial Relation Departement Head. Industrial Relation Departement ada di bawah Human Capital Division, dengan penanggung jawab tertinggi dari keseluruhan proses ada dibawah Direktur Human Capital.

4.1.2 Gambaran Umum Serikat Pekerja

(43)

31

Bergabungnya SPUT dengan affiliasi nasional maupun internasional adalah untuk mencari dukungan dan bantuan ketika isu yang diperjuangkan adalah terkait kebijakan pemerintah. Namun terkait dengan perjuangan organisasi di tingkat Perusahaan, SPUT lebih mengutamakan perundingan antara Serikat Pekerja dengan Manajemen.

SPUT didirikan di Jakarta, pada tanggal 16 Mei 2008 dengan tujuan :

1. Menghimpun dan mempersatukan seluruh aspirasi pekerja PT United Tractors Tbk serta mewujudkan kesetiakawanan dan solidaritas diantara pekerja.

2. Menciptakan kehidupan dan penghidupan pekerja serta pola hubungan industrial yang selaras dan serasi dengan membela dan mempertahankan hak-hak dasar dan kepentingan pekerja, menuju terwujudnya tertib sosial, tertib hukum dan tertib demokrasi.

3. Meningkatkan kesejahteraan anggota serta memperjuangkan perbaikan nasib, syarat-syarat kerja serta penghidupan yang layak sesuai dengan kemanusian yang adil dan beradab.

4. Menciptakan iklim dan suasana kerja yang sehat dan kondusif

Struktur organisasi SPUT adalah Musyawarah Anggota (MUSYATA) sebagai pemegang kekuasaan dan kedaulatan tertinggi organisasi dan Badan Eksekutif Serikat Pekerja United Tractors (BESPUT) yang kepemimpinannya berlaku kolektif kolegial. Untuk pembagian kerja di oraganisasi BESPUT terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara dan Ketua Bidang. Sesuai dengan tujuan organisasi, maka didalam bekerjanya BESPUT akan menerima masukan aspirasi Pekerja yang menjadi anggota Serikat Pekerja kemudian memperjuangkannya ke manajemen.

4.2 Gambaran Umum Perjanjian Kerja Bersama Pada PT United Tractors, Tbk

(44)

32

Sebagai kesepakatan yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban Pekerja maupun Perusahaan, Perjanjian Kerja Bersama di PT United Tractors, Tbk terdiri dari 18 bab dan 106 pasal. Isi dari Perjanjian Kerja Bersama tersebut dimulai dari hal yang umum, pengakuan hak Pengusaha dan Serikat Pekerja, hubungan kerja, waktu kerja, produktivitas, pendidikan dan latihan, pengupahan, tunjangan-tunjangan, pengobatan dan perawatan kesehatan, jaminan sosial dan kesejahteraan, pensiun, cuti dan hari libur, keselamatan dan kesehatan kerja, tata tertib, sanksi dan pelanggaran, pemutusan hubungan kerja, penyelesaian keluh kesah serta pelaksanaan dari Perjanjian Kerja Bersama tersebut.

Hal umum yang dibahas pada Perjanjian Kerja Bersama diantaranya apa yang menjadi tujuan Perjanjian Kerja Bersama, bagaimana mencapai tujuan tersebut, pengertian dan istilah yang ada didalam Perjanjian Kerja Bersama, pihak yang membuat kesepakatan, luasnya perjanjian, kewajiban pihak-pihak yang mengadakan perjanjian serta hubungan industrial yang terjadi di PT United Tractors, Tbk. Pasal-pasal mengenai pengakuan hak Pengusaha dan Serikat Pekerja isinya tentang kesepakatan pengakuan Pengusaha tentang hak Serikat Pekerja dan pengakuan Serikat Pekerja tentang hak dan wewenang Pengusaha, fasilitas dan bantuan yang diberikan oleh Pengusaha untuk Serikat Pekerja, dispensasi yang diberikan untuk keperluan Serikat Pekerja, jaminan bagi Serikat Pekerja, jaminan bagi Pengusaha serta lembaga kerja sama bipartit di PT United Tractors, Tbk.

Pada bab hubungan kerja Perjanjian Kerja Bersama, hal yang disepakati diantaranya mengenai penerimaan kerja termasuk persyaratan yang harus dipenuhi didalam penerimaan kerja, masa percobaan karyawan, perjanjian kerja waktu tertentu, penempatan kerja tenaga asing, bagaimana penilaian kompetensi dan performance kerja, golongan Pekerja yang berlaku di Perusahaan, bagaimana promosi bagi Pekerja, perjalanan dinas yang dilaksanakan Pekerja serta penempatan dan mutasi bagi Pekerja. Kesepakatan mengenai waktu kerja antara lain mengenai hari dan waktu kerja yang berlaku, disiplin waktu kerja serta pasal tentang kerja lembur dan perhitungan upah lemburnya.

(45)

33

peningkatan kompetensi Pekerja melalui pendidikan dan pelatihan, maka disepakati pendidikan dasar dan pendidikan fungsional yang dilaksanakan di Perusahaan, pelatihan kerja serta fasilitas untuk pendidikan dan pelatihan tersebut.

Sebagai hak dasar dari Pekerja adalah menerima upah, maka didalam bab Perjanjian Kerja Bersama dibahas mengenai pengupahan secara detail, mulai struktur upah atau gaji pokok, proses kenaikan upah pokok, tunjangan dan fasilitas yang berhak diterima Pekerja serta prosedur pembayaran upah yang masih berhak diterima Pekerja walaupun yang bersangkutan berhalangan karena sakit atau ditahan.

Tunjangan, bonus dan insentif merupakan pasal-pasal yang disepakati juga terkait benefit yang di terima Pekerja. Benefit lain yang diterima Pekerja dan disepakati dalam Perjanjian Kerja Bersama ini adalah pengobatan dan perawatan kesehatan, mulai dari bantuan pengobatan, bantuan kacamata, bantuan alat bantu dengar, bantuan rawat inap dirumah sakit, pengobatan diluar negeri, bantuan perawatan persalinan serta keluarga berencana.

Pasal-pasal Perjanjian Kerja Bersama pada bab jaminan sosial dan kesejahteraan, pasal-pasal yang disepakati yaitu mengenai jaminan sosial tenaga kerja, asuransi kecelakaan kerja, dana pensiun, bantuan pernikahan bagi Pekerja, santunan kematian, bantuan sosial, olah raga dan kesenian, usaha koperasi, bantuan beasiswa bagi anak Pekerja, rekreasi bagi Pekerja dan keluarganya, kerohanian serta penghargaan masa kerja mulai dari 10 tahun.

Kesepakatan tentang Pekerja pensiun isinya apa yang akan di terima oleh Pekerja mulai dari masa persiapan pensiun sampai dengan pensiun. Cuti, ijin dan libur merupakan hak karyawan yang perlu diatur pelaksanaannya dalam Perjanjian Kerja Bersama yang mencakup dari cuti tahunan, cuti panjang, cuti lapangan, cuti pengganti, cuti hamil dan melahirkan, cuti haid, ijin tidak masuk bekerja karena ada keperluan keluarga, ijin khusus untuk ujian pendidikan dan ibadah keagamaan, ijin meninggalkan pekerjaan diluar tanggungan Perusahaan serta hari-hari libur resmi nasional.

(46)

34

Produktivitas adalah hasil dari pelaksanaan kewajiban karyawan yang diatur melalui pasal-pasal peraturan tata tertib di Perjanjian Kerja Bersama. Dimulai dari tata tertib registrasi bagi Pekerja, tata tertib keselamatan kerja dan lingkungan hidup, tata tertib kesehatan dan kebersihan, tata tertib keamanan serta yang terakhir adalah sikap dan tanggung jawab, baik atasan kepada bawahan maupun sebaliknya yaitu bawahan kepada atasan. Ketika ada kewajiban bagi Pekerja, agar kewajiban tersebut dilaksanakan maka disepakati pasal-pasal mengenai sanksi-sanksi terhadap pelanggaran, mulai dari peringatan lisan, surat peringatan pertama, surat peringatan kedua, surat peringatan ketiga sampai dengan sanksi pemutusan hubungan kerja.

Walaupun pengusaha mencegah semaksimal mungkin terjadinya pemutusan hubungan kerja, namun bisa saja hal tersebut terjadi sebagai pilihan terakhir yang tidak bisa dihindari sehingga diperlukan kesepakatan ketika terjadi pemutusan hubungan kerja agar hak Pekerja dan Pengusaha terlindungi. Kewajiban dan hak Pekerja serta Perusahaan saat terjadi pemutusan hubungan kerja disepakati dalam Perjanjian Kerja bersama. Jenis pemutusan hubungan kerja yang terjadi bisa pada masa percobaan, atas kehendak Pekerja, secara massal, karena tidak mampu bekerja atau sakit berkepanjangan, meninggal dunia, kesalahat berat, perubahan kepemilikan perusahaan, perusahaan tutup maupun karena perusahaan pailit. Dari berbagai jenis pemutusan hubungan kerja tersebut akan ada perbedaan benefit yang didapatkan Pekerja dengan dasar perhitungan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang pisah yang disepakati di dalam Perjanjian Kerja Bersama.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Struktur organisasi human capital division PT United Tractors, Tbk
Tabel 5. Jenis Kelamin Responden
Tabel 7. Kriteria interpretasi skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

bersama antara manajemen dan serikat pekerja Hotel Sahid Surabaya. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam. perjanjian kerja bersama tersebut. Untuk

Hasil penelitian konstruk PSP memiliki pengaruh positif langsung secara signifikan terhadap PKO sebesar 0,437 yang menunjukkan arah hubungan peran serikat pekerja dengan

corporate governance di PT Coca Cola Bottling Indonesia dalam tesis judul : PERAN SERIKAT PEKERJA DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAN MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE ( Studi

pada masalah Pengaruh partisipasi dan aspirasi karyawan di Organisasi serikat pekerja. (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia/SPSI) terhadap motivasi kerja karyawan PT

Djitoe Indonesian Tobacco Coy Surakarta dan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan fungsi serikat pekerja sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama (PKB)

Segala ketentuan mengenai Musyawarah Unit Induk Luar Biasa yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi Serikat Pekerja PT

Kesimpulan dari hasil olah data di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel Efektivitas Serikat Pekerja berada pada range keempat (tinggi)

Perjanjian Kerja Bersama atau juga dikenal dengan ringkasan PKB, pada dasarnya merupakan perjanjian yang dibuat oleh 2 (dua) pihak, yakni serikat pekerja dengan satu pengusaha