BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
1. Analisis level teks
1) Analisis framing berita Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, 5 Oktober 2012
a. Sintaksis
Dari pemilihan judul di atas menjelaskan bahwa Dahlan Iskan siap mengungkapkan kasus pemalak BUMN. Berita ini menggunakan lead siapa. Dahlan menjadi pemeran utama pada berita ini.
Pemilihan kata ‘percaya diri’ dapat diartikan Dahlan Iskan bukan orang yang bersalah dan dia berani berhadapan dengan anggota DPR. Pada berita ini
Koran Tempo meletakkan pada halaman utama dengan foto Dahlan Iskan dan menuliskan kutipan langsung di bawah judul “Saya bawa nyawa saya!” Sintaksis pada level framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menjelaskan bagaimana cara wartawan menyusun fakta melalui halaman utama, lead, latar informasi, kutipan, sumber, dan pernyataan.
Penggambaran percaya diri Dahlan Iskan pada tulisan ini terlihat pada kalimat, “Dahlan menolak memerinci hal yang bakal ia ungkapkan kepada Badan Kehormatan, termasuk nama politikus.” Masih pada paragraf yang sama, Koran Tempo melanjutkan dengan kutipan langsung yang diwawancara via pesan pendek, “‘Hehehe…, besok ya. Malam ini lagi baca novel baru,’ ujarnya.” Wartawan Koran Tempo memberikan latar informasi kesiapan Dahlan yang percaya diri. Tidak ada persiapan apapun yang dia gunakan untuk memenuhi panggilan DPR.
Pada berita ini hanya dua narasumber yang diwawancarai. Mereka adalah mantan Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan dan Ketua Badan Kehormatan DPR, M Prakosa. Koran Tempo melakukan wawancara langsung kepada kedua narasumber ini dengan tulisan yang mendukung Dahlan Iskan.
Meski pada judul terdapat kata “Ungkap Pemalakan BUMN,” tidak ada tulisan yang menjelaskan siapa saja anggota DPR yang meminta jatah. Dahlan sebagai narasumber utama juga tidak memberikan bukti yang dia bawa kepada wartawan. “Dahlan menolak memerinci hal yang bakal ia ungkapkan kepada Badan Kehormatan, termasuk nama politikus. Dia terkesan santai saat menjawab
pertanyaan Tempo. ”Hehehe…, besok ya. Malam ini lagi baca novel baru,” ujarnya.”1
b. Skrip
Skrip pada level framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menjelaskan bagaimana wartawan merangkai kelengkapan unsur-unsur berita. Level ini menjelaskan pula jenis teras berita (lead) yang digunakan pada berita itu.
Tulisan Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR
menggunakan lead siapa di mana Dahlan Iskan sebagai aktor utama. Orang lain pada berita ini adalah Ketua Badan Kehormatan M. Prakosa. Dahlan siap untuk mengungkap pemalak BUMN adalah dengan memenuhi panggilan Badan Kehormatan (BK) DPR dan ini masih dijelaskan pada lead. “Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan memastikan akan memenuhi panggilan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat hari ini.”2
Paragraf kedua dijelaskan kenapa anggota DPR memalak BUMN. Di situ juga dipaparkan kapan Dahlan akan bertemu dengan BK DPR untuk membeberkan pemalak BUMN. Tulisan ini tidak dijelaskan bagaimana Dahlan akan merinci peminta jatah itu karena dia merahasiakannya kepada wartawan.
Alasan mengapa Dahlan percaya diri mengungkapkan anggota DPR yang suka meminta jatah ini terlihat dengan wawancara Koran Tempo via telepon bahwa dia tidak mempersiapkan apa-apa. “Dahlan menolak memerinci hal yang bakal ia ungkapkan kepada Badan Kehormatan, termasuk nama politikus. Dia
1
Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, Koran Tempo tanggal 5
Oktober 2012, h. A1.
2
Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, Koran Tempo tanggal 5
terkesan santai saat menjawab pertanyaan Tempo. ”Hehehe…, besok ya. Malam ini lagi baca novel baru,” ujarnya.”3
c. Tematik
Bagian ini menganalisis bagaimana wartawan menuliskan fakta. Tema pada berita ini hanya satu, yaitu tentang Dahlan Iskan yang siap memenuhi panggilan DPR dengan percaya diri. Pada tulisan itu digambarkan bagaimana kondisi Dahlan Iskan saat sedang diwawancara dan apa persiapan apa yang dilakukan sebelum memenuhi panggilan DPR.
Wartawan mengisahkan berita ini pada lead bagaimana kesiapan Dahlan Iskan dalam membeberkan anggota DPR yang meminta jatah. Paragraf selanjutnya tentang alasan Dahlan datang memenuhi panggilan BK DPR ditambah dengan penggambaran Dahlan yang terlihat santai untuk memenuhi panggilan tersebut. “Dia terkesan santai saat menjawab pertanyaan Tempo. ”Hehehe…, besok ya.
Malam ini lagi baca novel baru,” ujarnya.”4
Kesinambungan judul, lead, dan kalimat selanjutnya sudah terlihat karena tulisan ini hanya memiliki satu tema, yaitu kesiapan Dahlan Iskan yang percaya diri memenuhi panggilan BK DPR. Di penghujung tulisan, Koran Tempo
menambahkan satu narasumber lain dari BK DPR sebagai penyeimbang berita dari anggota DPR.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo,
Elik Susanto, Koran Tempo tidak akan menerbitkan berita yang tidak berimbang. Itu sebabnya dalam satu berita terkadang lebih dari dua reporter.
3
Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, Koran Tempo tanggal 5
Oktober 2012, h. A1.
4
Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, Koran Tempo tanggal 5
“Untuk menjadi sebuah berita yang siap untuk diedarkan, ada penulis sendiri karena harus mengumpulkan dari setiap wartawannya dan siap menjadi laporan berita yang cover both sides. Ada kalanya laporan wartawan itu sepihak, kemudian ditambahkan dengan laporan wartawan yang lain. Berita yang saling melengkapi itu ditulis dan dirampung oleh editor.”5
d. Retoris
Bagian ini menganalisis cara wartawan menekankan sebuah fakta. Penekanan pada berita ini adalah pada gambar Dahlan Iskan yang menjadi foto pada halaman utama Koran Tempo. Tampilan gambar menunjukkan bahwa Dahlan Iskan adalah tokoh utama pada tulisan tersebut. Berita ini juga diletakkan pada halaman utama untuk memberitahu kepada publik bahwa kasus ini sangat penting.
Pemberian warna merah pada judul juga menekankan ketegasan dan keseriusan Dahlan Iskan untuk membongkar para pemalak yang ada di DPR. Judul yang memakai kata “Dahlan” mengungkapkan bahwa dia adalah tokoh utama dalam tulisan itu.
Selain gambar Dahlan Iskan, penekanan yang membuat Dahlan Iskan terletak pada info grafis pada halaman utama. Pada info tersebut dijabarkan jumlah BUMN yang ada, BUMN apa saja yang diperas, dan tanggapan dari beberapa anggota DPR.
5
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo, Elik Susanto, Jakarta, Rabu, 6 November 2013.
1. Halaman muka Koran Tempo dengan judul Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR
Gaya bahasa yang digunakan wartawan pada berita ini tidak bertele-tele. Wartawan dengan lugas menggambarkan kronologi peristiwa yang terjadi, apa yang akan Dahlan Iskan lakukan besok, dan menceritakan yang sedang dia lakukan. “Bahkan kita menjelaskan secara jelas kepada masyarakat, ini loh
kasusnya. Urutan-urutannya seperti ini. Kalau diperhatikan, berita di Tempo itu selalu ada info grafik di depannya. Itu salah satu cara menjelaskan kepada publik,” kata Elik.6
6
2) Analisis framing berita Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, 8 Oktober 2012
a. Sintaksis
Judul Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan tergambar jelas bagaimana usahanya untuk membongkar skandal upeti yang diminta DPR. Meski Dahlan tidak menyebutkan alasan kenapa dia hendak disingkirkan, tetapi dari seluruh rangkaian berita menggambarkan bahwa penyingkiran tersebut berhubungan dengan perseteruannya dengan DPR. “Kali ini isu yang sama mencuat kembali
ketika hubungan antara Dahlan dan Dewan Perwakilan Rakyat memanas. Konflik
bermula ketika Dahlan menyebutkan ada anggota Dewan yang meminta ‘jatah’
kepada direksi BUMN.”7
Berita ini tidak ditaruh pada halaman utama, tapi berita utama. Meski
demikian, berita utama pada Koran Tempo berkaitan dengan halaman utama.
Sama seperti berita sebelumnya, tulisan kali ini Dahlan juga tidak menyebutkan apa yang telah dia wacanakan. Dahlan merahasiakan pernyataannya ini pada wartawan. Paragraf selanjutnya mengingatkan kembali kepada pembaca bahwa Dahlan sudah beberapa kali diancam seperti ini.
Dahlan Iskan yang sebelumnya tidak menyebutkan siapa saja yang memalak BUMN, kali ini dia memberitahukannya pada saat pertemuan dengan BK DPR. akan tetapi, orang yang disebut Dahlan membantah. Mereka bahkan
akan menuntut Dahlan karena telah melakukan pencemaran nama baik. “Idris dan
Sumaryoto membantah tuduhan itu. Idris bahkan berencana menuntut Dahlan. ‘Ini
7
bisa menjadi pencemaran nama baik,’ ujar dia. Adapun Sumaryoto membenarkan sempat menanyakan ‘jatah’ itu. Tapi, dia menegaskan, ‘Saya bukan menagih.’”8
Meski pada judul dituliskan “Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan,”
Latar informasi yang ceritakan wartawan pada tulisan ini lebih pada pembantahan pernyataan dari Dahlan. Pada penutup berita dijelaskan pengangkatan dan pemberhentian seorang menteri itu ada pada kekuasaan presiden.
b. Skrip
Berita ini menggunakan lead apa. Apa yang dilakukan pejabat di kabinet setelah Dahlan secara berani mengungkapan orang yang sukan memalak BUMN. Hampir semua unsur berita ada pada awal paragraf. Siapa yang ingin menyingkirkan Dahlan, Bagaimana mereka melakukan itu, di mana peristiwa terjadi, dan kapan Dahlan berbicara.
“Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menuding ada pejabat di kabinet yang menginginkan dia dicopot dari jabatan menteri. ‘Memang ada pihak yang mengusulkan saya diberhentikan dari kabinet,’ ujar Dahlan, menjawab pertanyaan wartawan, di Gedung Pertamina kemarin.”9
Berita ini ada lima narasumber yang diwawancara wartawan Koran Tempo. Dahlan Iskan masih pada pemeran utama dan diletakkan pada awal tulisan. Narasumber kedua adalah salah satu orang yang disebut peminta jatah, yaitu anggota Komisi BUMN, Idris Laena, dari Partai Golkar. Narasumber ketiga adalah anggota Komisi BUMN, Idris Laena, dari Partai Golkar. Narasumber keempat adalah peneliti ICW, Ade Irawan. Terakhir Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR, Harry Azhar Aziz.
8
Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan,Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
9
Penulis dalam mengisahkan tulisan ini memiliki dua angle yang saling
berhubungan. Setengah tulisan itu menjelaskan beberapa pihak yang hendak menyingkirkan Dahlan Iskan dan mengingatkan pembaca bahwa Dahlan sempat bersiteru pula dengan pejabat lain.
Setengah berita selanjutnya merupakan pendapat beberapa orang yang mendukung Dahlan dengan menyanggah isu pemberhentian Dahlan Iskan. Selain itu juga dijelaskan bahwa anggota DPR tidak berhak memberhentikan seorang
menteri. “Dihubungi terpisah, Indonesia Corruption Watch meminta Dahlan tak
menghiraukan isu pendepakan dirinya dari kabinet. ‘Pengangkatan dan pemecatan menteri itu hak prerogatif presiden,’ kata peneliti ICW, Ade Irawan, kemarin.”10
c. Tematik
Kasus ini memiliki tiga tema. Kasus pertama berkaitan dengan judul yang menjelaskan pihak lain yang menginginkan Dahlan Iskan untuk dicopot dari menteri. Akan tetapi pada tulisan tersebut tidak dijelaskan siapa yang menginginkan Dahlan Iskan untuk turun jabatan. “Namun Dahlan menolak menguraikan dan menjelaskan lebih jauh lontaran ini. Dia pun enggan menanggapi pertanyaan mengapa pejabat itu hendak menyingkirkannya. Bekas
Direktur Utama PLN itu hanya berujar, ‘Saya tahulah.’”11
Kasus kedua adalah pengulangan dari tema utama saat Dahlan Iskan akan mengunggkap anggota DPR yang suka meminta jatah dari BUMN. Tapi pernyataan tersebut dibantah langsung oleh anggota Komisi Keuangan, Sumaryoto yang disebut Dahlan. Dia membenarkan bahwa sempat menanyakan
jatah, tapi dia tidak menagih. “Idris dan Sumaryoto membantah tuduhan itu. Idris
10
Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan,Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
11
bahkan berencana menuntut Dahlan. ‘Ini bisa menjadi pencemaran nama baik,’ ujar dia. Adapun Sumaryoto membenarkan sempat menanyakan ‘jatah’ itu. Tapi, dia menegaskan, ‘Saya bukan menagih.’”12
Terakhir merupakan dukungan dari beberapa pihak yang menginginkan agar Dahlan Iskan segera membongkar kasus pemalakan tersebut. Orang yang menginginkan agar masalah tersebut cepat selesai adalah peneliti ICW, Ade
Irawan dan Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR, Harry Azhar Aziz. “Dihubungi
terpisah, Indonesia Corruption Watch meminta Dahlan tak menghiraukan isu pendepakan dirinya dari kabinet. ‘Pengangkatan dan pemecatan menteri itu hak prerogatif presiden,’ kata peneliti ICW, Ade Irawan, kemarin.”13
Meski dalam berita ini memiliki tiga tema, tapi ketiganya memiliki kesinambungan dari satu paragraf ke paragraf selanjutnya. Hanya pada paragraf terakhir yang tidak koheren dengan paragraf selanjutnya karena pernyataan Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR Harry Azhar Aziz yang mengatakan agar Dahlan fokus pada pembenahan BUMN.
d. Retoris
Berita ini tidak ada foto yang ditampilkan. Tetapi penekanannya tetap pada kutipan langsung di antara judul dan berita terkait. Kutipan langsung itu menegaskan bahwa penurunan para menteri adalah hak istimewa presiden dan pihak lain tidak memiliki kewenangan seperti itu. “Juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, menampik kabar yang dilontarkan Dahlan. Dia menegaskan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak berencana memberhentikan Dahlan
12
Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan,Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
13
‘Saya belum pernah mendengar. Kalau dicopot, siapa yang mengganti?’ kata Julian kemarin.”14
Berita ini juga menggambarkan bahwa perseteruan Dahlan Iskan sudah terjadi beberapa kali. Koran Tempo mengatakan pada Mei 2012 Dahlan sempat berhubungan kurang baik dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik. Akan tetapi mereka membantah pertikaian tersebut karena itu hanya rumor.
Meski Dahlan mengatakan hendak disingkirkan sebagai Menteri BUMN, beberapa pihak mendukung apa yang sudah Dahlan lakukan. Indonesia Corruption Watch menginginkan agar Dahlan tidak menghiraukan isu tersebut karena hak pemberhentian seorang menteri merupakan hak prerogratif presiden.
Berita ini lebih menggambarkan Dahlan Iskan dibandingkan anggota DPR. Tulisan ini lebih banyak mengulang kasus sebelumnya yang sudah terjadi pada Dahlan. Selain kasus perseteruan dengan anggota DPR, dijelaskan pula perseteruan Dahlan dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik.
3) Analisis framing berita Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, 30 Oktober 2012.
a. Sintaksis
Pemilihan judul ini dapat dikatakan mendukung apa yang telah dilakukan Dahlan Iskan saat menjadi Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara. Saat itu Dahlan Iskan membuat keputusan yang mengakibatkan PLN merugi hingga Rp 37
14
triliun. Semua itu Dahlan Iskan lakukan demi tidak terjadi pemadaman listrik yang bukan hanya di Jakarta, tapi juga Sumatera.
“Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa, mengatakan seharusnya
DPR tak hanya menyalahkan PLN. Dewan juga memiliki fungsi kontrol dan pengawasan terhadap tata niaga gas. Selama ini, pasokan gas seret karena lebih banyak dijual kepada industri dan diekspor ke luar negeri.
‘Pasokan untuk PLN jadi tidak ada. Seharusnya ini diprioritaskan oleh
pemerintah,’ katanya kemarin.”15
Pemilihan judul pada berita ini menggunakan kata pemerintah. Padahal, kata pemerintah di sini hanya mengacu perkataan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini. Tidak ada lagi perwakilan pemerintah
yang dituliskan Koran Tempo selain dari perkataan Rudi Rubiandini.
Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa mengatakan bahwa seharusnya DPR tidak menyalahkan Dahlan Iskan. Hal itu karena saat PLN melakukan pemborosan, saat itu gas seret sehingga membuat Dahlan mengambil kebijakan untuk memakai BBM. Redaktur Pelaksana Koran Tempo Rubrik Politik, Elik Susanto juga mengatakan bahwa sebenarnya kerugian PLN tidak adil jika disalahkan sepenuhnya pada Dahlan Iskan.
Latar informasi yang digambarkan wartawan pada berita ini adalah Dahlan Iskan bukan orang yang bersalah. Dia terpaksa melakukan itu demi tersedianya listrik untuk masyarakat di pulau Jawa dan Sumatera meski harus menanggung rugi sebesar Rp 37 triliun. “Kalau tidak salah itu hanya asumsi kerugian yang itu asumsi dari periode sebelum Dahlan, sekitar 10 tahun dan Dirut sebelum Dahlan juga ditahan karena korupsi. Jadi tidak fair jika itu dibebankan pada Dahlan, ” papar Elik.16
15
Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat,Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1.
16
b. Skrip
Berita ini menggunakan teras berita pemaparan (descriptive lead). Lead
tersebut memaparkan apa yang akan terjadi jika Dahlan Iskan tidak memakai Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai pembangkit listrik. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini sebagai aktor utama pada tulisan ini. Rudi digambarkan Koran Tempo sebagai perwakilan pemerintah. Kalimat selanjutnya dipaparkan kenapa pemerintah mengatakan bahwa keputusan Dahlan itu benar.Dipaparkan pula lokasi yang akan terkena imbas jika Dahlan Iskan tidak melakukan kebijakan seperti itu.
“Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke Sumatera.”17
Paragraf selanjutnya mengisahkan bagaimana Dahlan Iskan mengambil kebijakan sehingga membuat PLN defisit Rp 37 triliun. Peristiwan itu terjadi pada 2009-2010. Kisah ini terus berlanjut hingga paragraf empat. Jika pada tulisan sebelumnya ada nama Dahlan Iskan sebagai narasumber, kali ini Koran Tempo
tidak mencantumkannya.
“Saat menjabat Direktur Utama PLN, Dahlan menggunakan BBM sebagai pengganti gas di sejumlah pembangkit listrik. Langkah ini dilakukan karena seretnya pasokan gas. Akibatnya, Badan Pemeriksa Keuangan menemukan pemborosan Rp 37 triliun dalam tubuh PLN sepanjang 2009-2010.”18
Hanya ada tiga narasumber yang diminta komentar tentang kasus inefisiensi PLN ini. Pertama, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia,
17
Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat,Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1.
18
Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat,Koran Tempo, 30
Rudi Rubiandini yang perkataannya diletakkan pada lead. Kedua, anggota Komisi
Perdagangan, Perindustrian, dan BUMN Dewan Perwakilan Rakyat, Mohamad Sohibul Iman yang hanya meminta penjelasan Dahlan Iskan kenapa dia melakukan kebijakan seperti itu. Terakhir, Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa sebagai penutup tulisan.
c. Tematik
Tema utama pada tulisan ini adalah tentang kebijakan Dahlan Iskan dianggap pemerintah tepat. Wartawan menulis seolah-olah tindakan seperti itu merupakan jalan terakhir Dahlan Iskan. Hal tersebut karena pasokan gas yang kurang, sehingga harus menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang jauh lebih mahal.
Inti pada berita ini menggambarkan bahwa Dahlan Iskan tidak bersalah. Jika Dahlan tidak menggunakan BBM, maka akan terjadi pemadaman listrik besar-besaran meski harus membuat PLN melakukan pemborosan sebesar Rp 37 triliun.
“Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke Sumatera.”19
Koherensi antarkalimat menceritakan dukungan kepada Dahlan Iskan. Bahkan Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa mengatakan seharusnya DPR tak hanya menyalahkan PLN. Dewan juga memiliki fungsi kontrol dan pengawasan terhadap tata niaga gas sehingga menyediakan gas ke PLN. Selama ini, pasokan
19
Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat,Koran Tempo, 30
gas seret karena lebih banyak diprioritaskan dijual kepada industri dan diekspor ke luar negeri.
“Sohibul mengakui PLN memiliki dua fungsi sekaligus, yakni sebagai pelaksana kebijakan energi nasional dan sebagai perusahaan milik negara. Sebagai pelaksana kebijakan, PLN dinilai merupakan korban kebijakan energi secara umum. Tetapi sebagai perusahaan, PLN banyak memiliki persoalan manajemen. ‘Ini juga harus diketahui publik,’ kata dia.”20
d. Retoris
Jika pada berita sebelumnya kasus ini diletakkan pada halaman atau berita utama, kali ini ada pada rubrik bisnis. Gambar yang digunakan pada tulisan ini adalah lampu neon yang tersambung dengan kabel yang berwarna-warni. Seperti pada berita sebelumnya, Koran Tempo juga meletakkan kalimat paling penting sebelum berita. Kalimat itu menjelaskan bahwa kekurangan gas dapat membuat pulau Jawa dan Sumatera gelap gulita.
20
Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat,Koran Tempo, 30
2. Gambar ilustrasi berita Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat
Kata ‘tepat’ pada judul yang lebih besar dari kalimat lain memberikan efek pembeda kepada pembaca tertarik pada kata itu. Kata tepat kemudian dibuktikan dengan data yang menyatakan bahwa jika Dahlan Iskan tidak melakukan pemborosan tersebut, maka akan terjadi pemadaman besar-besaran.
“Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak
terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke Sumatera.”21
Wartawan menuturkan sebab-akibat yang dilakukan Dahlan Iskan secara runut. Berawal dari keputusan Dahlan yang tepat hingga efek yang ditimbulkan jika dia tidak memutuskan untuk melakukan pemborosan di PLN sampai mengakibatkan PLN rugi Rp 37 triliun.
Meski Dahlan melakukan inefisiensi terhadap PLN, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini mengatakan bahwa PLN sebenarnya telah melakukan penghematan, salah satunya dengan mengurangi penggunaan BBM. Hal itu dibuktikan dengan catatan pemerintah pada 2012 yang membuktikan penggunaan BBM menyusut menjadi 13,83 persen dari seluruh