VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Faktor-faktor eksternal pada umumnya berdiri sendiri dan berada diluar jangkauan perusahaan, akan tetapi dapat mempengaruhi perusahaan dan kemampuan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari analisis eksternal dapat ditentukan peluang dan ancaman yang timbul bagi perusahaan berdasarkan perkembangan dan kecenderungan yang terjadi pada faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi Death By Chocolate & Spageti Restaurant terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro.
6.2.1 Lingkungan Makro
Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi yang berada diluar perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan. Lingkungan makro terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi.
a. Faktor Politik
Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan politik. Lingkungan itu dibentuk oleh hukum, badan pemerintah, dan kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu. Pada saat bulan ramadan untuk menjaga kesucian bulan puasa menjadi perhatian serius Pemkot Bogor. Selain melarang tempat hiburan beroperasi selama bulan puasa, Pemkot Bogor pun mengimbau pengusaha restoran agar tidak beroperasi pada siang hari saat umat Muslim tengah menjalankan ibadah puasa. Imbauan itu pun tertuang dari Surat Edaran (SE) Wali Kota No. 451.13/2375-Sos.
Peraturan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan proteksi kepada perusahaan yang bergerak di bidang obat dan makanan yang ada di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari praktek-praktek ilegal yang dilakukan oleh pengusaha yang bisa merugikan konsumen. Selain itu BPOM juga selalu mengawasi pengusaha dalam penetapan strandar mutu produk yang akan di jual ke konsumen. Dengan adanya SK dari BPOM maka acuan standar tersebut memproteksi persaingan yang tidak sehat dalam negeri.
b. Faktor Ekonomi
Ketidakstabilan kondisi perekonomian saat ini memberikan pengaruh terhadap kecenderungan iklim usaha yang tidak menentu. Kenaikan harga BBM yang terjadi beberapa bulan yang lalu mengakibatkan harga-harga bahan baku di pasar menjadi naik. Tidak hanya itu saja otomatis bukan hanya biaya transportasi saja yang naik. Biaya operasional Death By Chocolate & Spageti Restaurant juga ikut-ikutan menjadi naik mengikuti harga bahan baku di pasar. Akibat dari hal tersebut untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, maka
Death By Chocolate & Spageti Restaurant beberapa bulan yang lalu menaikan semua harga produk-produknya sesuai dengan biaya yang dikeluarkan sekitar 20 persen hingga 30 persen.
c. Faktor Sosial
Faktor sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen biasanya berasal dari keluarga, teman, status sosial dan peran serta di
masyarakat. Loyalitas pelanggan terhadap pembelian produk DBC & Spageti
Restaurant beberapa diantaranya dipengaruhi oleh faktor kualitas, keunikan dan kepuasan terhadap hasil produksi Death By Chocolate & Spageti Restaurant. Dalam hal ini Death By Chocolate & Spageti Restaurant sebaiknya tetap menjaga kualitas produk dan hubungan baik dengan pelanggan, serta bertindak cepat dalam merespon keluhan dari pelanggan. Hal-hal tersebut dilakukan agar image yang terbentuk di masyarakat tentang Death By Chocolate & Spageti Restaurant tetap terjalin dengan baik.
d. Faktor Teknologi
Teknologi yang digunakan oleh Death By Chocolate & Spageti Restaurant
sudah cukup moderen. Itu bisa dilihat dari adanya tempat pendingin bahan baku, mikrowave, oven listrik, mixer untuk membuat adonan DBC, mesin pembuat spageti dan sebagainya. Dengan pemakaian alat-alat yang moderen maka dalam melakukan proses produksi diperlukan kehati-hatian agar kualitas dari produk yang dihasilkan tidak berkurang. Oleh sebab itu penggunaan teknologi yang baik dapat menyebabkan kapasitas produksi yang dihasilkan menjadi lebih banyak.
6.2.2 Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro biasanya pelakunya adalah yang langsung terkait dengan perusahaan dan langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani pasarnya. Lingkungan mikro terdiri dari ancaman pendatang baru, tingkat persaingan antar perusahaan, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar- menawar pemasok dan kekuatan tawar-menawar pembeli.
a. Ancaman Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru pada industri restoran akan memberikan implikasi pada penurunan pangsa pasar. Ancaman pendatang baru ini tergantung pada seberapa besar penghalang atau hambatan untuk masuk ke dalam industri. Hambatan masuk bagi pendatang baru dalam industri restoran bila dilihat dari skala ekonomi dan kebutuhan modal relatif rendah. Itu disebabkan karena untuk membuka sebuah usaha restoran tidak diperlukan skala ekonomi yang besar dan kebutuhan modal awal yang relatif kecil, tergantung pada pangsa pasar sasaran yang mau diraih. Selain itu untuk hambatan differensiasi produk cukup tinggi
karena semakin produk itu berbeda maka konsumen semakin penasaran untuk mencobanya.
b. Tingkat persaingan antar perusahaan
Tingkat persaingan antar pengusaha restoran di kota Bogor saat ini cenderung kompetitif. Itu bisa dilihat dari jumlah restoran dan rumah makan yang ada di kota Bogor yang dari tahun ke tahun semakin bertambah. Restoran yang sejenis dengan DBC & Spageti restoran memang tidak ada di kota bogor, namun
Death By Chocolate & Spageti Restaurant menghadapi pesaing dari pengusaha yang menghasilkan produk subtitusi berbahan dasar coklat seperti rumah coklat, keik house, bread talk, roti bogor permai, brownis amanda, miscele bread, holland bakery, de paris dan lain-lain. Selain itu juga restoran dan rumah makan yang menyediakan menu spageti juga ikut menjadi pesaing dari Death By Chocolate & Spageti Restaurant. Contohnya seperti daily cafe, Mcd, KFC, CFC, warung steik, obonk steak, cerry cafe, solaria cafe, pizza hut dan sebagainya.
c. Ancaman produk pengganti
Setiap perusahaan dalam suatu industri persaingan pasti akan menghadapi ancaman produk pengganti. Biasanya produk pengganti muncul dalam bentuk yang berbeda namun memiliki kegunaan yang sama. Ancaman produk pengganti yang di hadapi oleh Death By Chocolate & Spageti Restaurant meliputi produk- produk yang berbahan dasar coklat seperti aneka kue-kue coklat seperti kue Brownies Amanda, produk-produk seperti coklat stik yang di hasilkan oleh Dapur Coklat, menu-menu spageti dan pasta yang di jual di beberapa restoran di kota Bogor, dan sebagainya.
d. Kekuatan tawar-menawar pemasok
Di Death By Chocolate & Spageti Restaurant tidak memiliki pemasok bahan baku yang khusus dipilih oleh manajemen untuk memasok bahan baku langsung ke Death By Chocolate & Spageti Restauran. Bahan baku yang di perlukan diperoleh dengan belanja langsung ke pasar dan supermarket. Dapat dikatakan bahwa Death By Chocolate & Spageti Restaurant tidak memiliki kekuatan tawar dalam hal harga bahan baku, karena harga sudah di tetapkan oleh pasar. Melihat banyaknya penjual di pasar maka pemasok tidak memiliki kekuatan tawar menawar dalam hal harga jual.
e. Kekuatan tawar-menawar pembeli
Konsumen di Death By Chocolate & Spageti Restaurant tidak memiliki kekuatan tawar menawar pembeli. Harga setiap produk yang di jual di Death By Chocolate & Spageti Restaurant di tetapkan berdasarkan harga bahan baku yang di beli dan disesuaikan dengan kualitas produk yang dihasilkan. Melihat dari hal tersebut maka konsumen tidak memiliki kemampuan untuk menetapkan harga beli setiap produk yang ada di Death By Chocolate & Spageti Restaurant.