• Tidak ada hasil yang ditemukan

kerja yang jelas sehingga karyawan bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Upah untuk karyawan harian dibayarkan tiap minggu dengan tingkat upah harian Rp 20.000,00/hari. Upah karyawan harian yang rendah membuat tingkat keluar karyawan tinggi. Tetapi tingkat keluar yang tinggi diimbangi oleh masih tingginya jumlah karyawan yang ingin masuk. Tingkat keluar masuk karyawan ini tentunya kurang efektif dan efisien karena karyawan yang baru harus berlatih dan beradaptasi terlebih dahulu dengan kondisi perusahaan. Tingginya tingkat keluar masuk karyawan juga mengakibatkan hubungan di antara para karyawan tidak terjalin dengan akrab. Penilaian kinerja karyawan dilihat dari absensi dan hasil kerja. Karyawan harian tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Perusahaan memberikan kompensasi berupa bonus jika perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar.

5.1.5. Riset dan Pengembangan

Riset dan pengembangan merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Umumnya perusahaan harus memiliki anggaran biaiya tersendiri untuk menjalankan departeman penelitian dan pengembangannya sehingga tidak semua perusahaan memiliki departemen tersebut. Pada umumnya perusahaan kecil dan menengah belum memiliki departeman ini karena keterbatasan modal dan keterbatasan tenaga ahli. CV Cahaya Abadi saat ini masih merupakan usaha dengan skala kecil menengah sehingga tidak melakukan riset dan pengembangan secara khusus. Misi perusahaan adalah untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen, akan tetapi selama ini perusahaan belum melakukan riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas produk. Perusahaan juga belum mampu melakukan pemisahan grading pada produk seperti yang diinginkan oleh konsumen.

5.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal meliputi faktor di dalam perusahaan yang dapat memberikan informasi mengenai peluang dan anacaman bagi perusahaan. Adapaun faktor-fakktor eksternal yang dianalisis meliputi lingkungan umum dan lingkungan industri.

58 5.2.1. Lingkungan Umum

Kategori yang dgunakan dalam lingkungan umum adalah sosioekonomi, teknologi, dan pemerintahan.

5.2.1.1. Sosioekonomi

Kajian sosioekonomi ini membahas faktor ekonomi, iklim, sosial, yang akan membantu atau menghambat perusahaan untuk mencapai tujuannya.

1) Ekonomi

Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kabupaten Kendal. Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yaitu berkisar di atas 35 persen, paling tinggi diantara sektor lain (BPS Kabupaten Kendal 2007). Di antara industri pengolahan tersebut, kontribusi industri barang kayu dan hasil hutan lainnya merupakan sektor industri yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Diantara industri kayu ini kemungkinan adalah meningkatnya industri pengolahan kayu yang berbahan baku kayu sengon. Hal ini dapat menjadi ancaman perusahaan karena meningkatkan persaingan untuk mendapatkan bahan baku.

Tabel 9. Kontribusi Sektor Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya terhadap Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kendal Tahun 2004-2007 (Juta Rp)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007

Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya

255.374,72 286.987,56 302.964,63 328.098,99

Sumber: BPS Kabupaten Kendal (2007

2) Sosial

Faktor sosial terpusat pada nilai dan sikap orang, pelanggan, dan karyawan yang mempengaruhi strategi. Nilai-nilai ini terwujud ke dalam perubahan gaya hidup yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Adapun kondisi sosial yang terkait adalah meningkatnya permintaan jenis-jenis kayu cepat tumbuh seperti sengon sebagai bahan baku utama industri untuk menggantikan kayu alam yang

59 jumlahnya semakin menurun. Kondisi sosial yang juga terkait adalah saat ini sudah banyak kegiatan pembangunan industri kecil, misalnya industri vinir dari bahan baku kayu sengon di Pulau Jawa yang mendekati sumber bahan baku guna pemenuhan kebutuhan industri di luar Pulau Jawa. Hal ini merupakan kegiatan out sourcing dari beberapa industri plywood di Pulau Kalimantan. Dari kegiatan out sourcing ini komponen vinir sengon memberikan kontribusi yang cukup signifikan sebagai bahan pembentuk plywood, dengan kandungan mencapai 70 persen. Tingginya permintaan sengon di Pulau Jawa ini mendorong masyarakat untuk menanam sengon. Tanaman sengon mendominasi pohon yang ditanam pada lahan milik rakyat. Masyarakat sangat antusias untuk menanam sengon karena umurnya yang pendek serta memiliki harga dan pasar yang dapat diramalkan2. 3) Demografi

Komposisi penduduk sekarang dan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi keberuntungan dan strategi perusahaan. Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (BPS 2008). Peningkatan jumlah penduduk Indonesia ini memberikan peluang meningkatnya permintaan, secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan terhadap produk vinir. Kondisi ini dikarenakan pertumbuhan penduduk akan memungkinkan meningkatnya permintaan terhadap produk-produk dengan bahan kayu lapis dan akhirnya produsen kayu lapis akan meningkatkan permintaannya terhadap vinir.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008

Tahun Jumlah Penduduk (juta jiwa)

2005 219.852,00 2007 225.642,00 2008 228.523,00

Sumber: BPS (2008)

Data BPS Kabupaten Kendal menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Kendal tahun 2007 tercatat sebanyak 937.420 jiwa yang terdiri atas 462.612 (49,35

2 [Anonim]. Belajar Dari Pembangunan Hutan Tanaman di Jawa. Oktober 2008. Bulian : 14-15 (Kolom 1-2).

60 persen) laki-laki dan 474.808 (50,65 persen) adalah perempuan. Jumlah penduduk terbersar terdapat di Kecamatan Boja, yakni sebesar 64.252 jiwa. Banyaknya pencari kerja di Kabupaten Kendal pada tahun 2007 sebanyak 22.563 orang (Disnakertrans 2007). Tingginya jumlah pengangguran tersebut akan mempermudah CV Cahaya Abadi untuk memperoleh tenaga kerja jika diperlukan.

4) Iklim

Perencana strategi yang efektif harus memiliki wawasan iklim dan ekologis, dengan demikian ancaman dari perubahan cuaca yang tidak terlihat dapat diketahui oleh perusahaan yang memproduksi barang yang bersifat musiman (Purwanto 2007). Kualitas vinir yang dihasilkan sangat tergantung dengan kualitas kayu sengon. Menurut Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18oC sampai 28oC, hal ini sesuai dengan syarat pertumbuhan kayu sengon yang baik, yakni ditanam pada suhu antara 18o -27oC (Siregar et al. 2008). Selain suhu udara, iklim yang berpengaruh terhadap usaha pengolahan vinir sengon ini adalah musim penghujan, dimana saat musim penghujan kadar MC dari vinir ini akan semakin meningkat sehingga akan lebih mudah busuk dan retak.

5.2.1.2 Teknologi

Perubahan teknologi dapat memberikan peluang yang besar untuk meningkatkan hasil, tujuan, atau mengancam kedudukan perusahaan (Purwanto 2007). Sekarang ini telah terdapat teknologi mesin oven kayu untuk mengeringkan vinir agar lebih tahan lama. Akan tetapi mesin ini belum dimiliki oleh perusahaan. Untuk menyiasati hal tersebut, maka vinir yang telah selesai diproduksi langsung dikirim sehingga pengiriman vinir dilakukan harian. Selain itu, untuk pengiriman jarak jauh, maka perusahaan menyewa alat pengering agar vinir lebih tahan lama dengan biaya Rp 100.000,00 per meter kubik.

5.2.1.3. Pemerintah

Falsafah pemerintah dalam hubungannya dengan perusahaan dapat berubah sewaktu-waktu. Tindakan pemerintah dapat memperbesar peluang atau hambatan perusahaan atau keduanya secara bersamaan. Kebijakan pemerintah dalam industri kehutanan yaitu SK Menteri Kehutanan Nomor: SK

456/Menhut-61 II/2004 yang menetapkan lima prioritas kebijakan bidang kehutanan, salah satunya adalah revitalisasi sektor kehutanan, khususnya industri kehutanan primer. Kebijakan revitalisasi ini memiliki tujuan pokok yakni membangkitkan industri kehutanan terutama industri primer hasil hutan yang dinilai kinerjanya menurun, sehingga mampu meningkatkan nilai tambah hasil hutan, pemenuhan barang produksi hasil hutan untuk kebutuhan masyarakat, menyediakan lapangan kerja serta menghasilkan devisa dan penerimaan negara.

Kebijakan tersebut kemudian diperkuat dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 421/Menhut-II/2006 tentang fokus-fokus kegiatan pembangunan kehutanan, salah satunya adalah fokus pengelolaan pemanfaatan hutan tanaman dan restrukturisasi industri primer kehutanan. Adanya kebijakan-kebijakan tersebut berarti pemerintah ikut berupaya mendorong berkembangnya industri kehutanan, khususnya industri primer hasil hutan yang termasuk usaha pengolahan vinir di dalamnya.

Dalam industri pengolahan kayu di wilayah Jawa Tengah, peran pemerintah yakni Dinas Kehutanan Jawa Tengah adalah memberikan perizinan bagi industri yang akan bergerak ke bidang pengolahan kayu. Dalam hal tersebut pemerintah memberikan kemudahan dengan memberikan pelayanan dan persyaratan yang mudah kepada perusahaan pengolah kayu. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan SK Menhut Nomor P-35/Menhut II/2008 tentang izin usaha industri primer hasil hutan di mana dalam peraturan tersebut pemerintah mempermudah persyaratan perizinan. Kemudahan perizinan tersebut adalah setiap perusahaan tidak harus memiliki dokumen upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKL-UPL). Untuk mendapatkan dokumen tersebut, perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sangat besar.

Jumlah lahan kritis di wilayah Jawa Tengah semakin meningkat. Oleh karena itu program Dinas Kehutanan Jawa Tengah adalah kegiatan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Kegiatan dilaksanakan dengan pemberian bibit sengon kepada masyarakat sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan sekaligus untuk meningkatkan ekonomi rakyat melalui pengelolaan hutan dan lahan.

62 5.2.2. Lingkungan Industri

5.2.2.1. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis

Persaingan dalam suatu industri akan menjadi semakin tajam dan tak terkendali sebagai akibat dari sejumlah faktor-faktor struktural yang saling berinterkasi, diantaranya (1) jumlah pesaing yang banyak atau tidak seimbang; (2) pertumbuhan industri yang lamban; (3) biaya tetap yang tinggi; (4) ketiadaan diferensiasi; (5) penambahan kapasitas dalam jumlah besar; (6) pesaing yang beragam; (7) taruhan strategis yang besar; (8) hambatan pengunduran diri yang besar (Purwanto 2007). Persaingan di industri ini semakin tajam karena banyaknya jumlah pesaing. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Jawa Tengah (2006), tercatat bahwa sejak tahun 2006 hingga tahun 2009 ini telah terdapat 24 perusahaan yang mendaftarkan diri sebagai perusahaan pengolahan vinir. Perusahaan yang berada di Industri pengolahan vinir ini bervariasi, sebagian besar hanya memproduksi vinir, akan tetapi ada juga yang memproduksi vinir dan plywood. Bentuk usaha ini beragam, mulai dari usaha perorangan berbentuk Usaha Dagang (UD), persekutuan komanditer (CV), dan Perseroan Terbatas (PT). Tingginya intensitas persaingan ini membuat perusahaan yang berada di dalamnya harus dapat bersaing secara kompetitif.

5.2.2.2. Masuknya Pesaing Baru

Menurut Porter (1997), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala.

1) Skala ekonomis

Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost) suatu produk (operasi atau fungsi yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk) apabila volume absolut per periode meningkat (Porter, 1991). Skala ekonomis sebaiknya dimiliki oleh perusahaan pengolah vinir. Hal ini dikarenakan biaya operasional yang dibutuhkan dalam proses produksi sangatlah besar sehingga jika perusahaan tidak mampu mencapai skala ekonomis maka perusahaan akan mengalami kerugian karena harus beroperasi

63 dengan tingkat biaya yang tidak menguntungkan. Dapat dilihat pada Tabel 8 mengenai data keuangan perusahaan, bahwa jika semakin sedikit jumlah vinir yang diproduksi, maka biaya operasional vinir/m3 akan semakin besar. Oleh karena itu, skala ekonomis harus dicapai perusahaan agar dapat mencapai harga yang kompetitif.

2) Diferensiasi produk

Diferensiasi produk artinya perusahaan tertentu memiliki identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan yang disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, perbedaan produk di masa lampau atau hanya sekedar karena merupakan perusahaan pertama yang memasuki industri (Porter 1991). Tidak terdapat diferensiasi merek dalam produk vinir yang dihasilkan.

3) Kebutuhan modal

Kebutuhan untuk menanamkan sumberdaya keuangan yang besar agar dapat bersaing dapat menciptakan hambatan masuk (Porter 1991). Modal yang besar mutlak diperlukan untuk memulai usaha ini. Hal ini dikarenakan untuk memulai usaha ini diperlukan biaya yang cukup besar untuk pembelian mesin dan peralatan, bangunan, dsb. Tabel 8 memperlihatkan biaya investasi yang dikeluarkan oleh CV Cahaya abadi saat memulai usaha ini. Nilai investasi tersebut belum termasuk nilai lahan yang digunakan sebagai tempat produksi. Selain itu, mesin yang digunakan juga dengan kualitas second sehingga harganya jauh lebih rendah dari harga aslinya. Selain itu, kegiatan operasional perusahaan juga memerlukan biaya yang besar seperti yang terlihat dalam Tabel 9. Dan juga umumnya perusahaan kayu lapis membayar dengan jangka waktu tempo tertentu, oleh karena itu perusahaan harus memiliki aset lancar untuk menjaga kontinuitas operasional produksi perusahaan.

4) Biaya beralih pemasok

Biaya beralih pemasok merupakan biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Biaya peralihan ini dapat meliputi biaya melatih kembali karyawan, biaya dan waktu untuk menguji atau menerima sumber baru, atau bahkan biaya psikis karena merusak hubungan (Porter 1991). Biaya beralih pemasok dalam industri ini umumnya adalah biaya untuk menguji atau menerima

64 sumber baru karena pada umumnya konsumen harus menguji terlebih dahulu kualitas vinir sebelum dijadikan plywood. Selain itu juga biaya psikis karena telah merusak hubungan. Hubungan usaha antara perusahaan plywood dengan pemasok telah terjalin dengan baik dan telah terdapat kepercayaan di antara keduanya. Hubungan baik sangat penting karena usaha di sektor industri ini adalah usaha yang melibatkan dana besar sehingga menuntut moral hazard yang baik dari kedua belah pihak. Untuk itu, para pendatang baru harus dapat menawarkan penyempurnaan yang besar dalam biaya atau prestasi agar pembeli mau beralih ke pemasok.

5) Akses ke saluran distribusi

Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari para pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya (Porter 1991). Setiap perusahaan dalam sektor industri ini umumnya telah memiliki saluran distribusi atau wilayah pemasaran tersendiri. Akan relatif sulit bagi para pendatang baru untuk memperoleh akses ke saluran distribusi, hal ini terkait dengan hubungan baik dan rasa saling percaya antara pemasok dengan saluran distribusinya. Akan tetapi akses masuk ke saluran distribusi ini dapat ditembus jika perusahaan pendatang baru dapat memberikan penawaran yang baik. 6) Biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala

Perusahaan vinir yang telah mapan mungkin memiliki keunggulan bersaing yang tidak dimiliki oleh perusahaan pendatang baru yang akan masuk ke industri pengolahan vinir, misalnya dalam hal pengalaman, teknologi, penguasaan terhadap sumberdaya produksi, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah dan kurva belajar atau pengalaman. Proses pengolahan vinir ini relatif mudah dipelajari dan mudah untuk mendapatkan teknologi pengolahannya. Hal tersebut memberikan kemudahan bagi para pendatang baru untuk memasuki industri ini.

5.2.2.3. Produk Substitusi

Produk pengganti yang perlu mendapat pehatian besar adalah produk-produk yang memiliki kecenderungan harga atau prestasi yang lebih baik dan produk yang dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi. Produk substitusi dari

65 produk ini relatif banyak, karena produk vinir dapat diproduksi dari berbagai kayu lain, antara lain vinir dari kayu alam dan vinir karet.

Tabel 11. Hasil Industri Pengolahan Kayu Perum Perhutani I Jawa Tengah Tahun 2003-2007 No Jenis Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 1 Vinir m2 238,181 345430 294,789 98,137 2 Parquet block m2 4,140 34,558 - 3,321 2,052 3 Parquet mozaic m2 10,265 1,315 - 157 312 4 Lamparquet/Li stoni m2 12 - - - 9,296 5 Wall panel/teak decking Mlr - - - 6 Plinth skirting Mlr 4.118 20,832 - 120 5 7 List ceiling Mlr - - -

8 Pintu Jati Buah 437 287 - 249 -

9 Pintu Mahoni buah 40 12 - - -

10 Jendela buah 365 233 - 182 - 11 Finish flooring m2 18.796 2.940 - 18 1,121 12 Teak listoni m2 - - - 13 Briefcase buah - - - 14 Garden furniture m3 4,040 3,295 2,854 2,613 2,417

Sumber: Dinas Kehutanan Jawa Tengah (2007)

Vinir kayu alam saat ini semakin sedikit karena pasokan kayu dari luar Jawa semakin menipis. Sedangkan vinir dari kayu karet lebih banyak digunakan sebagai bahan pelapis ubin kayu (Tabel 11). Pada tahun 2006-2007 jumlah vinir yang dihasilkan oleh Perum Perhutani I Jawa Tengah dengan menggunakan bahan baku kayu alam (kayu rimba) atau jati semakin menurun. Dengan demikian, keberadaan produk pengganti tidak terlalu menyulitkan perusahaan dalam pemasaran produk.

66 5.2.2.4. Kekuatan Tawar Menawar penjual/pemasok

Kekuatan tawar menawar pemasok kuat jika hanya terdapat sejumlah pemasok tetapi hanya sedikit terdapat barang substitusi yang cukup bagus dan biaya mengganti bahan baku sangat tinggi (Porter 1991). Kekuatan tawar-menawar pemasok dalam industri ini relatif kecil, hal ini karena jumlah pemasok kayu sengon yang sekarang ini sudah cukup banyak. Penetapan harga umumnya disesuaikan dengan harga pembelian vinir dari pabrik.

5.2.2.5. Kekuatan Tawar Menawar pembeli

Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen kuat jika terdapat konsumen yang terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil (Porter 1991). Kekuatan tawar menawar pembeli dalam industri pengolahan vinir ini dapat dikatakan kuat. Hal ini dikarenakan pembeli, yang umumnya perusahaan kayu lapis adalah perusahaan yang memiliki kapasitas yang besar. Mereka juga membeli dalam jumlah besar. Selain itu produk vinir yang dibelinya tidak terlalu terdapat diferensiasi produk atau standar dan perusahaan kayu lapis ini memiliki biaya peralihan pembeli yang kecil karena pembeli dengan mudah berpindah ke pemasok lain. Loyalitas perusahaan kayu lapis yang kurang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mudah untuk mencari pemasok bagi perusahaannya.