• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat

6.8. Tahapan Pendekatan Arsitektur Strategik

6.8.4. Rancangan Arsitektur Strategik

Penyusunan rancangan arsitektur strategik CV Cahaya Abadi didasarkan pada aspek-aspek yang telah dianalisis sebelumnya yakni visi dan misi organisasi, analisis lingkungan internal dan eksternal, tantangan organisasi, dan sasaran yang ingin dicapai perusahaan. Rancangan arsitektur strategik CV Cahaya Abadi dibuat

88 sebagai blue print untuk menjawab tantangan yang dihadapi dalam mencapai sasaran perusahaan.

Setelah diperoleh alternatif strategi pada matriks SWOT dan prioritas strategi pada matriks QSP, maka strategi tersebut kemudian dipetakan ke dalam gambar Arsitektur Strategik CV Cahaya Abadi. Di dalam peta strategik tersebut terdapat serangkaian strategi dan program yang disusun menurut rentang waktu yang dipersiapkan. Berdasarkan diskusi dengan pihak perusahaan, rentang waktu pelaksanaan arsitektur strategi adalah lima tahun yang didasarkan pada tujuan perusahaan dalam lima tahun ke depan. Adapun tahap pelaksanaan arsitektur strategik CV Cahaya Abadi dibagi menjadi dua bagian yaitu strategi yang dilakukan secara terus menerus dengan pertimbangan bahwa program tersebut memang dibutuhkan oleh perusahaan setiap tahunnya dan strategi yang dilakukan secara bertahap dengan melihat waktu dan alokasi sumberdaya.

Program-program tersebut kemudian digambarkan dalam arsitektur strategik sesuai dengan waktu pelaksanaan. Dalam arsitektur strategik ini terlihat bahwa program kegiatan yang direkomendasikan memiliki keterkaitan satu sama lainnya untuk mencapai sasaran perusahaan. Adapun Rancangan arsitektur strategik CV Cahaya Abadi dapat dilihat pada Gambar 10.

Untuk prioritas strategi meningkatkan promosi, program yang dilaksanakan pada tahun 2010 yakni menambah tenaga kerja pemasaran dan pembangunan website. Hal tersebut didasarkan pada sasaran perusahaan yakni dalam lima tahun ke depan perusahaan mampu mengembangkan produknya di wilayah Jawa Tengah. Kondisi perusahaan saat ini tidak memiliki tenaga kerja khusus dalam bidang pemasaran sehingga promosi yang dilakukan masih sangat minim. Oleh karena itu, berdasarkan diskusi dengan pihak perusahaan, program penambahan tenaga kerja bidang pemasaran dilakukan secepatnya, yakni pada tahun 2010. Penambahan tenaga kerja pemasaran ini bertujuan diantaranya untuk meningkatkan promosi langsung.

Pembuatan website dilakukan juga pada tahun 2010 mengingat program tersebut juga penting untuk promosi perusahaan agar dapat mencapai target lima tahun ke depan yakni perluasan wilayah pemasaran di Jawa Tengah. Beberapa sentra industri kayu lapis di Jawa Tengah diantaranya Kabupaten Semarang,

89 Batang, Temanggung, Pati, Pekalongan dan wonosobo. Untuk itu, maka program pengembangan di wilayah Jawa Tengah ini dilakukan secara bertahap. Target pemasaran di tahun 2010 adalah Kabupaten Semarang dan Batang, tahun 2011 yakni pengembangan wilayah pemasaran ke Kabupaten Temanggung dan Pati, tahun 2012 pengembangan pemasaran ke Kabupaten Pekalongan, tahun 2014 pengembangan pemasaran ke Kabupaten Wonosobo sehingga tahun 2015 perusahaan telah memiliki wilayah pemasaran yang cukup luas di Jawa Tengah.

Untuk prioritas strategi meningkatkan hubungan baik dengan pelanggan agar tercapai kontrak jangka panjang, terdapat beberapa program yang direkomendasikan, yakni (1) Penggunaan media internet untuk lebih mempermudah pemasaran; (2) Peningkatan kontrol kualitas terhadap produk yang dikirimkan ke perusahaan kayu lapis; (3) Melakukan analisa persaingan dan menetapkan harga yang bersaing; (4) Meningkatkan skill karyawan, baik dalam hal produksi maupun pemasaran. Dari program tersebut yang dilaksanakan secara bertahap yakni penggunaan media internet untuk lebih mempermudah pemesanan yang dilaksanakan pada tahun 2010. Hal ini karena tuntutan industri saat ini yang sudah menggunakan media internet sebagai sarana komunikasi, misalnya dengan membuat e-mail perusahaan atau memfungsikan website selain sebagai alat promosi juga sebagai sarana menerima order atau pesanan.

Penggunaan media internet untuk mempermudah sistem pemesanan yang lebih mudah diharapkan dapat membantu meningkatkan upaya pemasaran. Hal ini karena dengan penggunaan media internet, selain memudahkan konsumen untuk melakukan pesanan secara mendetail dan juga memudahkan jika terdapat keluhan atau masukan dari konsumen. Hal tersebut karena konsumen dapat mengirimkan langsung ke situs atau alamat website perusahaan secara cepat. Program ini dapat dikatakan mendukung upaya pemasaran karena dapat meningkatkan kepuasan konsumen melalui upaya pelayanan yang baik dan untuk jangka panjang dapat membantu perusahaan untuk membuat kontrak jangka panjang dengan konsumen seperti yang ditargetkan oleh konsumen untuk dapat memperoleh kontrak jangka panjang dengan perusahaan kayu lapis pada tahun 2012.

Prioritas strategi ketiga yakni membangun hubungan kemitraan dengan pengumpul kayu sengon. Pengumpul kayu sengon merupakan stakeholder yang

90 memiliki peranan penting karena kayu yang dipanen dari petani umumnya dijual ke pengumpul kayu sengon. Oleh karena itu penting untuk dilakukan kegiatan kemitraan terutama di daerah-daerah penghasil sengon dengan jumlah besar di daerah Kabupaten Semarang dan Batang. Diharapkan dengan melakukan program-program untuk meningkatkan hubungan kemitraan seperti dengan memberikan bonus harga kepada pengumpul yang loyal maka akan meningkatkan akses perusahaan dalam memperoleh bahan baku, hal ini terkait dengan permintaan bahan baku kayu sengon yang tinggi. Dengan memiliki akses bahan baku yang cukup terjamin maka strategi ini juga akan membantu meningkatkan upaya pemasaran karena perusahaan mampu menawarkan produksi yang kontinu dengan bahan baku sengon yang dimiliki.

Prioritas strategi keempat yakni melakukan efisiensi biaya produksi dengan beberapa program yang diusulkan yakni perencanaan keuangan setiap bulan, dan penggunaan faktor produksi secara efisien, seperti penggunaan BBM dan bahan baku penolong. Kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus dengan pertimbangan bahwa kegiatan ini dapat dilakukan setiap tahun.

Prioritas strategi kelima yakni melakukan hubungan kemitraan dengan petani sengon. Untuk melaksanakan strategi ini terdapat beberapa program kegiatan yang dapat dilaksanakan, yakni pada tahun 2010, perusahaan sudah merencanakan akan memberikan bibit di beberapa desa di Kabupaten Kendal dan Semarang. Tahun selanjutnya akan dilakukan pengembangan pemberian bibit hingga ke daerah Kabupaten Batang dan Temanggung. Pekalongan. Program ini dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pemerintah dalam mewujudkan kawasan hutan yang bersertifikasi pengelolaan hutan lestari (eco labelling). Pengelolaan hutan sengon secara lesatari sangat penting dari sisi lingkungan dan dari sisi ekonomi. Pengelolaan hutan sengon secara lestari dapat berupa tebang pilih pada saat pemanenan, hal ini agar hutan yang ditanam tersebut tidak gundul saat dipanen.

Strategi ini erat hubungannya dengan prioritas strategi ketiga yakni meningkatkan hubungan baik dengan pengumpul kayu sengon. Kedua strategi ini merupakan upaya perusahaan untuk meninmgkatkan akses terhadap bahan baku terutama di daerah pusat penghasil kayu sengon. Dengan memiliki akses terhadap

91 bahan baku yang kuat, maka diharapkan mampu meningkatkan bargaining position perusahaan sehingga dapat membantu untuk mencapai target perusahaan untuk mendapatkan kontrak jangka panjang pada tahun 2012.

Prioritas strategi keenam yakni penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas produk dengan program kegiatan yang diusulkan yakni penggunaan mesin oven untuk mengeringkan vinir. Program ini direkomendasikan untuk dilaksanakan pada tahun 2011 mengingat saat ini perusahaan masih memiliki beban hutang yang akan selesai pada tahun 2011. Sehingga pada tahun tersebut perusahaan dapat membuka pinjaman baru lagi atau menggunakan modalnya untuk membeli mesin oven. Penggunaan mesin oven ini bertujuan agar produk vinir yang dihasilkan lebih tahan lama sehingga dapat meningkatkan kualitas vinir yang dihasilkan dan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan sehingga program ini juga berupaya meningkatkan pemasaran perusahaan.

Prioritas strategi ketujuh yakni melakukan grading pada produk. Program ini dilakukan pada tahun 2012 dengan pertimbangan bahwa pada tahun tersebut perusahaan telah dapat melakukan kerjasama dengan pabrik kayu lapis untuk memberikan pelatihan grading produk kepada para karyawannya. Program ini seperti program pada strategi ketujuh yakni meningkakan kualitas produk yang dihasilkan sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan kepuasan konsumen sehingga juga meningkatkan upaya pemasaran perusahaan.

92

Sumbu X (Rentang Waktu) Sumbu Y

(Rekomendasi Program Kegiatan)

Gambar 10. Rancangan Arsitektur Strategi CV Cahaya Abadi

2014

ALTERNATIF

STRATEGI Meningkatkan Promosi

peningkatan pelayanan kepada konsumen agar dapat tercapai kontrak jangka panjang.

Meningkatkan dan mempertahankan hubungan baik dengan pengumpul Melakukan efisiensi biaya produksi

Membangun hubungan kemitraan dengan petani

Penggunaan Teknologi untuk meningkatkan kualitas produk

Melakukan Grading

TANTANGAN

1) Perusahaan mampu memperluas wilayah pemasaran melalui promosi. 2) Perusahaan mampu menghasilkan

produk vinir yang berkualitas 3) Perusahaan mampu beroperasi dalam

skala yang efisien melalui perbaikan manajemen produksi/operasional dan perencanaan keuangan yang baik agar perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan pesaingnya.

4) Perusahaan memiliki akses yang kuat terhadap bahan baku sengon.

2011

2010 2012 2013

SASARAN : peningkatan wilayah pemasaran di Jawa , menghasilkan produk vinir yang berkualitas sesuai dengan standar, serta lebih banyak menyerap tenaga kerja dan mampu meningkatkan

kesejahteraan karyawan.

Menambah Jumlah tenaga Pemasaran untuk Meningkatkan kegiatan pemasaran melalui promosi langsung dan pembuatan website

Pengembangan pemasaran: Semarang, dan Kabupaten Batang

Program kegiatan yang dilakukan terus-menerus :

1) Peningkatan kontrol terhadap produk yang dikirimkan ke perusahaan kayu lapis 2) Melakukan analisa persaingan dan menetapkan harga yang kompetitif

3) Meningkatkan efisiensi biaya produksi melalui perencanaan keuangan serta penggunaan faktor produksi secara efisien 4) Peningkatan skill karyawan

5) Menjaga dan meningkatkan kualitas vinir yang dihasilkan Pemberian bibit dan

pembinaan petani di wilayah Kabupaten Kendal dan Semarang Pembelian Mesin Oven untuk mengeringkan Vinir Pelatihan Grading Produk

Kontrak Jangka Panjang dengan perusahaan kayu lapis Membangun sistem

pemesanan yang lebih mudah dengan berbagai media

Membangun dan mengembangkankemitraan dengan pengumpul kayu sengon di Beberapa Kabupaten penghasil kayu sengon seperti Kabupaten Batang, Pekalongan, Semarang , Pati,dan Temanggung

Pengembangan wilayah pemasaran:

Jawa Tengah Pengembangan wilayah pemasaran :

Temanggung dan Pati

Pengembang an wilayah pemasaran: Wonosobo Pengembangan wilayah pemasaran : Wonosobo

93 6.9 Keterkaitan Hasil Analisis Matriks IFE, EFE, IE, SWOT, QSPM, dan Arsitektur Strategik.

Analisis strategi pengembangan usaha CV Cahaya Abadi bertujuan untuk membantu CV Cahaya Abadi dalam mencapai visi dan misinya. Analisis strategi pengembangan usaha vinir CV Cahaya Abadi ini menggunakan berbagai alat analisis yakni matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT, matriks QSPM, dan arsitektur strategik.

Analisis lingkungan internal dan eksternal yang menggunakan matriks IFE dan EFE menghasilkan angka bobot skor rata-rata IFE sebesar 2,519 dan EFE sebesar 3,19 yang kemudian diplotkan dalam matriks matriks IE sehingga diketahui posisi perusahaan dalam matriks IE berada pada kuadran II, yakni Grow and Build dimana sttrategi yang cocok bagi posisi tersebut adalah strategi integrasi yang terdiri dari backward integration, forward integration, dan horizontal integration serta strategi intensif yang terdiri dari strategi market penetration, product development dan market development.

Matriks SWOT menggunakan daftar kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang diidentifikasi dalam matriks IFE dan EFE. Analisis matriks SWOT menghasilkan alternatif strategi yang mungkin dapat diohasilkan oleh perusahaan. penyusunan alternatif strategi dalam matriks SWOT mempertimbangkan strategi yang cocok dalam matriks IE yakni strategi intensif dan strategi integratif.

Adapun alternatif strategi dari hasil analisis matriks SWOT terbagi dalam strategi SO (strengths-opportunities) yakni membangun hubungan kemitraan dengan petani sengon merupakan strategi backward integration, dengan strategi ini perusahaan berusaha meningkatkan aksesnya terhadap bahan baku melalui hubungan kemitraan dengan petani sengon karena diduga permintaan terhadap pohon sengon yang semakin meningkat sedangkan tanaman ini tidak dapat dipanen setiap tahun. Strategi WO (weaknesses-opprtunities) yakni penggunaan teknologi untuk kgiualitas sengon dan melakukan grading pada produk, kedua alternatif strategi tersebut merupakan strategi product development yakni untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Strategi ST (strengths-threats) yakni mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pengumpul sengon. Alternatif strategi ini termasuk dalam strategi backward intetgration karena dengan strategi tersebut perusahaan berusaha untuk meningkatkan

94 akses atau penguasaannya terhadap bahan baku. Strategi WT (weaknesses-threats) meningkatkan pelayanan kepada konsumen agar dapat tercapai kontrak jangka panjang dan meningkatkan promosi untuk mengembangkan pemasaran merupakan strategi market penetration, karena dengan alternatif strategi tersebut perusahaan berusaha meningkatkan pangsa pasarnya dengan meningkatkan upaya pemasaran produk.

Alternatif strategi yang diperoleh kemudian dinilai kemenarikannya dengan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang perusahaan untuk mendapatkan prioritas startegi untuk dilaksanakan melalui matriks QSP. Prioritas strategi ini terkait dengan waktu pelaksanaan strategi karena sumberdaya yang dimiliki perusahaan terbatas. Hasil dari matriks QSP didapatkan prioritas pelaksanaan strategi, hasil prioritas strategi tersebut yakni meningkatkan promosi, meningkatkan pelayanan kepada konsumen, mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pemasok sengon, melakukan efisiensi biaya produksi, membangun hubungan kemitraan dengan petani, penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas produk, serta melakukan grading pada produk.

Menurut Jauch dan Glueck (1996), diacu dalam Yoshida (2006), strategi merupakan rencana kegiatan yang menyeluruh, terpadu yang memadukan segala kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghadapi tantangan yang ada. Menurut Hax dan Majluf (1995), diacu dalam Yoshida (2006), strategi yang terpadu memiliki ciri-ciri diantaranya bersifat koheren, menyatu dan menunjukkan pola keputusan organisasi yang integratif serta strategi tersebut mampu menentukan dan menyatakan secara tersurat arah organisasi terutama dalam hal tujuan jangka panjang, program-program kegiatan yang akan dilakukan, dan prioritas alokasi sumberdaya.

Oleh karena itu, agar strategi yang dihasilkan lebih bersifat terpadu dengan menggunakan arsitektur strategik. Dengan arsitektur strategik dapat doikembangkan skenario yang diperkirakan akan memuluskan jalan untuk menuju tercapainya visi dan misi perusahaan. Unsur penting dari arsitektur strategik ini diantaranya adalah mendefinisikan tantangan dan sasaran perusahaan. Tantangan perusahaan merupakan kelemahan esensial yang dimiliki oleh perusahaan. Tantangan dapat diidentifikasi melalui matriks IFE. Sasaran merupakan target spesifik yang akan dicapai perusahaan dalam kurun waktu tertentu, dapat dikatakan sasaran merupakan turunan dari visi dan

95 misi. Sasaran CV Cahaya Abadi adalah berdasrakan tujuannya dalam lima tahun mendatang yakni mampu memasarkan hingga keluar Pulau Jawa, mampu menghasilkan produk vinir yang berkualitas sesuai dengan standar, serta mampe lebih banyak menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Dengan demikian, jangka waktu dalam rancangan arsitektur strategik adalah lima tahun.

Formulasi strategi dalam arsitektur strategik untuk CV Cahaya Abadi adalah dengan menyusun rekomendasi program kegiatan yang diturunkan alternatif strategi yang dihasilkan pada tahap pencocokan dengan matriks SWOT kemudian program-program tersebut digambarkan dalam rancangan gambar arsitektur strategik dengan kurun waktu lima tahun. Penempatan program kegiatan dalam arsitektur strategik berdasarkan hasil prioritas strategi yang dilakukan dengan matriks QSP.

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT yang diprioritaskan dalam matriks QSP maka disusun skenario penempatan program kerja yang direkomendasikan sesuai dengan jangka waktu dalam arsitektur strategik. Tahap pelaksanaan program kerja tersebut dibagai dalam program kerja yang dilaksanakan terus menerus dan program kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap.

Program kegiatan dari alternatif strategi yang dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan hasil prioritas dari mastriks QSP. Program dari prioritas strategi pertama hingga prioritas strategi kelima mulai dilaksanakan pada tahun pertama dalam rentang waktu arsitektur strategik (2010), sedangkan program kagiatan dari prioritas strategi keenam dilaksanakan pada tahun kedua (2011), dan program kegiatan dari prioritas strategi ketujuh dilaksanakan pada tahun ketiga (2012).

Program-program yang disusun dalam arsitektur strategik ini saling terkait satu sama lainnya. Seluruh program yang dijabarkan mendukung upaya peningkatakan pemasaran perusahaan yang menajdi prioritas utama bagi perusahaan dalam lima tahun ke depan untuk dapat mencapai sasaran perusahaan seperti pada Gambar 10. Sehingga dapat dikatakan hasil dari alat analisis pada penelitian ini memiliki hubungan satu sama lainnya untuk menghasilkan straetgi pengambangan usaha guna mencapai sasaran yang merupakan turunan dari visi, misi, dan tujuan organisasi.

96

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha pengolahan vinir sengon CV Cahaya Abadi, maka diperoleh kesimpulan:

Berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan, maka diperoleh faktor-faktor strategi yang menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang. Faktor-faktor strategi yang menjadi kekuatan perusahaan yaitu: (a) Lokasi perusahaan yang strategis; (b) Akses perusahaan terhadap bahan baku cukup terjamin; (c) Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik; (d) Memiliki sistem keuangan yang baik; (e) Perusahaan mampu memanfaatkan limbah. Sedangkan faktor strategi yang menjadi kelemahan perusahaan yaitu: (a) Produk vinir tidak tahan lama; (b) Kurangnya loyalitas konsumen; (c) Terbatasnya promosi sehingga pemasaran belum meluas; (d) Tingkat keluar masuk karyawan tinggi. Faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman perusahaan yaitu: (a) Banyaknya perusahaan baru yang masuk menjadi pesaing di industri pengolahan vinir; (b) Kekuatan tawar manawar pembeli terhadap produk vinir sengon tergolong kuat; (c) Ketersediaan kayu sengon yang terbatas; (d) Kualitas vinir yang menurun saat musim hujan. Peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan perusahaan adalah: (a) Dukungan pemerintah terhadap sektor industri kehutanan primer; (b) Kecenderungan harga BBM yang semakin menurun; (c) Berkembangnya industri plywood yang berbahan baku vinir dari kayu sengon; (d) Perkembangan teknologi; (e) Kekuatan tawar menawar pemasok kayu sengon terhadap perusahaan tergolong kecil; (f) Produk substitusi vinir sengon semakin sedikit dan memiliki pemasaran sendiri; (g) Tingginya minat masyarakat untuk menanam sengon.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan berdasarkan analisa matriks IE dan SWOT diperoleh tujuh alternatif strategi pengembangan usaha CV Cahaya Abadi, yaitu: (a) Meningkatkan promosi; (b) Meningkatkan pelayanan kepada konsumen; (c) Mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pengumpul sengon; (d) Melakukan efisiensi biaya produksi; (e) Membangun hubungan kemitraan dengan petani; (f) Penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas produk; (g) Melakukan grading pada produk. Berdasarkan analisis

97 dengan matriks QSP diperoleh alternatif strategi prioritas yaitu meningkatkan promosi dengan nilai STAS sebesar 3,768. Rancangan arsitektur strategik yang dilakukan oleh perusahaan dibuat dalam rentang waktu lima tahun sesuai dengan sasarannya dalam lima tahun. Tahap pelaksanaan strategi dalam arsitektur strategi dibagi ke dalam dua bagian, yakni bagian pertama, strategi yang dilakukan secara terus-menerus yakni dengan program kegiatan sebagai berikut: (1) Peningkatan kontrol kualitas terhadap produk yang dikirimkan ke perusahaan kayu lapis; (2) Melakukan analisa persaingan dan menetapkan harga yang kompetitif; (3) Memberikan bonus harga kepada pemasok yang loyal; (4) Meningkatkan efisiensi biaya produksi melalui penggunaan faktor produksi secara efisien serta perencanaan keuangan setiap bulan; dan (5) Peningkatan skill karyawan. Adapun strategi yang dilaksanakan secara bertahap dalam jangka waktu lima tahun yakni: (1) Menambah tenaga kerja pemasaran dan pembuatan website; (2) Meningkatkan pelayanan kepada konsumen melalui sistem pemesanan yang lebih mudah melalui internet; (3) Membuat kontrak jangka panjang; (4) Pemberian bibit di wilayah Kabupaten Kendal dan Semarang; (4) Pengembangan pemberian bibit di wilayah Kabupaten Batang dan Temanggung; (5) Bekerjasama dengan dinas kehutanan Jawa Tengah dalam menciptakan kawasan hutan yang eco labelling; (6) Pembelian mesin oven untuk mengeringkan vinir; (7) Melakukan grading pada produk.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha pengolahan vinir sengon CV Cahaya Abadi, maka saran yang dapat peneliti berikan, yaitu:

1) Sebaiknya perusahaan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas produk untuk lebih meningkatkan loyalitas konsumen seperti dengan penggunaan mesin oven dan melakukan grading pada produk.

2) Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan pada CV Cahaya Abadi mengenai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pengolahan vinir kayu sengon pada perusahaan agar dapat diketahui penggunaan variabel-variabel produksi yang lebih efisien.

98

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. Belajar Dari Pembangunan Hutan Tanaman di Jawa. Oktober 2008. Bulian : 14-15 (Kolom 1-2).

Baldwin, RF. 1996. Plywood and Veneer Based Products : Manufacturing Practises. California : Miller Freeman Books

Badan Planologi Kehutanan. 2006. Kebijakan Penyusunan MP-RHL. http :

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INTAG/RHL/RHL-2.PDF [22 Maret 2009]. Jakarta: Departemen Kehutanan.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Sensus Pertanian 2003. http://www.dephut.go.id/halaman/Peta%20Tematik/sengon.jpg. [ 1 April 2009]. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

. 2006. Data Statistik Kehutanan Jawa Tengah. 2006. Jakarta.

. 2007a. Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi Penduduk Jawa Tengah 2007. Semarang

. 2007b. Kabupaten Kendal dalam Angka 2007. Kendal

. 2007c. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kendal 2007. Kendal David FR. 2006. Manajemen Strategis. Sulistio P dan Mahardika H, penerjemah; Rahoyo

S, editor; Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management “Concepts and Cases, 10th ed”.

Departemen Kehutanan. 2002. Statistik Kehutanan Indonesia. http : www.

dephut.go.id/informasi/statistik/Stat2002/Contents_02.htm. [15 Februari 2009]. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2007. Road Map Revitalisasi Kehutanan Indonesia. http://www.rimbawan.com/APHI0611/KUMPULAN_TULISAN/2008/Januar i/Roadmap_for_Revitalization_of_Indonesia_s_Forest_Industry_Nov_2007_I ndo.pdf [4 April 2009]. Jakarta : Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2008. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Berdasarkan Surat Keputusan SK Menhut Nomor P-35/Menhut II/2008. Jakarta : Departemen Kehutanan

. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2007. http :

www.dephut.go.id/INFORMASI/STATISTIK/Statistik Kehutanan Indonesia. [24 Maret 2009]. Jakarta: Departemen Kehutanan.

99 Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Rencana Strategis Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013. Semarang

. 2008. Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 2007. http.

www.dinaskehutananjawatengah.go.id [15 April 2009]. Semarang: Dinas Kehutanan Jawa Tengah.

Direktorat Jendral Bina Produksi Kehutanan. 2006. rekapitulasi data jenis produksi dan kapasitas industri hasil hutan kayu tahun 2006.

http://www.dephut.go.id/Halaman/Buku-buku/2007/strategis07/IV4.pdf [15 April 2009]. Jakarta : Departemen Kehutanan.

Habib,Syaiful. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Jahe Merah

(Zingiber Officinale Linn.Var.rubrum) CV Hanabio, Bogor: [Skripsi]. Jurusan Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

Hubeib M, Najib M. 2008. Manajemen Strategik dalam pengembangan daya saing organisasi. PT Elex Media Komputindo. Jakarta..

Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Benyamin M, Penerjemah; Jenni P,