• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Analisis Lingkungan Eksternal DFC

Analisis eksternal adalah suatu proses yang digunakan dalam perencanaan strategi untuk memantau faktor lingkungan eksternal dalam menentukan peluang atau ancaman terhadap perusahaan sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan cara yang paling efektif dan dapat mengantisipasi ancaman yang datang dari luar perusahaan. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu lingkungan makro dan lingkungan mikro atau lingkungan industri.

4.3.1 Analisis Lingkungan Makro

Lingkungan makro meliputi faktor-faktor eksternal atau lingkungan perusahaan yang mempengaruhi seluruh industri tanpa terkecuali.

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berdampak langsung secara nyata pada berbagai strategi. Karena pola konsumsi relatif dipengaruhi oleh kesejahteraan berbagai segmen pasar. Dalam perencanaan strategis setiap perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang mempengaruhi industrinya. Contoh dari perubahaan faktor ekonomi adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi pasar uang, defisit anggaran pemerintah, produk domestik bruto, pola konsumsi, pengangguran, tingkat produktivitas pekerja, nilai dolar di pasar dunia dan lain- lain. Faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap usaha pembenihan ikan patin ini adalah tingkat suku bunga, kurs jual dan kurs beli, inflasi serta krisis ekonomi global, karena obat-obatan yang digunakan impor maka dengan naiknya tingkat suku bunga serta inflasi menyebabkan harga obat-obatan tersebut menjadi naik, akan tetapi dampak positif yang dirasakan oleh industri benih ikan patin dari adanya krisis ekonomi global adalah harga obat-obatan yang turun.

2. Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial berdampak besar pada semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan

demografi, agama, pendidikan, dan etnik. Seiring dengan adanya kesadaran masyarakat yang semakin peduli dengan kesehatan dan bahaya kolesterol, yang bisa dijadikan pertimbangan dalam pemilihan jenis protein hewani yang akan dikonsumsi dan ikan patin bisa menjadi alternatif pilihannya. Hal ini dikarenakan ikan patin termasuk ke dalam jenis ikan yang kadar kolesterolnya rendah. Selain itu, nilai protein daging ikan patin juga tergolong cukup tinggi yaitu mengandung 68,6 % serta kandungan lemak sekitar 5,8 %.

3. Kebijakan Pemerintah

Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk memajukan sektor perikanan dan kelautan adalah dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan. Departemen ini dibentuk secara khusus hanya untuk menangani semua permasalahan perikanan di Indonesia. Selain itu, berbagai macam perundang-undangan telah banyak dikeluarkan untuk memberikan hukum bagi proses pembangunan sektor perikanan. Di dalam usaha perikanan, pelaku dan calon pelaku memang membutuhkan berbagai informasi mengenai kebijakan (aspek legal) tentang pembangunan dan pengembangan sektor perikanan, usaha perikanan dan perizinannya, tata ruang, agraria dan lingkungan, kewenangan pemerintah, peraturan dan pungutan, penggunaan tenaga kerja, dan sebagainya.

Berikut ini daftar kebijakan pemerintah untuk sektor perikanan dan kebijakan lainnya yang baik secara langsung maupun tidak akan saling terkait :

)Undang - undang nomer 31 tahun 2004, tentang Perikanan.

)Undang - undang nomer 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.

)Undang - undang nomer 12 tahun 1957, tentang Peraturan Retribusi Daerah.

)Undang - undang nomer 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

)Undang - undang nomer 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

)Peraturan Pemerintah nomer 54 tahun 2002, tentang Usaha Perikanan.

)Peraturan Pemerintah nomer 15 tahun 1990, tentang Perizinan Usaha Perikanan.

)Keputusan Menteri Pertanian nomer 428 tahun 1999, tentang Perizinan Usaha (Penyempurnaan) Izin Usaha Perikanan (IUP).

)Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomer 2 tahun 2004, tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan.

4. Faktor Teknologi

Salah satu kekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia adalah teknologi. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan modern menjadi sebuah peluang dan membawa manfaat yang besar bagi kehidupan manusia termasuk dalam bidang usaha pembenihan ikan patin. Contohnya adalah kemajuan teknologi dalam bidang budidaya, komunikasi dan transportasi.

Faktor teknologi tentunya sangat berpengaruh dalam usaha pembenihan ikan patin ini, salah satunya adalah alat-alat yang digunakan dalam proses produksi, diantaranya adalah corong yang digunakan untuk penetasan telur. Karena dengan menggunakan corong penetasan telur, proses penetasan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Serta dengan adanya kemajuan alat komunikasi berupa telepon dan internet akan dapat menunjang keberhasilan usaha pembenihan ikan patin terutama dalam proses pemasaran dan pencarian bahan baku serta informasi-informasi lainnya. Namun sejauh ini DFC belum memanfaatkan internet untuk melakukan aktivitas bisnisnya. Selama ini, DFC hanya menggunakan alat komunikasi seperti telepon untuk mendukung kegiatan pemasaran dan kegiatan bisnis lainnya. Sehingga jangkauan pasar dari perusahaan masih sangat terbatas dan masih kalah bersaing dengan perusahaan sejenis yang telah memanfaat kemajuan teknologi tersebut.

5. Faktor Ekologi

Faktor ekologi merupakan kondisi atau hal-hal ekologis yang mempengaruhi industri. Faktor ekologi yang mempengaruhi usaha pembenihan ikan patin ini adalah suhu, kualitas air, dan iklim. Suhu dan iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kematangan gonad. Sedangkan air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan patin. Air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit.

4.3.2 Analisis Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro adalah lingkungan yang berasal dari luar perusahaan namun sangat mempengaruhi perkembangan suatu usaha. Lingkungan mikro yang mempengaruhi industri pembenihan ikan patin terdiri dari pesaing, pelanggan, pemasok, dan intensitas persaingan.

1. Pesaing

Pesaing dapat diartikan suatu perusahaan lain yang juga menawarkan produk yang sama maupun produk substitusinya. Tingkat persaingan terjadi antar perusahaan dalam memperebutkan posisi di pasar. Banyaknya pemain di dalam usaha pembenihan ikan patin menyebabkan intensitas persaingan dipasaran menjadi tinggi. Persaingan yang terjadi dalam usaha pembenihan ikan patin ini yaitu persaingan dalam penetapan harga yang berbeda-beda untuk dapat menarik pelanggan. Dengan banyaknya usaha-usaha pembenihan ikan patin di daerah Bogor akan mendorong industri pembenihan ikan patin untuk melakukan strategi- strategi agar dapat memenangkan persaingan tersebut.

Di dalam usaha perikanan sebenarnya tidak terjadi persaingan yang cukup ketat, karena banyak pengusaha yang melakukan kerjasama dengan pengusaha lainnya, baik dalam hal penyediaan input ataupun pemasaran output. Pada umumnya setiap perusahaan sudah mempunyai pasar masing-masing.  

2. Pelanggan

Pelanggan adalah konsumen yang membeli barang atau jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen tersebut dapat berbentuk perusahaan, kelembagaan maupun individu. Pelanggan yang terdapat di DFC yaitu industri pembesaran ikan patin yang berada di sekitar kabupaten Bogor. Pemilik industri pembesaran ikan patin yang menjadi pelanggan tetap di DFC yaitu Pak Iwan.

3. Pemasok

Pemasok adalah suatu perusahaan atau perorangan yang menyediakan kebutuhan input bagi perusahaan bisnis lainnya yang bertujuan untuk membantu kelancaran jalannya usaha. Pemasok bahan baku indukan berasal dari daerah Subang sedangkan pemasok bahan baku berupa pakan dan obat-obatan berasal dari daerah Bogor. Industri pembenihan ikan patin sendiri, biasanya tidak terpatok

pada 1 pemasok saja, melainkan banyak pemasok, sehingga kekuatan pemasok dalam usaha pembenihan ikan patin ini bisa dikatakan lemah. Untuk obat-obatan biasanya industri pembenihan ikan patin membeli di daerah Yasmin atau membeli di Pak Yusuf, sedangkan untuk pakan sendiri industri pembenihan ikan patin membelinya diberbagai tempat seperti pakan artemia biasanya mendapatkannya dari Pak Yusuf, pakan cacing mereka memiliki langganan di Pak Yakub yang ada di daerah Cimanggu dengan jumlah untuk sekali pembelian pakan cacing sebanyak 15 takar, sedangkan pellet mereka membelinya dari Pak Imsak yang berada di daerah Ciampea.

Dokumen terkait