• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Penelitian Terdahulu

Aidi Rahman, H (2009), melakukan penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha budidaya udang galah pada Kelompok Tani Hurang Galunggung Kecamatan Sukaratu, Tasikmalaya. Berdasarkan hasil perhitungan Matriks EFE dan IFE diperoleh total skor 2,513 dan 3,096. Berdasarkan penggabungan hasil dari total skor yang dihasilkan pada matriks IE, maka dapat diketahui posisi perusahaan saat ini berada pada kuadran IV yang berarti perusahaan dalam tahap tumbuh dan bina (Grow and Build) dengan strategi intensif dan integratif. Analisis SWOT yang dilakukan menghasilkan 10 rumusan alternatif strategi yang merupakan hasil pencocokan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada Matriks SWOT. Hasil tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis QSPM untuk mendapatkan urutan implementasi pilihan strategi terbaik melalui perencanaan manajemen produksi terintegrasi dengan tujuan memenuhi permintaan tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat tempat dengan nilai TAS 6,426.

Ach. Firman Wahyudi (2011), melakukan penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha rangkaian tanaman hias kreatif pada “Creative Shop” di Desa Babakan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.Faktor-faktor lingkungan internal Cresh terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki Cresh antara lain: (1) Pengorganisasian kerja berjalan dengan baik, (3) Sistem kontrol dan perhatian yang baik antar tim manajemen, (3) Dikelola oleh mahasiswa yang berkompeten di bidangnya, semangat bekerja keras, dan kreatif, (4) Memiliki jaringan yang luas dan hubungan kerjasama dengan beberapa pihak, (5) Harga terjangkau sesuai dengan segmentasi pasar, (6) Promosi melalui teknologi informasi, (7) Memiliki banyak variasi produk yang dipasarkan, (8) Memiliki permodalan usaha yang baik, (9) Memproduksi produk yang unik, berkualitas, kreatif, dan inovatif, (10) Letak Cresh dekat dengan bahan baku dan konsumen. Kelemahan yang dimiliki oleh Cresh antara lain: (1) Belum memiliki badan hukum usaha, (2) Belum adanya standar dan SOP yang jelas dan tertulis terkait sistem kerja, (3) Belum adanya pelanggan yang kontinu, (4) Belum memiliki jaringan distribusi yang baik, (5) Belum memiliki tempat sendiri dengan nama Cresh untuk dijadikan toko dan display produk, (6) Pencatatan keuangan masih

kurang rapih Cresh memiliki bahan baku yang mudah rusak dan tidak stabil, (8) Kapasitas produksi masih terbatas dan belum mampu memenuhi kebutuhan pasar, (9) Kurangnya SDM yang memiliki keahlian untuk membuat produk kreatif, (10) Penelitian dan pengembangan yang dilakukan masih terbatas. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dihadapi oleh Cresh terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang yang dihadapi oleh Cresh adalah (1) Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik, (2) Harga BBM yang stabil, (3) Trend ekonomi kreatif yang semakin meningkat, (4) Kesadaran masyarakat akan pentingnya produk ramah lingkungan semakin meningkat, (5) Berkembangnya social entrepreneurship, (6) Banyak hobies yang antusias pada jenis tanaman hias baru dan lucu, (7) Tradisi saling memberi yang berkembang di Indonesia, (8) Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan sumberdaya lokal, (9) Kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan industri kreatif, (10) Kebijakan pemerintah untuk pengembangan UMKM, (11) Perkembangan Teknologi produksi, komunikasi, informasi, dan transportasi. Ancaman yang dihadapi oleh Cresh adalah (1) Peningkatan Tingkat Inflasi, (2) Adanya random fluctuation pada harga produk- produk pertanian, (3) Kurangnya kepeduliaan masyarakat untuk menjaga dan merawat tanaman, (4) Sulitnya mendapatkan hak paten produk, (5) Adanya pesaing yang bergerak di bidang rangkaian tanaman hias kreatif, (6) Adanya produk sejenis atau produk substitusi. Hasil Matriks IE menunjukkan posisi Cresh berada pada sel II yang memberi rekomendasi untuk tumbuh dan berkembang. Strategi yang paling sesuai dengan Cresh adalah strategi intensif yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk serta strategi integratif yaitu integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. Matriks SWOT menghasilkan sembilan alternatif strategi, kemudian melalui matriks QSP diperoleh prioritas strategi yang sebaiknya dilaksanakan Cresh, yaitu (1) Membangun mitra kerja sama yang kontinu dalam hal penyediaan input, sumber modal, pemasaran produk, dan penelitian dan pengembangan dalam usaha pengembangan produk, (2) Melakukan penelitian dan pengembangan produk yang berkelanjutan untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan konsumen akan produk yang kreatif dan berkualitas, (3) Membangun jaringan distribusi produk dalam menjangkau segmentasi pasar yang lebih luas, (4) Membuat hak paten produk-

produk Cresh untuk menjaga identitas produk Cresh, (5) Mencari tempat yang tetap dan strategis untuk display dan penjualan produk sebagai branding Cresh sebagai toko rangkaian tanaman hias kreatif, (6) Merekrut SDM yang potensial dan kreatif untuk produksi, pemasaran, dan pendistribusian produk, (7) Membuat SOP yang jelas dan tertulis terkait sistem kerja, pengelolaan keuangan, proses produksi, perawatan produk, dan proses pendistribusian produk, (8) Mempromosikan produk melalui kampanye peduli lingkungan kepada masyarakat untuk menjaga dan merawat tanaman, (9) Membuat perizinan badan hukum usaha. Selanjutnya dengan menggunakan Arsitektur Strategik, Cresh dapat menerapkan semua strategi tersebut yang diterjemahkan dalam bentuk program kegiatan berdasarkan prioritas waktu pelaksanaannya untuk mengembangkan usahanya.

Amli Rama Dana Harahap (2011), melakukan penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih pada “Kelompok Wanita Tani Hanjuang” di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil identifikasi bahwa kekuatan utama dan paling berpengaruh bagi Kelompok Wanita Tani Hanjuang adalah kualitas produk yang baik dengan skor sebesar 0,374, sedangkan kelemahan utama yang dimiliki oleh perusahaan adalah masih adanya tugas ganda yang dilakukan oleh pekerja dengan nilai skor sebesar 0,135. Peluang utama yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah permintaan produk yang semakin meningkat dengan nilai skor 0,405. Ancaman utama yang dihadapi oleh perusahaan adalah adanya persaingan industri dengan nilai skor sebesar 0,327. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE didapat total skor sebesar 2,333 yang artinya bahwa kemampuan perusahaan untuk mengatasi kelemahan dengan mengunakan kekuatannya tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah. Sedangkan hasil analisis matriks EFE didapatkan total skor sebesar 3,027 yang artinya bahwa kemampuan perusahaan untuk mengatasi ancaman yang harus dihadapi dengan memanfaatkan peluang yang ada sudah baik. Hasil analisis matriks IE menempatkan posisi Kelompok Wanita Tani Hanjuang pada kuadran II, yaitu memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang kuat. Perusahaan yang masuk dalam kuadran ini sebaiknya dikelola dengan strategi

intensif, seperti market penetration, market development, dan product

development atau strategi terintegrasi, seperti backward integration, forward

integration, dan horizontal integration. Untuk analisis SWOT pada penelitian ini

menghasilkan tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh Kelompok Wanita Tani Hanjuang, yaitu : 1) Mempertahankan/meningkatkan kualitas produk; 2) Memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen; 3) Mempertahankan harga produk yang bersaing; 4) Menerapkan perkembangan teknologi; 5) Meningkatkan jumlah produksi; 6) Meningkatkan komunikasi dalam organisasi; 7) Meningkatkan kualitas SDM perusahaan. Perioritas strategi alternatif yang tepat dan dapat direkomendasikan untuk Kelompok Wanita Tani Hanjuang berdasarkan hasil analisis matriks QSP (Quantitative Strategic

Planning) adalah meningkatkan jumlah produksi dengan nilai STAS sebesar

5,906.  

Dokumen terkait