• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui ancaman dan peluang. Ancaman adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing strategis. Analisis lingkungan eksternal secara garis besar dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu lingkungan makro dan lingkungan mikro.

5.1.1. Lingkungan Makro

Lingkungan makro terdiri dari faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan operasional perusahaan. Lingkungan ini bersifat tidak dapat dikendalikan akan tetapi harus dipantau serta ditanggapi oleh perusahaan. Analisis lingkungan makro dibagi menjadi enam, yaitu : lingkungan demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya.

1. Demografis

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya setiap tahun selama periode 1990-2000, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika dialokasikan ke setiap bulan maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta jiwa (BPS, 2011).

Besarnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat seperti minyak makan. Minyak makan di Indonesia didominasi oleh minyak goreng atau mentega yang berbahan baku CPO. Pertumbuhan penduduk tersebut secara tidak langsung menyebabkan meningkatnya permintaan akan produk CPO. Oleh karena itu pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat dalam konteks ini menjadi peluang pasar tersendiri bagi PT. KPBN.

2. Perekonomian

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah produk domestik bruto (PDB). Indonesia mengalami peningkatan PDB menurut konsumsinya dari 4,56 persen pada tahun 2009 menjadi 5,8 persen pada 2010 (BPS, 2011). Artinya secara makro penduduk Indonesia mengalami peningkatan daya beli. Hal ini menjadi peluang peningkatan konsumsi khususnya pada barang-barang kebutuhan pokok. Salah satu kebutuhan pokok tersebut adalah minyak nabati/minyak makan. CPO merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan minyak nabati/minyak makan. Artinya secara tidak langsung permintaan CPO akan terus meningkat seiring dengan peningkatan daya beli masyarakat. Hal ini menjadi peluang pasar yang cukup besar bagi PT. KPBN.

Kondisi perekonomian global yang tidak menentu disisi lain merupakan ancaman bagi aspek industri maupun pemasaran CPO. Sebagai contoh dampak dari krisis global yang lalu ternyata sangat berpengaruh terhadap sektor perkebunan terutama CPO. Misalnya pada bulan Juni 2008 lalu ketika harga CPO

mencapai 1100 US $/ton, harga TBS (tandan buah segar) berkisar Rp 900 hingga Rp 1.190 per kilogram. Sebaliknya, ketika Harga CPO anjlok menjadi 498 US$/ton, petani langsung terkena imbas kerugian yang cukup besar karena hanya mendapatkan harga TBS sekitar Rp. 150- Rp. 250/Kg. Pergerakan harga tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global khususnya fluktuasi US$ yang biasanya disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks (Bank Indonesia, 2010:3).

3. Lingkungan Alam

Sektor pertanian tidak pernah terlepas dari faktor-faktor alam. Hal ini sangat berpengaruh pada ketersediaan dan kesinambungan produk yang dihasilkan. Menurut Gumbira dan Intan (2004:66), sifat produk pertanian umumnya musiman, pasokan produk bervariasi dan tidak stabil dari waktu ke waktu, jumlah produksinya sulit ditentukan dan terdapat variasi antara pusat-pusat produksi secara geografis. Kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi industri CPO terutama pada aspek ketersediaan/pasokan produk dan keragaman kualitas yang dihasilkan.

Lingkungan alam lainya yang menjadi sorotan dunia pada saat ini adalah pemanasan global atau global warming, yaitu adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Hal ini menjadi perhatian serius bagi stakeholder perkebunan kelapa sawit khususnya di Indonesia yang dianggap terlalu banyak melakukan konversi hutan tropis menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini memberikan pengaruh negatif yaitu berupa hambatan-hambatan dalam menjual dan memasarkan produk CPO khususnya pada ranah ekspor.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan LSM seperti Green Peace anehnya sangat gencar melakukan kampanye negatif (black campaign) mengenai produk kelapa sawit melalui isu kerusakan lingkungan (deforestasi) di negara-negara produsen seperti Indonesia dan Malaysia. Namun kenyataannya permintaan CPO dari negara-negara tersebut tetap tinggi. Pada Januari 2008 lalu, Uni Eropa bahkan merilis kebijakan dalam paket kebijakan energi dan iklim yang berisikan proposal EU Directive yakni suatu arahan kebijakan target kewajiban penggunaan 10 persen biofuel oleh 27 negara Uni Eropa pada tahun 2020 dalam sistem transportasinya dengan tidak memasukkan CPO sebagai bahan baku biofuel dengan alasan CPO berasal dari praktek deforestasi hutan alam.

Kebijakan ini pada kenyataannya tidak mampu membendung impor CPO dari negara tersebut. Saat ini negara-negara EU-27 bukan saja merupakan pengimpor CPO terbesar ketiga dunia dengan share 13,5 persen pada 2008/2009, volume impor negara ini juga terus bertumbuh yakni dari 4 juta ton pada 2004/2005 menjadi 4,3 juta ton pada 2008/2009. Hal serupa juga terjadi pada Amerika Serikat yang volume impornya meningkat tajam dari 349 ribu ton menjadi 1,18 juta ton pada periode yang sama (Miranti, 2010 : 7-8).

4. Teknologi

Menurut Gumbira dan Intan (2004:127), teknologi agribisnis adalah salah satu sarana utama untuk mencapai efektivitas, efisiensi, serta produktivitas yang tinggi dari perusahaan-perusahaan agribisnis. Teknologi sebagai salah satu

sumber daya produksi harus dapat digunakan secara tepat yaitu meliputi jenis dan skala aplikasinya.

PT. KPBN sebagai perusahaan pemasaran produk-produk hasil perkebunan melakukan kegiatan operasionalnya dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis komputerisasi dan jaringan internet. Sebagai perusahaan yang terfokus pada aspek pemasaran PT. KPBN di tuntut agar dapat menyediakan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Seperti contohnya pada perubahan harga komoditi perkebunan dunia yang fluktuatif, kondisi pasar (supply and demand) dalam dan luar negeri, sehingga baik produsen maupun konsumen mendapatkan gambaran dan informasi yang jelas mengenai perkembangan komoditi-komoditi perkebunan.

Teknologi informasi sangat menunjang PT. KPBN dalam mendapatkan data-data yang valid, karena dalam menentukan harga untuk keperluan pelelangan biasanya disesuaikan dengan perkembangan harga dunia pada saat itu untuk mencapai kesepakatan harga jual yang optimal. Penyediaan informasi PT. KPBN tertera pada website PT. KPBN yaitu : www.kpbptpn.co.id. Website ini menyediakan informasi secara terbuka dan luas mengenai jadwal lelang dan tender, harga-harga komoditi perkebunan dunia, tata cara penjualan, syarat-syarat menjadi pembeli, informasi profil perusahaan serta berita-berita/news up to date yang terkait.

5. Politik dan Hukum

Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi perusahaan. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi

dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Guna mendukung pengembangan agribisnis kelapa sawit di Indonesia peranan kebijakan pemerintah sangatah stategis, khususnya bagi perusahaan yaitu mengenai kebijakan fiskal (perpajakan dan retribusi), dan perizinan investasi.

Beberapa kebijakan pemerintah yang menonjol terkait dengan perdagangan minyak kelapa sawit adalah:

1. Kebijakan perdagangan untuk menghambat ekspor, stabilisasi harga minyak goreng dan ketersediaan bahan baku untuk industri dalam negeri diterapkan melalui penggunaan instrumen pajak ekspor.

2. Kebijakan perpajakan dan retribusi untuk meningkatkan penerimaan negara dan daerah melalui penggunaan instrumen pajak penghasilan, pertambahan nilai dan retribusi.

3. Kebijakan yang berkaitan dengan perijinan usaha/investasi, yaitu adanya integrasi vertikal antara kebun kelapa sawit dengan pengolahan dan integrasi horizontal antara kebun kelapa sawit dengan usaha lain, misalnya ternak (Balitbang DEPTAN, 2005:10-11).

6. Sosial Budaya

Menurut UU RI No. 18 tahun 2004, pasal 4 menyebutkan bahwa perkebunan memiliki fungsi sosial ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Keberadaan perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdapat di daerah-daerah serta peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit memicu penambahan lapangan pekerjaan sebagai tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit

khususnya bagi masyarakat sekitar perkebunan. Oleh karena itu penyebaran areal perkebunan di Indonesia membantu pemerataan pertumbuhan sosial ekonomi daerah.

Sosial, budaya, pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat juga berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran CPO. Misalnya, negara seperti India, China, Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang masyarakatnya cenderung lebih memilih minyak kelapa sawit sebagai bahan pangannya, daripada Amerika dan Arab Saudi misalnya yang sebagian besar memilih menggunakan minyak kedelai dan minyak zaitun sebagai bahan pangannya.

5.1.2. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro merupakan pelaku dan kekuatan di sekitar perusahaan. Lingkungan mikro ini secara langsung dapat mempengaruhi kemampuan bisnis dan kinerja pemasaran perusahaan, lingkungan mikro terdiri dari : pemasok, para pelanggan, dan para pesaing.

1. Pemasok/supplier

Produk-produk yang dipasarkan oleh PT. KPBN adalah produk yang berasal dari PTPN I-PTPN XIV yaitu meliputi minyak kelapa sawit/CPO, karet, latex, teh, kopi, coklat, gula, tetes, dan tembakau. Adapun PTPN yang menjadi produsen dan sekaligus memasok produk CPO/minyak kelapa sawit kepada PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara adalah pada Tabel 9.

Tabel 9. DaftarPemasok CPO pada PT. KPBN

No. Produsen/Pemasok Alamat

1 PT Perkebunan Nusantara I Jl. Kebun Baru No.85 Langsa, Aceh Timur

2 PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Po Box 104 Medan 20362

3 PT Perkebunan Nusantara III Sei Sikambing Po Box 91 Medan 20122

4 PT. Perkebunan Nusantara IV Jl. Letjen Suprapto No. 2 Medan 5 PT Perkebunan Nusantara V Jalan Rambutan No.43 Pekanbaru

28132

6 PT. Perkebunan Nusantara VI Jl. Zainir Havis No.1 Jambi 36128 7 PT. Perkebunan Nusantara VII Jl. Teuku Umar 300 Bandar Lampung

35141 8 PT. Perkebunan Nusantara

VIII

Jalan Sindang Sirna No.4 Bandung 40153

9 PT Perkebunan Nusantara XIII Jalan Abdul Rahman 11 Pontianak 10 PT Perkebunan

Nusantara XIV

Jalan Urip Sumoharjo, Km 4 Po Box 1006 Makassar 90232 Sumber : PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, 2010

3. Pelanggan/Konsumen

Penjualan sebagian besar produk minyak kelapa sawit ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan tiga pelanggan terbesar meliputi : PT. Multimas Nabati Asahan dengan volume pembelian sebesar 21,3 persen, diikuti PT. Musim Mas dengan 17,6 persen dan PT. Wilmar Nabati Indonesia sebesar 14,5 persen. Sedangkan produk CPO yang diekspor ke konsumen di luar negeri seperti : Shanghai sebesar 20,04 persen, diikuti Fortune Global sebesar 13,71 persen kemudian Allmax Oils dengan volume pembelian sebesar 12,42 persen, untuk lebih lengkapnya disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Daftar Pelanggan CPO lokal dan ekspor PT. KPBN tahun 2010. No Pembeli ekspor Volume

(%) No Pembeli Lokal

Volume (%) 1 Shanghai 20.04 1 PT. Multimas Nabati Asahan 21.3 2 Fortune Global 13.71 2 PT. Musim Mas 17.6 3 Allmax Oils 12.42 3 PT. Wilmar Nabati Indonesia 14.5

4 Sindopalm 10.28 4 PT. Palm Mas Asri 9.4

5 Golden Oil 8.57 5 PT. Intibenua Perkasatama 8.2 6 Wilmar 8.35 6 PT. Nagamas Palm Oil Lestari 7.1 7 Kuok Oils 7.71 7 PT. Bukit Kapur Reksa 6.6 8 Protea 7.71 8 PT. Pelita Agung Industri 6.4 9 Safic Alcan 3.50 9 PT. Bina Karya Prima 6.0 10 Indogreen 3.43 10 PT. Sinar Alam Permai 2.8 11 Transworld 2.57

12 Virgoz Oil 1.71 Sumber : PT. KPBN, 2010

4. Perusahaan Pesaing

PT. KPBN selaku perusahaan negara dalam menjalankan pemasarannya berhadapan dengan perusahaan-perusahaan yang mengusahakan pada bidang yang sama atau lebih dari itu. PT. KPBN merupakan perusahaan pemasaran komoditi PTPN di seluruh Indonesia, jadi bisa dikatakan bahwa PT. KPBN merupakan perwakilan badan usaha milik negara (BUMN) pada bidang usaha perkebunan khusus dalam aspek pemasarannya. Oleh karena itu para pesaing tentunya datang dari pihak-pihak/perusahaan-perusahaan swasta yang juga menjalankan kegiatannya pada usaha/bisnis yang sejenis misalnya adalah PT. Smart Tbk, PT. Astra Agro Lestari Tbk, dan PT. Musim Mas.

Sebagian perusahaan pesaing merupakan perusahaan yang juga membeli produk PT. KPBN. Beberapa perusahaan swasta yang sudah berintegrasi vertikal yaitu sudah mengembangkan usaha perkebunannya dari hulu hingga hilir biasanya

membutuhkan pasokan CPO yang cukup untuk keberlangsungan operasi pabrik dalam memproduksi produk-produk hilirnya seperti minyak goreng dan margarin. Produsen sekaligus perusahaan swasta CPO yang menjadi pesaing PTPN dan PT. KPBN disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Produsen dan Perusahaan CPO yang Berintegrasi Vertikal No. Produsen CPO Swasta Perusahaan CPO

1 Salim Group PT. Inti Boga Sejahtera, PT. Sawit Malinda, PT Salim Alam Permai, PT Oil Grains 2 Sinar Mas Group PT. Smart Tbk

3 Astra Group PT. Astra Agro Lestari

4 Pasific Indo Mas Group PT. Pasific Medan Industri, PT. Pasific Palmindo 5 Asian Agro Group PT. Asianagro Agungjaya

6 Musim Mas Group PT. Mikie Oleo Nabati, PT Musim Mas, PT. Mega Mas, PT. Inti Benua Perkasa, PT. Sumatera Oil Industries

7 Wilmar Group PT. Multimas Nabati Asahan, PT Sinar Alam Permai, PT Bukit Kapur Reksa

8 BEST Group PT. Bintang Era Sinar Tama, PT. Berlian Eka Sakti Tangguh

9 Tunas Baru Lampung Group PT. Tunas Baru Lampung Tbk Sumber : PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, 2010

Dokumen terkait