• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: PEMBAHASAN

5.1.1.2. Analisis Lingkungan Industri

Sifat dan derajat persaingan dalam suatu industri bergantung pada lima kekuatan atau faktor; ancaman pendatang baru, ancaman produk/jasa subtitusi, daya tawar menawar pembeli (pelanggan), daya tawar pemasok dan persaingan antara anggota industri. Untuk menyusun rancangan strategi menghadapi kekuatan-kekuatan ini, perusahaan harus memahami bagaimana cara kerja kekuatan tersebut dalam industri dan bagaimana pengaruhnya terhadap perusahaan

A. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru dalam suatu industri membawa kapasitas baru dan kegiatan untuk merebut pasar. Pendatang baru ini akan meningkatkan intensitas persaingan dalam industri. Tentunya dapat pula menurunkan dan meningkatkan biaya serta dengan sendirinya akan mengurangi potensi laba industri tersebut.

Dengan potensi kota Surabaya yang cukup besar untuk mengembangkan restoran berjenis fast food, ancaman pendatang baru dalam bisnis tersebut sangatlah besar. Akan tetapi hal tersebut diimbangi dengan hambatan masuk yang tinggi pula. Birokrasi pemerintah dalam pendirian usaha yang rumit merupakan salah satu dari hambatan masuk dalam bisnis restoran fast food.

Hambatan masuk lainnya dalam bisnis restoran fast food ialah tingginya tingkat modal yang diperlukan dalam usaha. Mayoritas pemain dalam bisnis Fast Food ialah pemilik lisensi waralaba dari pihak asing.

Sedangkan biaya waralaba sendiri tidaklah murah. Misalnya, McDonalds di Amerika menetapkan fee sekitar 1,4 milyar untuk sebuah pewaralaba dan plus royalty bulanan dari nilai penjualan bulanan. Bambang N. Rachmadi, pewaralaba McDonalld’s di Indonesia menyebutkan bahwa royalti yang dibayarkan sekitar 5-10% dari nilai penjualan, dan wajib membayar initial fee atau waralaba fee sebesar $ 42,500 untuk satu outlet (

www.swa.co.id). Dengan beberapa hambatan masuk tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat ancaman pendatan baru dalam bisnis restoran Fast Food rendah.

B. Ancaman Produk Subtitusi

Sebagai consumer goods, bisnis makanan mempunyai banyak produk subtitusi yang mudah sekali di temui. Produk subtitusi seringkali masuk dengan cepat kedalam industri yang dapat misalnya mengakibatkan turunnya harga atau sebaliknya meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan ciri khas makanan Jepang, Hoka – Hoka Bento mempunyai banyak sekali produk subtitusi dengan mengandalkan ciri khas selain budaya jepang. Produk subtitusi tersebut dapat ditemukan dengan mudah di pasaran dan diterima dengan baik oleh masyarakat karena tidak mengalami benturan dengan selera masyarakat dan mempunyai harga yang kompetitif.

Pada tahun 2007 Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sisi penawaran sector perdagangan, hotel, dan restoran mencapai 7,1% dari tahun 2006 ( www.bi.go.id). Dari proyeksi Bank Indonesia tersebut dapat terlihat bahwa pertumbuhan bisnis restoran di Indonesia secara umumnya akan meningkat secara pesat pada tahun 2007. Hal ini

juga didukung dengan melimpahnya bahan baku untuk produk subtitusi tersebut, sehingga ancaman produk subtitusi terhadap perkembangan bisnis Hoka – Hoka Bento Japanese Fast Food Restaurant Surabaya sangat besar sekali.

C. Daya Tawar Pembeli

Pembeli dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga produk. Jika produk yang diberi harga tertentu bisa di beli oleh konsumen dan memberikan keuntungan bagi perusahaan, maka harga tersebut adalah kekuatan dari perusahaan, akan tetapi jika produk dengan harga tertentu tidak terbeli oleh konsumen hal tersebut akan menjadi pekerjaan bagi perusahaan untuk mengevaluasi, apakah harga tersebut terlalu tinggi ataukah produk tersebut memiliki kualitas buruk.

Hoka – Hoka Bento sebagai salah satu pemain dalam bisnis makanan memiliki berbagai macam pilihan menu dan harga, hal tersebut dilakukan agar produk perusahaan dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan tentu saja sebagai cara untuk memperluas pangsa pasarnya. Hal ini menunjukkan bahwa variasi kebutuhan konsumen telah diakomodir dengan variasi produk yang ada.

Meskipun demikian, semakin meningkatnya intensitas persaingan dalam bisnis makanan di Surabaya menyebabkan konsumen mempunyai banyak pilihan sehingga memudahkan mereka untuk berpindah dari satu produk ke produk lainnya. Banyaknya pilihan – pilihan tersebut juga ditunjang oleh informasi produk yang diterima konsumen sangat jelas. Hal

ini tentunya tidak diinginkan oleh perusahaan, sehingga daya tawar konsumen terhadap perusahaan menjadi tinggi.

D. Daya Tawar Pemasok

Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar menawarnya atas para anggota industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang atau jasa yang dijualnya. Pemasok yang kuat, dapat menekan kemampulabaan suatu industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan biaya dengan menaikkan harganya sendiri. Kekuatan pemasok dalam industri makanan sangat tergantung dari pasokan dari sector pertanian baik dari segi harga maupun kualitasnya.

Ketersediaan supply di Indonesia yang secara nasional terus meningkat tiap tahunnya membuat disatu sisi pemasok dapat secara mudah mendapatkan raw material dari petani, tetapi disisi lain masing-masing pemasok akan berhati-hati dalam menawarkan harga harga bahan baku ke perusahaan-perusahaan dalam industri.

Ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah juga dapat menjadi ancaman bagi perusahaan, hal ini dikarenakan perusahaan dalam industri akan dapat dengan mudah memperoleh bahan baku dengan kualitas yang sama dengan perusahaan dan meniru produk dari perusahaan.

Persaingan di antara anggota industri terjadi karena mereka mencoba berebut posisi dengan berbagai strategi dan taktik. Persaingan antar pelaku bisnis makanan sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah perusahaan yang bergerak dalam bisnis ini.

Secara umum, perkembangan bisnis makanan di Surabaya mengalami perkembangan yang sangat baik. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya pelaku dalam bisnis tersebut. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kota Surabaya, jumlah rumah makan atau restoran yang resmi terdaftar sampai dengan bulan Desember 2006 adalah sebanyak 570 rumah makan (www.surabaya.go.id). Jumlah ini sangatlah kecil apabila dibandingkan dengan jumlah bisnis makanan yang secara nyata terdapat di Surabaya. Dengan jumlah yang sangat tinggi tersebut menyebabkan intensitas persaingan dalam bisnis makanan menjadi sangat tinggi. Hal ini dapat menjadi sebuah ancaman bagi Hoka –Hoka Bento apabila tidak mengembangkan strategi yang tepat.

Dokumen terkait