• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3.1 Produktivitas

Secara umum ada dua kriteria yang dapat dimasukkan sebagai kriteria produktivitas, yaitu besar kecilnya keluaran yang dihasilkan dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersbut. Waktu kerja disini adalah suatu ukuran umum dari nilai masukan yang harus diketahui guna melaksanakan penelitian dan penilaian dari produktivitas kerja manusia.

Nilai produktivitas tenaga kerja memanen kelapa sawit didapatkan melalui hasil perhitungan waktu siklus, dan hasil wawancara dengan para pemanen. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa dalam 1 hari kerja yaitu mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB atau selama 8 jam kerja rata-rata pemanen dapat memanen 80 buah besar atau 100-125 buah kecil. Waktu ini adalah waktu kotor dari tenaga pemanen.

4.3.2 Rasa Sakit yang Terjadi Akibat Pekerjaan

Suatu pekerjaan termasuk ke dalam highly repetitive task jika memiliki siklus waktu 30 detik atau kurang (Easmant 1986). Kebutuhan energi untuk pekerjaan ini biasanya cukup rendah, namun kerja yang berulang-ulang ini biasanya menggunakan sekumpulan kecil dari otot dan berotasi di sekitar pergelangan tangan, bahu kanan atas dan kiri atas. Sakit ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala dari peradangan dan rasa sakit yang tergabung menjadi satu yang disebut repetitive motion disorders. Sekumpulan rasa sakit itu terjadi mulai dari peradangan sendi sampai menyebabkan rasa sakit pada otot akibat terjebaknya saraf. Peradangan ini yang menyebabkan timbulnya rasa sakit pada sendi-sendi yang terlibat. Repetitive motion disorders ini sering terjadi pada bagian tubuh bagian atas dan wilayah sekitar leher.

Kecepatan dalam bekerja akan mempengaruhi gaya-gaya yang terjadi pada tendon dari otot tangan dan lengan, yang juga diikuti oleh meningkatnya bahaya akibat terjadinya repetitive motion disorders. Pada kecepatan yang tinggi, puncak gaya yang terjadi juga akan meningkat dan pengulang-ulangan kerja pada level ini akan memperparah gejala sakitnya.

Besarnya tenaga yang dibutuhkan dan banyaknya otot yang bekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan dan peradangan yang terjadi pada otot dan sensi. Jika frekuensi dari pengulangan kerja tinggi, waktu istirahat tidak cukup akan meningkatkan potensi dari terjadinya penyakit. Jika pekerjaan tersebut terjadi dalam waktu yang lama dan waktu istirahat tidak mencukupi, maka rasa sakit pada otot dan sendi akan terus meningkat.

Berdasarkan hal tersebut, maka elemen kerja memungut brondolan dan memotong tandan yang terdapat pada aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat digolongkan dalam highly repetitive task, meskipun waktu baku yang dibutuhkan untuk memanen 1 tandan kelapa sawit lebih dari 30 detik. Dari hasil pengolahan data elemen kerja mengambil brondolan dan memotong tandan membutuhkan waktu yang paling lama.

Aktivitas pemanenan kelapa sawit merupakan pekerjaan yang berat. Hal inilah yang juga dapat menyebabkan terjadinya muscular fatigue. Muscular fatigue adalah fenomena rasa sakit yang timbul akibat kerja yang berlebihan pada otot (Grandjean 1993). Akibat terjadinya muscular fatigue ini adalah berkurangnya daya angkat, kontraksi dan relaksasi otot akan menurun, menurunkan tenaga, membuat

57 gerakan menjadi lambat, terganggunya koordinasi, meningkatnya kecendrungan untuk melakukan kesalahan bahkan bisa menyebabkan kecelakaan kerja selama terjadinya kelelahan otot tersebut.

Dari hasil wawancara dengan sejumlah pemanen didapat elemen kerja yang paling melelahkan dapat dilihat pada Gambar 14, untuk elemen kerja yang membutuhkan waktu paling lama dapat dilihat pada Gambar 15, untuk bagian tubuh yang paling melelahkan dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 14. Elemen kerja yang paling melelahkan

Dari Gambar 14 terlihat elemen kerja yang paling melelahkan yaitu memungut brondolan karena pemanen harus membungkuk atau berjongkok sehingga menyebabkan kelelahan pada bagian kaki dan pinggang. 44 1 1 1 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Memungut brondolan

Mengangkong Memotong buah kejepit Memotong pelepah Pe m an e n

Gambar 15. Elemen kerja yang membutuhkan waktu paling lama

Gambar 15 menunjukkan bahwa memungut brondolan merupakan elemen kerja yang menghabiskan waktu paling lama. Hal ini juga sesuai dengan hasil pengolahan data elemen kerja memungut brondolan merupakan elemen kerja yang membutuhkan waktu paling lama.

58 Gambar 16. Bagian tubuh yang dirasakan paling melelahkan

Dari Gambar 16 terlihat pemanen paling banyak mengeluhkan pada bagian kaki. Kaki merupakan bagian tubuh yang terasa paling melelahkan sehabis bekerja karena pekerja harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan juga pada saat mengangkong, dan juga kaki menopang pada saat pemanen berjongkok untuk memungut brondolan dan juga pada saat pemanen mengangkong di lahan berawa karena ketika hujan membuat lahan tersebut banjir dan pemanen harus mengeluarkan tenaga yang lebih banyak lagi dan juga mengangkong di kondisi lahan yang curam atau terjal.

Dari ketiga gambar tersebut dapat disimpulkan elemen kerja memungut brondolan merupakan elemen kerja yang membutuhkan waktu paling lama sehingga mengakibatkan elemen kerja tersebut yang paling melelahkan. Dari hasil wawancara sebanyak 18 orang pemanen mengeluhkan bagian tubuh kaki merupakan bagian yang paling melelehkan. Ketika memungut brondolan pemanen harus berjongkok dan membungkuk dalam waktu yang cukup lama.

Untuk menjaga kesehatan dan efisiensi dalam bekerja, proses relaksasi berguna untuk mengurangi kelelahan. Proses relaksasi terjadi ketika tidur malam, hal ini juga bisa dilakukan dengan istirahat sejenak ketika sedang bekerja.

4.3.3 Perbaikan Metode Kerja

Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan perancangan sistem kerja yang baik. Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memungkinkan dilakukannya gerakan- gerakan yang ekonomis. Perancangan sistem kerja dapat membantu memperbaiki sistem kerja dari masukan, proses produksi hingga keluaran.

Pada pengamatan yang dilakukan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit, dapat dilihat pada elemen kerja yang memanen mengidentifikasi tandan yang matang. Kebanyakan pemanen sambil membawa angkong. Elemen kerja memotong pelepah dan tandan. Dari hasil pengolahan data pada topografi teras sebesar 38.47 detik untuk topografi flat sebesar 25.88 detik. Ini berarti topografi flat lebih mudah dibandingkan topografi teras. Pada topografi teras pemanen harus menempatkan posisi yang aman ketika memotong tandan dan pelepah agar tidak terjadi kecelakaan kerja yaitu tertimpa tandan dan pelepah ataupun terjatuh karena lebar lahan hanya sekitar 1-1.5 meter. Oleh karena itu perbaikan lahan penting untuk dilakukan. Terkadang ketika memanen egrek tersebut licin karena keringat yang

59 dikeluarkan pemanen sehingga dapat memperlambat waktu pemanenan. Untuk itu sebaiknya pada alat panen tersebut pada bagian pemegangnya diberi lapisan atau alas agar tidak licin atau pemanen juga bisa diwajibkan untuk memakai sarung tangan untuk mengurangi licin pada alat panen tersebut.

Elemen kerja memungut brondolan. Pada elemen kerja ini pemanen harus membungkuk dan berjongkok untuk memungut brondolan. Dari hasil pengolahan data elemen kerja memungut brondolan membutuhkan waktu yang paling lama yaitu sebesar. Hal ini yang banyak dikeluhkan oleh para pemanen karena dapat menyebabkan kaki dan pinggang pemanen sakit. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya alat bantu untuk memungut brondolan tersebut tanpa harus membungkuk ataupun berjongkok.

Elemen kerja perpindahan dari satu pohon menuju pohon berikutnya atau transportasi menuju TPH. Pemanen membawa angkong dengan muatannya yaitu TBS. Dari hasil pengolahan data untuk perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA) yaitu perpindahan dari TPH menuju pohon pertama yang akan dipanen berikutnya. UDA ini termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (Unavoidable delay) sebesar 9.39 detik, perpindahan dengan membawa angkong dan tandan (MoAT) sebesar 13.52 detik. Pada elemen kerja ini pemanen sudah terbantu dengan adanya angkong karena pemanen tidak memikul tandan tersebut. Pemanen hanya mendorong angkong tersebut. Namun ketika mengangkong di lahan yang berawa dan sehabis hujan juga. Pemanen harus mengeluarkan tenaga yang lebih karena lahan banjir karena dapat menyusahkan pemanen. Ketika mengangkong di lahan mineral yang topografi tanahnya tidak merata atau bergelombang. Pemanen juga harus mengeluarkan tenaga ekstra karena dapat menimbulkan kelelahan. Terkadang pada keadaan seperti ini, muatan angkong terbalik karena kesusahan pada saat menanjak ataupun menurun. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya perbaikan pada lahan agar pemanen mudah dalam mengangkong.

60

Dokumen terkait