• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman

Lampiran 1. Contoh time sheet ... 64 Lampiran 2. Kuisioner pemanenan kelapa sawit ... 74

1

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Produk kelapa sawit dapat digunakan sebagai minyak goreng, bahan kosmetika, dan farmasi serta bahan non makanan (sabun, deterjen,dsb). Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas lahan kelapa sawit di Indonesia baik itu perkebunan rakyat, perkebunan besar milik negara maupun perkebunan besar milik swasta meningkat dengan total luas 5453817 ha pada tahun 2005 menjadi 7824623 ha tahun 2010.

Pemanenan kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Cara panen mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi. Menurut Pahan (2006), selama kegiatan panen dan pengangkutan tandan, asam lemak bebas (ALB) dapat naik dengan cepat. Hasil panen yang baik ditentukan oleh manajemen yang baik, mulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan kelapa sawit. Kegiatan panen dan manajemennya merupakan kegiatan akhir di lapangan yang sangat berperan dalam peningkatan kuantitas dan kualitas minyak kelapa sawit (CPO).

Pemanenan merupakan suatu sistem kerja yang terdiri dari komponen-komponen yaitu manusia, mesin dan peralatan, lingkungan kerja. Komponen-komponen tersebut harus diperhatikan baik individual maupun kaitannya satu sama lain. Sistem kerja terbaik didapat dengan pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu, pengukuran tenaga, pengukuran psikologi, dan pengukuran sosiologi. Suatu sistem kerja dapat diukur kinerjanya dengan menggunakan kriteria ongkos, kualitas, kuantitas, maupun waktu. Kriteria waktu merupakan salah satu kriteria yang paling banyak digunakan dalam pengukuran karena relatif paling mudah untuk dilakukan.

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen atau siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu (Sutalaksana dkk, 2004). Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku untuk melakukan pekerjaan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja, dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan.

Metode atau cara kerja perlu dipelajari agar produktivitas kerja dapat dicapai serta kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari kecelakaan yang timbul akibat kerja, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Beban kerja yang terlalu berat, yakni melebihi kapasitas kemampuan tubuh manusia akan dapat menimbulkan kelelahan yang dapat terakumulasi. Kelelahan inilah yang dapat menyebabkan pemanen merasakan sakit atau bahkan mengalami cedera. Intensitas kerja dan beban kerja yang sesuai atau pas dapat menghasilkan produk yang optimal.

Optimasi produktivitas kerja merupakan suatu hal yang diinginkan oleh perusahaan. Produk yang optimum dan berkualitas akan meningkatkan profit perusahaan. Menurut Wignjosoebroto (2006), produktivitas kerja merupakan rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Peningkatan produktivitas kerja dapat terlihat dari meningkatnya hasil keluaran kerja per jam ataupun waktu yang telah dihabiskan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah.

2

1.2

TUJUAN

Studi waktu yang dilakukan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ini bertujuan untuk: 1. Menentukan elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola

keragaman kerja.

2. Menentukan waktu baku pada sejumlah elemen kerja yang terlibat dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit.

1.3

RUANG LINGKUP PERMASALAHAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian, dan agar lebih memusatkan perhatian pada pemecahan masalah maka perlu dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas antara lain:

1. Analisa waktu kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit. Proses pemanenan kelapa sawit yang dimaksud adalah proses pekerjaan memotong tandan buah masak dan meletakan hasilnya pada tempat pengumpulan hasil (TPH).

2. Posisi pekerja pada saat melakukan pekerjaan. 3. Pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja.

3

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ERGONOMI

Istilah ergonomika berasal dari Yunani yaitu Ergo (kerja) dan nomos (hukum atau ilmu). Jadi Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan sistem dan lingkungan kerjanya. Disiplin ilmu ergonomika bertujuan untuk mempelajari tentang kemampuan dan keterbatasan manusia pada tempat kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja dengan cara memperbaiki hubungan manusia dengan produk, sistem, dan lingkungan (Syuaib, 2003)

International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain, pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia. (Syuaib, 2003)

Menurut Nurmianto (2004), ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi.

Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan, dll. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handstools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja, dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat. (Nurmianto, 2004)

2.2

TEKNIK TATA CARA KERJA

Teknik tata cara kerja menurut Sutalaksana (1979) adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsip- prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Wignjosoebroto (2003) juga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dan teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponen- komponen yang ada dalam sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuan- kemampuannya, bahan baku, mesin, dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada sedemikina rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat psikologis atau sosiologis yang ditimbulkannya.

Menurut Meyers (1992) teknik tata cara kerja merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan metode terbaik untuk melakukan suatu pekerjaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup teknik tata cara kerja dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu pengaturan kerja dan pengukuran kerja. Pengaturan kerja berisi prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Pengetahuan yang diperlukan untuk

4 melakukan pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan, dan perlengkapan serta lingkungan kerja adalah apa yang dipelajari melalui ergonomika, studi gerakan, dan ekonomi gerakan.

Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih satu diantara yang terbaik. Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis. Berdasarkan keempat kriteria tersebut dipilih satu sistem kerja terbaik yang memiliki syarat memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk penyelesaian kerja tersebut sedikit dan mudah, serta dampak-dampak psikologis dan sosiologis yang mungkin ditimbulkan sangat sedikit.

Gambar 1. Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja (Wignjosoebroto, 2003) Teknik tata cara kerja terdiri dari dua elemen dasar pemikiran, yaitu pemikiran ke arah usaha pencapaian efisiensi kerja dan pemikiran untuk mempertimbangkan perilaku manusia sebagai unsur pokok suksesnya usaha kerja mereka. Pemikiran mengenai efisiensi akan menghasilkan langkah- langkah kerja secara lebih sistematis dengan urutan-urutan yang logis. Sedangkan pertimbangan mengenai perilaku manusia akan menuju pada faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi perilaku manusia pekerja di dalam usaha memenuhi kepuasan kerja dan kebutuhannya.

Bagian dari teknik tata cara kerja yang mempelajari cara-cara pengukuran sistem kerja disebut dengan pengukuran kerja (work measurement atau time study). Sedangkan bagian yang mengatur sistem dan metode kerja terdahulu dikenal dengan studi gerakan (motion atau method study).

2.3

STUDI WAKTU

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu. Pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana, 1979).

PENELITIAN KERJA

Dokumen terkait