• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari analisa masing-masing elemen kerja ada beberapa faktor yang mempengaruhi elemen kerja. Faktor kesulitan (+) dari elemen-elemen kerja dipengaruhi oleh topografi (teras, flat, rolling), lahan (basah/kering), dan ketinggian pohon (<3 meter, 3-6 meter). Faktor kesulitan bisa bernilai minus (-) karena kondisi pengukuran atau lingkungan sekitar sudah tidak bersifat alami atau sudah ada teknologi yang digunakan. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve), memotong tandan (Cu), dan memungut brondolan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Sebagai acuan perhitungan faktor kesulitan untuk kondisi topografi flat, lahan kering, ketinggian pohon <3 meter diberi faktor kesulitan sebesar 0. Perhitungan faktor koreksi dapat dilihat pada Tabel 20 untuk elemen kerja Ve, Tabel 21 untuk elemen kerja Cu, danTabel 22 untuk elemen kerja Br.

44 Tabel 20. Faktor kesulitan untuk Ve dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon

Contoh perhitungan:

Sebagai acuan Flat, Kering, H1 diberi faktor kesulitan sebesar 0 FK Topografi: H1-kering-flat dengan H1-kering-teras

FK = T – F kering = 3.54 – 3.80 = - 0.07 F kering 3.80

FK Ketinggian pohon: H1-kering-flat dengan H2-kering-flat FK = H2 – H1 = 5.05 – 3.80 = 0.33

H1 3.8

TOPOGRAFI Ve FK LAHAN Ve FK KETINGGIAN POHON Ve FK

Kering H1 Flat 3.80 0.00 Flat H1 basah 4.70 0.24 Flat Basah H1 4.70

Kering H1 Teras 3.54 -0.07 Flat H1 kering 3.80 0.00 Flat Basah H2 -

Kering H2 Flat 5.05 0.00 Flat H2 basah - Flat Kering H1 3.80 0.00

Kering H2 Teras 3.52 -0.30 Flat H2 kering 5.05 0.00 Flat Kering H2 5.05 0.33

Basah H1 Flat 4.70 Teras H1 basah - Teras Basah H1 -

Basah H1 Teras - Teras H1 kering 3.54 0.00 Teras Basah H2 -

Basah H2 Flat - Teras H2 basah - Teras Kering H1 3.54 0.00

Basah H2 Teras - teras H2 kering 3.52 0.00 Teras Kering H2 3.52 -0.01

45 Tabel 21. Faktor kesulitan untuk Cu dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon

TOPOGRAFI Cu Fk LAHAN Cu Fk KETINGGIAN POHON Cu Fk

Dodos basah flat 13.52 Dodos flat kering 16.55 0.00 flat kering dodos 16.55 -0.45

Dodos basah teras - dodos flat basah 13.52 -0.18 flat kering egrek 1 30.20 0

flat kering egrek 2 24.57 -0.19

Dodos kering flat 16.55 0.00 dodos teras kering 19.10

Dodos kering teras 19.10 0.15 dodos teras basah - flat basah dodos 13.52

flat basah egrek 1 -

Egrek 1 basah flat - egrek 1 flat kering 30.20 flat basah egrek 2 -

Egrek 1 basah teras - egrek 1 flat basah -

teras kering dodos 19.10 -0.57

Egrek 1 kering flat 30.20 0.00 egrek 1 teras kering 44.88 teras kering egrek 1 44.88 0

Egrek 1 kering teras 44.88 0.49 egrek 1 teras basah - teras kering egrek 2 51.40 0.15

Egrek 2 basah flat - egrek 2 teras kering 51.40 teras basah dodos -

Egrek 2 basah teras - egrek 2 teras basah - teras basah egrek 1 -

terasering basah egrek 2 -

Egrek 2 kering flat 24.57 0.00 egrek 2 flat kering 24.57

Egrek 2 kering teras 51.40 1.09 egrek 2 flat basah -

46 Tabel 22. Faktor kesulitan untuk Br dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon

TOPOGRAFI Br Fk LAHAN Br Fk KETINGGIAN POHON Br Fk

Kering H1 flat 39.75 0.00 flat H1 basah 31.84 0 flat basah H1 31.84

Kering H1 teras 55.37 0.39 flat H1 kering 39.75 -0.20 flat basah H2 -

Kering H2 flat 65.98 0.00 flat H2 basah - flat kering H1 39.75 0

Kering H2 teras 49.60 -0.25 flat H2 kering 65.98 flat kering H2 65.98 0.40

Basah H1 flat 31.84 teras H1 basah - teras basah H1 -

Basah H1 teras - teras H1 kering 62.25 teras basah H2 -

Basah H2 flat - teras H2 basah - teras kering H1 62.25

Basah H2 teras - teras H2 kering 49.59 teras kering H2 49.60 -0.20

47 Faktor kesulitan merupakan faktor yang mempengaruhi elemen-elemen kerja pada kegitan pemanenan kelapa sawit. Faktor kesulitan untuk masing-masing elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit antara lain:

4.2.4.1Elemen Kerja Mengidentifikasi Tandan Matang (Ve)

Elemen kerja mengidentifikasi buah yang matang merupakan elemen kerja yang seharusnya dapat dilakukan dengan waktu yang cepat. Elemen kerja ini dipengaruhi oleh faktor topografi, lahan, dan ketinggian pohon. Waktu normal untuk melakukan kegiatan ini sebesar 3.45 detik. Ada beberapa hal yang menyebabkan elemen gerakan ini menjadi lebih lama yaitu ketika jumlah brondolan yang ada di piringan kurang dari 10 buah, pemanen mengidentifikasinya dengan menyentuh tandan menggunakan egrek/dodos. Keahlian dan pengalaman pekerja juga mempengaruhi lamanya waktu untuk mengidentifikasi tandan matang. Faktor kesulitan pada elemen kerja ini dapat dilihat dari Tabel 23.

Tabel 23. Faktor kesulitan elemen kerja Ve dengan variasi kerja

Variasi kerja Faktor Kesulitan

Topografi Lahan Ketinggian Pohon

T-K-H1 -0.07 0 0

T-K-H2 -0.30 0 -0.01

F-K-H1 0 0 0

F-K-H2 0 0 0.33

F-B-H1 0 0.24 0

F-B-H2 0 Tidak ada Tidak ada

Keterangan: T = Topografi Teras F = Topografi Flat B = Lahan Basah K = Lahan Kering H1 = Ketinggian Pohon <3 m H2 = Ketinggian Pohon 3-6 m D = Dodos E1 = Egrek 1 E2 = Egrek 2 + = Faktor Kesulitan - = Faktor Kemudahan

Dari Tabel 23 dapat dilihat faktor kesulitan topografi untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar -0.07 dibandingkan dengan F-K-H1 sebesar 0. Variasi kerja T-K-H2 sebesar -0.30 dibandingkan dengan F- K-H2 sebesar 0. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada topografi teras dibandingkan topografi flat karena bentuk dari topografi teras adalah berundak-undak sehingga ketika melakukan pekerjaan pada topografi teras pekerja sudah dapat melihat tandan yang akan dipanen pada pohon yang berada pada teras bagian bawah.

Faktor kesulitan lahan dari Tabel 23 dapat dilihat untuk variasi kerja F-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-B-H1 sebesar 0.24. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada lahan kering dibandingkan lahan basah. Lahan basah yang dimaksud bukan lahan yang terendam air, tetapi lahan yang agak lembab. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang dilakukan dengan berjalan sampai tandan yang matang ditemukan. Pekerja tidak hanya melihat tandan saja namun juga harus memperhatikan lingkungan sekitar seperti lahan. Berjalan di

48 lahan basah tersebut pemanen membutuhkan tenaga ekstra dan juga harus berhati-hati ketika sedang membawa angkong. Pada umumnya di lahan basah banyak terdapat sisa-sisa batang pohon terdahulu dan juga ranting-ranting pohon sehingga menyulitkan pada waktu berjalan dan juga mengangkong.

Faktor kesulitan ketinggian pohon dari Tabel 23 dapat dilihat untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-H2 sebesar -0.01. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada ketinggian pohon 3-6 meter dibandingkan dengan ketinggian pohon < 3 meter. Namun jika dilihat dari nilai faktor kesulitannya yaitu -0.01, ketinggian pohon pada topografi teras tidak terlalu mempengaruhi verifikasi tandan matang. Faktor kesulitan ketinggian pohon untuk variasi kerja F-K-H1 sebesar 0 dan F-K-H2 sebesar 0.33. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada ketinggian pohon <3 meter dibandingkan 3-6 meter. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ketinggian pohon <3 meter dan 3-6 meter tidak mempengaruhi identifikasi tandan matag (Ve).

Dari ketiga faktor kesulitan tersebut dapat disimpulkan elemen kerja mengidentifikasi buah matang (Ve) pada topogafi teras lebih mudah dibandingkan topografi flat. Ve pada lahan kering lebih mudah dibandingkan lahan basah. Ketinggian pohon <3 meter dan 3-6 meter tidak mempengaruhi identifikasi tandan matang (Ve).

4.2.4.2Elemen Kerja Menyiapkan Alat Panen (Pr)

Elemen kerja menyiapkan alat panen ini memiliki waktu normal sebesar 6.45 detik. Ada beberapa gerakan yang menyebabkan elemen gerakan ini menjadi lebih cepat yaitu ketika memanjangkan fiber biasanya tangan kanan yang memanjangkannya, tetapi ada beberapa pemanen yang mempunyai kebiasaan mengaitkan mata pisau di pohon dan memanjangkannya hanya dengan menarik fiber tersebut dan mengencangkan penguncinya. Faktor kesulitan elemen kerja ini sebesar 0 karena elemen gerakan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.

4.2.4.3Elemen Kerja Memotong Pelepah dan Tandan (CuE/CuD)

Elemen kerja ini memiliki waktu normal sebesar 25.88 detik untuk memotong tandan dan pelepah.Elemen kerja ini membutuhkan tenaga yang besar. Pemanen menggunakan alat panen yang beratnya kurang lebih 10-15 kilogram dan juga pemanen harus mengetahui posisi yang aman saat memanen agar tidak tertimpa pelepah maupun tandan. Hal yang dapat menghambat gerakan ini adalah pertama jika pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan untuk egrek atau dorongan untuk dodos. Kedua ketika tandan yang terjepit di antara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Hal ini dapat memperlama waktu elemen gerakan memotong. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen gerak ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam memanen tandan berikutnya. Ini juga dapat menyebabkan waktu memanen tandan lebih lama karena pemanen harus memotong pelepah lebih banyak. Berikut ini gambar elemen gerakan memotong tandan dan pelepah dengan egrek dan dodos. Faktor kesulitan pada elemen kerja ini dapat dilihat dari Tabel 23.

49 Tabel 24. Faktor kesulitan elemen kerja Cu dengan variasi kerja

Variasi kerja Faktor Kesulitan

Topografi Lahan Ketinggian Pohon

T-K-D 0.15 0 -0.57 T-K-E1 0.49 0 0 T-K-E2 1.09 0 0.15 F-K-D 0 0 -0.45 F-K-E1 0 0 0 F-K-E2 0 0 -0.19 F-B-D 0 -0.18 0

Dari Tabel 24 dapat dilihat faktor kesulitan topografi untuk variasi kerja T-K-D sebesar 0.15 dibandingkan dengan F-K-D sebesar 0. Variasi kerja T-K-E1 sebesar 0.49 dibandingkan dengan variasi kerja F-K-E1 sebesar 0. Variasi kerja T-K-E2 sebesar 1.09 dibandingkan dengan variasi kerja F-K-E2 sebesar 0. Hal ini menunjukkan memotong tandan pada topografi flat lebih mudah dibandingkan dengan topografi teras. Ini sesuai dengan fakta karena topografi teras hanya memiliki lebar lahan sebesar 1 – 1.5 meter sehingga untuk memotong tandan pekerja harus mengatur posisi yang aman dan sesuai. Pada saat memotong tandan maupun pelepah pemanen harus berhati-hati agar tidak tertimpa pelepah ataupun tandan dan agar tidak terjatuh karena lahan yang sempit.

Faktor kesulitan lahan dari Tabel 24 terlihat untuk variasi kerja F-K-D sebesar 0 dibandingkan dengan F-B-D sebesar -0.18. Hal ini menunjukkan memotong tandan pada lahan basah lebih mudah dibandingkan memotong tandan pada lahan kering. Pada lahan kering banyak terdapat kotoran atau serasah daun sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memotong tandan karena pemanen harus mengatur posisi yang aman dan nyaman.

Faktor kesulitan ketinggian pohon dari Tabel 24 dapat dilihat untuk variasi kerja T-K-E1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-E2 sebesar 0.15. Untuk variasi kerja T-K-E1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-D sebesar -0.57. Untuk variasi kerja F-K-E1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-K-E2 sebesar -0.19. Untuk variasi kerja F-K-E1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-K-D sebesar -0.45. Ini juga menunjukkan bahwa memotong tandan dengan dodos pada ketinggian kurang dari 3 meter lebih mudah dibandingkan dengan egrek pada ketinggian 3-6 meter. Hal ini dikarenakan ketika memanen tandan dengan menggunakan dodos tidak memotong pelepah.

Dari hasil analisis ketiga faktor tersebut dapat disimpulkan elemen kerja memotong tandan maupun pelepah pada topografi flat lebih mudah dibandingkan teras. Memotong tandan maupun pelepah pada lahan basah lebih mudah dibandingkan lahan kering. Memotong tandan maupun pelepah dengan dodos lebih efektif/mudah dibandingkan dengan egrek.

4.2.4.4Elemen Kerja Mencacah dan Memindahkan Pelepah (Ba)

Elemen kerja ini memiliki waktu normal 9.53 detik.Hal yang dapat memperlambat pekerjaan tersebut adalah pertama pemanen berhati-hati dalam memindahkan pelepah karena pada bagian pelepah terdapat duri. Kedua jarak memindahkan pelepah ke gawangan mati yang jauh sehingga memperlama waktu memindahkan. Ketiga ada beberapa pemanen yang memotong pelepah tersebut menjadi beberapa bagian kemudian baru dipindahkan ke gawangan mati. Namun, ada juga gerakan yang membuat elemen ini lebih cepat, yaitu ketika pemanen memindahkan pelepah dengan bantuan dodos. Pemanen memindahkan beberapa pelepah sekaligus. Biasanya ini dilakukan untuk pelepah yang kecil dan panen dengan menggunakan dodos. Faktor kesulitan elemen gerakan ini sebesar 0

50 karena elemen gerakan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.

4.2.4.5Elemen Kerja Memungut Brondolan (Br)

Waktu normal yang dibutukan untuk memungut brondolan ini adalah 37.03 detik. Pekerjaan ini juga dipengaruhi oleh faktor ketinggian pohon, kondisi lahan, dan topografi. Ada beberapa hal yang menyebabkan elemen gerak ini menjadi lama yaitu pertama banyaknya brondolan yang ada di tanah, kedua banyaknya serasah dan kotoran yang tercampur dengan brondolan sehingga menghabiskan banyak waktu untuk mengambil brondolan tersebut. Faktor kesulitan elemen kerja Br dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Faktor kesulitan elemen kerja Br dengan variasi kerja

Variasi kerja Faktor Kesulitan

Topografi Lahan Ketinggian Pohon

T-K-H1 0.39 0 0

T-K-H2 -0.25 0 -0.20

F-K-H1 0 0 0

F-K-H2 0 0 0.40

F-B-H1 0 -0.20 0

F-B-H2 0 Tidak ada Tidak ada

Dari Tabel 25 dapat dilihat faktor koreksi topografi untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar 0.39 dibandingkan dengan F-K-H1 sebesar 0. Hal ini menunjukkan bahwa topografi teras lebih sukar dibandingkan dengan topografi flat untuk ketinggian pohon <3 meter (H1). Namun untuk variasi kerja T-K-H2 sebesar -0.25 dibandingkan dengan F-K-H2 sebesar 0. Topografi teras jauh lebih mudah dibandingkan dengan topografi flat pada ketinggian pohon 3-6 meter. Hal ini dikarenakan jumlah ulangan data yang dimiliki pada bagian ini tidak seragam. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan elemen kerja memungut brondolan pada topografi teras lebih sulit dibandingkan topografi flat karena pada topografi teras brondolan jatuh menyebar bahkan bisa terjatuh di teras bagian bawah.

Faktor kesulitan lahan dari Tabel 25 terlihat untuk variasi kerja F-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-B-H1 sebesar -0.20. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lahan basah lebih mudah dibandingkan dengan kondisi lahan kering. Pada lahan kering banyak terdapat kotoran atau serasah yang bercampur dengan brondolan sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memilih brondolan tersebut dan jumlah brondolan pada lahan kering lebih banyak.

Faktor kesulitan ketinggian pohon dari Tabel 25 terlihat untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-H2 sebesar -0.20. Hal ini menunjukkan elemen kerja Br pada ketinggian pohon <3 meter lebih sukar dibandingkan dengan ketinggian pohon 3-6 meter. Dari hasil analisis dapat disimpulkan elemen kerja memungut brondolan (Br) tidak berpengaruh terhadap ketinggian pohon 0-3 meter dan 3-6 meter. Elemen kerja ini juga dipengaruhi oleh faktor yang lain yaitu tingkat kematangan buah (fraksi). Elemen kerja memungut brondolan memiliki ulangan data yang tidak seragam yaitu terkadang ada tandan yang dipanen sudah melewati fraksi dua. Hal ini mengakibatkan jumlah brondolan yang jatuh semakin banyak.

51 Dari hasil analisis ketiga faktor dapat disimpulkan elemen kerja memungut brondolan (Br) pada topografi flat lebih mudah dibandingkan topografi teras. Elemen kerja memungut brondolan (Br) pada lahan basah lebih mudah dibandingkan lahan kering.

4.2.4.6Elemen Kerja Memuat TBS ke Angkong (Lo)

Elemen kerja ini memiliki waktu normal sebesar 3.75 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerjaan ini adalah berat tandan yang besar dan kurang kuatnya tancapan gancu pada TBS yang mengakibatkan tidak menancapnya gancu sehingga perlu diulang kembali. Namun, ada juga yang membuat pekerjaan ini menjadi lebih cepat yaitu, pemanen menggunakan kedua tangannya untuk memindahakan TBS ke gancu ketika TBS memiliki bobot yang lebih ringan (10-20 kg). Faktor kesulitan elemen kerja ini sebesar 0 karena pekerjaan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.

4.2.4.7Elemen Kerja Perpindahan (Mo)

Elemen kerja ini membutuhkan waktu normal sebesar MoA 9.39 detik, MoT 8.68 detik, MoAT 13.52 detik, MoK 15.07 detik. Ada beberapa hal yang menyebabkan pekerjaan ini menjadi lebih lama. Pertama adalah ketika buah jarang yang matang (kerapatan panen rendah) sehinggga menyebabkan perpindahan dari satu pohon ke pohon yang akan dipanen menjadi lama, kedua kondisi lahan yang sulit dilalui seperti lahan gambut (basah) dan lahan yang curam menyulitkan dalam membawa angkong. Ketiga kondisi setelah hujan mengakibatkan jalan menjadi licin sehingga pemanen harus berhati-hati. Keempat ketika muatan angkong sudah penuh dengan TBS menyulitkan dalam membawa angkong dan jarak TPH yang jauh. Berat tandan tersebut juga menyulitkan pemanen dalam membawanya. Faktor kesulitan elemen gerakan ini sebesar 0 karena elemen gerakan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.

4.2.4.8Elemen Kerja Membuang Sisa Tangkai TBS/Cangkam Kodok (Ck)

Elemen kerja ini membutuhkan waktu normal 0.99 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerjaan ini adalah ketika tomasun kurang tajam sehingga membutuhkan beberapa kali ayunan untuk memotong tangkai tersebut dan juga berat janjang rata-rata (BJR). Untuk mengatasi keterlambatan tersebut maka sebaiknya tomasun diasah setiap hari. Faktor kesulitan elemen kerja ini sebesar 0 karena pekerjaan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.

4.2.4.9Elemen Kerja Membongkar dan Merapikan Tandan di TPH (Un)

Waktu normal elemen kerja ini adalah 6.56 detik. Hal yang memperlambat elemen kerja ini adalah ketika ukuran tandan yang besar dan berat serta jika tancapan gancu pada tandan kurang kuat mengakibatkan tidak menancapnya gancu sehingga perlu diulang kembali. Faktor kesulitan elemen kerja ini sebesar 0 karena elemen gerakan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.

4.2.4.10Menganggur

Menganggur adalah gerakan menganggur yang dilakukan pekerja selama bekerja. Gerakan ini merupakan gerakan yang dipengaruhi oleh motivasi dari pemanen dalam bekerja. Gerakan ini termasuk kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay). Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan oleh pemanen pada gerakan ini yaitu, membetulkan helmet, mengobrol, dan bercanda

52 dengan pekerja yang lain, merokok, minum, mengangkat handphone, berdiri diam, membetulkan egrek, dan tomasun.

Dokumen terkait