• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Waktu pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Waktu pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

TIME STUDY ON THE ACTIVITY OF OIL PALM HARVESTING AT SARI

LEMBAH SUBUR PLANTATIONS, RIAU

Kurnia Ayu Putranti, Sam Herodian and M. Faiz Syuaib

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java,

Indonesia.

e-mail: kurniaayuputranti@gmail.com

ABSTRACT

Optimization of work productivity is needed by company. Optimum products will increase the company's profit. Productivity can be improved by method of working, time study, and salary. Working methods need to be studied in order to reduce fatigue of work so the time needed to produce a product becoming decreased. The aim of the research is to determine elements of work on oil palm harvesting activities based on patterns of working time, determination time standard on elements of the work in activity of oil palm harvesting. Research stage in oil palm harvesting activities were introduction, data collecting, data processing, and improvement. Standar time for verify the maturity of fruit (Ve) on terrace topography (T)- dry land (K)-the height of trees 0-3 m (H1) is 3.21 second, Ve on T-K- the height of trees 3-6 m (H2) is 2.39 second, Ve on flat topography (F)-K-H1 is 3.45 second, Ve on F-K-H2 is 4.59 second, Ve on F-wet land (B)-H1 is 4.27 second. Standar time for prepare harvesting tool (Pr) is 6.45 second. Standar time of cutting the fruit and stem of (Cu) on the T-K-D is 29.86 second, Cu on T-K-E1 is 38.47 second, Cu on T-K-E2 is 57.91 second, Cu on F-K-D is 14.19 second, Cu on F-K-E1 is 25.88 second, Cu on F-K-E2 is 21.06 second, Cu on F-B-D is 21.13 second. Standar time for moving the stem (Ba) is 9.53 second. Standar time for cutting the stalks (Ck) is 1.74 second. Standar time picking up the fallen fruits “brondolan” (Br) on T-K-H1 is 51.48 second, Br on T-K-H2 is 20.32 second, Br on F-K-H1 is 37.03 second, Br on F-K-H2 is 51.75 second, Br on F-B-H1 is 29.67 second. Standar time for loading fruit (Lo) is 3.75 second. Standar time for moving by carrying empty “angkong” (UDA) of 9.39 second, moving by carrying fruit (MoT) is 8.68 second, moving by carrying fruits and “angkong” (MoAT) is 13.52 second, moving (UDK) is 15.07 second. Standart time for unloading (Un) is 6.56 second. Standar time for avoidable delay is 10.83 second.

(2)

KURNIA AYU PUTRANTI. F14080033.

Studi Waktu (

Time Study)

pada

Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau

.

Dibawah bimbingan Sam Herodian dan M. Faiz Syuaib. 2012

RINGKASAN

Optimasi produktivitas kerja merupakan hal yang diinginkan oleh perusahaan. Produk yang optimum dan berkualitas akan meningkatkan profit perusahaan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode atau cara kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu sumber daya manusia, peralatan/teknologi, dan lingkungan. Faktor manusia merupakan salah satu komponen yang penting untuk meningkatkan produktivitas yaitu perbaikan prestasi kerja operator. Perbaikan pada setiap bagian kerja akan mempermudah pekerja dalam mengefisienkan gerakan agar kelelahan kerja dapat dikurangi sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk menjadi semakin singkat. Penentuan waktu baku dari setiap bagian kerja akan menghasilkan suatu metode kerja yang baik.

Tujuan penelitian ini adalah menentukan elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keseragaman kerja, menentukan waktu baku pada sejumlah elemen kerja yang terlibat dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau. Pengambilan data dilakukan pada afdeling OY. Objek penelitian ini adalah pekerja yang memanen kelapa sawit berjumlah 9 orang seluruhnya laki-laki. Prosuder tahapan penelitian meliputi tahap pendahuluan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, dan tahap perbaikan. Tahap pendahuluan dilakukan sebagai percobaan pengambilan data di lapangan dan untuk mengetahui kemungkinan permasalahan yang terjadi selama melakukan penelitian. Tahap pengambilan data dilakukan dengan cara merekam proses pemanenan kelapa sawit menggunakan digital video camera, pengamatan langsung dan pencatatan data. Tahap pengolahan data dilakukan dengan melihat video yang berisi aktivitas pekerja selanjutnya dianalisa dan dibagi menjadi beberapa elemen kerja pada pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keseragaman kerja. Selanjutnya menghitung waktu setiap elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch dan dilakukan pengolahan data menggunakan software spreadsheet.

Aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat diuraikan menjadi 9 elemen kerja yaitu identifikasi/verifikasi tandan matang (Ve), menyiapkan alat panen (Pr), memotong tandan dan pelepah (Cu), mencacah dan memindahkan pelepah (Ba), memuat tandan ke angkong (Lo), memungut brondolan (Br), perpindahan dari satu tempat ke tempat lain (Mo), membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un), dan memotong sisa tangkai TBS/cangkam kodok (Ck).

(3)

pelepah pada topografi teras lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 38.47 detik, memotong tandan dan pelepah pada teras lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 57.91 detik, memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan kering menggunakan dodos sebesar 14.19 detik, memotong tandan pada topografi flat lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 25.88 detik, memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan kering menggunakan egrek pada ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 21.06 detik, dan memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan basah menggunakan dodos sebesar 21.13 detik. Waktu baku untuk mencacah dan memindahkan pelepah sebesar 9.53 detik. Waktu baku untuk membuang sisa tangkai TBS sebesar 1.74 detik. Waktu baku untuk memungut brondolan pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 51.48 detik, memungut brondolan pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 20.32 detik, memungut brondolan pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 37.03 detik, memungut brondolan pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 51.75 detik, dan memungut brondolan pada topografi flat lahan basah ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 29.67 detik. Waktu baku untuk memuat tandan ke angkong (UDA) sebesar 3.75 detik. Waktu baku untuk perpindahan dengan membawa angkong kosong sebesar 9.39 detik, perpindahan dengan membawa tandan sebesar 8.68 detik, perpindahan dengan membawa angkong dan tandan sebesar 13.52 detik, dan perpindahan tanpa membawa apapun (UDK) sebesar 15.07 detik. Waktu baku untuk membongkar dan merapihkan tandan di TPH sebesar 6.56 detik. Waktu baku untuk kelambatan yang dapat dihindarkan sebesar 10.83 detik.

Berdasarkan hasil analisa data, elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit yang membutuhkan waktu paling lama adalah memungut brondolan. Elemen kerja memungut brondolan dan memotong tandan serta pelepah dapat dimasukkan dalam klasifikasi highly repetitive task sehingga rasa sakit yang mungkin ditimbulkan akibat kegiatan-kegiatan ini diantaranya adalah sakit pada bagian kaki, pinggang, dan punggung. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat dengan menggunakan dodos dibandingkan menggunakan egrek. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih lama pada lahan kering dibandingkan dengan lahan basah.

(4)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Produk kelapa sawit dapat digunakan sebagai minyak goreng, bahan kosmetika, dan farmasi serta bahan non makanan (sabun, deterjen,dsb). Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas lahan kelapa sawit di Indonesia baik itu perkebunan rakyat, perkebunan besar milik negara maupun perkebunan besar milik swasta meningkat dengan total luas 5453817 ha pada tahun 2005 menjadi 7824623 ha tahun 2010.

Pemanenan kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Cara panen mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi. Menurut Pahan (2006), selama kegiatan panen dan pengangkutan tandan, asam lemak bebas (ALB) dapat naik dengan cepat. Hasil panen yang baik ditentukan oleh manajemen yang baik, mulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan kelapa sawit. Kegiatan panen dan manajemennya merupakan kegiatan akhir di lapangan yang sangat berperan dalam peningkatan kuantitas dan kualitas minyak kelapa sawit (CPO).

Pemanenan merupakan suatu sistem kerja yang terdiri dari komponen-komponen yaitu manusia, mesin dan peralatan, lingkungan kerja. Komponen-komponen tersebut harus diperhatikan baik individual maupun kaitannya satu sama lain. Sistem kerja terbaik didapat dengan pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu, pengukuran tenaga, pengukuran psikologi, dan pengukuran sosiologi. Suatu sistem kerja dapat diukur kinerjanya dengan menggunakan kriteria ongkos, kualitas, kuantitas, maupun waktu. Kriteria waktu merupakan salah satu kriteria yang paling banyak digunakan dalam pengukuran karena relatif paling mudah untuk dilakukan.

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen atau siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu (Sutalaksana dkk, 2004). Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku untuk melakukan pekerjaan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja, dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan.

Metode atau cara kerja perlu dipelajari agar produktivitas kerja dapat dicapai serta kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari kecelakaan yang timbul akibat kerja, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Beban kerja yang terlalu berat, yakni melebihi kapasitas kemampuan tubuh manusia akan dapat menimbulkan kelelahan yang dapat terakumulasi. Kelelahan inilah yang dapat menyebabkan pemanen merasakan sakit atau bahkan mengalami cedera. Intensitas kerja dan beban kerja yang sesuai atau pas dapat menghasilkan produk yang optimal.

Optimasi produktivitas kerja merupakan suatu hal yang diinginkan oleh perusahaan. Produk yang optimum dan berkualitas akan meningkatkan profit perusahaan. Menurut Wignjosoebroto (2006), produktivitas kerja merupakan rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Peningkatan produktivitas kerja dapat terlihat dari meningkatnya hasil keluaran kerja per jam ataupun waktu yang telah dihabiskan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah.

(5)

2

1.2

TUJUAN

Studi waktu yang dilakukan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ini bertujuan untuk: 1. Menentukan elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola

keragaman kerja.

2. Menentukan waktu baku pada sejumlah elemen kerja yang terlibat dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit.

1.3

RUANG LINGKUP PERMASALAHAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian, dan agar lebih memusatkan perhatian pada pemecahan masalah maka perlu dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas antara lain:

1. Analisa waktu kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit. Proses pemanenan kelapa sawit yang dimaksud adalah proses pekerjaan memotong tandan buah masak dan meletakan hasilnya pada tempat pengumpulan hasil (TPH).

(6)

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ERGONOMI

Istilah ergonomika berasal dari Yunani yaitu Ergo (kerja) dan nomos (hukum atau ilmu). Jadi Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan sistem dan lingkungan kerjanya. Disiplin ilmu ergonomika bertujuan untuk mempelajari tentang kemampuan dan keterbatasan manusia pada tempat kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja dengan cara memperbaiki hubungan manusia dengan produk, sistem, dan lingkungan (Syuaib, 2003)

International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain, pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia. (Syuaib, 2003)

Menurut Nurmianto (2004), ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi.

Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan, dll. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handstools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja, dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat. (Nurmianto, 2004)

2.2

TEKNIK TATA CARA KERJA

Teknik tata cara kerja menurut Sutalaksana (1979) adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Wignjosoebroto (2003) juga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dan teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen yang ada dalam sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuan-kemampuannya, bahan baku, mesin, dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada sedemikina rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat psikologis atau sosiologis yang ditimbulkannya.

(7)

4 melakukan pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan, dan perlengkapan serta lingkungan kerja adalah apa yang dipelajari melalui ergonomika, studi gerakan, dan ekonomi gerakan.

Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih satu diantara yang terbaik. Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis. Berdasarkan keempat kriteria tersebut dipilih satu sistem kerja terbaik yang memiliki syarat memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk penyelesaian kerja tersebut sedikit dan mudah, serta dampak-dampak psikologis dan sosiologis yang mungkin ditimbulkan sangat sedikit.

Gambar 1. Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja (Wignjosoebroto, 2003)

Teknik tata cara kerja terdiri dari dua elemen dasar pemikiran, yaitu pemikiran ke arah usaha pencapaian efisiensi kerja dan pemikiran untuk mempertimbangkan perilaku manusia sebagai unsur pokok suksesnya usaha kerja mereka. Pemikiran mengenai efisiensi akan menghasilkan langkah-langkah kerja secara lebih sistematis dengan urutan-urutan yang logis. Sedangkan pertimbangan mengenai perilaku manusia akan menuju pada faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi perilaku manusia pekerja di dalam usaha memenuhi kepuasan kerja dan kebutuhannya.

Bagian dari teknik tata cara kerja yang mempelajari cara-cara pengukuran sistem kerja disebut dengan pengukuran kerja (work measurement atau time study). Sedangkan bagian yang mengatur sistem dan metode kerja terdahulu dikenal dengan studi gerakan (motion atau method study).

2.3

STUDI WAKTU

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu. Pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana, 1979).

PENELITIAN KERJA

PRINSIP-PRINSIP PENGATURAN METODE KERJA

 Ergonomi  Studi Gerakan  Ekonomi Gerakan

TEKNIK-TEKNIK PENGUKURAN KERJA

 Pengukuran Waktu  Pengukuran Tenaga  Pengukuran Dampak  Psikologis & Sosiologis

Beberapa alternatif sistem kerja

lebih baik

Alternatif sistem kerja

terbaik

(8)

5 Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu standar yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan penghitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi. Studi analisis waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar (Niebel, 1988).

(9)

6

III.

METODE PENELITIAN

3.1

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau dan laboratorium ergonomika, Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB. Pengambilan data dilakukan pada Afdeling OY. Objek penelitian ini adalah pekerja yang memanen kelapa sawit.

3.2

PERALATAN

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu dan elemen kerja yang terlihat pada video. 2. Pena dan pensil

Pena dan pensil digunakan untuk mencatat hasil-hasil pengamatan dan informasi yang didapat di lapangan.

3. Digital Video Camera

Digital Video Camera digunakan untuk merekam aktivitas pemanenan kelapa sawit yang akan disimpan dalam bentuk video.

4. Komputer

Komputer digunakan untuk menampilkan video yang terekam agar analisis gerakan dapat dilakukan dengan teliti.

5. Lembar pengamatan

Lembar pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil pengamatan. Lembar ini digunakan untuk mencatat waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan satu siklus pekerjaan dengan membaginya ke dalam beberapa elemen kerja.

6. Meteran

Meteran digunakan untuk mengukur tinggi pekerja 7. Timbangan badan

Timbangan badan digunakan untuk mengukur berat objek penelitian yaitu pekerja.

3.3

SUBJEK PENELITIAN

(10)

7 Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

No Subjek Usia

(tahun)

Tinggi badan

Berat badan (kg)

1 A 25 162.5 62

2 B 33 146.5 51

3 C 35 149.5 50

4 D 29 155.0 59

5 E 29 157.0 48

6 F 36 159.5 57

7 G 39 160.0 64

8 H 40 156.0 51

9 I 27 167.0 61

3.4

TAHAPAN PENELITIAN

3.4.1 Tahap Pendahuluan

Tahap pendahuluan dilakukan sebagai percobaan pengambilan data di lapangan. Tujuan dari dilakukannya tahap pendahuluan ini adalah untuk mengetahui kemungkinan permasalahan yang terjadi selama melakukan penelitian. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan survei ke lokasi yang sedang dilakukan aktivitas pemanenan kelapa sawit. Hal kedua adalah dilakukannya simulasi pengambilan data yang dibutuhkan untuk selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap metode yang telah direncanakan tersebut. Pada tahap ini dilakukan perekaman aktivitas pemanenan kelapa sawit dengan tujuan untuk mendapatkan perkiraan lama waktu pengambilan gambar untuk setiap sampel pekerja.

Dalam proses evaluasi hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pemilihan pekerjaan yang akan diukur, kemudian dilakukan penentuan terhadap elemen-elemen kerja dari setiap tahap pemanenan. Penguraian pekerjaan ke dalam elemen-elemennya penting untuk dilakukan karena beberapa alasan. Pertama adalah untuk memperjelas catatan mengenai cara kerja yang dibakukan. Kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan kerja pemanen belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya. Ketiga adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Alasan keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu standar di tempat kerja yang bersangkutan.

3.4.2 Tahap Pengambilan Data

(11)

8 kelelahan serta faktor ergonomika yang lainnya. Lingkungan, kondisi lahan dan topografi dicatat selama terjadi pengukuran kerja untuk keperluan menentukan faktor kesulitan.

Kondisi pengukuran dilakukan pada topografi teras dan flat, lahan basah dan kering, ketinggian pohon < 3 meter (H1) dan ketinggian pohon 3-6 meter (H2). Topografi teras merupakan topografi yang memiliki bentuk lahan berundak-undak sedangkan topografi flat merupakan topografi yang memiliki bentuk lahan datar agak bergelombang. Lahan kering merupakan lahan yang memiliki jenis tanah mineral dan kering sedangkan lahan basah merupakan lahan yang jenis tanahnya organik (rawa) yang agak lembab namun tidak terendam oleh air. Pemanenan kelapa sawit pada ketinggian pohon < 3 meter dengan menggunakan dodos dan egrek dan pemanenan kelapa sawit pada ketinggian pohon 3-6 meter dengan menggunakan egrek.

3.4.3 Tahap Pengolahan Data

Data-data hasil perekaman pemanenan kelapa sawit dengan digital video camera digunakan sebagai sumber data utama. Hasil rekaman diputar menggunakan komputer. Video yang berisi aktivitas pekerja dianalisis dan dibagi menjadi beberapa elemen kerja pada pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keragaman kerja. Langkah pengolahan selanjutnya adalah menghitung waktu setiap elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch. Data-data yang telah diperoleh dari video dicatat dalam time sheet dan dilakukan pengolahan data menggunakan software spreadsheet .

Waktu yang didapat setelah melakukan pengolahan data merupakan waktu normal pada setiap elemen-elemen pekerjaan. Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi normal. Faktor kesulitan adalah faktor yang mempengaruhi pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja. Faktor kesulitan ini dilihat dari kondisi lahan (basah dan kering), topografi (teras dan flat), dan ketinggian pohon (kurang dari 3 meter dan 3-6 meter). Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Wn = ...………... (1)

FK = waktu kerja aktual – waktu normal ... (2) waktu normal

Wb = Wn min x (1 + Faktor Kesulitan) ………...……….…... (3)

Keterangan: N = Banyaknya data hasil pengukuran = Data hasil pengukuran ke-i Wn = Waktu normal

Wn min = Waktu normal minimimum FK = Faktor kesulitan

(12)

9

3.4.4 Tahap Perbaikan

Setelah didapatkan pengukuran waktu baku, tahap selanjutnya adalah menganalisis apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menemukan urutan aktivitas pemanenan kelapa sawit yang lebih baik, menentukan mesin yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antar operasi (Sutalaksana, 1979). Setelah didapatkan pengukuran waktu standar, maka tahap yang dilakukan adalah menganalisa apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas serta tujuan paling utama adalah kenyamanan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dari pekerja.

(13)

10 Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian

Analisis waktu kerja untuk masing-masing elemen kerja

Menganalisis metode kerja dan memecahkan sistem kerja ke dalam elemen kerja

Mulai

Selesai Waktu Baku Waktu Normal

Wn = ∑ Xi N

Faktor Kesulitan

Fk = waktu kerja aktual – waktu normal Waktu normal

(14)

11

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

PEMANENAN KELAPA SAWIT

Pemanenan adalah pekerjaan yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit. Tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan produksi dan rendemen minyak yang tinggi serta kadar asam lemak bebas yang rendah. Keberhasilan panen terletak pada tenaga pemanen, alat panen serta sistem panen yang diterapkan. Sistem panen yang digunakan akan mempengaruhi pembagian ancak panen, penentuan tenaga panen, pengawasan panen, serta pengangkutan tandan buah segar (TBS).

Perkebunan kelapa sawit PT Sari Lembah Subur (SLS) terdiri dari 3 kebun, yaitu kebun PT SLS-1 pola PIR-Trans, kebun PT SLS-2 pola Perusahaan Besar Swasta Nasional (PBSN), dan PT SLS-3 pola KKPA. Kebun PT SLS-2 disebut kebun inti. Kebun inti terbagi menjadi dua, yaitu kebun kampar dan kebun tanglo. Luas afdeling OY dan jumlah pohon kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2. Luas afdeling OY dan jumlah pohon kelapa sawit

Blok Luas tanam

(ha)

Jumlah pohon (buah)

Jumlah pohon tanaman menghasilkan (buah)

Blok 1 22.72 2545 0

Blok 3 17.11 2286 1197

Blok 4 20.62 2662 2110

Blok 5 16.32 2203 2203

Blok 6 8.18 817 0

Blok 7 3.34 453 453

Blok 8 19.48 2623 1518

Blok 9 26.28 2957 2957

Blok 10 26.22 2903 2903

Blok 11 24.21 2261 0

Blok 12 19.1 2519 2519

Blok 13 16.17 2037 2037

Blok 14 26.97 3359 3359

Blok 15 23.75 3191 3191

Blok 16 18.11 2408 552

Blok 17 6.8 897 897

Blok 18 20.06 2526 2526

Blok 19 17.14 2125 2125

Blok 20 21.82 2796 2796

Blok 22 3.4 446 446

Blok 23 30.21 3767 3767

Blok 24 17.4 2314 2314

Blok 25 21.45 2268 2268

Blok 27 1 101 101

Blok 28 8.7 1141 1141

(15)

12 Perkebunan Sari Lembah Subur (SLS) menggunakan sistem panen ancak giring tetap. Sistem ini merupakan kombinasi dari kedua sistem panen. Melalui sistem ini, tandan buah segar (TBS) dapat keluar ke tempat pengumpulan hasil (TPH) lebih cepat dan pembagian ancak yang tepat sehingga mempermudah dalam pengawasan panen. Rotasi panen merupakan waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen merupakan luasan areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian yang harus selesai dipanen dalam satu hari. Rotasi panen di afdeling OY menggunakan rotasi 6/7 yang artinya areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Rotasi panen bisa berubah tergantung kondisi kerapatan buah. Rotasi panen 9/10 biasa digunakan pada saat kerapatan buah rendah. Berikut ini Tabel 3. Pembagian seksi dan blok di afdeling OY.

Tabel 3. Pembagian seksi dan blok di afdeling OY

Seksi Blok

A 10, 15, 20

B 24, 25

C 19, 23, 27, 28

D 12, 17, 18,22

E 3, 7, 8, 13

F 4, 5, 9, 14, 16

Sumber: Kantor Afdeling OY (2012)

Produksi TBS di afdeling OY selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Produksi TBS tahun 2010 sebesar 4884.29 ton, tahun 2011 sebesar 6087.36 ton, pada tahun 2012 sampai dengan bulan juli sebesar 2912.14 ha. Data produksi afdeling OY disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data produksi (ton) afdeling OY

Bulan Tahun

2010 2011 2012

Januari 295.66 380.34 396.91

Februari 289.87 314.77 363.86

Maret 289.47 445.14 373.82

April 313.37 413.05 424.55

Mei 307.76 406.12 287.58

Juni 353.48 543.09 493.07

Juli 498.43 536.53 572.35

Agustus 497.21 529.22 *

September 517.47 723.24 *

Oktober 571.72 717.25 *

November 536.99 535.49 *

Desember 412.86 543.12 *

Jumlah 4884.29 6087.36 2912.14 **

Sumber: Kantor Afdeling OY (2012)

(16)

13 Kelapa sawit yang dipanen di perkebunan Sari Lembah Subur (SLS) harus memiliki kriteria yaitu tandan buah berwarna merah oranye dan 10 butir brondolan yang ada di piringan dan buah sudah fraksi dua. Fraksi dua artinya dua brondolan di piringan setiap 1 kilogram bobot tandan. Berikut merupakan Tabel 5. Derajat kematangan buah kelapa sawit.

Tabel 5. Derajat kematangan buah kelapa sawit

Fraksi Jumlah brondolan yang jatuh Derajat Kematangan

00 Sangat mentah, tidak ada buah yang

memberondol, warna buah hitam. Sangat mentah 0 Bagian buah luar ada yang memberondol

1%-12.5%. Mentah

1 12.5%-25% buah luar memberondol. Kurang matang

2 25%-50% buah luar memberondol. Matang 1

3 50%-75% buah luar memberondol. Matang 2

4 75%-100% buah luar memberondol. Lewat matang 1

5 Buah bagian dalam ikut memberondol. Lewat matang 2 Sumber : Budidaya Kelapa Sawit

Dalam melakukan kegiatan pemanenan kelapa sawit terdapat beberapa peralatan yang digunakan yaitu egrek, dodos, angkong, tomasun, gancu, karung plastik, terpal. Fungsi masing-masing peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit tersaji dalam Tabel 6, sedangkan gambar masing-masing peralatan dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 6. Peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit

No Alat Fungsi

1 Egrek Untuk memotong tandan kelapa sawit yang tinggi pohon lebih dari 3 meter 2 Dodos Untuk memotong tandan kelapa sawit yang tinggi pohon kurang dari 3

meter

3 Angkong Alat angkut tandan buah segar (TBS) dan brondolan

4 Gancu Alat muat dan bongkar TBS

5 Tomasun Kapak khusus PT Astra Agro Lestari untuk memotong tangkai tandan buah sawit sehingga membentuk cangkam kodok atau huruf V pada bekas potongannya

6 Karung plastik Untuk menampung brondolan

(17)

14

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 3. Peralatan yang digunakan pada pemanenan kelapa sawit, (a) Egrek, (b) Dodos, (c) Tomasun, (d) Gancu, (e) Angkong

Organisasi panen terdiri atas mandor panen, dan pemanen yang dibentuk agar pelaksanaan panen bisa berjalan efektif dan efisien. Satu orang mandor panen membawahi 15-20 pemanen. Tenaga panen dilakukan oleh tenaga manual. Satu orang pemanen yang terampil biasanya dapat memanen tandan buah sawit kurang lebih 80 tandan/hari untuk buah besar atau kurang lebih 150 tandan/hari untuk buah kecil. Luas ancak panen yang harus diselesaikan pada taksasi normal antara 3 - 4 ha bergantung pada kemampuan masing-masing pemanen.

Aktivitas pemanenan kelapa sawit dimulai dari pemanen membawa angkong, egrek/dodos, gancu, tomasun, dan karung. Selanjutnya pemanen mengidentifikasi/mencari tandan buah yang matang dengan melihat brondolan yang ada di piringan berjumlah 10 butir. Setelah memastikan buah matang, pemanen memotong pelepah terlebih dahulu yang menyangga tandan kemudian memotong tandan sawit. Biasanya memanen dengan menggunakan egrek harus menurunkan pelepah (songgo dua) terlebih dahulu untuk memudahkan pada saat memotong tandan karena terkadang tandan yang sudah dipotong tersangkut di pelepah pohon dan juga meminimalkan brondolan tertinggal di ketiak pelepah. Pemanenan dengan menggunakan dodos, pemanen langsung memotong tandan sawit tersebut. Standar jumlah pelepah yang harus dipertahankan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Standar jumlah pelepah pada tanaman kelapa sawit

Umur (tahun) Jumlah pelepah yang harus dipertahanan

TBM III/ TM I 60

4-7 60-56

7-10 56-48

10-15 48-40

(18)

15 Setelah menurunkan pelepah dan tandan, pemanen memindahkan pelepah dan menyusunnya di gawangan mati. Proses pemanenan dilanjutkan dengan mengambil brondolan, memasukkan brondolan ke dalam karung, dan memindahkan karung yang telah berisi brondolan ke angkong. Brondolan yang tertinggal di sekitar piringan tidak boleh lebih dari 2 biji. Tandan buah segar (TBS) dipindahkan ke angkong dengan menggunakan gancu. Pemanen kemudian pindah ke pohon berikutnya.

Setelah angkong terisi penuh dengan TBS, pemanen membawa angkong beserta muatannya menuju tempat pengumpulan hasil (TPH). Pemanen menyusun TBS dan brondolan dengan rapi di atas terpal. Penggunaan terpal bertujuan untuk mengurangi jumlah kotoran yang dapat terbawa ke pabrik dan juga mempengaruhi rendemen minyak. Pemanen memotong tangkai TBS yang masih panjang dengan menggunakan kapak (tomasun) dan sisa tangkai tidak boleh lebih dari 2 cm. Setelah TBS dipanen, pemanen diwajibkan untuk mencatat hasil kerja di kupon pemanen yang terdiri atas nomor blok, nomor pemanen, dan jumlah tandan yang dipanen.

4.2

ANALISIS WAKTU DAN ELEMEN KERJA

Suatu pekerjaan dapat diselesaikan secara efisien, apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

(19)

16 Tidak

Ya

Gambar 4. Urutan proses pemanenan kelapa sawit Mulai

Mengidentifikasi/verifikasi tandan masak (Ve)

Menyiapkan peralatan (Pr)

Memotong tandan dan pelepah (Cu)

Mencacah dan memindahkan pelepah ke gawangan mati (Ba)

Memuat TBS ke angkong (Lo)

Memotong sisa tangkai TBS (Ck)

Memungut brondolan (Br)

Membawa angkong dan tandan sambil berjalan ke pohon berikutnya

(Mo)

Membongkar dan merapihkan TBS di TPH (Un)

(20)

17

4.2.1 Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja

Untuk mempermudah menganalisa aktivitas pemanenan kelapa sawit dilakukan proses perekaman dalam bentuk video. Dari aktivitas pemanenan kelapa sawit tersebut, dicari pola keseragaman kerja. Aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat diuraikan menjadi 9 elemen kerja. Elemen kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit

No Elemen Kerja Lambang

Huruf 1 Mengidentifikasi/verifikasi tandan matang Ve

2 Menyiapkan alat panen Pr

3 Memotong tandan dan pelepah CuD/CuE

4 Mencacah dan memindahkan pelepah Ba

5 Memuat tandan ke angkong Lo

6 Memungut brondolan Br

7 Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain Mo 8 Membongkar dan merapihkan tandan di TPH Un

9 Membuang sisa TBS/cangkam kodok Ck

4.2.1.1

Elemen Kerja Mengidentifikasi Buah Matang (Verifikasi: Ve)

Elemen kerja ini dilakukan oleh mata. Gerakan ini dimulai ketika mata pemanen mulai mencari tandan buah yang masak dengan melihat jumlah brondolan yang ada di piringan sebanyak 10 buah serta melihat warna tandan buah tersebut dan berakhir ketika buah yang matang telah ditemukan. Elemen kerja mengidentifikasi buah matang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang

4.2.1.2

Elemen Kerja Menyiapkan Alat Panen (Preparasi: Pr)

(21)

18 tersebut dan mengencangkan penguncinya. Elemen kerja menyiapkan alat panen dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Elemen kerja menyiapkan egrek

4.2.1.3

Elemen Kerja Memotong Pelepah dan Tandan (

Cutting

Egrek:

CuE/

Cutting

Dodos: CuD)

Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai mengarahkan egrek ke pelepah/tandan dan kemudian memotong pelepah/tandan sampai pelepah/tandan tersebut jatuh ke tanah. Dari hasil pengamatan, gerakan ini biasanya tidak hanya dilakukan dalam sekali tarikan, tetapi berulang-ulang sampai pelepah dan tandan benar-benar terpotong. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan dan termasuk gerakan yang efektif. Ketinggian pohon dibedakan menjadi 4 bagian yaitu ketinggian pohon < 3 m (H1), ketinggian pohon 3-6 m (H2). Elemen kerja memotong tandan dengan egrek dan dodos dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 7. (a) Elemen kerja memotong tandan dan pelepah dengan egrek, (b) Elemen kerja memotong tandan dengan dodos.

(22)

19 Gambar 8. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah

4.2.1.5

Elemen Kerja Memungut Brondolan (Brondolan: Br)

Elemen kerja ini dimulai ketika tangan mulai mengambil karung dan dilanjutkan dengan tangan dan mata mulai bergerak memilih brondolan yang tercampur dengan serasah, tanah, dll yang ada di piringan dan berakhir saat brondolan telah diambil semuanya. Elemen kerja ini dilakukan dengan tangan kanan dan kiri. Tangan kanan memungut brondolan dan tangan kiri memegang karung. Namun ada beberapa pemanen yang memungut brondolan dengan kedua tangan dan karung diletakkan di atas tanah. Elemen kerja ini dirasa kurang baik karena pemanen harus berjongkok untuk memungut brondolan tersebut. Elemen kerja memungut brondolan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Elemen kerja memungut brondolan

4.2.1.6

Elemen Kerja Memuat TBS ke Angkong (

Loading

: Lo)

(23)

20 Gambar 10. Elemen kerja memuat TBS ke angkong

4.2.1.7

Elemen Kerja Perpindahan (

Moving

: Mo)

Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai berjalan menuju pohon berikutnya atau menuju TPH untuk membongkar muatan angkong dan berakhir ketika sudah tidak melakukan perpindahan lagi. Dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit, perpindahan ini terbagi menjadi 4 macam yaitu pertama perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA), kedua perpindahan dengan membawa TBS (MoT), ketiga perpindahan dengan membawa angkong dan tandan (MoAT), keempat perpindahan tanpa membawa angkong dan tandan (UDK). Perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA) dan perpindahan tanpa membawa tandan dan angkong (UDK) termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay). Elemen kerja perpindahan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pemanen sedang mengangkong

(24)

21 Gambar 12. Elemen kerja membuang sisa tangkai TBS

4.2.1.9

Elemen Kerja Membongkar dan Merapikan TBS di TPH (

Unloading

:

Un)

Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menyiapkan terpal kemudian membongkar muatan tersebut di atas terpal. Selanjutnya menyusun dan merapikan TBS. Elemen kerja ini berakhir ketika TBS sudah tersusun rapi di atas terpal. Elemen kerja membongkar dan merapikan TBS di TPH dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Elemen kerja membongkar dan merapikan TBS di TPH

4.2.2 Waktu Normal

(25)

22 Tabel 9. Waktu normal pemanen A pada aktivitas pemanenan kelapa sawit

Elemen Rata-rata

(detik)

Sd (detik)

Koefisien Min

(detik)

Mak (detik)

Kerja Keragaman

Ve 4.02 + 1.17 0.29 2.02 6.30

Pr 8.17 + 3.92 0.48 3.82 13.32

Cu

D

E1 25.88 + 12.18 0.47 12.33 46.97

E2 20.31 + 12.60 0.62 5.76 27.90

Ba 11.98 + 9.23 0.77 1.84 28.24

Ck 2.47 + 1.28 0.52 0.99 5.40

Br 50.01 + 26.23 0.52 17.64 115.56

Lo 3.91 + 1.66 0.43 1.44 5.89

Mo T

AT 12.80 + 10.82 0.85 2.20 34.92

Un 12.12 + 1.09 0.09 11.24 13.75

UD A

K

AD 8.26 + 8.30 1.00 2.56 20.43

Dari Tabel 9. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 2.02 detik dan waktu maksimum sebesar 6.30 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.2, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki keragaman data yang relatif baik.

Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 3.82 detik, waktu maksimum 13.32 detik, dan nilai koefisien keragaman yaitu 0.48. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut.

(26)

23 Elemen kerja mencacah memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 1.84 detik, waktu maksimum sebesar 28.24 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.77. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong.

Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.99 detik, waktu maksimum sebesar 5.40 detik, koefisien keragaman sebesar 0.52. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut.

Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 17.64 detik, waktu maksimum sebesar 115.56 detik, koefisien keragaman sebesar 0.52. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak.

Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.44 detik, waktu maksimum sebesar 5.89 detik, koefisien keragaman sebesar 0.43. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik.

Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 2.20 detik, waktu maksimum sebesar 34.92 detik, koefisien keragaman sebesar 0.85 detik. Nilai ini menunjukkan elemen kerja MoAT memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong.

(27)

24 Tabel 10. Waktu normal pemanen B pada aktivitas pemanenan kelapa sawit

Elemen Rata-rata

(detik)

Sd (detik)

Koefisien Min

(detik)

Mak (detik)

Kerja Keragaman

Ve 4.16 + 1.87 0.45 1.62 10.53

Pr 8.54 + 4.03 0.47 4.09 18.98

Cu

D 18.50 + 11.84 0.64 4.50 60.02

E1 37.81 + 26.63 0.70 2.82 136.25

E2 59.13 + 15.66 0.26 32.71 76.90

Ba 14.76 + 10.42 0.71 1.39 40.59

Ck 1.42 + 0.93 0.65 0.40 5.40

Br 58.84 + 50.64 0.86 3.10 247.28

Lo 4.73 + 1.55 0.33 1.62 7.96

Mo T 10.41 + 4.78 0.46 5.35 27.31

AT 20.18 + 27.18 1.35 1.14 168.16

Un 8.67 + 3.88 0.45 4.79 19.80

UD A 8.27 + 3.35 0.40 3.80 13.69

K 13.56 + 15.00 1.11 1.93 51.93

AD 9.05 + 7.30 0.81 1.39 28.84

Dari Tabel 10. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.62 detik dan waktu maksimum sebesar 10.53 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.45, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut.

Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 4.09 detik, waktu maksimum 18.98 detik, koefisien keragaman yaitu 0.47. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut.

(28)

25 ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut.

Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 1.39 detik, waktu maksimum sebesar 40.59 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.71. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong.

Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.40 detik, waktu maksimum sebesar 5.40 detik, koefisien keragaman sebesar 0.65. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Elemen kerja ini tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut.

Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 3.10 detik, waktu maksimum sebesar 247.28 detik, koefisien keragaman sebesar 0.86. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Elemen kerja ini tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.62 detik, waktu maksimum sebesar 7.96 detik, koefisien keragaman sebesar 0.33. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik.

Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong merupakan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 3.80 detik, waktu maksimum sebesar 13.69 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.40. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 5.35 detik, waktu maksimum sebesar 27.31 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.46. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 1.14 detik, waktu maksimum sebesar 168.16 detik, koefisien keragaman sebesar 1.35. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun juga termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 1.93 detik, waktu maksimum sebesar 51.93 detik, koefisien keragaman sebesar 1.11. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong.

(29)

26 Tabel 11. Waktu normal pemanen C pada aktivitas pemanenan kelapa sawit

Elemen Rata-rata

(detik)

Sd (detik)

Koefisien Min

(detik)

Mak (detik)

Kerja Keragaman

Ve 3.50 + 1.43 0.41 1.12 7.15

Pr 12.65 + 8.66 0.68 4.45 38.38

Cu

D 15.77 + 10.31 0.65 3.33 54.70

E1 38.72 + 22.29 0.58 10.57 95.67

E2 44.66 + 18.21 0.41 20.11 82.17

Ba 18.49 + 18.61 1.01 2.25 114.34

Ck 0.99 + 0.57 0.58 0.31 3.73

Br 37.23 + 25.39 0.68 4.45 123.78

Lo 3.85 + 1.80 0.47 1.26 7.87

Mo T 11.48 + 7.26 0.63 2.11 39.91

AT 14.38 + 12.94 0.90 1.22 50.42

Un 8.74 + 3.65 0.42 3.98 18.31

UD A 14.83 + 11.07 0.75 3.27 43.02

K 19.57 + 18.76 0.96 1.57 89.43

AD 10.62 + 6.49 0.61 2.74 24.66

Dari Tabel 11. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.12 detik dan waktu maksimum sebesar 7.15 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.41, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut.

Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 4.45 detik, waktu maksimum 38.38 detik, koefisien keragaman yaitu 0.68. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut.

(30)

27 ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut.

Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 2.25 detik, waktu maksimum sebesar 114.34 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 1.01. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong.

Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.31 detik, waktu maksimum sebesar 3.73 detik, koefisien keragaman sebesar 0.58. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki keragaman data. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 4.45 detik, waktu maksimum sebesar 123.78 detik, koefisien keragaman sebesar 0.68. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak.

Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.26 detik, waktu maksimum sebesar 7.87 detik, koefisien keragaman sebesar 0.47. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik.

Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 3.27 detik, waktu maksimum sebesar 43.02 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.72. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 2.11 detik, waktu maksimum sebesar 39.91 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.63. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 1.22 detik, waktu maksimum sebesar 50.42 detik, koefisien keragaman sebesar 0.90. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 1.57 detik, waktu maksimum sebesar 89.43 detik, koefisien keragaman sebesar 0.96. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong.

(31)
[image:31.595.161.470.102.356.2]

28 Tabel 12. Waktu normal pemanen D pada aktivitas pemanenan kelapa sawit

Elemen Rata-rata

(detik)

Sd (detik)

Koefisien Min

(detik)

Mak (detik)

Kerja Keragaman

Ve 4.09 + 2.08 0.51 1.21 14.40

Pr 9.73 + 4.82 0.49 3.06 21.33

Cu

D 9.98 + 5.77 0.58 2.88 31.90

E1 43.74 + 23.14 0.53 6.93 107.54

E2 53.33 + 38.75 0.73 21.51 131.88

Ba 17.29 + 14.89 0.86 1.30 65.65

Ck 1.22 + 0.86 0.70 0.30 5.89

Br 40.98 + 33.27 0.81 2.70 151.78

Lo 3.49 + 1.48 0.43 1.30 9.27

Mo T 10.29 + 6.08 0.59 1.53 28.93

AT 13.27 + 21.82 1.64 1.22 180.31

Un 8.50 + 4.58 0.54 4.34 22.42

UD A 8.71 + 6.29 0.72 1.06 24.19

K 10.86 + 7.43 0.68 1.35 23.71

AD 9.59 + 8.83 0.92 2.25 40.00

Dari Tabel 12. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.21 detik dan waktu maksimum sebesar 14.40 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.51, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut.

Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 3.06 detik, waktu maksimum 21.33 detik, koefisien keragaman yaitu 0.49. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut.

(32)

29 ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut.

Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 1.30 detik, waktu maksimum sebesar 65.65 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.86. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong.

Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.30 detik, waktu maksimum sebesar 5.89 detik, koefisien keragaman sebesar 0.70. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut.

Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 2.70 detik, waktu maksimum sebesar 151.78 detik, koefisien keragaman sebesar 0.81. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak.

Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.30 detik, waktu maksimum sebesar 9.27 detik, koefisien keragaman sebesar 0.43. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data.

Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 1.06 detik, waktu maksimum sebesar 24.19 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.72. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 1.53 detik, waktu maksimum sebesar 28.93 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.59. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 1.22 detik, waktu maksimum sebesar 180.31 detik, koefisien keragaman sebesar 1.64. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 1.35 detik, waktu maksimum sebesar 23.71 detik, koefisien keragaman sebesar 0.68. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong.

(33)
[image:33.595.149.478.102.356.2]

30 Tabel 13. Waktu normal pemanen E pada aktivitas pemanenan kelapa sawit

Elemen Rata-rata

(detik)

Sd (detik)

Koefisien Min

(detik)

Mak (detik)

Kerja Keseragaman

Ve 3.96 + 2.07 0.52 1.44 10.00

Pr 10.80 + 3.56 0.33 5.00 14.00

Cu

D 20.43 + 12.20 0.60 10.00 46.00

E1 55.11 + 21.26 0.39 25.00 95.07

E2 61.00 0.00 61.00 61.00

Ba 12.30 + 7.42 0.60 5.00 27.00

Ck 1.42 + 0.68 0.48 0.58 3.00

Br 44.82 + 30.18 0.67 4.00 113.00

Lo 4.57 + 1.60 0.35 2.00 6.12

Mo T 11.78 + 3.63 0.31 7.00 19.00

AT 45.99 + 52.47 1.14 11.00 179.00

Un 13.05 + 1.70 0.13 8.54 15.00

UD A 18.97 + 16.50 0.87 4.00 36.67

K 20.33 + 10.69 0.53 8.00 27.00

AD 9.35 + 5.66 0.61 3.50 23.00

Dari Tabel 13. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.44 detik dan waktu maksimum sebesar 10 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.52, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut.

Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 5 detik, waktu maksimum 14 detik, koefisien keragaman yaitu 0.33. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut.

(34)

31 harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut.

Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 5 detik, waktu maksimum sebesar 27 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.60. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong.

Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.58 detik, waktu maksimum sebesar 3 detik, koefisien keragaman sebesar 0.48. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut.

Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 4 detik, waktu maksimum sebesar 113 detik, koefisien keragaman sebesar 0.67. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak.

Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 2 detik, waktu maksimum sebesar 6.12 detik, koefisien keragaman sebesar 0.35. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data relatif baik.

Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 4 detik, waktu maksimum sebesar 36.67 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.87. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 7 detik, waktu maksimum sebesar 19 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.31. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 11 detik, waktu maksimum sebesar 179 detik, koefisien keragaman sebesar 1.14. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 8detik, waktu maksimum sebesar 27 detik, koefisien keragaman sebesar 0.53. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong.

(35)
[image:35.595.158.475.102.357.2]

32 Tabel 14. Waktu normal pemanen F pada aktivitas pemanenan kelapa sawit

Elemen Rata-rata

(detik)

Sd (detik)

Koefisien Min

(detik)

Mak (detik)

Kerja Keseragaman

Ve 4.87 + 1.37 0.28 2.38 7.65

Pr 12.11 + 4.41 0.36 6.52 19.08

Cu D

E1 27.25 + 11.18 0.41 10.30 59.89

E2 32.03 + 23.19 0.72 14.71 66.05

Ba 13.97 + 16.33 1.17 3.37 57.91

Ck 1.76 + 0.75 0.43 0.90 3.37

Br 55.61 + 40.45 0.73 6.16 187.78

Lo 4.10 + 2.30 0.56 1.12 7.83

Mo T 8.80 + 4.18 0.48 4.14 16.06

AT 14.71 + 12.22 0.83 1.91 45.00

Un 9.76 + 2.12 0.22 8.17 13.10

UD A 10.42 + 8.91 0.86 2.06 20.51

K

AD 10.85 + 7.10 0.65 2.74 22.72

Dari Tabel 14. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 2.38 detik dan waktu maksimum sebesar 7.65 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.28, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki keragaman data yang relatif baik.

Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 6.52 detik, waktu maksimum 19.08 detik, koefisien keragaman yaitu 0.36. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut.

Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki nilai keragaman yaitu 0.41. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 3-6 meter dan menggunakan egrek (E2) memiliki nilai keragaman yaitu 0.72. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena

Gambar

Tabel 12. Waktu normal pemanen D pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
Tabel 13. Waktu normal pemanen E pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
Tabel 14. Waktu normal pemanen F pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
Tabel 15. Waktu normal pemanen G pada aktivitas pemanenan kelapa sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila yang meninggal bukan Warga Jepang, maka wajib menyerahkan dokumen data pribadi yang bersangkutan kepada bagian Pendaftaran Keluarga dan Timpat Tinggal di Balai Kota

Modal sosial menunjuk pada sekumpulan sumber daya yang aktual atau potensial yang terkait dengan pemilikan jaringan hubungan saling mengenal dan/atau saling

74 Edi dahlianto, S.Ag MTsM Simpang Tiga Simpang Tiga, Nagari Koto Baru 0 Fiqih.. 75 Zuraida, S.Ag MTs Paraman Ampolu Paraman Ampalu, Kenegrian Rabi Jonggo 0 Akidah Akhlak 76 Arpan

Dalam usaha untuk menemukan marka molekuler atau segmen DNA yang berkaitan dengan fenotipe tertentu, penelitian untuk mengkaji asosiasi polimorfisme lokus

Berdasarkan analisa data hasil penelitian dan pembahasan Self Eficacy ibu pada balita diare dengan menggunakan model promosi kesehatan di puskesmas sei kecamatan

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis karakteristik mahasiswa berdasarkan kelompok mata kuliah dengan menggunakan analisis klaster K-Means pada alumni

[r]

Observasi yang dilakukan peneliti untuk mengamati dan bertujuan untuk menemukan data secara langsung pada lokasi industri lanting, yang diamati pada saat