• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.5. Analisis Data

Analisis Data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Alat analisisnya yaitu menggunakan matriks IFE, EFE, matriks IE, matrikis SWOT (Tabel 4), metode bayes dan AHP. Adapun tahapan untuk menganalisis data antara lain:

1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan 2. Membuat daftar ancaman eksternal perusahaan 3. Membuat daftar kekuatan internal perusahaan 4. Membuat draft kelemahan internal perusahaan

5. Mencocokan kekuatan internal dan peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi SO

6. Mencocokan kekuatan internal dan peluanf eksternal dan mecatat hasilnya dalam strategi WO

7. Mencocokan kekuatan internal dan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi ST

8. Mencocokan kelemahan internal dan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi WT

9. Menentukan beberapa alternatif strategi yang dihasilkan di SWOT untuk di masukan ke dalam struktur AHP melalui FGD untuk memperoleh data kualitatifnya dan melalui metode bayes untuk memperoleh data kuantitatifnya. Model Perhitungan Bayes yaitu :

n n Nki

j=1 j=1

= Σ Vij * Bj, ∑ B j = 1,0………(3)

Dengan membuat matriks penilaian alternatif. Setelah didapatkan rangking dari masing-masing alternatif strategi tersebut melalui perhitungan Bayes maka alternatif strategi yang terpilih dimasukan ke dalam struktur AHP.

Tabel 4. Matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strenght Weaknesses

Opportunities Strategi S-O Menggunakan kekuatan untuk mengambil Peluang

Strategi W-O Meminimalkan kelemahan

untuk mengambil peluang

Treaths Strategi S-T Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi W-T Meminimalisasi ancaman dan kelemahan Sumber : Rangkuti, 2005

10. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan yang didasarkan pada prioritas strategi yang dipilih pada SWOT melalui metode Bayes dengan menggunakan AHP. Langkah-langkah dalam analisis metode AHP secara umum dibagi dalam delapan langkah (Saaty, 1991), yaitu:

a. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasikan persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan. Proses selanjutnya adalah pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem seperti focus, forces, actors, objectives, dan scenario dalam struktur AHP nantinya.

Dalam AHP sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

b. Membuat struktur hirarki sudut pandang manajerial secara menyeluruh. Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki dalam metode AHP sendiri dapat berupa hirarki lengkap dan hirarki tak lengkap.

c. Menyusun matriks banding berpasangan

Matriks banding berpasangan ini berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Pada matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi sebagai bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Nilai skala banding berpasangan dapat dilihat pada Tabel 5.

d. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks dilangkah tiga.

Setelah matriks banding berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan penilaian antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Penilaian antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j. Mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 5.

Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

Tabel 5. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas

pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu.

3 Elemen yang satu sedikit

lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu sangat

penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemenyang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih

penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

9 Satu elemen mutlak lebih

penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8

Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan

dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber: Saaty, 1991

e. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan apabila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x) dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F24 memiliki nilai 7, maka elemen F42

f. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan adalah 1/7.

dalam hirarki tersebut. Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam AHP

dibedakan menjadi dua yaitu: Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG).

1) Matriks Pendapat Individu (MPI)

MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij

Tabel 6. Matriks Pendapat Individu

, yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat pada Tabel 6. X A1 A2 A3 An A1 a11 a12 a13 a1n A2 a21 a22 a23 a2n A3 a31 a32 a33 a3n An an1 an2 an3 ann

2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij

Tabel 7. Matriks Pendapat Gabungan

) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik (Tabel 7).

X G1 G2 G3 Gn G1 g11 g12 g13 g1n G2 g21 g22 g23 g2n G3 g31 g32 g33 g3n Gn gn1 gn2 gn3 gnn

Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut:

Gij = ...(4) dengan : n = jumlah responden (pakar)

aij(k)

3) Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang

bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat dihitung dengan rumus:

VP (vektor Prioritas) = ………(5)

dimana: VE (Vector Eigen) = ..… .(6) Keterangan:

aij

n = jumlah elemen yang diperbandingkan = elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j

g. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki

Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terjadap kesahihan hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus kurang dari sama dengan 10 persen. Jika tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner. Rumus untuk perhitungan konsistensi adalah sebagai berikut:

1) CI (Indeks Konsistensi)

CI= ….……….(7)

Keterangan: CI = Indeks Konsistensi ma x

n = jumlah elemen yang dibandingkan = eigen value maksimum

dimana:

max= ………(8)

VA (Vektor Antara) = aij

Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya (CR) yaitu:

X VP ……...(10)

2) CR (Rasio Konsistensi)

CR= ..….……… (11)

Rasio yang dianggap baik yaitu apabila CR≤0,1. RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE LABORATORY, dari matriks berorde 1-15 dengan menggunakan sampel berukuran 100. Indeks acak dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Indeks Acak

N 1 2 3 4 5 6 7 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 N 8 9 10 11 12 13 14 RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 Sumber : Fewidarto, 1996 h. Merevisi judgement

Menurut Fewidarto (1996), apabila index konsistensi cukup tinggi dapat dilakukan revisi judgement yaitu dengan mencari deviasi maksimal RMS (Root Mean Square) dari barisan aij

Max

dan merevisi judgement pada baris yang mempunyai nilai terbesar.

i ……….………(12)

Berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas, dipilih elemen matriks yang memiliki selisih absolut terbesar dengan perbandingan bobotnya dan elemen aij tersebut diganti dengan wi/wj

Nara sumber interview dan penilai kuesioner dipilih secara sengaja (purposive sampling). Respondennya terdiri dari pihak perusahaan (Kepala Pimpinan Cabang, Brand Quality Asurance, Penyelia Pemasaran Bisnis, Pengelola Pemasaran Bisnis, dan Nasabah Program KUR.

. Penggunaan revisi judgement ini sangat terbatas, mengingat akan terjadinya distorsi pada jawaban sebenarnya.

Hasil penilaian struktur oleh pakar akan diolah dengan metode AHP untuk diketahui pembobotan pada setiap elemen hierarkinya. Hasil dari pengolahan tersebut adalah konsistensi dari jawaban responden yang dilakukan menggunakan software AHP dengan batas inkonsitensi ditetapkan 10 persen. Apabila ada penilaian pakar yang tidak konsisten maka harus direvisi dengan mencari deviasi RMS (Root Mean Square). Setelah Matriks Pendapat Individu (MPI) dinyatakan konsisten, akan dilakukan penggabungan matriks yang kemudian diukur kembali dengan pengolahan horisontal dan vertikal sesuai dengan mekanisme AHP. Hasil pengolahan vertikal menggambarkan keterkaitan dan tingkat pengaruh antara elemen pada satu tingkat hirarki dengan elemen pada tingkat hirarki lainnya. Hasil pengolahan yang menunjukkan pemilihan skenario strategi pemasaran diperoleh dari pengolahan vertikal.

Dokumen terkait