BAB I : PENDAHULUAN
G. Metode Penelitian
4) Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis artinya data yang
diperoleh berdasarkan kenyataan kemudian dikaitkan dengan penerapan peraturan dan regulasi yang berlaku, dibahas dan dianalisa, kemudian ditarik kesimpulan yang akhirnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.
BAB II
IMPLIKASI PERUBAHAN STATUS BULOG
DARI LPND MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)
A. Lembaga BULOG sebelum Perum
Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret 1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar belakang ikut campurnya pemerintah Belanda dalam perberasan waktu itu adalah karena terjadinya fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak. Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu untuk secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan.66
Pembentukan suatu Badan yang menangani bahan pangan pokok pada zaman pemerintahan kolonial Belanda dengan dibentuknya Yayasan Bahan Pangan atau Voeding Middelen Fonds (VMF) pada tanggal 25 April 1939, di bawah pembinaan Departemen Ekonomi. Yayasan ini diberi tugas mengadakan pengadaan, penjualan dan penyediaan bahan pangan. Selama masa pendudukan Jepang VMF dibubarkan dan diganti Badan baru bernama Sangyobu-Nanyo Kohatsu Kaisa yang bertugas melakukan pembelian padi dari petani dengan harga yang sangat rendah. Pada awal kemerdekaan (1945 s/d 1950) didirikanlah dua organisasi untuk menangani penyediaan dan distribusi pangan yaitu dalam wilayah Republik Indonesia terdapat
66
Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) yang kemudian menjadi Kementerian Penyediaan Makanan Rakyat. Sedang dalam wilayah pendudukan Belanda dihidupkan kembali Voeding Middelen Fonds (VMF).
Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi. Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:
a. Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan persediaan bahan makanan.
b. Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".
c. Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan pada Tahun 1947/48 dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah dijalankan di tahun 1939. sedang
d. Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan.
e. Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) (1952-1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.
f. Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP (Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah-daerah
dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui mekanisme pasar dan beroientasi pada distribusi fisik.
g. Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan pangan di seluruh Indonesia.
h. Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional) (1966-1967). Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan-bahan pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri.
i. Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan Urusan Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan KEPPRES No. 114/KEP, 1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 272/1967, BULOG dinyatakan sebagai "Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Inpres No. 1/1968).
j. Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan KEPPRES 11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain : konsep floor
dan ceiling price; konsep bufferstock; dan sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.67
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, status hukum BULOG adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berdasarkan Keppres RI No. 39 tahun 1978, dengan tugas membantu persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi kepentingan petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.
Penyempurnaan organisasi terus dilakukan. Melalui Keppres RI No. 50/1995 BULOG ditugaskan mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, tepung terigu, kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok BULOG dipersempit melalui Keppres No. 45 / 1997 tanggal 1 Nopember 1997 yaitu hanya mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa bulan, sesuai LOI tanggal 15 Januari 1998, BULOG hanya memonopoli beras saja. Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 19/1998 tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja. Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 29/2000 tanggal 26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas pokoknya
67
melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.68
Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan kedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Sejak pendiriannya sampai terjadi perubahan kelembagaan menjadi Perum pada tahun 2003, BULOG dapat diingat sebagai institusi atau lembaga dengan ciri atau image sebagai berikut :
1) Kuatnya Intervensi Kekuasaan dan Politik
Kehadiran BULOG sebagai sebuah lembaga stabilisasi harga pangan memiliki arti khusus dan strategis dalam menunjang keberhasilan Pemerintah pada masa orde baru. Kehadirannya adalah bagian dari komitmen politik Orba terhadap terciptanya stabilitas ekonomi. Keluarnya Keppres RI No.11/1969 membuat struktur BULOG harus menyesuaikan diri terhadap misi barunya, yakni dari penunjang peningkatan produksi pangan menjadi buffer stock dan distribusi untuk golongan anggaran. Perubahan struktur BULOG dengan berbagai tugas dan fungsi inilah yang secara perlahan mendekatkannya dengan lingkar kekuasaan, dimana salah satu prioritas tugasnya adalah menjadi lembaga fund rising bagi
68
pemegang kekuasaan.69 Dalam konteks pemegang kekuasaan, bukan hanya merujuk kepada Pemerintah berkuasa tetapi juga kepada partai politik yang dominan pada rezim Orde Baru.
Keterkaitan langsung dengan Presiden, membuat lembaga dan seluruh aktivitasnya sangat bergantung kepada kebijakan dari Presiden atau Pemerintah Orde Baru. Ini akhirnya memunculkan dependensi lembaga dan mudah dimanipulasi menjadi sebuah lembaga bagi pemegang kekuasaan. Mencermati keistimewaan BULOG ini, terlihat bahwa keberadaannya memang secara sengaja dan sistematis dirancang dengan sifat dan tujuan ganda, yakni sebagai instrumen kebijakan pangan, sekaligus menjadi instrument kekuasaan sebagai aspek pendukung financial.70 Contohnya adalah penggunaan dana non-budjeter dalam jumlah besar oleh rezim Orba yang diperuntukkan bagi aktivitas yang tak ada hubungannya dengan kegiatan BULOG, seperti mendirikan Pusat Kanker Rumah Sakit Harapan Kita, Museum Purnabhakti Pertiwi dan lain sebagainya.71
2) BULOG sebagai STE (State Trading Enterprises)
Pembentukan suatu STE oleh suatu negara, baik dalam bentuk State-owned Enterprise (BUMN), perusahaan swasta atau dalam bentuk lainnya dilakukan melalui pemberian hak istimewa oleh Pemerintah untuk orang atau
69
Fachry Ali, dkk. “Beras, Koperasi dan Politik Orde Baru” ; dalam Kumpulan Makalah
“Bustanil Arifin 70 Tahun”, (Jakarta : Penerbit Pustaka Sinar Harapan 1996), hal 134 70
Didik J. Rahbini. “BULOG: Catatan Ekonomi Politik”. Dalam Didik J. Rahbini. “BULOG: Catatan Ekonomi Politik”. Dalam Kompas. 04/11/2001.
71
Penyataan Mantan Kepala BULOG Widjarnarko Puspoyo. Dalam Majalah Tempo, 22/09/2002. hal 102
badan hukum tertentu menurut GATT Pasal XVII. Sejak tanggal 6 Desember 1993 Pemerintah melalui Perwakilan Tetap RI di Jenewa telah melakukan notifikasi BULOG pada Sekretariat GATT sehingga BULOG memperoleh status sebagai sole importer atau sole exporter yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk melaksanakan monopoli impor/ekspor terhadap komoditas-komoditas pertanian tertentusesuai dengan penggarisan kebijakan pangan oleh Pemerintah.
Segala persyaratan Pasal II ayat (4) jo. Pasal XVII GATT mengenai STE telah dipenuhi oleh BULOG. Dengan demikian, BULOG memperoleh pengakuan dunia internasional untuk dapat tetap melaksanakan kegiatannya dalam rangka melaksanakan kegiatannya dalam rangka melaksanakan tugas pokok Pemerintah dalam bidang pangan. Dengan notifikasi status BULOG sebagai suatu STE, maka hanya BULOG lah yang boleh melaksanakan impor atau ekspor yang menyangkut komoditas beras, tepung terigu, gandum, kedele, gula pasir dan karung goni tanpa harus terikat secara mutlak engan ketentuan tarifikasi.
Meskipun memegang monopoli impor/ekspor untuk komoditas tertentu, kegiatan operasional BULOG harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh GATT terhadap STE yaitu: (i) harus memberi perlakuan yang sama terhadap seluruh mitra dagang (non diskriminasi); (ii) kegiatan impor/ekspor harus dilaksanakan sesuai dengan pertimbangan komersial yang meliputi harga, kualitas, ketersediaan, biaya transpor, dan lain-lain (commercial considerations); (iii) efek monopoli terhadap harga domestik tidak boleh melebihi schedules of commitmens; dan (iv) kegiatannya harus transparan sehingga senantiasa dapat
diikuti dan dievaluasi oleh Komite Kerja WTO dan mitra dagang lainnya. Kegiatan BULOG harus memenuhi keempat syarat tarsebut diatas.
Dalam kaitan tersebut, BULOG harus tetap menjaga agar perbedaan harga dalam negeri dan luar negeri tidak lebih dari tingkat tarif telah diikat (bound) di GATT. Dengan kata lain untuk komoditas beras, harga beras di dalam negeri tidak boleh melebihi 160% harga beras di luar negeri.
3) Kurangnya Akuntabilitas saat LPND
Di awal berdirinya pada 10 Mei 1967, lembaga tersebut sebagai penyedia dan pendistribusi pangan bagi rakyat. Dengan kewenangan lebih luas plus stabilisasi harga, menetapkan pemasok, dan menjaga ketahanan pangan, BULOG akhirnya menjadi mesin uang. Posisinya sebagai lembaga yang langsung di bawah presiden menjadikan BULOG bisa menikmati dana nonbujeter di luar anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Itu yang menyebabkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sulit menjamah BULOG. Wakil Presiden (Wapres) M. Jusuf Kalla yang pernah menjabat kepala BULOG selama enam bulan sebelum dipecat Presiden Abdurrahman Wahid menyebut jabatan kepala (direktur utama) BULOG sebagai hot seat alias kursi panas.72
Adanya keinginan luas yang menghendaki agar BULOG terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan pengaruh dari partai politik tertentu,
72
sehingga BULOG mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik secara memuaskan.
Lembaga Pemerintah Non Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut LPND adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. LPND berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.73
BULOG saat LPND merupakan sebuah lembaga yang diciptakan khusus, baik dari bentuk usaha, jenis usaha dan pelaporan keuangannya. Kedudukannya adalah sebagai sebuah lembaga pemerintah strategis yang sifatnya “otonom” dan berada di luar pengawasan departemen. Secara administratif BULOG berada di bawah koordinasi Sekretariat Negara sejak tahun 1973, tetapi dalam prakteknya, KaBULOG bertanggung jawab langsung kepada Presiden.74 Hak istimewa BULOG ini mengakibatkannya mempunyai suatu kewenangan khusus sehingga tidak tersentuh oleh peraturan pemerintah, dan terus terjadi hingga keluarnya Keppres No.103/2001. Jadi, BULOG menikmati masa istimewanya selama 28 tahun. Pada dasarnya, posisi istimewa BULOG disebabkan oleh tugas dan fungsinya yang penting, yakni menguasai hajat hidup rakyat banyak.
B. Perubahan Kelembagaan BULOG Menjadi Perum
73
Pasal 1 ayat (1) dan (2), Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2005 74
Penataan kelembagaan merupakan kebutuhan dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Penataan kelembagaan harus dipahami sebagai salah satu upaya kebijakan untuk membentuk sebuah sistem yang efektif dan efisien (effective and efficient); rasional sesuai kebutuhan dan kemampuan (rational to needs of and local capacity); adanya koordinasi (coordination), integrasi (integration), sinkronisasi (synchronization) dan Simplifikasi (simplification); serta adanya komunikasi kelembagaan.75
Sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 timbul tekanan yang sangat kuat agar peran pemerintah dipangkas secara drastis sehingga semua kepentingan nasional termasuk pangan harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Konsekuensi logis yang harus diterima dari tekanan tersebut adalah BULOG harus berubah secara total. Dorongan untuk melakukan perubahan datangnya tidak hanya dari luar negeri, namun juga dari dalam negeri.76
1) Alasan Perubahan :
Isyarat tentang perlunya perubahan bermula dari kesepakatan dengan IMF, saran dari hasil audit konsultan BULOG, pembebasan perdagangan beras internasional serta penghapusan kredit KLBI untuk BULOG. Area perubahan
75
http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADQ535.pdf , “Kajian Akademis Organisasi Pengelolaan
Keuangan Daerah” Diakses Tanggal 15 Juni 2010.
76
DoriskaAgustomi, “Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian” http://www.politiksaman.com/index.php Diakses Pada tanggal 30 Mei 2010
tersebut mencakup bidang operasional, pembiayaan, administrasi dan manajemen.77
a. Eksternal
Dalam perjalanannya, BULOG mengalami berbagai proses transformasi, semisal kelembagaan, dengan pembatasan kewenangan berkaitan dengan kegiatan operasional dan pengelolaan komoditi (hanya beras). Transformasi BULOG paling signifikan adalah akibat dari tekanan IMF dan World Bank pada era liberalisasi, yang berakibat tereduksinya peran BULOG secara signifikan dalam menunjang keberhasilan subsistem distribusi pangan. BULOG mempunyai beban untuk menjalankan fungsi komersial, ditengah fungsi sosial menjaga stabilisasi harga pangan.78
Perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar, khususnya dengan adanya WTO yang mengharuskan penghapusan non-tariff barrier seperti monopoli menjadi tariff barrier serta pembukaan pasar dalam negeri. Dalam LoI yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan IMF pada tahun 1998, secara khusus ditekankan perlunya perubahan status hukum BULOG agar menjadi lembaga akuntabel. Perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar mengakibatkan perlunya perubahan status hukum BULOG agar menjadi lembaga yang lebih efisien, transparan dan akuntabel.
b. Internal
77
http://www.BULOG.go.id/profil/sejarah.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010
78
DoriskaAgustomi, “Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian” http://www.politiksaman.com/index.php Diakses Pada tanggal 30 Mei 2010.
Perubahan Pemerintah Indonesia melalui Pemilu 1999 dan tuntutan masyarakat akan reformasi, mengharuskan BULOG sebagai salah satu lembaga yang bertanggung jawab di bidang ketahanan pangan nasional melakukan perubahan paradigma dan menempatkan diri pada suatu tatanan yang tepat. Terwujudnya alam demokrasi yang egaliter, penegakan supremasi hukum, transparansi, bebas KKN dan pemerintahan yang profesional dan bersih (professional and clean government), merupakan perubahan yang diharapkan dapat membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.79
Manajemen logistik Pangan yang awalnya merupakan pendekatan militer, berangsur-angsur berubah menjadi logistik pangan yang mempertimbangkan efisiensi dan biaya. Mula-mula sebagai lembaga logistik LPND yang rancu sehingga bentuk lembaga perlu dikoreksi. Kerancuan itu meliputi BULOG sebagai LPND tidak seharusnya mendapat fasilitas kredit bank (KLBI), dan berbeda dalam pertanggungjawaban keuangan, serta struktur organisasi. Sampai 1995, pegawai BULOG diperlakukan sebagai pegawai swasta, karena tidak dibiayai oleh APBN. Pada 1993, waktu Kepala BULOG dirangkap oleh Menteri Negara Urusan Pangan, tanggung jawab BULOG diperluas yaitu sebagai koordinator pembangunan pangan dan peningkatan mutu gizi. Sejak krisis moneter 1997, peran dan tugas BULOG berubah secara drastis, seiring dengan komitmen Pemerintah dengan IMF yang tertuang dalam berbagai LOI. Di era reformasi yang dimulai sejak 1998, terjadi begitu banyak perubahan lingkungan strategis baik yang datangnya dari dalam negeri, maupun dari luar negeri serta
79
tuntutan publik sehingga mendorong BULOG harus berubah secara menyeluruh.80
Secara umum alasan perubahan dari sisi internal adalah :
a. Perubahan kebijakan pangan pemerintah dan pemangkasan tugas dan fungsi BULOG sehingga hanya diperbolehkan menangani komoditas beras, penghapusan monopoli impor seperti yang tertuang dalam beberapa Keppres dan SK Menperindag sejak tahun 1998. Keppres RI terakhir tentang BULOG, yakni Keppres RI No. 103 tahun 2001 menegaskan bahwa BULOG harus beralih status menjadi BUMN selambat-lambatnya Mei 2003.
b. Berlakunya beberapa UU baru, khususnya UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli, dan UU No. 22 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah yang membatasi kewenangan Pemerintah Pusat dan dihapusnya instansi vertikal.
c. Masyarakat luas menghendaki agar BULOG terbebas dari unsur-unsur yang bertentangan dengan tuntutan reformasi, bebas dari KKN dan bebas dari pengaruh partai politik tertentu, sehingga BULOG mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik secara memuaskan.81
80
Ibid
81
Irfa Nurina Jati, “Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan Melalui Pelatihan dan
Pengembangan di Perum BULOG Divre Jateng” Http://digilib.unnes.ac.id/ Skripsi, diakses pada tanggal
Sehubungan dengan adanya tuntutan untuk melakukan perubahan, BULOG telah melakukan berbagai kajian-kajian baik oleh intern BULOG maupun pihak ekstern seperti :
a. Tim intern BULOG pada tahun 1998 telah mengkaji ulang peran BULOG sekarang dan perubahan lembaganya di masa mendatang. Hal ini dilanjutkan dengan kegiatan sarasehan pada bulan Januari 2000 yang melibatkan BULOG dan Dolog selindo dalam rangka menetapkan arahan untuk penyesuaian tugas dan fungsi yang kemudian disebut sebagai "Paradigma Baru BULOG".
b. Kajian ahli dari Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1999 yang menganalisa berbagai bentuk badan hukum yang dapat dipilih oleh BULOG, yakni LPND seperti sekarang, atau berubah menjadi Persero, Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Perjan atau Perum. Hasil kajian tersebut menyarankan agar BULOG memilih Perum sebagai bentuk badan hukum untuk menjalankan dua fungsi bersamaan, yaitu fungsi publik dan komersial.
c. Kajian auditor internasional Arthur Andersen pada tahun 1999 yang telah mengaudit tingkat efisiensi operasional BULOG. Secara khusus, BULOG disarankan agar menyempurnakan struktur organisasi, dan memperbaiki kebijakan internal, sistim, proses dan pengawasan sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan memperkecil terjadinya KKN di masa mendatang. d. Kajian bersama dengan Bernas Malaysia pada tahun 2000 untuk melihat
berbagai perubahan yang dilakukan oleh Malaysia dan merancang kemungkinan penerapannya di Indonesia.
e. Kajian konsultan internasional Price Waterhouse Coopers (PWC) pada tahun 2001 yang telah menyusun perencanaan korporasi termasuk perumusan visi dan misi serta strategi BULOG, menganalisa core business dan tahapan transformasi lembaga BULOG untuk berubah menjadi lembaga Perum.
f. Dukungan politik yang cukup kuat dari anggota DPR RI, khususnya Komisi III dalam berbagai hearing antara BULOG dengan Komisi III DPR RI selama periode 2000-2002. 82
Berdasarkan hasil kajian, ketentuan dan dukungan politik DPR RI, disimpulkan bahwa status hukum yang paling sesuai bagi BULOG adalah PERUM (Perusahaan Umum).
2) Sasaran Perubahan yang Hendak Dicapai
Perubahan organisasi adalah suatu tindakan menyusun kembali komponen-komponen organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi. Mengingat begitu pentingnya perubahan dalam lingkungan yang bergerak cepat sudah saatnya organisasi tidak menunda perubahan, penundaan berarti akan menghadapkan organisasi pada proses kemunduran. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi
82
yang lebih baik, sehingga perlu diupayakan agar perubahan tersebut diarahkan kearah yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang sebelumnya.83
Berubahnya menjadi Perum, BULOG tetap dapat melaksanakan tugas publik yang dibebankan oleh pemerintah terutama dalam pengamanan harga dasar pembelian gabah, pendistribusian beras untuk masyarakat miskin yang rawan pangan, pemupukan stok nasional untuk berbagai keperluan publik menghadapi keadaan darurat dan kepentingan publik lainnya dalam upaya mengendalikan gejolak harga. Di samping itu, BULOG dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Dengan kondisi ini gerak lembaga BULOG akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat semakin terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Dengan kondisi tersebut diharapkan perubahan status BULOG menjadi Perum dapat lebih menambah manfaat kepada masyarakat luas.84
Secara umum sasaran perubahan Lembaga BULOG menjadi Perusahaan Umum terutama adalah:
Pertama; tetap dapat melaksanakan tugas publik yang dibebankan.
83
Irawaty A. Kahar, “Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational
Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi”. (Jurnal Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.4,
No.1, Juni 2008) Hal. 22
84
Kedua; dapat juga melaksanakan fungsi bisnis yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Ruang gerak lembaga akan lebih fleksibel, misalnya, dengan merancang berbagai kerjasama operasional (joint venture)/penyertaan modal dalam badan usaha lain.
Ketiga; hasil dari aktivitas bisnis sebagiannya dapat mendukung tugas publik. Hal ini tentu akan berdampak positif terhadap dana Pemerintah, mengingat semakin terbatasnya dana Pemerintah di masa mendatang, sehingga lembaga baru ini dapat berperan untuk membantu dan meringankan beban Pemerintah. Keempat; di samping itu, BULOG dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaedah transparansi. Dengan kondisi