• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Perusahaan Umum Bulog Sebagai Badan Usaha Milik Negara PSO (PUBLIC SERVICE OBLIGATION)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaturan Perusahaan Umum Bulog Sebagai Badan Usaha Milik Negara PSO (PUBLIC SERVICE OBLIGATION)"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATURAN PERUSAHAAN UMUM BULOG

SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA PSO

(PUBLIC SERVICE OBLIGATION)

TESIS

Oleh

BAHRENSAH ANANDA HSB 087005107/HK-E

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGATURAN PERUSAHAAN UMUM BULOG

SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA PSO

(PUBLIC SERVICE OBLIGATION)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora

dalam Program Studi Ilmu Hukum Ekonomi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

BAHRENSAH ANANDA HSB 087005107/HK-E

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis :

PENGATURAN PERUSAHAAN UMUM

BULOG SEBAGAI BADAN USAHA

MILIK NEGARA PSO (PUBLIC SERVICE

OBLIGATION)

Nama Mahasiswa : Bahrensah Ananda Hsb Nomor Induk : 087005107

Program Study : Ilmu Hukum Ekonomi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) Ketua

(Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum) (Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 23 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggora : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum

(5)

ABSTRAK

Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam Pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma World Food Security and World Food Summit (1996). Pemerintah atau negara berkewajiban (obligation) menghargai (respect), melindungi (protect) dan memenuhi (fulfill) hak masyarakat terhadap pangan. Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 beserta penjelasannya yang meminta pemerintah untuk mendirikan Perusahaan Negara untuk dapat mengurus di bidang ekonomi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak.

Undang Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah dasar hukum keberadaan BUMN di Indonesia. Pembentukan lembaga yang menangani masalah pangan sesuai dengan amanat UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Perum BULOG adalah perusahaan Umum yang dibentuk berdasarkan PP No. 7 tahun 2003 dan berdasarkan Pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa sifat usaha dari perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Pengaturan tentang BULOG yang ada saat sebagai BUMN PSO pangan kerap menjadi benturan, di sisi lain BULOG harus berorientasi bisnis alias profit oriented, tetapi BULOG juga punya peran penting, yaitu fungsi sosial. Peran ganda ini diyakini banyak kalangan sulit beriringan dan dikhawatirkan akan menjadi hambatan dalam pemenuhan hak pangan.

Permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut untuk menemukan pemecahan masalah adalah bagaimana implikasi perubahan bentuk lembaga BULOG dari LPND menjadi Perusahaan Umum (Perum), bagaimana Pengaturan Perum BULOG sebagai BUMN yang melaksanakan tugas PSO (Public Services Obligation) dan kendala-kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan penugasan PSO. (Public Services Obligation).

Masalah diteliti dengan pendekatan yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang terlebih dahulu meneliti bahan-bahan kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dengan mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan ataupun regulasi.

Perubahan kelembagaan BULOG dari LPND menjadi Perum harusnya diikuti langkah-langkah yang komprehensif dan konsisten dari pemerintah untuk menjabarkan strategi dan kebijakan ketahanan pangan. Perlu dikaji ulang untuk mereposisikan kembali BULOG sebagai sebuah lembaga yang bertanggung jawab dan berperan penuh atas bekerjanya subsistem distribusi untuk seluruh komoditi pangan strategis bagi seluruh lapisan masyarakat, tentu saja dalam kerangka kelembagaan yang sesuai dengan perkembangan jaman. Penerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), secara konsisten dan berkesinambungan, mampu terus menciptakan nilai tambah dan inovasi, siap bersaing di era kompetisi global, dan memiliki kemampuan untuk survive dalam segala kondisi, memiliki tanggung jawab sosial. Implikasi perubahan memaksa BULOG untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam pengelolaannya.

(6)

Singkatnya dengan pengaturan yang ada saat ini Perum BULOG sebagai Pelaksana PSO bidang pangan berpotensi merugi.

Agar peraturan perundang-undangan terkait Perum BULOG dan Ketahanan Pangan dapat berjalan maksimal untuk kesejahteraan masyarakat, harus segera dirumuskan paradigma sistem ekonomi nasional seperti apa yang harus kita bangun dan perlu adanya interaksi, pengertian (understanding) dan kerjasama yang baik antara para ahli di bidang ekonomi dan di bidang hukum. Mengantisipasi perkembangan ekonomi global dan melihat fakta yang ada, pemerintah dan Perum BULOG harus segera berbenah diri untuk mengatasi berbagai permasalahan dan hambatan yang ada terutama untuk mengatasi kerugian-kerugian yang diderita sehingga tujuan Perum BULOG sebagai korporasi tidak terabaikan di tengah dinamika tugas PSO.

(7)

ABSTRACT

The right for foods is one of human rights, as mentioned in Section 27 of The Constitution 1945 or in the Rom Declaration of World Food Security and World Food Summit (1996). The government or country has an obligation, respect, protect and fulfill the society rights for foods. The section 33 subsection (2) of The Constitution 1945 includes the clarification asking the government for establishing the state corporation to manage the principal economy parts and mastering the public intention.

Regulation No. 19 of 2003 about State Owned-Corporation (BUMN) is the law fundamental of the BUMN’s existing in Indonesia. The establishment of institution managing food is according to the amendment of Regulation No. 7 of 1996 about Foods. The public corporation of board-business logistic (BULOG) is a general corporation which established based on the Government Regulation No. 7 of 2003 and also Section 6 subsection (1); it is stated that the characteristic business of the corporation is to provide the service for public benefit and also create the profit according to the corporation management principle. The management of the existed BULOG as the BUMN PSO of food is always become an impact, on the other hand, BULOG must be business-oriented or profit oriented; however, BULOG also has important function that is social function. Most people assure that this dual role is difficult mutually and they worried to be a hinder in fulfilling of food’s right.

The troubles that will be analyzed for detailed to find the trouble-solving out is how the implication of shape change of the BULOG institution from LPND to BUMN that carried out the duty of PSO (Public Services Obligation) and also what obstructs look toward in implementing PSO’s assignments.

The trouble is analyzed with qualitative normative-judicative which analyzing the related literatures material to the analyzed troubles firstly by relying on the law norms existed in the regulation.

The changes of BULOG’s institution from LPND to the public corporation must followed by comprehensive and consistent actions from the government to describe both the strategies and policies of food survival. Repositioning BULOG as a institution that responsible and fully play-role to the processing of distribution subsystem for whole strategic food commodities for entire society is very required; certainly, in institution frame according to the development time. The implementation of good corporation management (GCG), consistency and continuously, is expected to produce add value and innovation, ready for competition in global competition era, has a capability for survive in every condition, and also has social responsibility. The implication changes impose BULOG to apply the GCG’s principles in its management.

The government must be given compensation for costs spent by BUMN, include expected margin in naturalness rate based on its assignments. In fact, however, in carrying out the PSO’s assignments, the public corporation of BULOG is troubled because of the compensation of those assignment costs do not implemented completely because many obstructs in its regulation. In short, by the regulation currently, the public corporation of BULOG as PSO executor of food sectors is potential to suffer a financial loss.

(8)

system need to be formulated firstly. In what kind that must be we create, interaction requirement, understanding and collaboration well among practitioners in economy and law segments. To anticipate the global economy development and observe the presented facts currently, both the government and BULOG must be prepare themselves to solve the various troubles and obstructs existed, particularly solving the financial loss suffered; so the purposes of the public corporation of BULOG as a corporation may implemented in the middle of PSO’s assignment dynamics.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya,

rahmat dan hidayahNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan dan tepat pada waktunya.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister

Humaniora pada Program Studi Ilmu Hukum Ekonomi, Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Tema yang dipilih dalam penelitian adalah Pengaturan Perusahaan Umum

BULOG Sebagai Badan Usaha Milik Negara PSO (Public Service Obligation). Di dalam penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa pengajaran,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan

ucapan terima dan penghargaan yang setinggi-tingginya dan setulus-tulunya kepada yang

terhormat para pembimbing : Prof. Bismar Nasution, SH, MH., Prof. Dr. Sunarmi, SH,

M. Hum., Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum., dimana ditengah-tengah kesibukan dan

tugas-tugas beliau masih tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

petunjuk dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan Tesis ini.

Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Almarhum Ayahanda

tercinta H. Patuan Humala Barumun Hasibuan (Alm) dan Ibunda Hj. Hasmidah Nasution

(Alm) atas peran dan dedikasi beliau dalam mendidik anak-anaknya hingga tumbuh

dewasa. Terima kasih dan hormat saya kepada abang Zamzam Amandarsyah, SH yang

telah memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk belajar di Program Magister

(10)

saya Dra. Mega Rahayu Lbs dan anak tercinta Fadhlan Humala Hsb, atas dorongan dan

suasana damai yang mereka berikan sehingga penulisan Tesis ini dapat selesai.

Terima kasih kepada yang terhormat Direktur Utama Perum BULOG yang telah

memberikan waktu kepada penulis sebagai karyawan Perum BULOG Divre Sumut untuk

tugas belajar eksekutif jangka pendek dalam negeri dan terima kasih kepada Bapak ketua

KOPELINDO Perum BULOG atas kepercayaannya menyediakan beasiswa selama

mengikuti pendidikan.

Perkenankan juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

terlibat dalam penyelesaian studi ini, kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH selaku Pembimbing Utama sekaligus

Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan bimbingan sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH., M. Hum selaku komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan, dorongan dan arahan dengan penuh perhatian dalam

(11)

5. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M. Hum selaku komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan, dorongan dan arahan dengan penuh perhatian dalam

penyelesaian tesis ini;

6. Para Guru Besar dan semua Staf Pengajar Program Studi Magister IlmuHukum

Fakultas Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama mengikuti proses

perkuliahan;

7. Teman-teman sekretariat Program Studi Magister Ilmu Hukum FakultasHukum

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas bantuan dan informasinya

yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian perkuliahan sehingga

pembuatan tesis;

8. Teman-teman kuliah di Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tidak saya sebut satu persatu.

Akhirnya penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

keilmuan, bermanfaat bagi pemerintah maupun Perum BULOG, dan segala masukan

serta saran untuk penyempurnaan tesis ini saya mengucapkan terima kasih dan saya

menyampaikan permintaan yang tulus seandainya dalam penulisan tesis ini terdapat

kekurangan dan kekeliruan.

Medan, September 2010

Penulis,

(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Bahrensah Ananda Hasibuan

Tempat/Tgl. Lahir : Aek Lancat Barumun, 21 Januari 1966

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : BUMN Perum BULOG

Alamat : Jl. Abdul Hamid Perumahan Clasic Setiabudi Residence,

Blok E No. 5, Sei Selayang Medan.

Pendidikan : SD Negeri No. 3 Hutanopan, Tamat Tahun 1975

SMP Negeri 1 Sibuhuan, Tamat Tahun 1981

SMA Negeri 1 Padang Sidimpuan, Tamat Tahun 1984

Strata Satu (S1) Universitas Sumatera Utara, Tamat Tahun 1990

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ..……… iii

KATA PENGANTAR ……….. v

RIWAYAT HIDUP ………. viii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH ……… xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah………... 13

C. Tujuan Penelitian……… 13

D. Manfaat Penelitian ……..……….... 14

E. Keaslian Penelitian ……….. 14

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ………. 15

1) Kerangka Teori ……….. 15

2) Kerangka Konsepsi ……… 27

G. Metode Penelitian ………. 32

1) Jenis dan Sifat Penelitian .……… 32

2) Sumber Data …… ……… 33

3) Teknik Pengumpulan Data ……….. 35

(14)

BAB III : IMPLIKASI PERUBAHAN STATUS BULOG DARI LPND MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUSAHAAN UMUM) 37

A. Lembaga BULOG Sebelum Perum ……..………….. 37

1) Kuatnya Intervensi Kekuasaan dan Politik ………… 41

2) BULOG sebagai STE (State Trading Enterprises) 42

3) Kurangnya Akuntabilitas saat LPND ……… 44

B. Perubahan kelembagaan BULOG Menjadi Perum …….. 46

1) Alasan Perubahan …….. ……… 47

a. Eksternal ………... 47

b. Internal ………. 48

2) Sasaran Perubahan yang Hendak Dicapai ……..… 52

3) GCG (Good Coorporate Governance) …………... 55

C. Implikasi Perubahan Kelembagaan BULOG……….. 57

1) Implikasi Terhadap Organisasi ……….. 57

2) Implikasi terhadap Kebijakan Perberasan ……..… 60

BAB III : PENGATURAN PERUSAHAAN UMUM BULOG SEBAGAI BUMN YANG MELAKSANAKAN TUGAS PSO

(PUBLIC SERVICE OBLIGATION) .………. 67 A. Landasan Hukum Penugasan Perum BULOG Sebagai PSO. 67

B. Pengadaan Gabah/beras dalam Rangka Pengamanan HPP …

C. Pengelolaan, Penyimpanan dan Cadangan Beras Pemerintah . 78

1) Pengelolaan dan Penyimpanan ………... 78

2) Cadangan Beras Pemerintah……… 81

D. Stabilisasi Harga di Tingkat Konsumen Sebagai

(15)

E. Distribusi Beras untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) … 89

F. Kerugian Akibat Penugasan PSO ………..96

1) Kompensasi Penugasan Pelayanan Publik ……….. 99

2) Potensi Kerugian dalam Pelaksanaan PSO ………..108

BAB IV : KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI PERUM BULOG DALAM MELAKSANAKAN PENUGASAN PSO (PUBLIC SERVICE OBLIGATION)……….. 112

A. Pengamanan HPP saat Kebijakan Bebas Import Beras …….. 113

B. Pendanaan PSO Melalui Kredit Komersil ……….. 117

C. Budaya Birokrat/PNS di BUMN… . . …….……… 120

D. Kebijakan Subsidi RASKIN yang Kurang Maksimal ……….. 123

E. Pengelolaan CBP yang Dilematis………. 130

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………. 132

A. Kesimpulan ……… 132

B. Saran ……….. 134

(16)

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ASEAN : Association of Southeast Asian Nations

BAMA : Bahan Makanan

BULOG : Badan Urusan Logistik

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

CBP : Cadangan Beras Pemerintah

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

EKOSOB : Ekonomi Sosial dan Budaya

GATT : General Agreement on Tariffs and Trade atau Perjanjian Umum

Tentang Tarif-tarif dan Perdagangan

GCG : Good Corporate Governance

GPG : Good Public Governance

HDPP : Harga Dasar Pembelian Pemerintah

HPP : Harga Pembelian Pemerintah

IMF : International Monetary Fund

KD : Keputusan Direksi

KKN : Korupsi Kolusi dan Nepotisme

KLBI : Kredit Likuiditas Bank Indonesia

KOLOGNAS : Komando Logistik Nasional

(17)

LPND : Lembaga Pemerintah Non Departemen

PEDUM : Pedoman Umum

PERUM : Perusahaan Umum

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PSO : Public Service Obligation

RASKIN : Beras Untuk Rumah Tangga Miskin

SDM : Sumber Daya Manusia

SK : Surat Keputusan

SOP : Standard Operating Procedure

STE : State Trading Enterprises

VMF : Voeding Middelen Fonds

WTO : World Trade Organization

(18)

ABSTRAK

Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam Pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma World Food Security and World Food Summit (1996). Pemerintah atau negara berkewajiban (obligation) menghargai (respect), melindungi (protect) dan memenuhi (fulfill) hak masyarakat terhadap pangan. Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 beserta penjelasannya yang meminta pemerintah untuk mendirikan Perusahaan Negara untuk dapat mengurus di bidang ekonomi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak.

Undang Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah dasar hukum keberadaan BUMN di Indonesia. Pembentukan lembaga yang menangani masalah pangan sesuai dengan amanat UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Perum BULOG adalah perusahaan Umum yang dibentuk berdasarkan PP No. 7 tahun 2003 dan berdasarkan Pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa sifat usaha dari perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Pengaturan tentang BULOG yang ada saat sebagai BUMN PSO pangan kerap menjadi benturan, di sisi lain BULOG harus berorientasi bisnis alias profit oriented, tetapi BULOG juga punya peran penting, yaitu fungsi sosial. Peran ganda ini diyakini banyak kalangan sulit beriringan dan dikhawatirkan akan menjadi hambatan dalam pemenuhan hak pangan.

Permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut untuk menemukan pemecahan masalah adalah bagaimana implikasi perubahan bentuk lembaga BULOG dari LPND menjadi Perusahaan Umum (Perum), bagaimana Pengaturan Perum BULOG sebagai BUMN yang melaksanakan tugas PSO (Public Services Obligation) dan kendala-kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan penugasan PSO. (Public Services Obligation).

Masalah diteliti dengan pendekatan yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang terlebih dahulu meneliti bahan-bahan kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dengan mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan ataupun regulasi.

Perubahan kelembagaan BULOG dari LPND menjadi Perum harusnya diikuti langkah-langkah yang komprehensif dan konsisten dari pemerintah untuk menjabarkan strategi dan kebijakan ketahanan pangan. Perlu dikaji ulang untuk mereposisikan kembali BULOG sebagai sebuah lembaga yang bertanggung jawab dan berperan penuh atas bekerjanya subsistem distribusi untuk seluruh komoditi pangan strategis bagi seluruh lapisan masyarakat, tentu saja dalam kerangka kelembagaan yang sesuai dengan perkembangan jaman. Penerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), secara konsisten dan berkesinambungan, mampu terus menciptakan nilai tambah dan inovasi, siap bersaing di era kompetisi global, dan memiliki kemampuan untuk survive dalam segala kondisi, memiliki tanggung jawab sosial. Implikasi perubahan memaksa BULOG untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam pengelolaannya.

(19)

Singkatnya dengan pengaturan yang ada saat ini Perum BULOG sebagai Pelaksana PSO bidang pangan berpotensi merugi.

Agar peraturan perundang-undangan terkait Perum BULOG dan Ketahanan Pangan dapat berjalan maksimal untuk kesejahteraan masyarakat, harus segera dirumuskan paradigma sistem ekonomi nasional seperti apa yang harus kita bangun dan perlu adanya interaksi, pengertian (understanding) dan kerjasama yang baik antara para ahli di bidang ekonomi dan di bidang hukum. Mengantisipasi perkembangan ekonomi global dan melihat fakta yang ada, pemerintah dan Perum BULOG harus segera berbenah diri untuk mengatasi berbagai permasalahan dan hambatan yang ada terutama untuk mengatasi kerugian-kerugian yang diderita sehingga tujuan Perum BULOG sebagai korporasi tidak terabaikan di tengah dinamika tugas PSO.

(20)

ABSTRACT

The right for foods is one of human rights, as mentioned in Section 27 of The Constitution 1945 or in the Rom Declaration of World Food Security and World Food Summit (1996). The government or country has an obligation, respect, protect and fulfill the society rights for foods. The section 33 subsection (2) of The Constitution 1945 includes the clarification asking the government for establishing the state corporation to manage the principal economy parts and mastering the public intention.

Regulation No. 19 of 2003 about State Owned-Corporation (BUMN) is the law fundamental of the BUMN’s existing in Indonesia. The establishment of institution managing food is according to the amendment of Regulation No. 7 of 1996 about Foods. The public corporation of board-business logistic (BULOG) is a general corporation which established based on the Government Regulation No. 7 of 2003 and also Section 6 subsection (1); it is stated that the characteristic business of the corporation is to provide the service for public benefit and also create the profit according to the corporation management principle. The management of the existed BULOG as the BUMN PSO of food is always become an impact, on the other hand, BULOG must be business-oriented or profit oriented; however, BULOG also has important function that is social function. Most people assure that this dual role is difficult mutually and they worried to be a hinder in fulfilling of food’s right.

The troubles that will be analyzed for detailed to find the trouble-solving out is how the implication of shape change of the BULOG institution from LPND to BUMN that carried out the duty of PSO (Public Services Obligation) and also what obstructs look toward in implementing PSO’s assignments.

The trouble is analyzed with qualitative normative-judicative which analyzing the related literatures material to the analyzed troubles firstly by relying on the law norms existed in the regulation.

The changes of BULOG’s institution from LPND to the public corporation must followed by comprehensive and consistent actions from the government to describe both the strategies and policies of food survival. Repositioning BULOG as a institution that responsible and fully play-role to the processing of distribution subsystem for whole strategic food commodities for entire society is very required; certainly, in institution frame according to the development time. The implementation of good corporation management (GCG), consistency and continuously, is expected to produce add value and innovation, ready for competition in global competition era, has a capability for survive in every condition, and also has social responsibility. The implication changes impose BULOG to apply the GCG’s principles in its management.

The government must be given compensation for costs spent by BUMN, include expected margin in naturalness rate based on its assignments. In fact, however, in carrying out the PSO’s assignments, the public corporation of BULOG is troubled because of the compensation of those assignment costs do not implemented completely because many obstructs in its regulation. In short, by the regulation currently, the public corporation of BULOG as PSO executor of food sectors is potential to suffer a financial loss.

(21)

system need to be formulated firstly. In what kind that must be we create, interaction requirement, understanding and collaboration well among practitioners in economy and law segments. To anticipate the global economy development and observe the presented facts currently, both the government and BULOG must be prepare themselves to solve the various troubles and obstructs existed, particularly solving the financial loss suffered; so the purposes of the public corporation of BULOG as a corporation may implemented in the middle of PSO’s assignment dynamics.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia

sebagaimana tersebut dalam Pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma World

Food Security and World Food Summit (1996). Pertimbangan tersebut mendasari

terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi

manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu

bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat

menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga

terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi kritis akan pangan bahkan dapat

membahayakan stabilisasi nasional dengan meruntuhkan Pemerintah yang sedang

berkuasa.

Mengingat pertimbangan pentingnya pangan tersebut, Pemerintah selalu berupaya

untuk meningkatkan ketahanan pangannya terutama dari produksi dalam negeri.

Pertimbangan tersebut menjadi semakin penting bagi Indonesia karena jumlah

penduduknya semakin membesar dengan sebaran populasi yang luas dan cakupan

geografis yang tersebar.

Kegiatan pengelolaan pangan oleh Pemerintah seringkali mendapat kritik karena

adanya ketidak-sempurnaan kegiatan-kegiatan intervensi itu sendiri baik yang disebabkan

(23)

akan menimbulkan distorsi pasar. Intervensi akan dianggap reasonable kalau dilakukan

dalam keadaan defisit pangan atau jika terjadi surplus produksi yang berlebihan, dan jika

infrastruktur pemasaran dan kelembagaan tidak cukup berkembang dan kompetitif untuk

melindungi kepentingan produsen dan konsumen.1

Ketahanan pangan menurut World Bank adalah: "akses oleh semua orang pada

segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif, sedang

menurut FIVIMS Ketahanan Pangan adalah kondisi ketika “semua orang pada segala

waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman

dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi (dietary needs) dan pilihan pangan

(food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.”2 Berdasarkan UU No.7/1996: Ketahanan Pangan adalah kondisi di mana terjadinya kecukupan penyediaan pangan bagi

rumah tangga yang diukur dari ketercukupan pangan dalam hal jumlah dan kualitas dan

juga adanya jaminan atas keamanan (safety), distribusi yang merata dan kemampuan

membeli.3

Pembentukan lembaga yang menangani masalah pangan sesuai dengan amanat

UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan "bilamana dipandang perlu,

pemerintah dapat menunjuk instansi untuk mengkoordinasikan terlaksananya

Undang-undang ini”.4 Beras dapat dikatakan sebagai komoditas pangan yang paling banyak mendapat perhatian, baik di tingkat akademik, maupun di tingkat politis, mulai dari

1

Mustafa Abubakar, “ Kebijakan Pangan, Peran Perum BULOG dan Kesejahteraan Petani” Disampaikan sebagai Orasi Ilmiah dalam Dies Natalis ke-44 ( Bogor : Institut Pertanian 2007).

2

FIVIMS : Food Insecurity and Vulnerability Information and Mapping Sistems. http://www.fivims.net, diakses tangga 02 Juni 2010.

3

Pasal 45 ayat (1) dan (2) UU Republik Indonesia No. 7 tahun 1996.

4

(24)

sistem produksi, distribusi, perdagangan ekspor dan impor, disparitas harga, pola

konsumsi masyarakat, dinamika pembangunan daerah dan sebagainya. Pemerintah

bahkan perlu secara berkala megeluarkan kebijakan perberasan, walaupun lebih banyak

terfokus pada kebijakan harga, tepatnya penentuan harga pembelian pemerintah (HPP).5

Pemerintah atau negara berkewajiban (obligation) dalam tiga aspek, yaitu

menghargai (respect), melindungi (protect) dan memenuhi (fulfill)6 hak masyarakat terhadap pangan. Kewajiban untuk memenuhi mencakup untuk memfasilitasi (to

facilitate) dan memberi (to provide).7 Kewajiban untuk menghargai berarti mengharuskan Negara untuk tidak mengambil tindakan apapun yang menghambat akses

warga negara untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Sedangkan kewajiban

untuk melindungi mengharuskan Negara untuk meyakinkan agar pengusaha ataupun

individu tidak menahan warganegara untuk mengakses kecukupan pangan. Kewajiban

untuk memenuhi, mengharuskan Negara secara pro aktif terlibat dalam aktivitas untuk

memperkuat akses masyarakat menggunakan sumber-sumber dan cara-cara penghidupan

mereka, termasuk keamanan pangan.

Sesuai amanat UUD 1945 khususnya Pasal 33 yang berlandaskan semangat

sosial, menempatkan penguasaan barang untuk kepentingan publik pada negara,

penafsiran dari kalimat "dikuasai oleh negara" dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam

bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol

5

Mustafa Abubakar, “ Kebijakan Pangan, Peran Perum BULOG dan Kesejahteraan Petani” Disampaikan sebagai Orasi Ilmiah dalam Dies Natalis ke-44 ( Bogor : Institut Pertanian 2007).

6

Pasal 11 ayat (2) Konvenan Ekosob, Tahun 1996

7

(25)

dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada asas

kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BUMN

adalah pilihan dengan cara menempatkan modal negara di dalamnya.8

BUMN lahir sebagai wujud implementasi dari kewajiban negara

mempersembahkan kesejahteraan kepada rakyatnya. Pasal 33 ayat (2) UUD 1945

beserta penjelasannya yang meminta pemerintah untuk mendirikan Perusahaan Negara

untuk dapat mengurus di bidang ekonomi yang penting dan menguasai hajat hidup orang

banyak. Hal ini karena jika bukan negara yang melakukannya, ditakutkan terjadinya

penguasaan ekonomi oleh orang atau lembaga ekonomi yang menyengsarakan dan

menindas rakyat. Dengan demikian, fungsi dan peranan utama dari BUMN adalah

menjamin tersedianya kebutuhan ekonomi yang tidak diproduksi rakyat banyak tetapi

hasilnya penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak.

Undang Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) adalah dasar hukum keberadaan BUMN di Indonesia. Dalam Undang Undang

ini, BUMN dibedakan menjadi dua jenis, yakni Perusahaan Perseroan, dan Perusahaan

Umum (Perum). BUMN yang berjenis Perseroan, di samping tunduk kepada UU BUMN

juga harus mematuhi ketentuan yang ada di dalam UU Perseroan Terbatas yaitu UU No.

40 Tahun 2007, dan aturan di bawahnya. Sedangkan perusahaan-perusahaan milik negara

yang berbentuk Perseroan Terbuka, di samping mereka wajib memenuhi amanat kedua

Undang Undang tersebut juga harus memperhatikan dan menjalankan segala ketentuan

yang tertulis di dalam Undang- Undang Pasar Modal (UU No. 8 Tahun 1995) dan

turunannya.

8

(26)

Perusahaan umum (Perum) adalah perusahaan unit bisnis negara yang seluruh

modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah dan tidak terbagi atas saham, yang

bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan

perusahaan.9 Perusahaan Umum BULOG adalah badan usaha yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 2003. Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang

berstatus Perum, maka Perum BULOG mempunyai dua tugas, yaitu tugas publik dan

tugas komersil. Dalam tugas publik, Perum BULOG melaksanakan penugasan

pemerintah yaitu kegiatan usaha untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang

dibutuhkan oleh masyarakat, sedangkan dalam tugas komersial, Perum BULOG berupaya

untuk mendapatkan profit.10

Kedudukan dan peran BUMN tergantung hukum yang mengaturnya (hukum

publik atau hukum privat) dan bentuknya (departement government enterprise), statutory

public corporation, commercial companies), direfleksikan dalam Inpres Nomor 17 tahun

1967 dalam bentuk departemen agency (Perjan) Public corporation (Perum), state

company (perseroan). Kedudukan dan peran dilihat dari segi ekonomi untuk

membenarkan keterlibatan pemerintah secara langsung dalam kegiatan ekonomi adalah

untuk menjembatani ketidaksempurnaan pasar.11

9

Pasal 1 ayat (4) UU BUMN No. 19 Tahun 2003

10

Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum (Perum) BULOG

11

R. Ibrahim, “Landasan Filosofis dan Yuridis Keberadaan BUMN, Sebuah Tinjauan, Jurnal

(27)

Sebelum menjadi Perum, dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, status

hukum BULOG adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)

berdasarkan Keppres RI No. 39 tahun 1978. Namun, sejak krisis ekonomi yang melanda

Indonesia pada tahun 1997 timbul tekanan yang sangat kuat agar peran pemerintah

dipangkas secara drastis sehingga semua kepentingan nasional termasuk pangan harus

diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Tekanan tersebut terutama mucul dari

negara-negara maju pemberi pinjaman khususnya AS dan Lembaga Keuangan

Internasional seperti IMF dan World Bank. Konsekuensi logis yang harus diterima dari

tekanan tersebut adalah BULOG harus berubah secara total.12

Melalui Keppres RI No.45/1997, BULOG melakukan program revitalisasi dan

reformasi, dimana tugasnya kemudian dibatasi hanya untuk komoditi beras dan gula

pasir. Tugas ini menciut lagi dengan keluarnya Keppres RI No.19/1998, dimana peran

BULOG hanya mengelola komoditi beras dan gula pasir, sedangkan komoditi lainnya

diserahkan kepada mekanisme pasar. Berdasarkan Keppres No.103/2001, BULOG

diharapkan paling lambat 31 Mei 2003 telah berubah status menjadi suatu Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), dan persiapan ke arah itu dilakukan oleh suatu tim yang

menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembentukan Perusahaan Umum

Logistik Pangan Nasional (Perum Pangan).13

BULOG pada awalnya merupakan sebuah lembaga yang diciptakan khusus, baik

dari bentuk usaha, jenis usaha dan pelaporan keuangannya. Kedudukannya adalah

sebagai sebuah lembaga pemerintah strategis yang sifatnya otonom dan berada di luar

12

WWW.BULOG.co.id diakses pada tanggal 01 April 2010.

13

(28)

pengawasan departemen. Secara administratif BULOG berada di bawah koordinasi

Sekretariat Negara sejak tahun 1973, tetapi dalam prakteknya, KaBULOG bertanggung

jawab langsung kepada Presiden. Hak istimewa BULOG ini mengakibatkannya

mempunyai suatu kewenangan khusus sehingga tidak tersentuh oleh peraturan

pemerintah14, dan terus terjadi hingga keluarnya Keppres No.103/2001. Pengaturan tentang BULOG yang ada saat sebagai BUMN PSO kerap menjadi benturan, di sisi lain

BULOG harus berorientasi bisnis alias profit oriented, tetapi BULOG juga punya peran

sosial teramat penting dalam ketahanan pangan. Peran ganda ini diyakini banyak

kalangan sulit beriringan. Bahkan, beberapa peran mulia seringkali disalah artikan dan

diduga dijadikan sebagai tameng kepentingan bisnis yang dibingkai untuk kepentingan

rakyat. Untuk itu berbagai strategi juga harus dirumuskan terkait dengan kerangka

perberasaan nasional sebagaimana tugas yang diberikan pemerintah.15

Kegiatan pelayanan publik tetap menjadi ujung tombak dalam kinerja Perum

BULOG sebagaimana yang tercantum dalam RJPP (Rencana Jangka Panjang

Perusahaan) tahun 2009 – 2013. Berdasarkan Inpres No. 7 tahun 2009 tentang Kebijakan

Perberasan Nasional, setidak-tidaknya ada 4 (empat) tugas PSO yang diemban oleh

BULOG saat ini, yaitu:

a. Jaminan Harga Dasar Pembelian Pemerintah untuk Gabah dan beras (HDPP)16 b. Stabilisasi Harga ditingkat konsumen17

c. Penyaluran beras untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN)18

14

Fachry Ali, dkk. “Beras, Koperasi dan Politik Orde Baru; Bustanil Arifin 70 Tahun”. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 1996). hal 134

15

Qusyiani Hasan. 2008, “Kembalinya Kekuasaan BULOG” Blog, http://qusyhasan.blogspot.com diakses pada tanggal 02 April 2010

16

Diktum Kedelapan Inpres No. 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan Nasional

17

(29)

d. Pengelolaan Stok Pangan Nasional (CBP)19

Keempat penugasan Pemerinah itu, saling terkait dan memperkuat satu dengan

yang lain. HPP terkait dengan pengadaan DN, yang kemudian dipakai untuk memperkuat

CBP dalam rangka mengatasi instabilitas harga maupun intervensi pada situasi emerjensi

bencana alam maupun bencana ciptaan manusia dimana pasar lumpuh dan tidak

berfungsi. CBP juga terkait dengan pengadaan dari luar negeri, manakala suplai pangan

dari produksi dalam negeri tidak mencukupi akibat dari gangguan hama/penyakit,

kekeringan/kebanjiran sehingga dapat mengganggu instabilitas harga pangan antar tahun.

CBP harus pula menyediakan stok beras dalam jumah tertentu dalam kerangka ASEAN

Food Security Rice Reserve.20

Pada saat panen raya yang serempak maka permintaan gabah amat inelastis,

keterbatasan gudang swasta dan iklim yang kurang bersahabat. Dalam kerangka itu maka

jaminan HPP dapat memperkecil resiko berusaha tani padi dan itu memperbesar

kepastian investasi dibidang usaha tani dan penggilingan padi. Dengan itu suplai beras

yang berasal dari produksi dalam negeri akan lebih tinggi sehingga kemandirian pangan

akan lebih terjamin. Pada saat pengeluaran rumah tangga masih dominan terhadap

pangan, maka ketidak stabilan harga pangan akan berpengaruh terhadap pendapatan riel

masyarakat dan mengurangi daya jangkau terhadap pangan yang memerlukan intervensi

18

Ibid

19

Diktum Kesebelas Inpres No. 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan Nasional.

20

(30)

pemerintah manakala harga pangan khususnya beras telah melebihi tingkat yang

meresahkan. Ini berkontribusi pada stabilitas ekonomi makro, via peredam inflasi.21

Membuka akses pangan untuk keluarga miskin melalui transfer pangan khususnya

beras melalui program RASKIN sebagai program perlindungan sosial (Sosial Protection

Program) yang ditujukan untuk Rumah Tangga Miskin (Targeted Food Subsidy). Mereka

jadi terlindung dari resiko kerawanan pangan.22

Ketahanan pangan merupakan fondasi penting untuk membangun perekonomian

nasional yang kokoh, sebab hal ini langsung berhubungan dengan kualitas sumber daya

manusia yang kelak akan menjadi aktor penggerak perekonomian. Lebih dari itu,

ketahanan pangan juga bersentuhan erat dengan penciptaan stabilitas nasional, yang

menjadi prasyarat penting bagi pertumbuhan ekonomi. Sementara kegiatan impor beras

dalam jumlah yang cukup tinggi setiap tahun, akan menggerogoti devisa negara yang

pada gilirannya mengganggu perekonomian nasional.23

Berdasarkan Sifat, Maksud pendirian perusahaan Umum BULOG disebutkan

bahwa sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi pemanfaatan

umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan.

Maksud didirikannya Perusahaan adalah untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan

pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, dan dalam

hal tertentu melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan Pemerintah dalam

pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan Pemerintah dan

21

Sapuan Gaffar, “Surplus Beras Kok Import” (Jakarta : Kreasi Jakarta 1997) Hal 22-25

22

Mustafa Abubakar, “ Kebijakan Pangan, Peran Perum BULOG dan Kesejahteraan Petani” Disampaikan sebagai Orasi Ilmiah dalam Dies Natalis ke-44 Institut Pertanian Bogor 2007.

23

(31)

distribusi pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok

beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam rangka

ketahanan pangan.24

Melihat pentingnya penugasan PSO ini tidak mengherankan jika peranan BULOG

mendapat gugatan dari banyak pihak termasuk menyarankan agar pemerintah

merestrukturisasi peran dan fungsi Perum BULOG terkait kebijakan stabilisasi harga

beras. Adanya kekhawatiran masyarakat tidak maksimalnya pelaksanaan PSO karena

pada saat yang sama harus mencari keuntungan meyebabkan banyak kalangan

menginginkan agar pemerintah merestrukturisasi peran dan fungsi Perum BULOG

menjadi lembaga yang Non Profit agar lebih maksimal dalam menjalankan penugasan

PSO. Penegasan itu pernah disampaikan Agung Laksono (Mantan ketua DPR RI) juga

dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pembina Beras Nasional.25

Keinginan fungsi dan peran BULOG sebagai stabilisator harga harus

dikembalikan. Apalagi dalam berbagai rapat dengar pendapat antara Perum BULOG

dengan Komisi IV DPR RI (periode 2004-2009) dinyatakan, BULOG harus berperan

dalam stabilisasi harga komoditas pangan nonberas lainnya, seperti minyak goreng, gula,

terigu, dan kedelai. Komisi IV DPR menegaskan, untuk mengatasi lonjakan harga

pangan, tidak ada jalan lain kecuali pemerintah harus mengembalikan fungsi BULOG

pada fungsi awalnya yakni lembaga yang berfungsi sebagai pengendali dan penyeimbang

kebutuhan pokok rakyat, BULOG harus menjadi lembaga yang bersifat nonprofit.

24

Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG.

25

(32)

BULOG bukan sebagai policy maker, tapi sebagai policy executing entity26, pengelolaan logistik pangan pokok dan strategis, berdasarkan amanat tugas pelayanan publik oleh

pemerintah dan diperkenankan mengambil keuntungan ekonomi dari usaha lain di bidang

pangan untuk membiayai aktivitas internal perusahaan.27

Lembaga pangan seperti Asia, Food Corporation of India (FCI), China National

Cereals Oils and Foodstuffs Import & Export Corporation (COFCO), dan beberapa

Lembaga Pangan Asean seperti Padiberas Nasional (Bernas) Bhd. Malaysia, Vinafood II

Viet Nam, National Food Authority (NFA) Filipina, Public Warehouse Organization

(PWO) Thailand telah berhasil melakukan reformasi baik internal maupun eksternal.

Bahkan beberapa di antaranya semakin memfokuskan diri menjadi entitas perdagangan

antar negara yang siap merambah pasar pangan dunia.28

Perum BULOG tentu tidak ingin melakukan langkah mundur 20 tahun ke

belakang dengan kembali mengubah status BULOG menjadi LPND, roda kehidupan

harus berputar ke depan menuju tingkat yang lebih baik. Kebijakan dan pengaturan yang

baik di bidang panganlah yang harus disempurnakan ke depan dengan menunjukkan

filosofi mengatasnamakan kepentingan domestik dan mewujudkannya dengan langkah

pemihakan kepada petani serta konsumen miskin. Agar dapat mencapai fungsi penciptaan

kemakmuran, perusahaan harus dapat beroperasi dalam suatu kerangka kerja yang

mempertahankan perusahaan fokus pada tujuan dan akuntabel dalam tindakan. Dengan

26

Ibid

27

Pasal 8 Peraturan pemerintah No. 7 tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum (Perum) BULOG.

28

(33)

kata lain harus tunduk pada pada aturan dan tata kelola perusahaan yang kredibel.29 Kebijakan dan pengaturan yang baik dan up date di bidang pangan serta manajemen

yang handal pada lembaga pengelola harus disempurnakan ke depan.

Mengingat pemenuhan hak atas pangan dalam rangka ketahanan pangan sebagai

tugas PSO dan profit oriented sebagaimana layaknya coorporate, maka dibutuhkan

pengaturan jelas dan seksama agar setiap kepentingan dapat terakomodir dengan baik dan

adil, sehingga tidak timbul cost transaction yang tidak perlu dalam pelaksanaannya.

Undang-undang lama yang mana yang perlu diperbaiki atau dihapus, pranata dan

lembaga hukum mana yang harus diadakan atau diubah/dimodifikasi atau ditiadakan.

Bagaimana Pengaturan di Perum BULOG sehingga Pelaksanaan PSO kepada

masyarakat dengan tujuan akhir masyarakat adil dan makmur di bumi pertiwi khususnya

dalam hal pangan menjadi menarik untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian dan penulisan tesis ini, beberapa pokok permasalahan yang akan

dikaji lebih lanjut untuk menemukan pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana implikasi perubahan bentuk lembaga BULOG dari LPND menjadi

Perusahaan Umum (Perum).

2. Bagaimana Pengaturan Perum BULOG sebagai BUMN yang melaksanakan tugas

PSO (Public Services Obligation).

3. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan penugasan PSO. (Public

Services Obligation)

29

Imam Syahputra Tunggal, Amin Wijaya Tunggal. “Membangun Good Coorporate

(34)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang

ingin dicapai dari Penelitian tesis ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis implikasi perubahan bentuk perusahaan

BULOG dari LPND menjadi Perusahaan Umum (Perum)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan operasional yang dilakukan

Perum BULOG sebagai Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan tugas

PSO (Public Services Obligation)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis berbagai kendala yang dihadapi Perum

BULOG dalam menjalankan penugasan PSO (Public Services Obligation)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk dalam bentuk

pengembangan dalam ilmu pengetahuan di bidang Hukum, khususnya

pengembangan dalam bidang Hukum Perusahaan, Tata Kelola Perusahaan dan

Public Services Obligation.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat menjadi pedoman bagi

pengelolaan perusahaan khususnya Perusahaan Umun BULOG sebagai BUMN

yang melaksanakan tugas PSO.

(35)

Proposal Penelitian ini berjudul ”Pengaturan Perusahaan Umum BULOG

sebagai Badan Usaha Milik Negara PSO (Public Service Obligation)”, sengaja

penulis angkat menjadi judul penelitian yang merupakan karya ilmiah yang sejauh ini

belum pernah ditulis di lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

(USU) maupun perguruan tinggi lainnya, terutama yang berkaitan dengan bagaimana

pengaturan sehingga dua fungsi yakni pelayanan publik dan bisnis murni mencari

keuntungan yang selama ini dianggap kepentingan yang kontradiktif dapat

dilaksanakan menjadi dua hal yang bersinergi melalui optimalisasi asset dan

sumberdaya lainnya. Jadi penelitian ini dapat disebut asli sesuai asas-asas keilmuan

yang jujur, rasional, objektif dan terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari

proses menemukan kebenaran ilmiah.

Penulis menyusun penelitian ini berdasarkan referensi buku-buku, media

cetak dan elektronik, pengalaman penulis sebagai karyawan Perum BULOG dan juga

melalui masukan dari berbagai pihak.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1) Kerangka Teori

Peran strategis BUMN berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan

bahwa “cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; serta bumi dan air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

(36)

dibutuhkan untuk mengatur bidang yang mengusai hajat hidup orang banyak.

BUMN mengemban fungsi pelayanan publik dan agent of development.

Kewajiban pelayanan umum untuk kesejahteraan pada BUMN diatur Pasal

2 (1) huruf c UU BUMN bahwa salah satu maksud dan tujuan didirikannya

BUMN adalah: “menyelenggarakan ke manfaatan umum berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak”. Dalam Pasal 66 UU BUMN diatur tentang “fungsi

kemanfaatan umum” dikaitkan dengan “penugasan khusus” pada BUMN, dikutip

sebagai berikut:

a. Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk

menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan

maksud dan tujuan kegiatan BUMN.

b. Setiap penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus terlebih

dahulu mendapatkan persetujuan RUPS/Menteri.

Pada dasarnya penyelenggaraan kemanfaatan umum adalah untuk perlindungan

rakyat. Penyelenggaraan kemanfaatan umum terkait erat dengan kepentingan

umum, dan pemenuhan hajat hidup orang banyak.30

Perum (Perusahaan Umum) dalam UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN

disebutkan bahwa :

Pasal 35 (Pendirian)

30

(37)

1) Pendirian Perum diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan

dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Teknis dan

Menteri Keuangan.

2) Perum yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh

status badan hukum sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang

pendiriannya.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian, pembinaan, pengurusan, dan

pengawasan Perum diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 36 (Maksud dan Tujuan)

1) Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan

untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan

prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

2) Untuk mendukung kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dengan persetujuan Menteri, Perum

dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.

Sejalan dengan itu terkait Pelayanan Publik untuk kesejahteraan sebagai

(38)

mengatakan bahwa adanya negara dan hukum semata-mata hanya demi manfa’at

sejati, yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat.31

Konsep welfare state atau sosial service-state, yaitu Negara yang

pemerintahannya bertanggung jawab penuh untuk memenuhi berbagai kebutuhan

dasar sosial dan ekonomi dari setiap warga negara agar mencapai suatu standar

hidup yang minimal32, merupakan anti-tesis dari konsep “negara penjaga malam” (nachtwakerstaat) yang tumbuh dan berkembang di abad ke 18 hingga

pertengahan abad ke 19. Di dalam negara penjaga malam atau negara hukum

dalam arti sempit (rechtstaat in engere zin).33 Pemerintah hanya pempertahankan dan melindungi ketertiban sosial serta ekonomi berlandaskan asas “laissez faire,

laissezaller”. Negara dilarang keras untuk Mencampuri perekonomian maupun

bidang kehidupan sosial lainnya. Dengan perkataan lain, administrasi Negara

bertugas (berfungsi) untuk mempertahankan suatu staatsonthouding, yakni prinsip

pemisahan negara dari

kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Dalam konsep welfare state, administrasi negara diwajibkan untuk

berperan secara aktif di seluruh segi kehidupan masyarakatnya. Dengan begitu

sifat khas dari suatu pemerintahan modern (Negara hukum modern) adalah,

terdapatnya pengakuan dan penerimaan terhadap peranan-peranan yang

31

Achmad Ali, “Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Fisiologis dan Sosiologis” (Jakarta : PT. Toko Gunung Agung 2002) hal. 76

32

Miriam Budiardjo, “Masalah Kenegaraan”, (Jakarta: Gramedia 1980) hlm. 74

33

(39)

dilakukannya sehingga suatu kekuatan yang aktif dalam rangka membentuk

kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan fungsinya. Perkembangan masa yang

berlangsung mengakibatkan perubahan secara mendasar atas peranan dan

fungsi-fungsi yang diselenggarakan pemerintah. Negara selaku integritas kekuasaan

massa, sudah tentu membutuhkan suatu tingkat kestabilan khusus dalam sistem

sosialnya untuk tetap dapat mempertahankan keseimbangan antara peranan atau

penyelenggaraan fungsi-fungsinya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai.

Dalam upaya mencapai hal tetrsebut, tidak saja diperlukan keselarasan atas

tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh berbagai kelompok sosial maupun kelompok

ekonomi yang terdapat pada negara, akan tetapi juga kreativitas untuk

menciptakan secara terarah berbagai kondisi kesejahteraan sosial yang

dikehendaki masyarakat.34 Sebagai konsekuensi dari melekatnya fungsi servis publik (bestuuszorg), maka administrasi negara makin dipaksa untuk menerima

tanggung jawab positif dalam hal menciptakan dan mendistribusikan tingkat

pendapatan maupun kekayaan, serta menyediakan program kesejahteraan

rakyat.35

Pada dasarnya doktrin tersebut memilili gagasan bahwa pemerintah

memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest happiness principle

(welfare) of the greatest number of their citizens. Bentham menggunakan istilah

‘utility’ (kegunaan) untuk menjelaskan konsep kebahagiaan atau kesejahteraan.

Berdasarkan prinsip utilitarianisme yang ia kembangkan, sesuatu yang dapat

34

E. Utrecht, Ibid, hlm. 22-23

35

(40)

menimbulkan kebahagiaan ekstra adalah sesuatu yang baik. Sebaliknya, sesuatu

yang menimbulkan sakit adalah buruk. Menurutnya, aksi-aksi pemerintah harus

selalu diarahkan untuk meningkatkan kebahagian sebanyak mungkin orang.

Dalam teori ini masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang mencoba

kebahagiaan dan memperkecil ketidak bahagiaan. Gagasan Bentham mengenai

reformasi hukum, peranan konstitusi dan penelitian sosial bagi pengembangan

kebijakan sosial membuat ia dikenal sebagai “bapak negara kesejahteraan”.36

Dalam Paragraf 6 General Comment 12 definisi hak atas pangan

berdasarkan Pasal 11 Kovenan Ekosob menyatakan bahwa hak atas kecukupan

pangan disadari ketika setiap manusia, perempuan dan anak, secara sendiri-sendiri

atau dalam sebuah komunitas, memiliki akses fisik dan ekonomi setiap saat

terhadap kecukupan pangan atau segala tindakan dan penanggulangannya. Hak

atas kecukupan pangan haruslah tidak ditafsirkan dalam arti sempit atau hanya

terbatas pada paket minimum kalori, protein atau nutrien lainnya. Hak atas

kecukupan pangan harus dijalankan secara progresif. Namun, negara memiliki

kewajiban utama untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi

kelaparan, bahkan dalam situasi bencana.37

Konsep Teori Negara kesejahteraan digunakan sebagai pisau analisis

dalam menganalisa tugas pelayanan publik pada Perum BULOG terkait dengan

36

Ibid, hal 76-77

37

(41)

pentingnya pegelolaan pangan kuhusnya beras untuk kesejahteraan rakyat, yang

secara konseptual mencakup segenap proses dan aktivitas mensejahterakan warga

negara dan menerangkan sistem pelayanan sosial dan skema perlindungan sosial

bagi kelompok yang kurang mampu. Selanjutnya mengkaji kebijakan publik yang

dilaksanakan oleh Perum BULOG sebagai perrpanjangan tangan pemerintah

akan tereduksi akibat adanya beban dalam mencari profit. Fokus utama kebijakan

publik dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala

bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun jasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh negara untuk

mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.38

Konsep Negara Kesejahteraan mengacu pada peran pemerintah yang

responsif dalam mengelola dan mengorganisasikan perekonomian sehingga

mampu menjalankan tanggungjawabnya untuk menjamin ketersediaan pelayanan

kesejahteraan dasar khususnya pangan dalam tingkat tertentu bagi warganya.

Konsep ini dipandang sebagai bentuk keterlibatan negara dalam memajukan

kesejahteraan rakyat setelah mencuatnya bukti-bukti empirik mengenai kegagalan

pasar (market failure) pada masyarakat kapitalis dan kegagalan negara (state

failure) pada masyarakat sosialis.39

38

Wikipedia. 2008, Pelayanan Publik , http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik diakses 6 Oktober 2010

39

(42)

Perum BULOG sebagai BUMN yang melaksanakan peran Negara dalam

PSO khususnya bidang pangan memerlukan hukum dan aturan yang jelas dalam

pelaksanaan PSO tersebut. Dalam konteks ini teori yang digunakan adalah teori

fungsi hukum sebagai “sarana pembaharuan masyarakat” (law as a tool of sosial

engeneering)40

beureucratic engineering

beureucratic and sosial

engineering”

sebagaimana yang dikemukakan oleh Roscoe Pound. Teori ini

relatife masih sesuai dengan pembangunan hukum nasional saat ini, namun perlu

juga dilengkapi dengan pemberdayaan birokrasi ( ),

sehingga fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan kearah kegiatan yang

dikehendaki dapat menciptakan harmonisasi antara elemen birokrasi dan

masyarakat dalam satu wadah yang disebut “

(BSE).41

Mochtar Kusumatmadja pernah mengadopsi pemikiran Roscoe Pound,

salah seorang pendukung Sociological Jurisprudence. Dalam konsep ini hukum

dijadikan sebagai sarana untuk melakukan pembaruan dalam masyarakat.42 Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk tujuan yang praktis, yakni dalam rangka

menghadapi permasalahan pembangunan sosial dan ekonomi. Model pemikiran

Roscoe Pound ini lebih dirasakan oleh negara-negara berkembang dari pada

40

W. Friedman, “Legal Theory (London : Stevenson & Sons Limited, 1960). Hal 293 -296

41

Romli Atmasasmita, “Menata Kembali Masa Depan Pembangunan Hukum Nasional”, Makalah disampaikan dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII di Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm. 7.

42

(43)

negara maju karena mekanisme hukum di negara-negara berkembang belum

semapan di negara-negara maju. Hukum harus dapat lebih berperan dalam

melakukan kontrol terhadap perubahan yang terjadi, sehingga hukum dapat

mengarahkan kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik yang diinginkan.

Pokok-pokok pikiran yang melandasai konsep hukum sebagai sarana untuk pembaruan masyarakat adalah :

1) Bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan pembaruan

memang diinginkan, bahkan mutlak perlu, dan

2) Bahwa hukum dalam arti kaidah diharapkan dapat mengarahkan kegiatan

manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan oleh pembangunan dan pembaharuan itu. Untuk itu diperlukan sarana berupa peraturan hukum yang tertulis ( baik perundang-undangan maupun yurisprudensi), dan hukum yang berbentuk tertulis itu harus sesuai dengan dengan hukum yang hidup

dalam masyarakat.43

Hukum dan peraturan harus bersifat antisifatif, mengatur sehingga tidak

menghambat laju perkembangan efisiensi ekonomi secara nasional untuk

mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Peranan hukum untuk mendorong

bahkan memaksa pengelola perusahaan untuk mewujudkannya dalam bentuk

undang-undang, peraturan pelaksanaan, SOP, bahkan surat edaran yang bersifat

lebih tekhnis operasional untuk digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan

kegiatan perusahaan. Hal tersebut mutlak dibutuhkan sebagai suatu kepastian

memperhitungkan dan mengantisipasi resiko, bahkan bagi Negara tertentu

merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang daya tahan ekonomi suatu

negara.44

43

Sunarmi “Membangun Peradilan di Indonesia”, http://repository.usu.ac.id, Universitas Sumatera Utara, diakses pada tanggal 24 Mei 2010. Dikutip dalam Darji Darmodiharjo dan Shidarta, “Penjabaran

Nilai-nilai Pancasila Dalam Sistem Hukum Indonesia”, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal

180-18.

44

(44)

Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaturan.

Regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan

perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur, yaitu merupakan suatu

keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang, dan mengikat umum. Ruang lingkup peraturan perundang-undangan

telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam Pasal 7 Ayat (1) disebutkan

mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, yaitu

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; Peraturan Pemerintah;

Peraturan Presiden; serta Peraturan Daerah.45

Dalam Negara Hukum (reschtaat) aspek dan tindakan pemerintah baik

dalam lapangan pengaturan maupun lapangan pelayanan harus didasarkan pada

peraturan dan perundang-undangan berbentuk keputusan tertulis. Karena

merupakan keputusan tertulis, maka peraturan perundang-undangan sebagai

kaidah hukum lazim disebut hukum tertulis (geschrevenrecht, written Law).

Artinya pemerintah atau institusi tidak dapat melakukan tindakan tanpa dasar

legalitas. Identifikasi prinsip-prinsip umum membedakan rintangan dimana

mereka dapat membuat keputusan mereka sendiri tentang apa yang mereka

kerjakan. Tanpa peraturan sesorang tidak dapat membedakan tindakan yang

dilakukan benar secara hukum “(Rule Of Law). Selain itu, konsep Negara hukum

kuat. Ditambah ada dua faktor lagi, yaitu: adanya transparasi dan kepastian hukum yang tinggi. Lihat Charles Himawan, "Mercusuar Hukum Bagi Pelaku Ekonomi”, Kompas , 21 April 1998.

45

(45)

juga terkait dengan istilah nomokrasi (nomocratie) yang berarti bahwa penentu

dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah hukum.46

Negara atau pemerintah diamanatkan melakukan intervensi kalau

mekanisme pasar gagal. Artinya, pemerintah boleh masuk untuk

menyeimbangkan pasar, dimana bila tidak ada intervensi pemerintah akan

menimbulkan distorsi.47 Dalam hal terjadinya monopoli alamiah (natural monopoly) misalnya, tersedia tiga pilihan untuk menghadapinya. Pertama,

monopoli dilakukan oleh swasta. Kedua, monopoli oleh pemerintah. Ketiga,

dikeluarkan regulasi oleh pemerintah. Dari ketiga hal “buruk” itu Amerika Serikat

berpendapat monopoli pemerintahlah yang lebih baik, sedangkan Jerman memilih

regulasi oleh pemerintah. Untuk Indonesia, cenderung mengikuti pilihan

Jerman.48

Konsep perundang-undangan juga dikemukakan oleh A. Hamid S.

Attamimi, yang mengikuti pendapat I.C. Van der Vlies tentang wet yang formal

(het formele wetsbegrib) dan wet yang material (het materiele wetsbegrib).

Pendapat ini didasarkan pada apa tugas pokok dari pembentuk wet (de wetgever).

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka yang disebut dengan wet yang formal

adalah wet yang dibentuk berdasarkan ketentuan atribusi dari konstitusi.

Sementara itu, wet yang materil adalah suatu peraturan yang mengandung isi atau

46

Jimly Asshiddiqie, “Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia”, Edisi Revisi, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), hal. 152.

47

Didik J. Rachbini, “Ekonomi Politik Paradigma dan Teori Pilihan Publik”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 106.

48

(46)

materi tertentu yang pembentukannya tunduk pada prosedur yang tertentu pula.49 Hukum materil memuat suatu pedoman atau panduan bagi masyarakat atau

institusi untuk menjadi acuan apa yang boleh dan apa yang dilarang untuk

dilakukan.

I.C. van der Vlies dalam bukunya yang berjudul “Het wetsbegrip en

beginselen van behoorlijke regelgeving”, membagi asas-asas dalam pembentukan

peraturan negara yang baik (beginselen van behoorlijke regelgeving) ke dalam

asas-asas yang formal dan yang material.

Asas-asas yang formal meliputi:

a. asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling);

b. asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste orgaan);

c. asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheids beginsel);

d. asas dapatnya dilaksanakan (het beginsel van uitvoerbaarheid);50 e. asas konsensus (het beginsel van consensus).

Teori Hukum seperti yang dikemukakan Roscou Pound dan di Indonesia

dikembangkan oleh Mochtar Kusumatmadja digunakan sebagai pisau analisis

untuk menganalisa bagaimana hukum dan peraturan perundang-undangan sebagai

regulasi yang mengatur pelaksanaan tugas PSO dapat memberi manfaat dalam

mengarahkan kegiatan perusahaan dan birokrat ke arah yang dikehendaki oleh

49

A. Hamid S. Attamimi, “Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Perlita IV”, (Jakarta: Disertasi Universitas Indoensia,

1990), hlm. 311.

50

I.C. van der Vlies, Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving, ’s-Gravenhage: Vuga 1984 hal 186 seperti dikutip oleh A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik

(47)

pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat seperti yang diamanatkan Pasal 27

UUD 1945.

2) Kerangka Konsepsi

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami istilah atau konsep yang

digunakan maka dapat diberikan defenisi sebagai berikut :

a. Perusahaan Umum (Perum) adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki

negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum

berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus

mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.51

b. Perum BULOG adalah Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan

wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok dan

usaha-usaha lain. Sifat usaha-usaha dari Perusaha-usahaan adalah menyediakan pelayanan bagi

kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip

pengelolaan Perusahaan. Maksud didirikannya Perusahaan adalah untuk

menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai

bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, dalam hal tertentu melaksanakan

tugas-tugas tertentu yang diberikan Pemerintah dalam pengamanan harga

pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan Pemerintah dan distribusi

pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok

beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam

rangka ketahanan pangan. Tujuan didirikannya Perusahaan adalah turut serta

51

Referensi

Dokumen terkait