• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.4 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji conditional logistic regressionberganda pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini bertujuan untuk melihat variabel mana saja yang memiliki pengaruh terhadap kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012.Pada penelitian ini, variabel independen yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik (p< 0,25) (pendapatan, penggunaan anti nyamuk, pemakaian kelambu, tempat perindukan nyamuk, dinding rumah, ventilasi rumah, penggunaan kawat kasa, jenis lantai, penyuluhan, pengobatan malaria dan informasi malaria) pada analisis bivariatdimasukkan ke dalam model. Hasil dari analisis multivariat dengan uji conditional logistic regressiondapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5Identifikasi Variabel Independen Dominan Terhadap Kelompok Kasus dan Kontrol Penderita Malaria di Kabupaten Asahan Tahun 2012

Variabel S.E Wald Koef.

Regresi P 95% CI Low Up Tempat perindukan nyamuk 1,533 4,403 -3,217 0,036 0,002 0,809 Dinding rumah 1,577 4,302 -3,271 0,038 0,002 0,835

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat diketahui dua variabel penelitian, yaitu tempat perindukan nyamuk dan dinding rumah yang memiliki pengaruh (p < 0,05) terhadapkejadian malaria di Kabupaten Asahan.Variabel dominan yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kejadian malaria di Kabupaten Asahan adalah tempat

perindukan nyamuk, karena memiliki nilai koefisien regresi (β) yang paling besar,

yaitu -3,217. Berdasarkan hasil analisis multivariat di atas, maka dapat diketahui model persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut :

�����(��) = ln�1− ����� =�11+�22 =−3,217�1−3,271�2

Keterangan:

Y =Kejadian malaria

X1 = Tempat perindukan nyamuk

X2 = Dinding rumah

4.5 Analisis Spasial

Dalam analisis ini, titik koordinat tempat tinggal penderita malaria (+) di Kabupaten Asahan tahun 2012 yang telah diambil dengan menggunakan alat bantu GPS, kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Quantum GIS sehingga diperoleh hasil akhir berupa petasebaran kasus yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.2 Sebaran Kasus Malaria Endemik di Kabupaten Asahan Tahun 2012 KETERANGAN

Penyebaran kasus Malaria tahun 2012 di daerah endemik malaria di Kabupaten Asahan hampir terdapat di seluruh desa di Kecamatan Binjai Serbangan, Sei Kepayang Barat, Sei Apung, Bagan Asahan dan Aek Songsongan. Kasus terbanyak terjadi di daerah sekitar pemukiman yang penduduknya lebih padat. Berdarsarkan topografi, wilayah endemik tersebut terletak di dataran rendah dengan dialiri oleh sungai-sungai kecil. Genangan air terjadi karena letak daerah dan curah hujan. Keadaan iklim di Kabupaten Asahan berdasarkan pengamatan dari Badan Geofisika dan Meteorologi Kabupaten Asahan sejak 5 (lima) tahun terakhir ini,digambarkan dalam bentuk jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan, dengannilai rata-rata jumlah curah hujan 103 mm per bulan dan jumlah hari hujansebanyak 10 hari per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September,Oktober, November dan Desember masing-masing 172, 207, 163 dan 109 mm,demikian juga dengan jumlah hari hujan berturut–turut sebanyak 16, 18, 16 dan11 hari, curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret dan April masing-masingdengan curah hujan 35 dan 48 mm, sedangkan jumlah hari hujan terendah padabulan yang sama masing-masing sebanyak 7 dan 6 hari.Dari gambaran umum keadaan geografi dan keadaan iklim tersebut diatas, bila dikaitkan dengan analisa kesehatan maka dapat disimpulkan bahwaKabupaten Asahan merupakan salah satu daerah yang sangat memungkinkanuntuk menjadi habitat nyamuk atau dengan kata lain wilayah Kabupaten Asahanmerupakan salah satu daerah endemis untuk terjadinya kasus-kasus penyakit, termasuk malaria. Berikut ini peta endemisitas malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 bila dilihat tanpa layer seperti jalan, sungai dan lain-lain;

Gambar 4.3Sebaran Kasus Malaria Endemik Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2012 KETERANGAN

Kasus Malaria Positif Puskesmas

Gambar 4.3 memperlihatkan sebaran kasus malaria positif yang terjadi selama tahun 2012 di Kabupaten Asahan. Berdasarkan gambar di atas, terlihat jelas bahwa ada dua cluster malaria positif di Kabupaten Asahan. Cluster pertama terletak di daerah pesisir timur Kabupaten Asahan, sedangkan cluster kedua terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara, atau bagian barat dari Kabupaten Asahan. Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, kedua cluster tersebut selalu muncul paling tidak dalam tiga tahun belakangan ini.

Cluster pertama bila dilihat berdasarkan dataset overlay yang telah dianalisis kepadatan kasusnya (density), terlihat kepadatan kasus malaria positif tinggi pada Kecamatan Air Joman. Cluster kedua memiliki kepadatan kasus malaria positif yang tinggi pada Kecamatan Aek Songsongan. Berikut dataset overlay kedua cluster

Gambar 4.4Dataset Overlay dan Kepadatan Kasus Malaria di Cluster Pertama KETERANGAN

Kasus Malaria Positif Dataset Overlay

Daerah Endemik Malaria Batas Desa

Kepadatan Kasus Malaria Tertinggi Puskesmas

Mean kasus

KETERANGAN

Kasus Malaria Positif Dataset Overlay

Daerah Endemik Malaria Batas Desa

Kepadatan Kasus Malaria Tertinggi Puskesmas

Mean kasus

Gambar 4.5Dataset Overlay dan Kepadatan Kasus Malaria di Cluster Kedua

Hasil analisis spasial berdasarkan Gambar 4.4 dan 4.5 memperlihatkan bahwa kepadatan kasus malaria positif terjadi di dua area, yaitu Kecamatan Air Joman dan Kecamatan Aek Songsongan. Kecamatan Air Joman merupakan kecamatan yang mayoritas daerahnya adalah daerah pesisir dengan letak yang dilalui oleh sungai besar di Kabupaten Asahan. Curah hujan yang cukup tinggi pada tahun 2012 dan banyaknya tempat potensial perindukan nyamuk, yaitu genangan air akibat ketinggian daerah yang masih tergolong dataran rendah, tidak mengherankan bila Kecamatan Air Joman memiliki kepadatan (density) yang tinggi untuk kasus malaria. Kecamatan Aek Songsongan adalah kecamatan yang tergolong dataran sedang, namun masih banyak daerahnya yang tergolong dataran rendah, terutama di sekitaran aliran sungai. Selain itu, mayoritas daerah Aek Songsongan adalah perkebunan yang menjadi habitat vektor malaria.

Sungai dan dataran rendah, serta genangan air lainnya, adalah faktor penting dalam berkembang biaknya nyamuk sebagai vektor malaria. Berdasarkan data Profil Kabupaten Asahan, Kecamatan Air Joman dan Kecamatan Aek Songsongan adalah dua daerah yang dialiri oleh sungai besar. Selain itu, banyak daerahnya, terutama di pinggiran sungai dijadikan daerah tempat tinggal. Oleh karena itu, banyak kasus malaria positif ditemukan di daerah-daerah ini. Berikut gambaran peta kepadatan kasus malaria dilihat berdasarkan aliran sungai:

Gambar 4.6Kepadatan Kasus Malaria Dilihat Berdasarkan Daerah Aliran Sungai di Kecamatan Air Joman KETERANGAN

Kasus Malaria Positif Dataset Overlay

Daerah Endemik Malaria Batas Desa

Kepadatan Kasus Malaria Tertinggi Daerah Aliran Sungai

Puskesmas Median kasus

KETERANGAN

Kasus Malaria Positif Dataset Overlay

Daerah Endemik Malaria Batas Desa

Kepadatan Kasus Malaria Tertinggi Daerah Aliran Sungai

Puskesmas Median kasus

Gambar 4.7Kepadatan Kasus Malaria Dilihat Berdasarkan Daerah Aliran Sungai di Kecamatan Aek Songsongan

terlihat pada daerah endemik malaria di Kabupaten Asahan, sebagian besar merupakan daerah perkebunan dan pertanian. Sesuai dengan kondisi dan letak geografis Kabupaten Asahan, makamayoritas pekerjaan penduduk adalah pada sektor pertanian/perkebunan. Kebiasaan para petani atau pengurus perkebunan untuk menjaga daerah pertanian dan perkebunannya saat malam tiba juga menjadi faktor penting dalam penularan malaria di Kabupaten Asahan. Selain itu, Kabupaten Asahan terletak di daerah sub tropis dengan curah hujan yang tergolong tinggi setiap tahunnya menjadikannya daerah yang cocok untuk tempat berkembang biak vektor malaria, yaitu nyamuk Anopheles.

PEMBAHASAN

Dokumen terkait