• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.2 Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Kejadian Malaria

5.2.1 Pengaruh Tempat Perindukan Nyamuk Terhadap Kejadian Malaria

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji mc Nemar memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 dengan OR = 2,00. Pada kelompok responden yang tidak menggunakan kelambu, terlihat bahwa persentase tertinggi pada responden yang menderita malaria positif (80,33%). Mayoritas responden juga memiliki tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan hal yang sesuai dengan hasil penelitian di atas. Banyak genangan air, berupa kolam, parit yang airnya tidak mengalir, serta genangan air pasang-surut yang berada di sekitar perumahan penduduk. Selain itu pula banyak perumahan penduduk yang memang terletak di pinggiran sungai.

Harijanto (2000a) menjelaskan bahwa faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Tingginya curah

nyamuk sebagai vektor malaria.

5.2.2 Pengaruh Kondisi Dinding Rumah Terhadap Kejadian Malaria

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji mc Nemar memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna antara kondisi dinding rumah dengan kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 dengan OR = 1,88. Pada kelompok responden yang dinding rumahnya tidak permanen, terlihat bahwa persentase tertinggi pada responden yang menderita malaria positif (75,81%). Mayoritas responden juga tidak memiliki dinding rumah yang permanen.

Hasil observasi juga menunjukkan hal yang menunjang hasil penelitian tersebut. Banyak rumah penduduk yang dinding rumahnya belum permanen. Masih banyak rumah penduduk yang memiliki dinding kayu ataupun tepas. Selain itu, banyak pula dinding rumah yang tidak permanen tersebut yang memiliki lubang sehingga nyamuk dapat masuk ke dalam rumah saat malam hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) tentang faktor risiko lingkungan dan perilaku penduduk terhadap kejadian malaria di Kabupaten Asmat menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian ini. Hasil penelitian dengan desain case control tersebut menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kondisi dinding rumah dengan kejadian malaria.

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji mc Nemar memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna antara luas ventilasi rumah dengan kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 dengan OR = 1,25. Pada kelompok responden yang luas ventilasinya ≤ 10% luas lantai, terlihat bahwa persentase tertinggi pada

responden yang menderita malaria (74,14%). Mayoritas responden juga tidak memiliki luas ventilasi rumah > 10% luas lantai.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan mayotitas responden memiliki ventilasi yang kurang baik. Akibatnya cahaya dan udara segar kurang begitu bebas berganti di dalam rumah, padahal nyamuk senang berdiam di tempat yang lembab dan gelap.

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidup nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk jadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria. Rumah dengan ventilasi yang kurang akan meningkatkan kelembaban dan hasilnya akan mengingkatkan penularan malaria (Harijanto, 2000a).

5.2.4 Pengaruh Penggunaan Kawat Kasa Terhadap Kejadian Malaria

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji mc Nemar memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna antara penggunaan kawat kasa dengan kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 dengan OR = 1,20. Pada kelompok

persentase tertinggi pada responden yang menderita malaria positif (78,95%). Mayoritas responden juga tidak menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumahnya.

Banyak rumah responden yang masih belum dipasang kawat kasa pada ventilasi rumahnya, sehingga nyamuk bebas keluar masuk ke dalam rumah. Walaupun ventilasi rumah telah memiliki penutup, namun hanya sekedar saja, karena masih banyak lubang atau akses masuk nyamuk ke dalam rumah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husin (2007) tentang faktor risiko kejadian malaria di Puskesmas Sukamerindu. Hasil penelitian tersebut juga memperoleh hasil adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan kawat kasa dengan kejadian malaria.

5.2.5 Pengaruh Kondisi Lantai Rumah Terhadap Kejadian Malaria

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji mc Nemar memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna antara kondisi lantai rumah dengan kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 dengan OR = 1,07. Pada kelompok responden yang kondisi lantai rumahnya tidak permanen, terlihat bahwa persentase tertinggi pada responden yang menderita malaria positif (73,21%). Mayoritas responden juga kondisi lantai rumahnya tidak permanen.

Pengamatan di lapangan, terutama untuk penduduk yang tinggal di pesisir ataupun di pinggiran sungai, masih banyak yang memiliki rumah non permanen, terutama rumah panggung. Kemudian diantara rumah panggung tersebut, lantainya

nyamuk masuk ke dalam rumah melalui celah tersebut.

Rumah adalah sarana manusia untuk melindungi dirinya dari cuaca dan penyakit menular seperti malaria. Rumah yang baik tidak memberikan akses vektor penular malaria untuk masuk dan menggigit manusia. Rumah panggung yang umumnya ada di pinggiran sumber air harus memiliki lantai yang rapat sehingga tidak memungkinkan nyamuk masuk ke dalam rumah. Bila hal ini terpenuhi, maka penularan malaria tidak akan terjadi (Harijanto, 2000a).

5.2.6 Pengaruh Penyuluhan Tentang Malaria Terhadap Kejadian Malaria

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji mc Nemar memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna antara penyuluhan tentang malaria yang dilakukan tenaga kesehatan dengan kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 dengan OR = 1,45. Pada kelompok responden yang tidak pernah mengikuti atau hadir dalam penyuluhan tersebut, terlihat bahwa persentase tertinggi pada responden yang menderita malaria positif (73,3%). Mayoritas responden juga tidak pernah mengikuti atau hadir dalam penyuluhan tentang malaria yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan.

Penyebaran informasi mengenai penatalaksaan penyakit menular sangat penting dilakukan oleh petugas kesehatan. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya perilaku masyarakat dalam hal mencegah penyakit menular karena telah mengetahui banyak hal mengenai penyakit menular tersebut. Selain itu, penyebaran informasi

disampaikan tepat sasaran dan sesuai dengan target (Depkes RI, 2009b).

5.2.7 Pengaruh Pengobatan Malaria Terhadap Kejadian Malaria

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji mc Nemar memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna antara pengobatan malaria yang dilakukan tenaga kesehatan dengan kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 dengan OR = 1,41. Pada kelompok responden yang menganggap pengobatan yang dilakukan tenaga kesehatan tidak adekuat, terlihat bahwa persentase tertinggi pada responden yang menderita malaria positif (61,29%). Mayoritas responden juga merasa pengobatan oleh tenaga kesehatan tidak adekuat.

Persepsi penduduk berdasarkan hasil wawancara menunjukkan masih tingginya kepercayaan penduduk dengan pengobatan non medis. Mereka belum secara benar-benar memahami pengobatan medis lebih baik dibandingkan non medis. Masih sedikit penduduk yang datang ke fasilitas kesehatan bila merasa telah memiliki gejala malaria. Terkadang, peran pelayanan kesehatan hanya dilihat berdasarkan sembuh atau tidaknya pasien yang dirawat di pelayanan tersebut (Depkes RI, 2009b).

5.2.8 Pengaruh Sumber Informasi Malaria Terhadap Kejadian Malaria

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji mc Nemar memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna antara menerima informasi tentang malaria dengan kejadian malaria di Kabupaten Asahan tahun 2012 dengan OR = 1,18. Pada

petugas kesehatan, terlihat bahwa persentase tertinggi pada responden yang menderita malaria positif (65,52%). Mayoritas responden juga belum pernah memperoleh informasi dari media dan petugas kesehatan.

Memang berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, sedikit sekali pengumuman, spanduk, ataupun media di Kabupaten Asahan yang menginformasikan hal mengenai malaria. Hal ini dapat mengakibatkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang malaria dan bagaimana tata cara laksananya.

Media sangat berperan dalam proses penyebaran informasi kesehatan. Salah satu elemen penting dalam sukses atau tidaknya penyebaran informasi kesehatan adalah penggunaan media yang tepat. Selain itu, bila informasi tidak pernah diberikan atau pernah diberikan namun tidak pernah diulang dalam jangka waktu tertentu, maka informasi kesehatan tidak akan diterima baik oleh masyarakat (Depkes RI, 2009b).

5.3 Analisis Spasial dan Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap

Dokumen terkait