• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

7.2. Analisis Kelayakan Finansial Pola II (Budidaya Puyuh Petelur dan Pembibit dengan Populasi 12.000 Ekor) Pembibit dengan Populasi 12.000 Ekor)

7.2.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti (switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil

switching value pada pola usaha II disajikan pada Tabel 36.

Tabel 36. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha II Perubahan Persentase (persen) NPV (rupiah) Net B/C IRR (persen) Payback Periode (tahun)

Penurunan Jumlah Produksi Telur 5,34089 0 1,00 9 7,00

Kenaikan Harga Pakan 5,44529 0 1,00 9 7,00

Hasil switching value pada pola usaha II menunjukkan bahwa perubahan terhadap penurunan jumlah produksi telur dan kenaikan harga pakan yang masih membuat usaha ini layak adalah 5,34089 persen dan 5,44529 persen. Perubahan terhadap produksi telur adalah perubahan yang lebih berpengaruh terhadap kelayakan usaha, walaupun selisih antara persentase perubahan produksi telur dengan harga pakan tidak signifikan. Berdasarkan hasil switching value, usaha puyuh petelur dan pembibit PPBT masih layak diusahakan apabila besarnya penurunan jumlah produksi telur tidak melebihi 5,34089 persen serta kenaikan harga pakan tidak melebihi 5,44529 persen. Jika penurunan yang terjadi lebih besar dari 5,34089 persen untuk produksi telur dan 5,44529 persen untuk kenaikan harga pakan, maka usaha puyuh petelur dan pembibit PPBT menjadi tidak layak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada pola usaha II yaitu usaha puyuh petelur dan sebagai puyuh pembibit di PPBT lebih sensitif terhadap perubahan jumlah produksi telur dibandingkan dengan perubahan harga pakan meskipun selisih persentase diantara keduanya sangat kecil.

Berdasarkan pengalaman PPBT, persentase penurunan produksi telur PPBT pada pola II yaitu sebesar 6 sampai 7 persen, sehingga dapat dikatakan usaha puyuh ini peka terhadap kelayakan dan memiliki resiko usaha yang besar. Hal ini terjadi karena karakteristik puyuh yang mudah terkena penyakit dan terjadi wabah yang menyebabkan banyak puyuh yang mati. Sama halnya dengan pola usaha I, kenaikan harga bahan pakan yang pernah terjadi tidak terlalu signifikan.

100 7.3. Analisis Kelayakan Finansial Pola III (Budidaya Puyuh Petelur dan

Pembibit dengan Populasi 24.000 Ekor)

Pola III ini merupakan rencana pengembangan usaha PPBT untuk menambah jumlah puyuh petelurnya dua kali lipat dari populasi semula yang semua kebutuhan bibit puyuh petelur dipenuhi dengan penetasan bibit sendiri. PPBT mengusahakan 24.000 ekor puyuh untuk dijadikan puyuh petelur dan puyuh pembibit dengan proporsi 22.000 ekor untuk puyuh petelur dan 2.000 ekor (1.600 ekor betina dan 400 ekor jantan) untuk puyuh pembibit. Untuk memenuhi kebutuhan puyuh sebanyak 24.000 ekor, PPBT menambah investasi baru berupa kandang grower dan layer, kurung puyuh, mesin tetas, dan keperluan mesin tetas seperti baki air.

7.3.1. Arus Penerimaan (Inflow)

Pada pola usaha III yaitu usaha puyuh petelur dan pembibit dengan populasi 24.000 ini, arus penerimaan diperoleh dari hasil penjualan telur puyuh, puyuh pembibit, puyuh jantan, puyuh afkir, kotoran puyuh, serta pakan puyuh. Sama seperti kedua pola yang lain, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi proyek berupa generator, timbangan besar, mesin giling jagung, serta kendaraan mobil.

Pola usaha III merupakan pola pengembangan dari pola usaha II sehingga cara pemenuhan jumlah puyuh petelur pola III sama dengan sistem pemenuhan puyuh pada pola II. Pada tahun pertama pemenuhan jumlah puyuh petelur yaitu disesuaikan dengan hasil penetasan DOQ dari mesin tetas yang ada. Setiap bulan mesin mampu menetaskan 5.320 ekor DOQ dimana 60 persen yaitu sekitar 3.192 ekor puyuh betina dan 40 persen yaitu sekitar 2.128 ekor adalah puyuh jantan. Pada bulan ke-6 dan ke-12 puyuh betina hasil penetasan diseleksi sebanyak 1.600 ekor untuk puyuh pembibit, dan sisanya dimanfaatkan untuk puyuh petelur. Hal ini dilakukan karena pada bulan ke-6 dan ke-12 puyuh pembibit mengalami pengafkiran sehingga harus diganti dengan puyuh yang baru. Pada tahun pertama jumlah puyuh telur sebanyak 22.000 ekor baru dapat terpenuhi pada bulan ke-10 sedangkan produksi puyuh petelur dimulai pada bulan ke-3 dari populasi awal 3.192 ekor. Jumlah produksi telur puyuh pada pola usaha III di tahun pertama yaitu sebanyak 4.502.316 butir telur, sedangkan pada tahun 2 sampai tahun

ke-101 7 diasumsikan tetap sebesar 7.869.400 butir telur. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari jumlah puyuh yang ada dikalikan jumlah hari produksi, kemudian dikalikan dengan persentase perolehan telur layak jual sebesar 98 persen. Harga jual telur puyuh selama umur proyek 7 tahun diasumsikan tetap yaitu Rp 175,- per butir. Jumlah produksi per tahun dan nilai penjualan telur puyuh disajikan Tabel 37. Tabel 37. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Telur Puyuh PPBT pada Pola III

Tahun Ke Jumlah Produksi Telur Harga Satuan Nilai

(Butir) (Rp/butir) (Rp) 1 4.502.316 175 787.905.300 2 7.869.400 175 1.377.145.000 3 7.869.400 175 1.377.145.000 4 7.869.400 175 1.377.145.000 5 7.869.400 175 1.377.145.000 6 7.869.400 175 1.377.145.000 7 7.869.400 175 1.377.145.000 Total 51.718.716 9.050.775.300

Penerimaan lain yang didapat PPBT adalah hasil penjualan puyuh pembibit. Harga jual puyuh pembibit PPBT selama umur proyek diasumsikan tetap yaitu Rp 7.000,- per ekor dan merupakan puyuh betina. Pada tahun pertama penjualan puyuh pembibit baru dapat dimulai pada bulan ke-10 sebanyak 1.936 ekor. Hal ini terjadi karena pada bulan sebelumnya puyuh-puyuh betina yang dihasilkan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan puyuh petelur PPBT sendiri sebanyak 22.000 ekor, sehingga saat tahun pertama PPBT baru mampu menjual puyuh pembibit sebanyak 6.720 ekor. Pada tahun ke-2 hingga ke-7, PPBT mampu menjual puyuh pembibit sebanyak 13.104 ekor. Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh pembibit di PPBT dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Puyuh Pembibit PPBT Pola III Tahun Ke Jumlah Produksi Puyuh Harga Satuan Nilai

(ekor) (Rp/ekor) (Rp) 1 6.720 7.000 47.040.000 2 13.104 7.000 91.728.000 3 13.104 7.000 91.728.000 4 13.104 7.000 91.728.000 5 13.104 7.000 91.728.000 6 13.104 7.000 91.728.000 7 13.104 7.000 91.728.000 Total 85.344 597.408.000

Hasil penjualan dari puyuh jantan juga merupakan salah satu pemasukan kas bagi PPBT. Puyuh jantan hasil penetasan setiap bulan yaitu sekitar 2.128 ekor.

102 Pada bulan ke-6 dan ke-12 PPBT mengambil puyuh jantan sebanyak 400 ekor dari hasil penetasan untuk mengganti puyuh pembibit yang telah diafkir serta sisanya dijual. Harga jual puyuh jantan selama umur proyek tujuh tahun diasumsikan tetap yaitu Rp 2.000,- per ekor. Pada tahun pertama penjualan puyuh yaitu 20.480 ekor, sedangkan pada tahun ke-2 sampai ke-7 jumlah puyuh yang dijual PPBT sebanyak 24.736 ekor. Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh pejantan di PPBT dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39. Jumlah Produksi daan Nilai Penjualan Puyuh Pejantan PPBT Pola III Tahun Ke Jumlah Produksi Puyuh Harga Satuan Nilai

(ekor) (Rp/ekor) (Rp) 1 20.480 2.000 40.960.000 2 24.736 2.000 49.472.000 3 24.736 2.000 49.472.000 4 24.736 2.000 49.472.000 5 24.736 2.000 49.472.000 6 24.736 2.000 49.472.000 7 24.736 2.000 49.472.000 Total 168.896 337.792.000

Sumber penerimaan lain PPBT yaitu penjualan pakan. Sama seperti pada pola usaha I dan II, setiap tahun PPBT menerima hasil penjualan pakan sebesar Rp 349.200.000,-. Akan tetapi pada pola usaha III terdapat perbedaan penentuan proporsi untuk konsumsi sendiri serta untuk pakan yang dijual. Dalam satu tahun, PPBT mampu memproduksi pakan sebanyak 210 ton. Dari jumlah tersebut, PPBT menggunakan sekitar 60 persen untuk memenuhi kebutuhan pakan 24.000 ekor puyuhnya, sedangkan 40 persen dari produksi pakan dijual ke peternak puyuh lainnya. Perbedaan proporsi penggunaan pakan ini dilakukan karena kebutuhan pakan PPBT bertambah, sedangkan permintaan pakan diasumsikan tetap atau sama dengan pola usaha I dan II. Jumlah pakan yang dijual PPBT setiap tahun dibagi menjadi dua macam, yaitu 48.000 kilogram dengan harga jual Rp 4.350,- per kilogram yang dijual ke daerah peternak-peternak di Sukabumi serta 36.000 kilogram dengan harga jual Rp 3.900,- yang dijual ke peternakan milik Pak Jajuli.

Penerimaan dari penjualan puyuh afkir pada pola usaha III pada tahun pertama yaitu sebanyak Rp 8.000.000,-. Diperoleh dari 4.000 ekor sebagai hasil dari afkir puyuh pembibit pada bulan ke-6 dan bulan ke-12. Untuk tahun ke-2 hingga tahun ke-7, penjualan puyuh afkir yaitu Rp 48.000.000,- didapat dari

103 24.000 ekor puyuh yang diafkir dikalikan harga jual. Harga jual puyuh afkir selama umur proyek diasumsikan tetap yaitu sebesar Rp 2.000,- per ekor. Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh afkir dapat dilihat pada Tabel 40.

Tabel 40. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Puyuh Afkir PPBT pada Pola III Tahun Ke Jumlah Produksi Puyuh Harga Satuan Nilai

(ekor) (Rp/ekor) (Rp) 1 4.000 2.000 8.000.000 2 24.000 2.000 48.000.000 3 24.000 2.000 48.000.000 4 24.000 2.000 48.000.000 5 24.000 2.000 48.000.000 6 24.000 2.000 48.000.000 7 24.000 2.000 48.000.000 Total 148.000 296.000.000

Untuk hasil penjualan kotoran pada pola usaha III, penerimaan PPBT yaitu Rp 9.680.000,- pada tahun pertama dan Rp 10.560.000,- pada tahun kedua. Setiap bulan, PPBT menghasilkan kotoran puyuh sebanyak 220 karung, dimana setiap karung berkapasitas 50 kilogram. Harga jual kotoran puyuh per karung selama tujuh tahun atau selama umur proyek diasumsikan tetap yaitu Rp 4.000,-. Jumlah produksi dan nilai penjualan kotoran puyuh dapat dilihat pada Tabel 41.

Tabel 41. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Kotoran Puyuh PPBT Pola III Tahun Ke Jumlah Produksi Kotoran

Puyuh

Harga Satuan Nilai

(ekor) (Rp/ekor) (Rp) 1 2.420 4.000 9.680.000 2 2.640 4.000 10.560.000 3 2.640 4.000 10.560.000 4 2.640 4.000 10.560.000 5 2.640 4.000 10.560.000 6 2.640 4.000 10.560.000 7 2.640 4.000 10.560.000 Total 18.260 73.040.000

Seperti pada pola-pola usaha sebelumnya, penerimaan PPBT juga diperoleh dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama yang tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi pada usaha puyuh PPBT yang masih memiliki nilai hingga akhir umur proyek antara lain, generator, timbangan besar, mesin giling jagung, dan kendaraan mobil. Penambahan investasi baru pada pola III berupa kandang

104

grower dan layer, kurung puyuh, mesin tetas maupun baki air tidak mempunyai

nilai sisa, sehingga nilai sisa pola III sama dengan nilai sisa pada pola I dan pola II. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 42.

Tabel 42. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha III No Uraian Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan Per Tahun Nilai Sisa Umur Ekonomis 10 Tahun (Rp) Nilai Sisa Umur Proyek 7 Tahun (Rp) 1. Generator 1.300.000 10 91.000 390.000 663.000 2. Timbangan Besar 1.200.000 10 60.000 600.000 780.000 3. Mesin Giling Jagung 6.500.000 10 455.000 1.950.000 3.315.000 4. Mobil 40.000.000 10 2.800.000 12.000.000 20.400.000 Total 25.158.000

7.3.2. Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran pada pola usaha III terdiri atas pengeluaran untuk biaya investasi, serta biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

a. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek yang terdiri dari:

1. Kandang grower dan layer. Kandang grower dan layer digunakan untuk tempat produksi puyuh-puyuh petelur maupun pembibit yang siap berproduksi sampai menjelang umur afkir. Pada pola usaha III kandang yang digunakan ada 4 buah, 3 buah kandang diisi seluruhnya oleh puyuh petelur, sedangkan 1 kandang diisi puyuh petelur dan puyuh pembibit. Tiga unit kandang besar masing-masing mampu menampung puyuh sebanyak 5.000 ekor, dan satu unit kandang besar memiliki ukuran dua kali luas kandang yang lain sehingga mampu menampung ± 11.500 ekor puyuh. Akan tetapi PPBT hanya mengisi kandang tersebut dengan populasi 11.000 puyuh petelur dengan pertimbangan kepadatan dan ruang gerak puyuh.

2. Kandang starter yang digunakan untuk menempatkan puyuh yang baru menetas untuk dibesarkan dahulu sampai umur sebulan sebelum dipindahkan ke kandang grower dan layer.

105 3. Kurung, terbuat dari kayu dan kawat yang telah dilengkapi dengan tempat pakan serta tempat minum. Satu kurung terdiri dari 5 tingkat. Untuk satu kurung puyuh grower dan layer kapasitas 5.000 ekor, mampu menampung 200 ekor puyuh. Jumlah kurung pada masing-masing kandang grower dan

layer kapasitas 5.000 ekor yaitu 25 unit. Pada kandang grower dan layer

kapasitas 11.500 ekor dapat diisi 80 unit kurung dengan kapasitas masing-masing kurung 140 ekor. Perbedaan daya tampung kurung serta kandang pada kapasitas 11.500 karena bentuk kurung yang dibuat lebih ramping sehingga tidak banyak memakan tempat. Kurung untuk puyuh starter, berkapasitas 500 ekor puyuh per unit. Pada kurung starter dilengkapi dengan lampu penghangat terutama untuk kurung puyuh yang baru dipindahkan dari mesin tetas atau sering disebut DOQ.

4. Tandon air, digunakan untuk menampung air dari sumur pompa yang dialirkan ke keran di depan masing-masing kandang. Keran air ini berfungsi untuk memberi minum puyuh maupun tempat membersihkan peralatan pakan dan minum puyuh.

5. Pompa air, berfungsi sebagai alat memompa air dari sumber air (sumur). 6. Pipa, digunakan untuk mengalirkan air dari pompa air ke tandon serta dari

tandon ke keran air.

7. Generator, digunakan pada penggunaan mesin giling jagung, penerangan kandang puyuh dan kurung puyuh DOQ, dan terutama untuk pemakaian mesin tetas jika terjadi pemadaman listrik. Lampu di mesin tetas dinyalakan 24 jam pada masa penetasan 17 hari. Jika lampu mati, resiko kegagalan menetas puyuh akan semakin besar.

8. Instalasi listrik, sebagai sumber listrik yang sangat diperlukan pada penerangan kandang puyuh, terutama mesin tetas, kandang starter serta pada produksi pakan.

9. Alat penyemprot, digunakan untuk menyemprot kurung, mesin tetas, dan kandang maupun lingkungan sekitar kandang dengan menggunakan desinfektan.

106 10. Ember plastik, berfungsi untuk menampung air di keran air yang digunakan saat mencuci peralatan pakan serta minum, juga untuk alat persiapan minum puyuh.

11. Nampan panen, terbuat dari kayu dengan bantalan busa. Digunakan untuk memanen telur puyuh setiap pagi.

12. Alas pakan, terbuat dari kotak papan yang besar untuk tempat persiapan pakan. Alas pakan berada di dalam masing-masing kandang grower dan

layer.

13. Timbangan besar, digunakan untuk menimbang bahan-bahan pakan seperti jagung dan menimbang hasil produksi pakan yang akan dijual.

14. Bangunan pengolahan pakan, terbuat dari bangunan semi permanen tanpa dinding dengan atap seng.

15. Mesin jahit, digunakan untuk menjahit karung berisi hasil pakan yang akan dijual.

16. Sekop, digunakan untuk mencampur masing-masing bahan pakan menjadi adonan pakan.

17. Mesin giling, berfungsi untuk menggiling jagung menjadi tepung jagung yang halus. Tepung jagung ini merupakan bahan dasar pakan puyuh.

18. Kendaraan mobil, berupa mobil pick up dan digunakan untuk mengantarkan telur ke pasar, mengangkut pakan yang akan dijual, serta untuk kebutuhan transportasi yang lainnya.

19. Terpal penutup, berfungsi untuk menutup telur-telur puyuh dalam kemasan peti maupun dus yang telah ditempatkan di mobil pada saat perjalanan dibawa ke pasar.

20. Mesin tetas, pada pola usaha III berjumlah 9 buah dimana 5 buah mesin tetas berkapasitas 600 butir telur, 2 buah mesin tetas berkapasitas 800 butir telur, dan 2 buah mesin tetas berkapasitas 1.500 butir telur. Mesin tetas terbuat dari papan kayu yang di dalamnya telah dilengkapi dengan bohlam-bohlam lampu untuk sumber panas. Pada masin tetas kapasitas 600 butir dibutuhkan bohlam lampu sebanyak 4 buah, mesin tetas kapasitas 800 butir membutuhkan bohlam lampu sebanyak 6 buah, sedangkan kebutuhan bohlam lampu pada mesin tetas kapasitas 1.500 butir yaitu 10 buah. Masing-masing mesin tetas

107 digunakan selama masa penetasan 17 hari, dan terus menerus dinyalakan selama 24 jam, sehingga dalam setahun bohlam lampu diganti sebanyak 4 kali.

21. Baki air berfungsi untuk menampung air yang digunakan dalam mesin tetas selama masa penetasan. Air di dalam baki harus terus diperiksa setiap hari untuk memastikan air tidak habis. Baki air ini berfungsi untuk menjaga kelembaban kondisi mesin tetas sehingga telur-telur tidak terlampau kering. 22. Keranjang bibit berfungsi untuk tempat bibit puyuh sewaktu dibawa ke

peternakan mitra untuk dijual. Satu keranjang dapat menampung ± 40 ekor. Rincian biaya investasi pada pola usaha II terdapat pada Tabel 43. Tabel 43. Biaya Investasi pada Pola Usaha III

No Uraian Satuan Jumlah Umur

Ekonomis

Nilai per

Unit Nilai Total

(Thn) (Rp) (Rp)

1 Kandang grower dan layer

Unit 4 7 8.125.000 32.500.000 2 Kandang starter Unit 1 7 5.000.000 5.000.000 3 Kurung+( tempat pakan

dan minum)

Unit 166 5 350.000 58.100.000

4 Tandon air Buah 2 7 450.000 900.000

5 Pompa air Unit 1 7 450.000 450.000

6 Pipa Batang 50 7 30.000 1.500.000

7 Penggalian sumur - - - 1.650.000 1.650.000

8 Generator Unit 1 10 1.300.000 1.300.000

9 Instalasi listrik Unit 1 7 1.200.000 1.200.000

10 Alat penyemprot Unit 1 3 82.500 82.500

11 Ember plastik Buah 9 2 18.000 162.000

12 Nampan panen Buah 30 2 10.000 300.000

13 Alas pakan Buah 4 5 200.000 800.000

14 Timbangan besar Unit 1 10 1.200.000 1.200.000 15 Bangunan pengolahan

pakan

Unit 1 7 5.000.000 5.000.000

16 Mesin jahit Unit 1 5 450.000 450.000

17 Sekop Buah 2 2 32.500 65.000

18 Mesin giling Unit 1 10 6.500.000 6.500.000 19 Kendaraan Unit 1 10 40.000.000 40.000.000 20 Terpal penutup Lembar 2 2 400.000 800.000

21 Mesin tetas Unit 9 5 450.000 4.050.000

22 Baki air Buah 88 2 8.000 704.000

23 Keranjang bibit Buah 400 5 8.000 3.200.000

Total 165.913.500

Selain biaya investasi juga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila biaya investasi yang dimiliki telah habis umur

108 ekonomisnya. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 44.

Tabel 44. Biaya Reinvestasi pada Pola Usaha III

No Uraian Satuan Jumlah Umur

Ekonomis Nilai per Unit Nilai Total (Thn) (Rp) (Rp) 1 Kurung+(tempat pakan & minum)

Unit 166 5 350.000 58.100.000

2 Alat penyemprot Unit 1 3 82.500 82.500

3 Ember plastik Buah 7 2 18.000 126.000

4 Nampan panen Buah 30 2 10.000 300.000

5 Alas pakan Buah 3 5 200.000 600.000

6 Mesin jahit Unit 1 5 450.000 450.000

7 Sekop Buah 2 2 32.500 65.000

8 Terpal penutup Lembar 2 2 400.000 800.000

9 Mesin tetas Unit 9 5 405.000 4.050.000

10 Baki air Buah 88 2 8.000 704.000

11 Keranjang bibit Buah 400 5 8.000 3.200.000

b. Biaya Operasional

Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dalam analisis ini besarnya nilai biaya tetap diasumsikan tetap setiap tahunnya. Biaya tetap pada pola usaha III terdiri dari biaya gaji karyawan, perawatan kendaraan, kandang, dan mesin pakan, biaya listrik dan air, sewa lahan, biaya BBM, pembelian bohlam lampu, pembelian sapu lidi, pajak mobil, konsumsi karyawan, biaya komunikasi (pulsa), THR karyawan, serta biaya tidak terduga yang dianggarkan sebesar 5 persen dari total biaya tetap yang ada. Pada pola usaha III dengan pola usaha II terdapat perbedaan jumlah karyawan. Jumlah karyawan pada pola usaha II yaitu 9 orang, dimana 3 orang diantaranya bekerja di bagian pemeliharaan, dengan populasi puyuh sebanyak 12.000 ekor. Untuk pola usaha III, jumlah karyawan PPBT yang dipekerjakan yaitu sebelas orang. Setiap karyawan bagian pemeliharaan puyuh mampu menangani ± 5.000 ekor, sehingga untuk populasi 24.000 ekor PPBT membutuhkan karyawan bagian pemeliharaan sebanyak 5 orang. Gaji karyawan di bagian pemeliharaan yaitu Rp 500.000 per bulan untuk tiap pekerja. Selain biaya tenaga kerja, biaya listrik dan air pada pola usaha III lebih besar dari pola usaha II yaitu Rp 20.000.000,- per tahun. Bertambahnya biaya listrik dan air terjadi karena jumlah pemakaian listrik pada pola usaha III lebih besar yaitu untuk pengoperasian mesin tetas yang lebih banyak. Biaya tetap pola usaha III PPBT dapat dilihat di Tabel 45.

109 Tabel 45. Biaya Tetap per Tahun pada PolaUsaha III

No Uraian Jumlah Nilai (Rp)

1. Gaji karyawan 11 orang 70.200.000

2. Perawatan Kendaraan 1.800.000

3. Listrik dan air 4167 watt 20.000.000

4. Sewa lahan 2000 m2 2.000.000

5 BBM 21.000.000

6 Bohlam lampu 450 buah 1.800.000

7 Sapu lidi 24 buah 60.000

8 Pemeliharaan kandang 200.000

9 Perawatan mesin pakan 840.000

10 Pajak kendaraan 550.000

11 Keperluan dapur 25.000.000

12 Pulsa 600.000

13 THR karyawan 5.850.000

14 Biaya tidak terduga (5%) 8.593.950

Total 159.255.950

Selain biaya investasi dan biaya tetap, PPBT juga mengeluarkan biaya variabel. Biaya variabel yang dibutuhkan pada pola usaha III pada dasarnya sama dengan biaya variabel pada pola usaha II, yang menjadi pembeda hanya besar nilainya. Biaya variabel pada pola usaha III ini terdiri atas : 1) bibit puyuh (masa

starter); 2) bahan pakan puyuh seperti jagung, dedak padi, konsentrat, serta bahan

tambahan: 3) vitamin; 4) vaksin; 5) obat-obatan puyuh; 6) desinfektan seperti formalin dan biodes; 7) peti kemas; 8) dus kemas; 9) sekam padi; 10) karung pengemas; dan 11) benang jahit. Untuk pembelian bibit puyuh hanya dilakukan pada tahun pertama sebagai induk awalan sebanyak 2.000 ekor dengan harga beli Rp 2.750,- per ekor. Pada tahun-tahun selanjutnya, PPBT tidak membeli bibit puyuh lagi dan menetaskan bibit sendiri.

Sama seperti pada pola usaha I dan II, pakan puyuh diproduksi setiap 2 hari sekali. Pakan yang dihasilkan PPBT selama satu bulan yaitu 17,5 ton. Vitamin diberikan kepada puyuh setiap minggu (3 hari berturut-turut) sebanyak 718,75 gram untuk keseluruhan puyuh. Obat-obatan diberikan jika ada puyuh yang sakit atau bermasalah. Untuk vaksin dilakukan setiap 2 bulan sekali dengan pemakaian sebanyak 2 liter. Penyemprotan desinfektan dilakukan setiap dua hari sekali dengan menggunakan formalin untuk diluar kandang serta biodes untuk di dalam kandang atau pada kurung dan mesin tetas. Penggunaan desinfektan masing-masing yaitu sebanyak 9,7 liter per dua bulan. Biaya variabel pada pola usaha II tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 46.

110 Tabel 46. Biaya Variabel Tahun ke-1 pada Pola Usaha III

No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1 Bibit puyuh Ekor 2000 2.750 5.500.000

2 Pakan puyuh

Jagung Kilogram 192.000 2.200 422.400.000 Dedak padi Kilogram 38.400 1.300 49.920.000 Konsentrat Kilogram 172.800 5.200 898.560.000 Bahan tambahan Kilogram 1.920 10.000 19.200.000

3 Vitamin Gram 34.500 175 6.037.500 4 Vaksin Liter 12 35.000 402.500 5 Obat-obatan Liter 2 375.000 712.500 6 Desinfektan Formalin Liter 58 10.000 575.000 Biodes Liter 58 35.000 2.012.500

7 Peti kemasan Buah 158 6.500 1.027.000

8 Dus kemasan Buah 158 6.000 948.000

9 Sekam Karung 108 2500 270.000

10 Karung pengemas pakan Lembar 2.000 750 1.500.000

11 Benang jahit Rol 12 20.000 240.000

Total 1.409.305.000

Kebutuhan akan peti, dus kemasan serta sekam pada tahun ke-1 dan tahun ke-2 terdapat perbedaan. Pada tahun ke-1 kebutuhan peti kemas dan dus kemas masing-masing 158 buah. Untuk kebutuhan dus kemas per enam bulan yaitu 79 buah, sehingga dalam setahun PPBT melakukan pembelian dus kemas sebanyak dua kali. Peti kemas lebih tahan lama, sehingga dalam setahun PPBT hanya melakukan pembelian peti kemas sebanyak satu kali. Peti kemas dan dus kemas dipakai berulang, artinya setiap mengantar telur peti dan dus dibawa pulang kembali oleh PPBT. Pada tahun pertama penggunaan sekam sebagai bantalan telur dalam peti membutuhkan 108 karung atau sama dengan 5.400 kilogram sekam. Pada tahun ke-2 hingga tahun ke-7, kebutuhan peti kemas dan dus kemas masing-masing adalah 204 buah, sedangkan kebutuhan sekam yaitu 140 karung atau setara dengan 7.000 kilogram sekam. Perbedaan kebutuhan peti, dus, serta sekam ini disesuaikan dengan jumlah produksi telur puyuh antara tahun pertama dan tahun-tahun selanjutnya. Rincian biaya variabel pola usaha III pada tahun ke-2 hingga tahun ke-7 dapat dilihat pada Tabel 47.

111 Tabel 47. Biaya Variabel Tahun ke-2 hingga Tahun ke-7 pada Pola Usaha III

No Uraian Satuan Jumlah Harga

Satuan (Rp)

Nilai (Rp)

1 Pakan puyuh

Jagung Kilogram 192.000 2.200 422.400.000 Dedak padi Kilogram 38.400 1.300 49.920.000 Konsentrat Kilogram 172.800 5.200 898.560.000 Bahan tambahan Kilogram 1.920 10.000 19.200.000

2 Vitamin Gram 34.500 175 6.037.500 3 Vaksin Liter 12 35.000 402.500 4 Obat-obatan Liter 2 375.000 712.500 5 Desinfektan Formalin Liter 58 10.000 575.000 Biodes Liter 58 35.000 2.012.500

Dokumen terkait