• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

4. Pemotongan Paruh

2.5. Penelitian Terdahulu

Jenis penyakit yang tergolong penyakit virus adalah Tetelo (Newcastle

Disease), Cacar Unggas (Fowl Pox), Quail Bronchitis, serta Flu Burung

(Avian Influenza/AI). c. Penyakit cendawan

Penyakit yang disebabkan oleh cendawan yang sering menyerang puyuh yaitu Apergillosis. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Apergillosis

fumigatus. Sasaran yang diserang yaitu alat pernafasan.

d. Penyakit kekurangan gizi serta cacingan

Kekurangan atau defisiensi vitamin E dapat ditimbulkan karena kesalahan dalam pemberian pakan atau ransum, seperti ransum untuk ayam ras diberikan untuk puyuh. Sedangkan puyuh cacingan dapat terjadi karena makanan yang seharusnya diserap tubuh menjadi santapan cacing pita, cacing rambu, ataupun cacing usus buntu yang ada di perut puyuh. Penyebabnya adalah masalah sanitasi lingkungan kandang yang buruk.

2.4. Telur Puyuh

Secara umum, komposisi kandungan telur puyuh adalah 47,4 % albumin (putih telur); 31,9 % yolk (kuning telur); serta 20,7 % cangkang dan selaput tipis. Dari hasil penelitian, ketebalan cangkang telur puyuh sekitar 0,197 mm dan ketebalan membran atau selaput tipis 0,063 mm. Bobot telur puyuh rata-rata 10 gram atau sekitar 8 % dari bobot tubuh puyuh betina.

Kandungan protein dan lemak telur puyuh lebih baik dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah. Telur puyuh juga dipercaya dapat memberi kekuatan sehingga sering digunakan sebagai obat kuat dan campuran jamu atau anggur. Telur puyuh sangat baik untuk diet kolesterol karena dapat mengurangi terjadinya penimbunan lemak, terutama di jantung, sedangkan kebutuhan proteinnya tetap mencukupi.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Komalasari (2008), meneliti tentang kelayakan usaha peternakan ayam broiler, dimana dilakukan usaha produksi jagung sebagai pakan pokok untuk ayam broiler yang disebut sebagai peternakan terpadu. Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Sugeng di

24 daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala 10.000 ekor. Tujuan dari penelitian ini adalah manganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor, membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan ayam broiker dan menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga ayam Broiler terhadap kelayakan finansial

Hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak. Bila usaha peternakan broiler dilakukan secara integrasi dengan usaha relatif besar maka usaha semakin layak secara finansial dibandingkan dengan usaha peternakan ayam broiler saja. Diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.481.498.164,- , Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan IRR sebesar 30,60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 12 hari. Dari analisis finansial maka peternakan ayam broiler terpadu merupakan hasil terbaik untuk diterapkan, dan untuk usaha tersebut diperlukan modal investasi awal sebesar Rp 2.854. 611.767,-. Usaha peternakan ayam broiler terpadu pada skala 25.000 ekor lebih tahan terhadap perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC dibandingkan dengan model lain. Analisi switching value menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan harga jual dapat membuat usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga DOC maksimal 62,73 persen

Hasil penelitian Sugiarti (2008), menganalisis usaha peternakan ayam broiler Abdul Djawad Farm yang terletak di Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis kelayakan finansial seperti : NPV, IRR, BCR, PBP, serta analisis sensitivitas terhadap perubahan tingkat harga, baik tingkat harga input maupun output.

Hasil analisis finansial selama 10 tahun ke depan dengan modal sendiri (tingkat suku bunga 6,25 %) maka diperoleh NPV Rp 931. 398.142,05,- ; BCR 1,04; dan pay back period 3 tahun 6 bulan. Jika menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14,5%) maka didapat NPV438.192.975,74,- ; BCR 1,03; dan

25

pay back period 4 tahun 4 bulan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak untuk dijalankan.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha peternakan Abdul Djawad Farm rentan terhadap perubahan harga. Peningkatan harga DOC ceteris

paribus lebih dari 19,50 % (modal sendiri) dan lebih dari 13,04% (modal

pinjaman), peningkatan harga pakan ceteris paribus lebih dari 7,00 % (modal sendiri) dan lebih dari 4,68 % (modal pinjaman) serta penurunan harga jual ayam broiler ceteris paribus lebih dari 4,34 % (modal sendiri) dan lebih dari 2,90 % (modal pinjaman) akan menyebabkan peternakan Abdul Djawad Farm mengalami kerugian.

Penelitian dari Suwarto (2003) yang berbentuk tesis, menganalisis usaha ternak burung puyuh di Jl. Narogong, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat. Tujuan kajian penelitian ini yaitu untuk mengetahui bisnis beternak puyuh untuk dijadikan sumber mata pencaharian, memahami permasalahan yang ada dalam beternak puyuh, melakukan evaluasi kelayakan finansial usaha ternak puyuh dalam upaya pemenuhan dana dengan skim yang ada. Analisis usaha pada penelitian tesis ini dilakukan melalui pendekatan metode deskriptif terhadap aspek umum dan melalui pendekatan metode analisis keuangan terhadap pembiayaan usaha seperti: NPV, IRR, PBP, BEP serta analisis rentabilitas.

Analisis tingkat kelayakan finansial usaha ternak puyuh pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan modal sendiri (discount rate 18 persen) maka diperoleh NPV sebesar Rp 16.071.600, IRR yang didapat sebesar 24,84 persen melebihi tingkat suku bunga yang berlaku, PBP yang diperoleh yaitu 15 bulan, BEP dalam unit sebnyak 135.478 butir dan harga sebesar Rp 71,94,- sehingga analisis kelayakan finansial usaha ternak puyuh tersebut layak untuk dijalankan. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa usaha puyuh tersebut dapat diberikan fasilitas KKU s.d.Rp 50 juta untuk menjalankan usahanya dengan skala 6.500 ekor petelur, dengan kebutuhan yang sesuai berupa kredit modal kerja dan investasi.

26

2.6. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, pembahasan difokuskan pada analisis kelayakan finansial usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) di Kecamatan Cibubulang, Kabupaten Bogor. Selain sebagai peternakan puyuh petelur, PPBT juga melakukan pembibitan sendiri dan menjualnya ke peternakan puyuh lain.

Skenario yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis kelayakan dari beberapa pola usaha yang pernah, sedang, dan akan dilaksanakan PPBT. Kemudian dari pola-pola usaha tersebut dibandingkan dan dipilih jenis usaha yang paling memberi keuntungan serta paling layak diterapkan. Analisis kelayakan yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial yaitu analisis yang dilakukan berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial, kemudian analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menghitung kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis switching value juga digunakan untuk menghitung sampai sejauh mana pengaruh perubahan faktor yang sangat sensitif mempengaruhi kriteria kelayakan investasi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Komalasari (2008) serta Sugiarti (2008) yaitu pada alat analisis yang diterapkan, sedangkan perbedaan penelitiannya terdapat pada komoditas peternakan yang diteliti serta lokasi penelitian dilakukan. Untuk persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarto (2003) adalah sama-sama menganalisis usaha ternak puyuh dan kriteria kelayakan finansial yang digunakan, namun terdapat perbedaan yaitu pada alat analisis, tujuan penelitian, serta lokasi penelitian. Selain itu pada penelitian Suwarto (2003) hanya menganalis kelayakan finansial ternak puyuh dan tidak menganalisis kelayakan usaha dari sisi non finansial, pada penelitian Suwarto (2003) juga tidak dilakukan analisis sensitivitas usaha ternak puyuh yang dikaji.

Penelitian yang menganalisis tentang puyuh masih jarang ditemui. Kemungkinan sedikitnya penulisan skripsi mengenai puyuh di Jawa Barat yaitu karena masih sedikitnya peternak puyuh di Jawa Barat, khususnya di wilayah Bogor. Adapun penelitian puyuh yang banyak dilakukan lebih ke arah teknis

27 budidayanya dan belum menyentuh aspek bisnis. Peternak puyuh yang ada sebagian besar masih berskala kecil dan didasarkan pada hobi sehingga minat untuk meneliti aspek bisnis serta finansial masih rendah. Padahal setelah melihat besarnya minat konsumsi masyarakat terhadap telur puyuh, membuktikan bahwa puyuh memiliki prospek bisnis yang menjanjikan sehingga penelitian terhadap kelayakan bisnis telur puyuh perlu dilakukan.

28

Dokumen terkait