• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

1. UMUM

Analisis dan pembahasan oleh manajemen yang disajikan di bawah ini disusun berdasarkan laporan keuangan auditan Perseroan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, dan 2010.

Laporan keuangan Perseroan tanggal 30 Desember 2012 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut yang tercantum dalam Prospektus ini telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Suherman & Surja, akuntan publik independen, berdasarkan standar yang diterapkan oleh IAPI dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas mengenai penerapan beberapa standar akuntansi keuangan baru dan revisi baik secara prospektif dan retrospektif dalam laporannya yang diterbitkan kembali pada 30 April 2013.

Laporan keuangan Perseroan tanggal 31 Desember 2011 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut yang tercantum dalam prospektus ini telah diaudit oleh KAP Osman Bing Satrio, akuntan publik independen, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh IAPI dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya tidak tercantum dalam Prospektus ini.

Laporan keuangan Perseroan tanggal 31 Desember 2010 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut yang tercantum dalm prospektus, telah diaudit oleh KAP Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya tidak tercantum dalam Prospektus ini.

Berdasarkan data industri kendaraan bermotor di Indonesia, pertumbuhan penjualan mobil nasional menunjukan perkembangan yang positif dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian jumlah penjualan dalam unit, sempat mengalami penurunan pada tahun 2006 dan di tahun 2009, sebagai imbas dari kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang memberikan tekanan kepada kemampuan daya beli masyarakat dan kenaikan biaya produksi industri otomotif di dalam negeri. Penjualan mobil baru pada tahun 2012, seperti dilaporkan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Sumber: Gaikindo, Desember 2012),sebesar 1.116.230 unit. Pencapaian ini merupakan angka tertinggi sepanjang periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2012.

Laju pertumbuhan produksi kendaraan bermotor nasional, didukung dengan tingkat penjualan yang sepadan terhadap kendaraan bermotor secara nasional, hal ini disebabkan banyaknya alternatif dan pilihan terhadap kepemilikan kendaraan bermotor, diantaranya melalui pembiayaan kendaraan bermotor yang dibiayai oleh perbankan dan atau lembaga pembiayaan.

Pertumbuhan industri otomotif di Indonesia juga didukung oleh banyaknya produk baru (yang menawarkan fitur ramah lingkungan dan hemat bahan bakar) dan juga tingkat perekonomian yang terus meningkat serta pembangunan infrastruktur yang sedang digalakkan.

Dengan terus bertambahnya jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia, yang mempunyai tren konsumsi yang mulai bergerak dari produk untuk memenuhi kebutuhan dasar ke produk yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan yang lebih besar, seperti barang kebutuhan rumah tangga yang tahan lama, perkakas dan barang elektronik, mobil dan jasa keuangan(Sumber: Boston Consulting Group, March 2013)

Sebagai industri turunan (down stream) dari sektor industri mobil, industri pembiayaan juga mengalami pertumbuhan yang tinggi ditengah diberlakukannya beberapa regulasi baru untuk menjaga tingkat risiko industri pembiayaan pada kondisi yang tetap baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan Perseroan

Sebagai perusahaan pembiayaan, kondisi keuangan Perseroanakan dipengaruhi oleh indikator-indikator makro ekonomi seperti tingkat penjualan otomotif, suku bunga maupun pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penjualan otomotif dapat berpengaruh terhadap peningkatan pembiayaan konsumen dan perubahan indikator suku bunga dapat berpengaruh terhadap kondisi laporan posisi keuangan dan laporan laba komprehensif Perseroan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi transaksi keuangan dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan bisnis Perseroan.

Kemampuan Perseroan dalam mendapatkan pendanaan

Dalam menjalankan usaha pembiayaan, Perseroan senantiasa membutuhkan dukungan pendanaan yang cukup dan senantiasa mengusahakan sumber pendanaan dengan biaya rendah. Kondisi pasar dan ketersediaan dana yang baik akan memberikan peluang bagi Perseroan untuk mendapatkan sumber pendanaan yang terbaik dari segi biaya maupun jangka waktu pengembalian. Perseroan juga dituntut untuk dapat melakukan diversifikasi sumber pendanaan yang berasal dari lembaga perbankan maupun lembaga non-bank; termasuk di dalamnya adalah penerbitan surat utang yang ditawarkan melalui penawaran umum maupun penawaran terbatas dengan tingkat

bunga yang menarik bagi investor dan memberikan kesempatan bagi Perseroan untuk menyesuaikan dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada debitur Perseroan.

Kondisi persaingan yang dihadapi Perseroan

Peningkatan jumlah mobil baru nasional dan pertumbuhan otomotif di Indonesia memberikan peluang bagi pertumbuhan bisnis pembiayaan di Indonesia dimana setiap perusahaan pembiayaan berusaha untuk meningkatkan pangsa pasarnya sehingga tingkat persaingan di bidang pembiayaan kendaraan Indonesia menjadi semakin ketat. Dalam rangka meningkatkan pangsa pasar, banyak hal yang dijalankan oleh perusahaan pembiayaan misalnya pemberian suku bunga yang sangat murah, uang muka rendah dan jangka waktu pinjaman hingga 72 bulan kepada debitur.

Kondisi demikian tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pembiayaan dengan kecenderungan penurunan kualitas aset yang dikarenakan oleh tidak dipenuhinya kriteria kelayakan kredit debitur dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan.

Untuk mengantisipasi hal ini, Perusahaan mengeluarkan ketentuan pembiayaan minimal uang muka sebesar 30% dari nilai obyek yang dibiayai dengan maksimum tenor 72 bulan dan mayoritas jenis kendaraan yang dibiayai adalah kendaraan penumpang baru.

Kebijakan pemerintah

Operasional usaha pembiayaan diatur dengan serangkaian peraturan yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan, OJK, Bursa Efek (bagi perusahaan pembiayaan tercatat) serta ketentuan dan perundang-undangan lainnya. Ketentuan-ketentuan yang mengatur perusahaan pembiayaan akan mempengaruhi kegiatan usaha, pelaporan, tingkat kesehatan usaha serta manajemen risiko bagi perusahaan pembiayaan. Perseroan memberikan prioritas utama untuk memenuhi segala ketentuan yang dipersyaratkan bagi perusahaan pembiayaan.

Kebijakan akuntansi penting

Pencatatan dan penyajian Laporan Keuangan Perseroan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan peraturan OJK yang berlaku. Penjabaran ikhtisar kebijakan akuntansi telah diungkapkan dalam catatan atas Laporan Keuangan Perseroan.

Perubahan nilai surat berharga, nilai tukar dan tingkat suku bunga

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan hingga diterbitkannya Prospektus ini, Perseroan tidak mempunyai investasi surat berharga, sehingga Perseroan tidak secara langsung memiliki risiko terhadap penurunan nilai surat berharga. Kegiatan usaha sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen yang dijalankan Perseroan seluruhnya dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah. Demikian halnya dengan pendanaan yang diterima Perseroan baik dari pihak berelasi maupun pihak ketiga lainnya. Perseroan melakukan pencatatan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif juga dalam mata uang Rupiah. Tidak terdapat risiko langsung yang akan dihadapi Perseroan dari perbedaan mata uang dan nilai tukar selain dari fluktuasi harga objek sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen sebagai imbas dari fluktuasi nilai tukar Rupiah dengan mata uang asing.

Untuk mengantisipasi dampak langsung dari perubahan tingkat suku bunga, Perseroan mengelola kesesuaian tingkat suku bunga pembiayaan yang diberikan kepada debitur dengan tingkat suku bunga dari sumber pendanaan yang diterima.

2. KEUANGAN

Analisis dan pembahasan manajemen di bawah ini, khususnya untuk bagian-bagian yang menyangkut kinerja keuangan Perseroan, disusun berdasarkan Laporan Keuangan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 dan

23

2.1 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ATAS LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF

Keterangan Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

2012 2011 2010

Pendapatan 616.801 362.437 183.724

Beban 412.481 266.625 137.664

Laba Komprehensif 153.145 71.921 34.499

PENDAPATAN, BEBAN DAN LABA KOMPREHENSIF (dalam jutaan Rupiah)

616.801 362.437 183.724 412.481 266.625 137.664 153.145 71.921 34.499 2012 2011 2010

A. PENDAPATAN

Perseroan berhasil mencapai pertumbuhan pendapatan sebesar 97,74%, 97,27% dan70,18%, masing-masing pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Dalam periode tiga tahun terakhir (2010-2012), porsi pendapatan mayoritas diperoleh melalui kegiatan pembiayaan (2010: 99,21%; 2011: 99,20% and 2012: 98,80%).

Peningkatan pendapatan yang secara umum meningkat sejak tahun 2010-2012, secara umum disebabkan oleh peningkatan volume transaksi pembiayaan yang diberikan Perseroan kepada para nasabahnya. Peningkatan volume pembiayaan terjadi baik dari sisi nilai pembiayaan maupun jumlah account pembiayaan itu sendiri. Hal ini seiring dengan perkembangan pasar industri otomotif nasional yang dipicu oleh beberapa faktor positif diantaranya adalah (1) peningkatan daya beli konsumen sebagai imbas stabilitas perekonomian nasional, (2) peluncuran produk-produk kendaraan roda empat baru yang ada di pasaran, terutama pada segmen kendaraan keluarga jenis MPV (Multi Purpose Vehicle) dan kendaraan tipe SUV (Sport Utility Vehicle) yang digemari oleh konsumen Indonesia, (3) tren baru dalam pemilihan kendaraan yang masuk dalam kriteria LCGC (Low Cost and Green Car), dan terakhir (4) adalah fakta bahwa kondisi transportasi umum yang masih kurang memadai sehingga mendorong konsumen untuk dapat memiliki kendaraan pribadi sebagai penunjang mobilitas. Beberapa faktor tersebut setidaknya menjadi pendorong imbas positif dalam industri pembiayaan konsumen yang dijalankan oleh Perseroan.

Rincian komposisi pendapatan Perseroan dan informasi pertumbuhan tahunan disajikan sebagai berikut:

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

Pendapatan 2012 2011 2010

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pembiayaan konsumen 609.411 98,80% 359.541 99,20% 182.271 99,21%

Pendapatanbunga 2.974 0,48% 1.580 0,44% 1.028 0,56%

Sewa pembiayaan 1.854 0,30% 290 0,08% 58 0,03%

Keuntungan kurs mata uang asing - 0,00% - 0,00% 6 0,00%

Penghasilan lain-lain 2.562 0,42% 1.026 0,28% 361 0,20% Total Pendapatan 616.801 100, 00% 362.437 100,00% 183.724 100,00% Pertumbuhan tahunan 70,18% 97,27% 97,74% 616.801 362.437 183.724 2012 2011 2010

Pendapatan

25

a. Pembiayaan Konsumen

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Perseroan membukukan kenaikan pendapatan dari pembiayaan konsumen sebesar Rp249.870 juta atau sekitar 69% dari posisi pendapatan pembiayaan konsumen yang dibukukan sepanjang tahun 2011 yakni sebesar Rp359.541 juta. Peningkatan pendapatan pembiayaan konsumen ini disebabkan oleh peningkatan frekuensi pembiayaan konsumen sepanjang tahun 2012 yang berkaitan dengan peningkatan sumber pendanaan yang berasal dari penerbitan Obligasi I BII Finance Tahun 2012 senilai Rp625.000 juta serta pendanaan dari perbankan pihak ketiga senilai Rp525.000 juta yaitu dari Bank Hana (Rp100.000 juta), Bank Permata Syariah (Rp75.000 juta), Bank Mandiri (Rp300.000 juta) dan Bank Ekonomi (Rp60.000 juta) yang digunakan sebagai ekpansi kredit Perseroan.

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010.

Perseroan membukukan kenaikan pendapatan dari usaha pembiayaan konsumen sebesar Rp177.270 juta, atau naik sekitar 97% dibandingkan dengan pendapatan pembiayaan selama tahun 2010. Kenaikan pendapatan pembiayaan konsumen ini didorong oleh pendanaan strategis yang diterima oleh Perseroan berupa penambahan fasilitas utang bank sebesar Rp490.000 juta dan penerimaan hasil penerbitan Medium-Term Notes(MTN).

Disamping itu, kenaikan pendapatan juga dikontribusi dari pelaksanaan kerjasama joint financing antara Perseroan dengan PT Bank OCBC NISP Tbk yang dimulai sejak bulan November 2011 dengan jumlah pendapatan yang berhasil dibukukan oleh Perseroan sebesar Rp1.792 juta.

609.411

359.541

182.271

2012 2011 2010

Pembiayaan konsumen

b. Pendapatan Bunga

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Pendapatan bunga yang dicatat oleh Perseroan berasal dari deposito berjangka dan jasa giro. Perseroan mencatat kenaikan pendapatan bunga sebesar Rp1.394 juta atau sekitar 88% dari pendapatan tahun 2011. Peningkatan ini berkaitan dengan meningkatnya rata-rata jumlah penempatan pada deposito berjangka yang mencapai Rp40.800 juta sepanjang tahun 2012 sedangkan rata-rata penempatan selama 2011 sebesar Rp39.010 juta.

Penempatan deposito dilakukan Perseroan atas kelebihan dana harian yang berasal dari penerimaan pembayaran setelah dikurangi jumlah kebutuhan untuk pembayaran kontrak pembiayaan baru yang diberikan kepada debitur. Penempatan dana dalam deposito ini dapat ditarik oleh Perseroan setiap saat (on call).

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010.

Pendapatan bunga yang dicatat oleh Perseroan berasal dari deposito berjangka dan jasa giro. Selama tahun 2011, Perseroan membukukan pendapatan bunga sebesar Rp1.580 juta atau naik 54% dari tahun 2010 (2010: Rp1.028 juta). Kenaikan pendapatan bunga yang dibukukan sepanjang tahun 2011 disebabkan oleh peningkatan dana yang ditempatkan dalam deposito berjangka.

2.974

1.580

1.028

2012 2011 2010

Pendapatan bunga

27

c. Pendapatan dari Sewa Pembiayaan

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Pendapatan sewa pembiayaan naik sebesar Rp1.564 juta atau lebih dari 5x dari pendapatan sewa pembiayaan yang telah dibukukan tahun 2011. Peningkatan pendapatan sewa pembiayaan ini merupakan bukti perluasan usaha sewa pembiayaan untuk barang-barang modal bagi konsumen Perseroan. Hingga tanggal 31 Desember 2012 jumlah barang-barang modal yang dibiayai oleh Perseroan sebesar Rp49.949 juta atau meningkat sebesar Rp48.380 juta dari akhir tahun 2010.

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010.

Pendapatan yang diterima Perseroan dari usaha sewa pembiayaan selama tahun 2010-2011 telah meningkat 4 kali, namun demikian nilai pembiayaan yang diberikan masih relatif kecil (2010: Rp58 juta; 2011: Rp290 juta).

Dalam tahun 2011, Perseroan mulai menjajaki kemungkinan perluasan usaha di bidang sewa pembiayaan bagi industri pengangkutan dan bongkar muat dengan pembiayaan barang-barang modal yang dibutuhkan debitur dari sektor ini. 1.854 290 58 2012 2011 2010

Sewa pembiayaan

d. Penghasilan Lain-lain

Berikut ini adalah perkembangan penghasilan lain-lain yang dicatat oleh Perseroan dalam kurun waktu 2010 sampai dengan 2012:

(dalam jutaan Rupiah)

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

Keterangan 2012 2011 2010

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Distribusi surplus aset proses

likuidasi - - 399 38,89% -

-Keuntungan atas penjualan aset

tetap 452 17,64% 145 14,13% 160 44,32%

Penerimaan piutang yang telah

dihapusbukukan 455 17,76% 311 30,31% 18 4,99%

Lainnya 1.655 64.60% 171 16,67% 183 50,69%

Total Penghasilan Lain- Lain 2.562 100,00% 1.026 100,00% 361 100,00%

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Perseroan mencatat kenaikan penghasilan lain-lain sebesar Rp1.536 juta atau sekitar 1,5x dari penghasilan lain-lain yang dibukukan pada tahun sebelumnya (2011: Rp1.026 juta). Kenaikan ini salah satunya disebabkan oleh penerimaan piutang tertagih yang telah dihapusbukukan sebelumnya sebesar Rp455 juta (2011: Rp311 juta). Kemudian pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan mencatatkan penyesuaian pengakuan pendapatan bunga dari transaksi pembiayaan bersama (joint financing) dengan mitra perbankan atas periode yang telah lewat yang disebabkan oleh perbedaan sementara (timing difference) atas pengakuan pendapatan bunga pada akhir periode. Penyesuaian ini sebesar Rp887 juta dan dicatatkan sebagai penghasilan lain-lain pada tanggal 31 Desember 2012.

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir 2.562

1.026

361

2012 2011 2010

Penghasilan lain-lain

29

B. BEBAN

Jumlah beban yang dicatat Perseroan selama 2012-2011, telah naik sebesar Rp145.856 juta, atau naik sekitar 54,70%% (2012: Rp412.481 juta; 2011: Rp266.625 juta). Diperiode tahun 2011-2010, beban operasional juga naik sebesar Rp128.961 juta, atau sekitar 91,87% (2010: Rp137.664 juta). Komposisi terbesar beban operasional dalam tiga tahun terakhir adalah beban pemasaran (2010: 56,3%, 2011: 54,5% dan 2012: 51,4%)

Selain beban pemasaran, beban pendanaan Perseroan juga mengalami kenaikan yang signifikan sebesar Rp41.871 juta atau sekitar 89% dari tahun 2011 (2012: Rp88.973 juta; 2011: Rp47.102 juta). Peningkatan beban pendanaan ini disebabkan oleh peningkatan penggunaan sumber dana pihak ketiga berupa utang bank, penerbitan MTN yang diterbitkan sejak tahun 2010 serta penerbitan Obligasi I Perseroan pada tahun 2012. Pendanaan dari pihak ketiga ditujukan untuk mendukung modal usaha pembiayaan.

Secara umum, peningkatan jumlah beban operasional berkaitan dengan peningkatan volume usaha pembiayaan, khususnya pembiayaan konsumen berupa kendaraan roda empat.

Beban

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 December 2013

2012 2011 2010

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Beban pemasaran 211.882 51,37% 145.238 54,47% 77.569 56,35%

Beban pendanaan 88.973 21,57% 47.102 17,67% 6.608 4,80%

Beban tenaga kerja 72.667 17,62% 44.838 16,82% 32.482 23,60%

Penyusutan 6.021 1,46% 4.189 1,57% 1.978 1,43%

Beban provisi dan komisi 3.045 0,74% 2.302 0,86% 682 0,50%

Beban kerugian penurunan nilai 1.873 0,45% 542 0,20% 567 0,41%

Kerugian kurs mata uang asing 15 0,00% 1 0,00% - 0,00%

Beban lain-lain 28.005 6,79% 22.413 8,41% 17.778 12,91% Total Beban 412.481 100,00% 266.625 100,00% 137.664 100,00% Pertumbuhan tahunan 54,70% 93,68% 91,87% 412.481 266.625 137.664 2012 2011 2010

Beban

a. Beban Tenaga Kerja

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Perseroan mencatat kenaikan pada beban tenaga kerja sebesar Rp27.829 juta atau sekitar 62% dari beban tenaga kerja pada tahun 2011. Peningkatan ini berkaitan dengan penambahan jumlah karyawan Perseroan sebanyak 167 orang sehingga jumlah karyawan Perseroan menjadi 1.026 orang.

Peningkatan beban tenaga kerja selama tahun 2012 juga disebabkan karena peningkatan beban gratifikasi dan remunerasi yang disediakan Perseroan untuk karyawan yang dibentuk berdasarkan performa Perseroan dan individu karyawan. Gratifikasi dan remunerasi naik sebesar Rp11.232 juta atau sekitar 167% dari periode 2011.

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010.

Beban tenaga kerja yang dibukukan Perseroan pada 2011 naik Rp12.357 juta atau sekitar 38% dari tahun sebelumnya (2010: Rp32.482 juta; 2011: Rp44.838 juta). Kenaikan ini disebabkan terutama oleh penambahan jumlah karyawan Perseroan (2010: 752 orang; 2011: 859 orang). Gaji dan tunjangan yang dicatat pada tahun 2011 berjumlah Rp24.979 juta.

72.667

44.838

32.482

2012 2011 2010

Beban tenaga kerja

31

b. Beban Pendanaan

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Beban pendanaan yang diakui oleh Perseroan sepanjang tahun 2012 telah mengalami kenaikan sebesar Rp41.871 juta atau sekitar 89% dari periode tahun sebelumnya (2012: Rp88.973 juta; 2011: Rp47.102 juta). Peningkatan ini berkorespondensi dengan peningkatan utilisasi dana pihak ketiga sebagai sumber pendanaan diantaranya adalah penerbitan Obligasi I Perseroan Tahun 2012 dan Medium Term Notes yang telah dilakukan sejak tahun 2010. Disamping itu pula, Perseroan juga mendapatkan beberapa fasilitas pendanaan baru dari beberapa mitra perbankan. Sepanjang tahun 2012, Perseroan mencatatkan penerimaan kas masuk dari pendanaan pihak ketiga sebesar Rp2.334.247 juta (2011: Rp990.000 juta, sebagaimana dilaporkan dalam laporan arus kas Perseroan.

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010.

Penerbitan Medium-Term Notes(MTN) yang dimulai sejak tahun 2010 menambah liabilitas atas pembayaran beban pendanaan, dimana pada tahun 2011 jumlahnya telah naik sebesar Rp40.494 juta atau sekitar 613% (2010: Rp6.608 juta; 2011: Rp47.102 juta).

Sepanjang tahun 2011, Perseroan membiayakan beban pendanaansebesar Rp37.216 juta yang berasal dari empat kali penerbitan MTN dengan jumlah nilai pokok penerbitan sejumlah Rp725.000 juta yang diterbitkan sepanjang 2010 dan 2011. Pada akhir 2011, saldo pokok MTN yang masih terutang adalah Rp500.000 juta.

Disamping itu, peningkatan jumlah pemakaian utang bank juga memberikan kontribusi atas kenaikan beban bunga yang hingga akhir 2011 berjumlah Rp9.886 juta (2010: Rp4.624 juta).

88.973

47.102

6.608

2012 2011 2010

Beban pendanaan

c. Beban Kerugian Penurunan Nilai

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Peningkatan beban kerugian penurunan nilai yang diakui oleh Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp1.331 juta atau sekitar 2,5x dari beban yang diakui sepanjang tahun 2011. Peningkatan yang signifikan ini disebabkan oleh penerapan perhitungan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai untuk aset dari kontrak pembiayaan konsumen dengan prinsip syariah yang mulai dibukukan sejak bulan Juni 2012. Perseroan menerapkan perhitungan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 13/13/2011 mengenai “Kualitas Aktiva Produktif untuk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah”. Pembentukan cadangan ini ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari saldo aktiva produktif yang dimiliki sehingga menimbulkan perbedaan perlakuan dengan aset dari kontrak pembiayaan konsumen dengan prinsip konvensional sebagaimana diatur oleh PSAK 50 (revisi 2010) mengenai “Instrumen Keuangan: Penyajian” dan PSAK 55 (Revisi 2011) mengenai “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”.

Jumlah aset bersih pembiayaan konsumen yang berasal dari kontrak syariah pada tanggal 31 Desember 2012 adalah Rp117.501 juta dengan nilai cadangan penurunan kerugian sebesar Rp1.476 juta; yang seluruhnya dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan. Belum ada aset pembiayaan konsumen atas kontrak syariah yang dicatatkan sepanjang tahun 2011.

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010.

Pada 2011, Perseroan mencatat penurunan atas beban kerugian penurunan nilai sebesar Rp24 juta atau sekitar 4% dibanding tahun 2010. Beban kerugian penurunan nilai dicatat sebagai hasil analisis yang dilakukan Perseroan atas ditemuinya bukti obyektif penurunan nilai atas aset keuangan yang dimiliki Perseroan, berupa kas dan bank serta piutang pembiayaan.

Penyisihan kerugian penurunan nilai atas piutang pembiayaan yang dibebankan selama 2011 adalah sebesar Rp687 juta (2010: Rp567 juta). Kenaikan ini disebabkan karena jumlah penyisihan yang harus dibentuk Perseroan atas nilai piutang pembiayaan yang lebih besar dari saldo piutang pada akhir tahun 2010.

Lebih lanjut, Perseroan juga mencatat pemulihan atas penyisihan kerugian penurunan nilai atas akun kas dan bank sebesar Rp145 juta. Pemulihan ini dicatatkan karena tidak ditemukannya bukti obyektif yang menyatakan kemungkinan tidak terealisasinya saldo kas dan bank yang ditempatkan pada bank-bank mitra Perseroan.

1.873

542 567

2012 2011 2010

Beban kerugian penurunan nilai

33

d. Beban Pemasaran

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Perseroan mengklasifikasikan insentif pemasaran dan beban promosi sebagai beban pemasaran. Beban pemasaran telah meningkat sebesar Rp66.644 juta atau sekitar 46% dari beban tahun 2011. Beban insentif pemasaran dan beban promosi naik masing-masing sebesar Rp60.989 juta dan Rp5.655 juta. Peningkatan beban pemasaran yang terjadi sepanjang tahun 2012 berkaitan dengan peningkatan intensitas aktivitas penjualan Perseroan yang ditunjukan dengan peningkatan pendapatan pembiayaan konsumen dan pendapatan sewa pembiayaan.

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010.

Perseroan mengklasifikasikan insentif pemasaran dan beban promosi sebagai beban pemasaran. Pada 2011, terjadi kenaikan beban pemasaran Rp67.669 juta atau naik sekitar 87% bila dibanding dengan tahun 2010 (2010: Rp77.569 juta; 2011: Rp145.238 juta). Kenaikan ini secara signifikan dikontribusi oleh kenaikan insentif marketing yang diberikan kepada dealer dandealer sales person, yang selama 2011 berjumlah Rp132.260 juta sedangkan pada 2010 hanya sebesar Rp74.889 juta.

Kenaikan insentif yang diberikan kepada tenaga penjualan ini seiring dengan naiknya volume pembiayaan pada tahun 2011. 211.882 145.238 77.569 2012 2011 2010

Beban pemasaran

e. Beban Lain-lain

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2012 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011.

Perseroan mencatat beban pemeliharaan, beban umum dan administrasi, dan beban non-operasional ke dalam kategori beban lain-lain.

Perseroan mencatat peningkatan beban lain-lain sebesar Rp5.592 juta atau sekitar 25% dari beban lain-lain yang dibukukan sepanjang 2011. Peningkatan ini berkaitan dengan peningkatan aktivitas Perseroan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dibandingkan Dengan Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010.

Pada akhir tahun 2011, Perseroan mencatat kenaikan jumlah beban lain-lain yang dibukukan sebesar 26% bila dibandingkan dengan tahun 2010 (2011: Rp22.413 juta; 2010: Rp17.778 juta). Kenaikan pada beban lain-lain pada tahun 2011 sebagian besar dikontribusi oleh kenaikan beban umum dan adminstrasi yang terdiri dari biaya-biaya operasional kantor dan sesuai dengan peningkatan aktivitas usaha Perseroan.

28.005

22.413

17.778

2012 2011 2010

Beban lain-lain

Dokumen terkait