• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan dan analisa keuangan berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian Interim Perseroan dan Entitas Anak untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 dan 2015 (tidak diaudit) serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014. Data-data keuangan penting tersebut berasal dari Laporan Keuangan Konsolidasian Interim Perseroan dan Entitas Anak yang telah diaudit oleh KAP Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan dengan opini wajar tanpa pengecualian yang ditandatangani oleh Didik Wahyudiyanto.

1. UMUM

Perseroan membuka rumah sakit pertama di tahun 1996 dan sejak itu terus berkembang melalui pendirian rumah-rumah sakit baru maupun akuisisi rumah sakit yang sudah berdiri. Saat ini Perseroan mengoperasikan 23 rumah sakit, dan menawarkan layanan kesehatan spesialis yang lengkap seperti prosedur bedah kompleks di Indonesia, layanan laboratorium, fasilitas radiologi dan imaging, pengobatan kesuburan, layanan kesehatan umum dan layanan diagnostik dan darurat di Indonesia. Pada tanggal 30 Juni 2016, Perseroan memiliki kapasitas sekitar 5.100 jumlah tempat tidur dan mempekerjakan lebih dari 2.200 dokter dan spesialis yang menawarkan layanan ke pasien Perseroan dan lebih dari 8.200 perawat dan staf medis lainnya. Perseroan berencana untuk mengembangkan usahanya melalui pendirian rumah sakit baru, pengembangan rumah sakit Perseroan yang sudah berdiri dan akuisisi rumash sakit yang berpotensi.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA OPERASIONAL PERSEROAN Faktor utama yang mempengaruhi kinerja operasional Perseroan meliputi:

• Kapasitas pasien dan permintaan terhadap layanan

• Perluasan jaringan rumah sakit Perseroan, belanja modal, beban operasional, dan beban keuangan • Perkembangan teknologi

• Beban sewa

• Kondisi ekonomi di Indonesia • Peraturan pemerintah

Kapasitas pasien dan permintaan terhadap layanan

Pendapatan rawat inap sangat bergantung terhadap jumlah tempat tidur yang dioperasikan, Bed Occupancy Rate (BOR) yang merupakan hasil konversi dari pasien rawat jalan dan pasien gawat darurat dan pendapatan rata-rata per pasien per hari. Pendapatan rawat jalan sangat bergantung terhadap jumlah dokter spesialis, dan jam praktek pada departemen rawat jalan Perseroan, dan pendapatan rata-rata per pasien rawat jalan. Jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan bergantung pada reputasi dan citra rumah sakit Perseroan, jasa yang diberikan, kondisi sosial dan ekonomi komunitas regional, tingkat kompetisi dari rumah sakit lain, reputasi klinik, spesialisasi dan jam praktek para dokter spesialis

di rumah sakit Perseroan, efektiitas kegiatan pemasaran, dan aspek keagamaan serta kebudayaan.

Di samping itu, jasa yang ditawarkan Perseroan, khususnya yang ditawarkan oleh Centers of Excellence, khususnya yang berhubungan dengan kasus medis yang memerlukan perawatan kompleks, yang menghasilkan total pendapatan dan pendapatan per pasien yang lebih tinggi dikarenakan adanya tambahan perawatan spesialisasi sebelum dan sesudah pengobatan, utilisasi peralatan diagnostik canggih dan peralatan intervensi yang pada umumnya menghasilkan marjin laba usaha yang lebih tinggi. Penambahan Centers of Excellence dan penawaran jasa tersebut akan berdampak positif pada pendapatan dan marjin Perseroan.

Perluasan jaringan Rumah Sakit Perseroan, belanja modal, beban operasional, dan beban keuangan Perseroan

Perkembangan jaringan rumah sakit Perseroan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan Perseroan dan hal ini merupakan salah satu dari strategi perseroan untuk terus berkembang melalui perluasan jaringan rumah sakit Perseroan di seluruh Indonesia. Pada tahun 2014, Perseroan telah membuka 3 rumah sakit baru dan mengakuisisi 1 rumah sakit yang telah berdiri. Pada tahun 2015, Perseroan menyelesaikan pembangunan dan instalasi atas 1 rumah sakit, yaitu Siloam Hospitals Yogyakarta. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016, Perseroan telah membuka 3 rumah sakit baru, yaitu Siloam Hospitals Labuan Bajo yang dibuka pada bulan Januari 2016, Siloam Hospitals Buton yang dibuka pada bulan April 2016 dan Siloam Hospitals Samarinda yang dibuka pada bulan Juni 2016. Selain itu, Perseroan berencana untuk menyelesaikan pembangunan 3 rumah sakit tambahan pada tahun 2016, yaitu Siloam Hospitals Bogor, Siloam Hospitals Semarang dan Siloam Hospitals Bekasi Blue Plaza serta membuka Siloam Hospitals Yogyakartasetelah memperoleh izin operasional rumah sakit (seluruhnya pada kuartal keempat 2016), yang akan membuat jumlah rumah sakit Perseroan menjadi sebanyak 27 rumah sakit pada akhir tahun 2016. Keberhasilan perluasan jaringan rumah sakit Perseroan bergantung pada beberapa faktor yang meliputi:

• Kemampuan Perseroan dalam memberikan pelatihan dan mempertahankan karyawan yang

berkualitas.

• Kemampuan Perseroan dalam memperoleh perizinan atau persetujuan dari Pemerintah atau pemerintah daerah setempat dalam melanjutkan operasional dan membuka jaringan rumah sakit baru Perseroan.

• Kemampuan Perseroan dalam mengelola beban atau biaya.

• Kemampuan Perseroan dalam mengidentiikasi potensi pertumbuhan dan akuisisi.

• Kemampuan Perseroan dalam mendapatkan pendanaan dengan persyaratan yang wajar untuk

perluasan operasional Perseroan.

Perseroan mencari lokasi untuk membuka dan mengembangkan rumah sakit Perseroan. Untuk menyewa atau membeli lahan dan mengembangkan rumah sakit, membutuhkan tambahan modal kerja yang lebih besar dari yang tercatat dalam laporan keuangan Perseroan.

Perseroan memperkirakan beban bunga akan meningkat seiring Perseroan meningkatkan belanja modal untuk perluasan jaringan rumah sakit. Sebelum PUT I, pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham merupakan salah satu sumber pendanaan Perseroan. Setelah PUT I, Perseroan akan membiaya belanja modal dengan dana yang diterima dari hasil PUT I, dan kas dari aktivitas operasional. Perseroan juga akan menggunakan pinjaman institusi keuangan pihak ketiga sebagai sumber pendanaan untuk perluasan jaringan rumah sakit Perseroan.

Di samping belanja modal dan amortisasi sehubungan dengan perluasan jaringan rumah sakit Perseroan, pembukaan rumah sakit yang baru juga akan meningkatkan beban operasional Perseroan. Sebagai contoh, Perseroan merekrut staf medis empat sampai dengan enam bulan sebelum rumah sakit Perseoran mulai beroperasi. Selanjutnya, Perseroan harus membeli persediaan obat-obatan, akibatnya, maka marjin Perseroan akan menurun.

Perkembangan Teknologi

Perseroan menggunakan peralatan medis yang canggih dan terkini di rumah sakit Perseroan untuk menyelenggarakan layanan medis yang terbaik Peralatan medis sering kali perlu ditingkatkan karena inovasi dengan cepat dapat membuat peralatan yang sudah ada menjadi usang atau tidak dapat menyediakan layanan yang diperlukan atau diminta oleh pasien. Kemampuan Perseroan untuk menyediakan layanan kelas dunia serta mempertahankan reputasi dan jumlah pasien Perseroan bergantung pada kemampuan Perseroan untuk memiliki peralatan medis yang terkini di rumah sakit Perseroan. Perseroan secara teratur mengganti, meningkatkan dan memelihara peralatan Perseroan, demikian juga memberikan pelatihan agar staf Perseroan dapat mengoperasikan peralatan terkini yang dimiliki Perseroan. Biaya terkait penggantian, perbaikan dan pemeliharaan peralatan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal

Kondisi Ekonomi di Indonesia

Saat ini Indonesia saat ini memiliki perekonomian terbesar di Asia Tenggara dengan Produk Domestic Bruto (“PDB”) nominal sekitar USD861,9 miliar pada tahun 2015 (sumber: World Bank, Juli 2016). Perekonomian Indonesia mencapai laju pertumbuhan PDB sebesar rata-rata 5,5% per tahun dari tahun 2011 hingga 2015, dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 6,0% per tahun sampai 2021 (sumber: IMF, April 2016). Pertumbuhan ekonomi telah membawa peningkatan pesat dalam kekayaan pribadi dan rumah tangga penduduk Indonesia. PDB per kapita Indonesia tahun 2015 melampaui USD3.400 (sumber: World Bank, Juli 2016) dan diperkirakan akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan majemuk sebesar 6,3% dari tahun 2015 hingga 2020 (sumber: IMF, April 2016), yang Perseroan yakin akan meningkatkan lebih lanjut pertumbuhan pengeluaran konsumen dan pendapatan sesudah dikurangi pajak (disposable income). Lebih speisiknya, kebanyakan jasa yang ditawarkan Perseroan adalah untuk penduduk kelas menengah dan menengah ke atas, dan Perseroan juga terus berinvestasi dalam personil medis terbaik, dan teknologi terkini untuk memberikan layanannya di Indonesia.

Peraturan Pemerintah

Kegiatan usaha Perseroan sangat bergantung pada peraturan Pemerintah, dan membutuhkan persetujuan dan perizinan dari Pemerintah. Perubahan dan penambahan peraturan Pemerintah dapat berdampak negatif pada harga dan kemampuan Perseroan dalam mengembangkan usahanya. Sebagai tambahan, investasi Pemerintah di sektor kesehatan dapat mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Perseroan.

3. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

Pada tanggal 1 Januari 2016, Perseroan menerapkan pernyataan standar akuntansi keuangan (“PSAK”) baru dan revisi yang efektif sejak tanggal tersebut. Perubahan kebijakan akuntansi Perseroan telah dibuat seperti yang disyaratkan, sesuai dengan ketentuan transisi dalam masing-masing standar. Berikut ini adalah dampak atas revisi, amandemen dan penyesuaian standar akuntansi di atas yang

relevan dan signiikan terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan: PSAK No. 5 (Penyesuaian 2015): “Segmen Operasi”

Dampak signiikan dari penyesuaian atas standar ini antara lain:

a. Melakukan penambahan persyaratan pengungkapan atas penetapan kriteria penggabungan segmen operasi dan deskripsi singkat atas segmen operasi yang telah digabung dan indikator ekonomik yang telah dinilai dalam menentukan bahwa segmen operasi yang digabungkan memiliki karakteristik ekonomik yang serupa,

b. Mengatur rekonsiliasi total aset segmen dilaporkan terhadap aset entitas hanya diungkapkan jika aset segmen secara reguler tersedia kepada pengambil keputusan operasional, dan

c. Perubahan terminologi yang sebelumnya adalah “segmen dilaporkan dari entitas” menjadi “segmen dilaporkan milik entitas” dan “berdasarkan perbedaan dalam produk dan jasa” menjadi “berdasarkan produk dan jasa”.

Penerapan penyesuaian atas standar ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 7 (Penyesuaian 2015): “Pengungkapan Pihak Berelasi” Dampak penyesuaian atas standar ini antara lain:

a. Menambahkan persyaratan pihak-pihak berelasi bahwa suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor ketika entitas, atau anggota dari kelompok yang mana entitas merupakan bagian dari kelompok tersebut, menyediakan jasa personil manajemen kunci kepada entitas pelapor atau kepada entitas induk entitas pelapor,

b. Mengisyaratkan agar entitas pelapor mengungkapkan jumlah yang dibayarkan kepada entitas manajemen atas jasa personil manajemen kunci yang disediakan oleh entitas manajemen dan

mengklariikasi bahwa entitas pelapor tidak disyaratkan untuk mengungkapkan imbalan yang

dibayarkan oleh entitas manajemen kepada pekerja atau Direktur entitas manajemen, dan

c. Perubahan terminologi judul “tanggal efektif” menjadi menjadi “tanggal efektif dan ketentuan transisi”.

Perseroan telah menerapkan penyesuaian atas standar ini dan telah melengkapi persyaratan yang diminta.

PSAK No. 13 (Penyesuaian 2015): “Properti Investasi”

Penyesuaian atas standar ini mempertegas perbedaan antara properti investasi dan properti yang digunakan sendiri dan penegasan atas perlunya pertimbangan penentuan apakah akuisisi investasi properti dikategorikan sebagai akuisisi aset atau merupakan kombinasi bisnis dalam lingkup PSAK No. 22.

Penerapan penyesuaian atas standar ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 15 (Amandemen 2015): “Investasi Asosiasi dan Pengaturan Bersama”

Penyesuaian standar ini, menambahkan bahwa sebuah entitas yang bukan merupakan perusahaan investasi yang memiliki kepentingan dalam entitas investasi dan pengaturan bersama, maka ketika menerapkan metode ekuitas dapat mempertahankan pengukuran nilai wajar yang diterapkan oleh entitas investasi, perusahaan asosiasi atau pengaturan bersama di anak perusahaan di mana entitas investasi yaitu entitas asosiasi atau ventura bersama yang bersangkutan.

Penerapan standar amandemen ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 16 (Penyesuaian 2015): “Aset Tetap”

Penyesuaian standar ini menambahkan penjelasan bahwa:

a. Pengurangan yang diperkirakan terjadi di masa depan atas harga jual suatu barang yang diproduksi menggunakan suatu aset takberwujud mengindikasikan perkiraan keusangan teknis atau komersial atas aset tersebut, dan

b. Metode penyusutan yang didasarkan pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivitas yang menggunakan suatu aset adalah tidak tepat.

Penerapan penyesuaian atas standar ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 19 (Penyesuaian 2015): “Aset Takberwujud” Dampak penyesuaian atas standar ini antara lain:

a. Memberikan tambahan penjelasan bahwa pengurangan yang diperkirakan terjadi di masa depan atas harga jual suatu barang yang diproduksi menggunakan suatu aset takberwujud mengindikasikan perkiraan keusangan teknis atau komersial atas aset tersebut,

b. Terdapat praduga bahwa penggunaan metode amortisasi yang berdasarkan pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivitas yang menggunakan aset takberwujud diduga tidak tepat karena mencerminkan faktor-faktor yang tidak berkaitan langsung dengan pemakaian manfaat ekonomik yang terkandung dalam aset takberwujud tersebut,

c. Dasar pemilihan amortisasi atas aset takberwujud adalah jika mencerminkan perkiraan pola pemakaian manfaat ekonomik aset tersebut, dan

d. Dalam keadaan dimana faktor pembatas paling dominan yang inheren pada aset takberwujud adalah pencapaian ambang batas pendapatan, maka pendapatan yang dihasilkan dapat menjadi dasar yang tepat untuk amortisasi.

Penerapan penyesuaian atas standar ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 22 (Penyesuaian 2015): “Kombinasi Bisnis” Penyesuaian atas standar ini menambahkan penjelasan bahwa:

a. PSAK No. 22 tidak diterapkan untuk akuntansi pembentukan pengaturan bersama dalam laporan keuangan pengaturan bersama itu sendiri,

b. Kewajiban untuk membayar imbalan kontijen yang memenuhi deinisi instrumen keuangan diklasiikasikan sebagai liabilitas keuangan atau sebagai ekuitas, dan

c. Seluruh imbalan kontijensi yang bukan merupakan ekuitas, baik keuangan maupun non-keuangan diukur pada nilai wajar pada setiap tanggal pelaporan, dengan perubahan nilai wajar diakui dalam laba rugi.

Penerapan penyesuaian atas standar ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 24 (Amandemen 2015): “Imbalan Kerja”

Amandemen atas standar ini menetapkan bahwa atribusi iuran dari pekerja atau pihak ketiga bergantung pada apakah jumlah iuran ditetapkan berdasarkan jumlah tahun jasa. Jika jumlah iuran pada jumlah tahun jasa, maka iuran diatribusikan pada periode jasa dengan menggunakan metode atribusi yang sama dengan yang disyaratkan. Jika jumlah iuran tidak tergantung pada jumlah tahun jasa, maka iuran tersebut diakui sebagai pengurang biaya jasa dalam periode ketika jasa terkait diberikan oleh pekerja. Penerapan standar amandemen ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 25 (Penyesuaian 2015): “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan”

Perubahan PSAK No. 25 (Penyesuaian 2015), terutama perubahan editorial dalam standar sebelumnya. Penerapan penyesuaian atas standar ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 65 (Amandemen 2015): “Laporan Keuangan Konsolidasian”

Amandemen atas standar ini memberikan kriteria bahwa entitas investasi hanya mengkonsolidasi entitas anaknya jika kedua kriteria berikut terpenuhi:

a. Entitas anak tersebut bukan merupakan entitas investasi, dan

b. Tujuan utama entitas anak tersebut adalah untuk memberikan jasa terkait aktivitas investasi entitas investasinya.

Penerapan standar amandemen ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 66 (Amandemen 2015): “Pengaturan Bersama” Amandemen atas standar ini mencakup:

a. Bahwa seluruh prinsip kombinasi bisnis dalam lingkup PSAK No. 22 “Kombinasi Bisnis” dan PSAK lain beserta persyaratan pengungkapannya diterapkan untuk akuisisi pada kepentingan awal dalam operasi bersama dan untuk akusisi kepentingan tambahan dalam operasi bersama, namun jika operator bersama mempertahankan pengendalian bersama ketika mengakuisisi kepentingan tambahan dalam operasi bersama yang sama, maka kepentingan yang telah dimiliki sebelumnya tidak diukur kembali, dan

b. Amandemen ini tidak berlaku untuk (i) pembentukan operasi bersama jika seluruh pihak yang berpartisipasi dalam operasi bersama hanya mengkontribusikan aset atau kelompok aset bukan merupakan bisnis untuk operasi bersama dalam pembentukannya dan (ii) akusisi kepentingan dalam operasi bersama ketika para pihak yang berbagi pengendalian bersama dari pihak pengendali utama.

Penerapan standar amandemen ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 67 (Amandemen 2015): “Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain”

Amandemen atas standar ini mengklariikasi bahwa ruang lingkup standar tidak diterapkan untuk

laporan keuangan induk yang merupakan entitas investasi dan mengukur entitas anaknya pada nilai wajar melalui laba rugi.

Penerapan standar amandemen ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

PSAK No. 68 (Penyesuaian 2015): “Pengukuran Nilai Wajar”

Penyesuaian atas standar ini adalah klariikasi bahwa pengecualian portofolio, yang memperkenankan

entitas mengukur nilai wajar kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan secara neto, diterapkan pada seluruh kontrak (termasuk kontrak non-keuangan) dalam lingkup PSAK No. 55.

Penerapan penyesuaian atas standar ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan.

4. ANALISIS KEUANGAN Pendapatan

Pendapatan Perseroan terdiri dari:

• Pendapatan rawat inap: pendapatan berasal dari jasa penunjang medis dan jasa tenaga ahli, obat dan perlengkapan medis, kamar rawat inap, pendapatan administrasi, kamar operasi, kamar bersalin dan lain-lain; dan

• Pendapatan rawat jalan: pendapatan berasal dari jasa penunjang medis dan jasa konsultasi, obat

Tabel berikut menunjukkan pembagian Pendapatan berdasarkan layanan dan sebagai persentase dari pendapatan untuk periode berikut:

(dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni

Tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

2016 2015* 2015 2014

Rawat inap

Jasa Penunjang Medis dan Jasa Tenaga Ahli

566,0 22% 457,2 23% 970,8 23% 745,1 22% Obat dan Perlengkapan Medis 551,0 22% 426,0 21% 885,8 21% 734,3 23%

Kamar Rawat Inap 237,0 9% 179,9 9% 362,4 9% 286,7 8%

Fasilitas Rumah Sakit 109,0 4% 73,0 4% 169,1 4% 104,8 3%

Kamar Operasi 56,6 2% 52,3 3% 109,3 3% 80,6 2%

Pendapatan Administrasi dan Lainnya

62,9 2% 43,4 2% 87,1 2% 108,8 3%

Rawat jalan

Jasa Penunjang Medis dan Jasa Tenaga Ahli

579,6 23% 455,0 23% 961,4 23% 777,2 24% Obat dan Perlengkapan Medis 299,7 12% 230,5 12% 479,8 12% 390,7 12%

Fasilitas Rumah Sakit 41,5 2% 27,9 1% 51,1 1% 36,0 1%

Pendapatan Administrasi dan Lainnya

51,6 2% 41,8 2% 67,2 2% 76,5 2%

Jumlah 2.554,8 100% 1.987,0 100% 4.144,1 100% 3.340,8 100%

*tidak diaudit

Beban Pokok Pendapatan

Beban Pokok Pendapatan Perseroan terdiri dari:

• Rawat inap: beban tersebut meliputi gaji dan kesejahteraan karyawan (termasuk jasa tenaga

ahli), obat dan perlengkapan medis, perlengkapan klinik, pernyusutan, makanan dan minuman, perbaikan dan pemeliharaan dan lain-lain.

• Rawat jalan: beban tersebut meliputi gaji dan kesejahteraan karyawan (termasuk jasa tenaga ahli),

obat dan perlengkapan medis, penyusutan, perlengkapan klinik, perbaikan dan pemeliharaan dan lain-lain.

Tabel berikut menunjukkan pembagian beban pokok pendapatan dan sebagai persentase beban pokok pendapatan:

(dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni

Tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

2016 2015* 2015 2014

Rawat inap

Jasa tenaga ahli, gaji dan

kesejahteraan karyawan 472,1 26% 409,8 29% 856,8 29% 653,5 27% Obat dan perlengkapan medis 307,1 17% 253,9 18% 517,4 17% 460,4 19%

Penyusutan 77,8 4% 72,2 5% 148,5 5% 118,1 5%

Perlengkapan klinik 44,2 2% 31,6 2% 65,5 2% 58,6 2%

Makanan dan minuman 39,1 2% 32,4 2% 64,6 2% 52,5 2%

Biaya rujukan 25,2 1% 20,8 1% 43,8 1% 24,9 1%

Lain-lain 130,1 7% 40,8 3% 95,4 3% 67,3 3%

Rawat jalan

Jasa tenaga ahli, gaji dan

kesejahteraan karyawan 313,9 18% 264,7 19% 553,5 19% 453,5 19% Obat dan perlengkapan medis 227,9 13% 188,3 13% 391,8 13% 325,2 14%

Penyusutan 46,3 3% 42,7 3% 86,8 3% 68,3 3% Biaya Rujukan 32,6 2% 25,4 2% 51,2 2% 30,4 1% Perlengkapan klinik 17,9 1% 14,8 1% 30,4 1% 31,0 1% Lain-lain 54,9 3% 23,4 2% 61,9 2% 45,0 2% Jumlah 1.788,9 100% 1.420,9 100% 2.967,6 100% 2.388,7 100% *tidak diaudit

Beban Usaha

Beban usaha Perseroan terdiri dari gaji dan kesejahteraan karyawan, listrik dan air, biaya pemasaran dan iklan, pelatihan dan pengembangan, transportasi dan akomodasi, sewa, perbaikan dan perawatan, penyusutan dan lain-lain.

Tabel berikut menunjukkan pembagian beban operasional dan sebagai persentase beban operasional:

(dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni

Tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

2016 2015* 2015 2014

Beban Penjualan

Pemasaran dan iklan 18,6 3% 6,6 1% 21,0 2% 16,4 2%

Gaji dan kesejahteraan karyawan 11,4 2% 9,4 2% 25,3 3% 10,4 1%

Lain-lain 0,1 0% 0,1 0% 0,4 0% 0,5 0%

Umum & Administrasi

Gaji dan kesejahteraan karyawan 223,2 37% 146,5 33% 330,5 34% 259,4 34%

Biaya kantor 70,5 12% 59,9 14% 125,9 13% 121,8 16%

Sewa 68,5 11% 44,3 10% 104,5 11% 66,3 9%

Listrik dan air 55,1 9% 45,7 10% 95,4 10% 89,0 12%

Penyusutan 52,7 9% 49,6 11% 101,7 10% 80,8 10%

Perbaikan dan perawatan 19,1 3% 14,2 3% 30,0 3% 19,2 2% Transportasi dan akomodasi 18,8 3% 15,0 3% 32,0 3% 25,3 3%

Perlengkapan kantor 15,8 3% 12,3 3% 25,3 3% 20,3 3%

Pelatihan dan pengembangan 12,2 2% 4,1 1% 10,9 1% 7,8 1%

Komunikasi 10,7 2% 8,5 2% 17,2 2% 15,4 2%

Jasa konsultan 8,8 1% 3,5 1% 9,3 1% 6,6 1%

Asuransi 8,6 1% 6,8 2% 17,1 2% 8,6 1%

Legal dan perizinan 4,4 1% 3,3 1% 7,6 1% 7,4 1%

Lain-lain 9,1 1% 11,1 3% 11,2 1% 16,4 2%

Jumlah 607,6 100,0% 440,9 100,0% 965,3 100,0% 771,6 100,0%

*tidak diaudit

Penghasilan Bunga

Penghasilan bunga merupakan penghasilan bunga dari rekening bank dan deposito berjangka. Beban Keuangan

Beban keuangan terdiri dari beban administrasi bank, dan beban bunga dari fasilitasi pinjaman. Meskipun

beban adminstrasi bank terkait dengan beban merchant kartu kredit, Perseroan mengklasiikasi beban

tersebut sebagai beban keuangan, bukan beban penjualan karena Perseroan mempertimbangkan beban tersebut sebagai beban penagihan.

ANALISIS LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN

(dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Uraian

Periode enam bulan yang berakhir pada

tanggal 30 Juni 30 Jun 2015 - 30 Jun 2016 Pertumbuhan (%) 2016 2015* 2015 2014 30 Jun 2015 – 30 Jun 2016 31 Des 2014 – 31 Des 2015 Pendapatan 2.554,8 1.987,0 4.144,1 3.340,8 28,6 24,0

Beban Pokok Pendapatan (1.788,9) (1.420,9) (2.967,6) (2.388,7) 25,9 24,2

Laba Bruto 765,9 566,1 1.176,5 952,1 35,3 23,6 Beban Usaha (607,6) (440,9) (965,3) (771,6) 37,8 25,1 Beban Lain-lain (15,1) (23,3) (53,2) (34,3) (35,2) 55,1 Laba Usaha 143,2 101,9 158,1 146,2 40,5 8,1 Penghasilan Bunga 1,6 3,1 5,0 15,4 (48,4) (67,7) Beban Keuangan (27,9) (28,0) (57,3) (55,8) (0,3) 2,7

Laba Sebelum Pajak 116,9 77,0 105,7 105,9 51,8 (0,2)

Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan (38,4) (26,5) (44,0) (36,9) 44,9 19,4

Laba Periode/Tahun Berjalan 78,5 50,6 61,7 69,0 55,1 (10,6)

Penghasilan Komprehensif Lain:

Pengukuran Kembali atas Program

Imbalan Pasti (0,9) 34,6 32,6 (16,5) (102,6) (297,6)

Pajak Penghasilan Terkait Pos yang

Tidak akan Direklasiikasi ke Laba

Rugi atas Program Imbalan Pasti 0,2 (8,6) (8,1) 4,1 (102,3) (297,6)

Jumlah Laba Komprehensif Periode

Berjalan 77,8 76,5 86,1 56,6 1,7 52,1

*tidak diaudit

Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015

Pendapatan. Pendapatan Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 adalah sebesar Rp2.554,8 miliar, meningkat Rp567,8 miliar atau 28,6% dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015 sebesar Rp1.987,0 miliar. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan volume pasien di hampir semua rumah sakit dan pembukaan dua rumah sakit baru di awal tahun 2016.

Beban Pokok Pendapatan. Beban pokok pendapatan Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 adalah sebesar Rp1.788,9 miliar, meningkat Rp368,0 miliar atau 25,9% dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015 sebesar Rp1.420,9 miliar. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan Perseroaan yang disebabkan oleh peningkatan volume pasien, adanya rumah sakit baru di awal tahun dan beberapa rumah sakit yang sudah beroperasi penuh.

Laba Bruto. Laba bruto Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 adalah sebesar Rp765,9 miliar, meningkat Rp199,8 miliar atau 35,3% dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015 sebesar Rp566,1 miliar. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan volume pasien di hampir semua rumah sakit dan pembukaan rumah sakit baru di tahun 2016, yang berdampak pada peningkatan pendapatan lebih tinggi dari peningkatan beban pokok pendapatan.

Beban Usaha. Beban usaha Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 adalah sebesar Rp607,6 miliar, meningkat Rp166,7 miliar atau 37,8% dibandingkan dengan periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015 sebesar Rp440,9 miliar. Peningkatan